• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 09/06/34/Th. IX, 4 Juni 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2007 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 4,89 % terhadap triwulan IV tahun 2006 (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi karena sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan menguat, sedangkan sektor lainnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 62,78 % sebagai akibat faktor musim panen pada triwulan I, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 26,09 %.

Sektor Pertanian terutama tanaman bahan makanan memberikan sumbangan positif terbesar (8,23 %) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2007. Sebaliknya, sektor konstruksi memberikan andil negatif terbesar (- 3,03 %).

PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2007 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2006 (y-on-y) mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,53 %. Hal ini terkait dengan musibah gempa yang menghambat sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, ditambah adanya jeda musim tanam karena kemarau panjang serta susutnya lahan sawah.

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2007 mencapai Rp 7,77 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp 4,45 triliun atas dasar harga konstan 2000.

Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2007 adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 19,37 %, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,78 %.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2007 dibandingkan triwulan IV tahun 2006 (q-to-q) secara riil menurun sebesar 2,33 %, demikian pula pengeluaran konsumsi pemerintah menurun sebesar 17,50 %, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) turun sebesar 6,67 %, dan impor turun sebesar 11,25 %. Sedangkan ekspor secara riil meningkat sebesar 10,62 %.

Seluruh komponen penggunaan tersebut di atas pada triwulan I tahun 2007 jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2006 (y-on-y) terjadi peningkatan, yakni: pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar 1,45 %; pengeluaran konsumsi pemerintah naik sebesar 7,84 %; PMTDB (investasi fisik) naik sekitar 9,19 %; ekspor meningkat 12,42 %; dan impor naik 35,45 %.

(2)

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2007

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I tahun 2007 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2006 (q-to-q) mencapai 4,89 persen. Kenaikan ini lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan IV tahun 2006 yang menurun sebesar 2,98 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2007 sebesar 4,89 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 62,78 persen. Tingginya pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I karena faktor musim, bertepatan dengan awal musim panen raya tanaman padi yang merupakan komoditas penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah sektor pertanian. Kendati demikian, terjadinya kemarau panjang pada semester kedua tahun 2006 menyebabkan awal musim tanam padi menjadi mundur, sehingga hasil panen pada triwulan I 2007 belum maksimal dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan April dan Mei. Dengan demikian pada triwulan II 2007 nilai tambah sektor pertanian masih akan tumbuh positif.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2006 sampai Triwulan I-2007 (Persen)

4,89 -2,53 2,18 4,77 4,12 3,64 -2,98 9,97 0,77 -4,95 -10 -5 0 5 10 15

Tw.I-06 Tw.II-06 Tw.III-06 Tw.IV-06 Tw.I-07

Triwulan

Persen

y on y q to q

Sektor lain yang mempunyai andil positif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2007 adalah sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, dengan laju pertumbuhan sebesar 11,53 persen. Sektor ini didominasi oleh persewaan bangunan yang sempat terpuruk karena bencana gempa bumi pada akhir Mei 2006. Rekonstruksi yang telah dilakukan pelaku usaha mendorong kebangkitan kembali persewaan bangunan, baik untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, termasuk persewaan bangunan untuk penyelenggaraan aneka pameran dan promosi produk seperti meeting, invitation, conference, and exhibition (MICE) yang sekarang mulai marak di wilayah D.I.Yogyakarta. Demikian pula dengan sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 3,19 persen mampu mendukung secara positif terhadap pertumbuhan PDRB Provinsi DIY.

(3)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw IV-2006 thd. Triw III-2006 (q-to-q) Triw I-2007 thd. Triw IV-2006 (q-to-q) Triw I-2007 thd. Triw I-2006 (y-on-y) Andil Pertumbuhan PDRB Triw I-2007 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian -25,04 62,78 -21,76 8,23

2. Pertambangan dan Penggalian 13,60 -5,52 9,55 -0.05

3. Industri Pengolahan 0,15 3,19 0,03 0,46

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 11,94 -4,49 3,98 -0,04

5. Konstruksi 21,80 -26,09 14,84 -3,03

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,73 -0,25 0,96 -0,05

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,09 -2,62 5,75 -0,29

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan -4,85 11,53 -4,85 0,98

9. Jasa-jasa -8,33 -7,20 11,10 -1,32

PDRB -2,98 4,89 -2,53 4,89

Sementara itu, 6 (enam) sektor lainnya memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2007. Pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan I tahun 2007 tertekan hingga minus 26,09 persen, kendati rekonstruksi masih berlangsung, namun pembangunan yang didanai oleh pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) masih menunggu pencairan dana tahap III. Selain itu, karena pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sangat tinggi didorong oleh pesatnya kegiatan rekonstruksi bangunan yang rusak akibat bencana gempa bumi.

Sektor jasa-jasa pada triwulan I tahun 2007 menurun sebesar 7,20 persen disebabkan oleh penurunan jasa pemerintahan umum. Meskipun pada awal tahun anggaran 2007 pengeluaran rutin untuk belanja pegawai mengalami sedikit kenaikan sebagai akibat adanya kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/POLRI, namun belanja pegawai yang berasal dari kegiatan proyek belum banyak yang terealisasi. Realisasi anggaran proyek biasanya cukup tinggi pada triwulan IV, sehingga total belanja pegawai pada periode tersebut cukup tinggi dan menurun pada triwulan I.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I tahun 2007 menurun sebesar 2,62 persen sebagai akibat penurunan jumlah penumpang angkutan jalan raya, kereta api, dan angkutan udara yang cukup signifikan. Penurunan jumlah penumpang jasa angkutan disebabkan oleh tingginya mobilitas masyarakat pada triwulan IV 2006 yang bertepatan dengan adanya momen perayaan Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, kemudian menurun pada triwulan I 2007. Selain itu, banjir yang melanda wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada bulan Februari 2007 juga diduga ikut mempengaruhi penurunan jumlah penumpang yang berangkat dari DIY dengan tujuan Jakarta. Banjir tersebut juga membuat sulitnya memperoleh pasokan berbagai komoditas perdagangan asal Jakarta ke wilayah DIY, sehingga menekan pertumbuhan sektor perdagangan,

(4)

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2006 (y-on-y), PDRB triwulan I tahun 2007 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,53 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan produk sektor pertanian yang mencapai minus 21,76 persen, sebagai akibat jeda musim tanam seperti yang telah diuraikan di atas. Selain itu, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan juga mengalami penurunan yang cukup signifikan (-4,85 persen), akibat dampak bencana gempa bumi pada akhir Mei 2006 yang diprediksi menghancurkan puluhan ribu bangunan baik tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, serta merusak beberapa situs bersejarah. Kendati sektor konstruksi dan jasa-jasa meningkat cukup signifikan pada triwulan I 2007 (y-o-y), namun belum dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut. Demikian pula dengan sektor industri pengolahan yang mengalami stagnasi, hanya tumbuh sebesar 0,03 persen.

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN I TAHUN 2007 Nilai nominal PDRB Provinsi DIY atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2007 mencapai Rp 7,77 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2006 yang mencapai Rp 7,37 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, PDRB triwulan I tahun 2007 mencapai Rp 4,45 triliun, meningkat sebesar 4,89 persen dibanding triwulan IV tahun 2006 yang senilai Rp 4,25 triliun.

Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan I tahun 2007 adalah sektor jasa-jasa sebesar Rp 1,505 triliun; kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1,503 triliun; disusul oleh sektor pertanian Rp 1,332 triliun; dan sektor industri pengolahan Rp 1,064 triliun. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 60,4 miliar.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, keempat sektor di atas memberikan nilai tambah bruto terbesar berturut-turut sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp 0,910 triliun; sektor pertanian sebesar Rp 0,906 triliun; sektor jasa-jasa Rp 0,721 triliun; dan sektor industri pengolahan Rp 0,627 triliun. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 33,4 miliar.

Tabel 2. Nilai PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Miliar Rp,-)

Harga Berlaku Harga Konstan

Lapangan Usaha Triw. IV

2006 Triw. I 2007 Triw. IV 2006 Triw. I 2007

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 766,9 1.331,6 556,7 906,2

2. Pertambangan dan Penggalian 62,6 60,4 35,3 33,4

3. Industri Pengolahan 1.020,6 1.064,0 607,8 627,2

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 102,7 98,1 41,0 39,2

5. Konstruksi 913,9 689,8 492,8 364,2

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.472,7 1.503,2 912,7 910,4

7. Pengangkutan dan Komunikasi 805,1 788,2 462,3 450,1

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 637,1 727,1 360,6 402,1

9. Jasa-jasa 1.584,4 1.504,6 776,9 721,0

(5)

3. STRUKTUR PDRB PROVINSI DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I TAHUN 2007 DAN TRIWULAN I TAHUN 2006

Pada triwulan I tahun 2007, sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 19,37 persen; diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,35 persen; sektor pertanian sebesar 17,14 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 13,70 persen. Secara keseluruhan, keempat sektor tersebut mempunyai andil peranan sebesar 69,57 persen dalam pembentukan PDRB. Sedangkan lima sektor lainnya mempunyai andil masing-masing kurang dari 11 persen.

Peranan sektor pertanian dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan mengalami penurunan pada triwulan I tahun 2007 dibanding triwulan I tahun 2006. Peranan sektor pertanian menurun sangat signifikan, yaitu dari 21,87 persen pada triwulan I tahun 2006 menjadi 17,14 persen pada triwulan I tahun 2007 karena menurunnya produksi sektor pertanian akibat musim kering yang panjang pada tahun 2006. Sedangkan peranan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan menurun sebesar 35 basis poin. Sementara itu, sektor ekonomi lainnya peranannya meningkat, dan tercatat peran sektor jasa-jasa mengalami peningkatan tertinggi, yaitu dari 17,01 persen pada triwulan I tahun 2006 menjadi 19,37 persen pada triwulan I tahun 2007.

Tabel 3.

Struktur PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha ADH Berlaku (Persen)

Lapangan Usaha Triw. I 2006 Triw. I 2007

(1) (2) (3)

1. Pertanian 21,87 17,14

2. Pertambangan dan Penggalian 0,69 0,78

3. Industri Pengolahan 13,70 13,70

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,22 1,26

5. Konstruksi 7,50 8,88

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,42 19,35

7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,87 10,15

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9,71 9,36

9. Jasa-jasa 17,01 19,37 PDRB 100,00 100,00 17,14 0,78 13,70 1,26 8,88 19,35 10,15 9,36 19,37 0 4 8 12 16 20

Pertanian Penggalian Industri LGA Konstruksi PHR Angkutan Keuangan Jasa-jasa Gambar 2.

(6)

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I TAHUN 2007

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi D.I.Yogyakarta dirinci menurut komponen-komponen: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), ekspor, impor dan lainnya (gabungan dari konsumsi lembaga nirlaba dan perubahan inventori).

Memasuki triwulan I tahun 2007 (q-to-q), seluruh komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan negatif, kecuali ekspor barang dan jasa. Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,33 persen setelah pada triwulan IV tahun 2006 tumbuh cukup tinggi, yaitu 1,49 persen. Momen ekonomi pada triwulan IV tahun 2006 yang didominasi oleh perayaan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru menjadikan tingkat konsumsi pada triwulan tersebut cukup tinggi, sehingga ketika pada triwulan I tahun 2007 kembali normal, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan.

Demikian pula dengan konsumsi pemerintah yang terkontraksi sebesar 17,50 persen pada triwulan I tahun 2007 disebabkan oleh pola konsumsi pemerintah yang tinggi pada triwulan IV tahun 2006, kendati pada awal tahun ini pemerintah menaikkan gaji bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia (TNI/POLRI) rata-rata sekitar 15 persen. Realisasi biaya perjalanan, pendapatan upah di luar gaji rutin serta belanja barang yang tinggi pada setiap triwulan IV membuat pertumbuhan triwulan I tahun 2007 menurun.

Perkembangan investasi fisik yang direpresentasikan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) juga tumbuh negatif sebesar 6,67 persen. Realisasi investasi yang selalu tinggi pada triwulan IV setiap tahunnya bersamaan dengan berakhirnya masa anggaran, berdampak pada rendahnya realisasi investasi pada triwulan I tahun berikutnya. Hal ini terjadi karena investasi yang dilakukan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah sedang memasuki tahap perencanaan dan proses pengadaan barang dan jasa pada triwulan awal setiap tahunnya.

Tabel 4.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Penggunaan (Persen) Jenis Penggunaan Triw IV-2006 thd. Triw III-2006

(q to q) Triw I-2007 thd. Triw IV-2006 (q to q) Triw I-2007 thd. Triw I-2006 (y-on-y) Andil Pertumbuhan PDRB Triw I-2007 (1) (2) (3) (4) (5)

1. Konsumsi Rumah tangga 1,49 -2,33 1,45 -1,11

2. Konsumsi Pemerintah 5,27 -17,50 7,84 -3,76

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 6,88 -6,67 9,19 -2,31

4. Ekspor -16,85 10,62 12,42 4,07

5. Impor 8,66 -11,25 35,45 -5,75

6. Lainnya*) 115,89 25,57 -1,75 2,26

PDRB -2,98 4,89 -2,53 4,89

(7)

Nilai impor barang dan jasa secara riil pada triwulan I tahun 2007 (q-to-q) mengalami penurunan sebesar 11,25 persen, sedangkan ekspor barang dan jasa meningkat sebesar 10,62 persen.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2006 (y-on-y), konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTDB, ekspor, dan impor meningkat masing-masing 1,45 persen, 7,84 persen, 9,19 persen, 12,42 persen, dan 35,45 persen pada triwulan I tahun 2007. Sebaliknya, komponen lainnya justru menurun sebesar 1,75 persen (Tabel 4).

Tabel 5 menunjukkan bahwa PDRB terbesar pada triwulan I tahun 2007 digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 3,815 triliun atau 49,11 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk PMTDB yang menggambarkan investasi fisik sebesar Rp 2,819 triliun atau 36,29 persen terhadap total PDRB. Sedangkan PDRB yang digunakan untuk ekspor barang dan jasa mencapai Rp 2,677 triliun atau 34,47 persen, dan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp1,609 triliun atau 20,72 persen. Sebaliknya, impor mengurangi nilai sebesar Rp 1,928 triliun atau 46,77 persen terhadap total PDRB.

Tabel 5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Penggunaan Triwulan I Tahun 2007

Jenis Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Miliar Rp,-) PDRB ADH Konstan (Miliar Rp,-) Persentase (%) Distribusi

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 3.814,5 1.984,4 49,11

2. Konsumsi Pemerintah 1.609,1 753,2 20,72

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 2.818,6 1.374,4 36,29

4. Ekspor 2.677,3 1.797,9 34,47

5. Impor 3.632,7 1.927,7 46,77

6. Lainnya*) 480,1 471,6 6,18

PDRB 7.767,0 4.453,8 100,00

*) Termasuk Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

49,11 20,72 36,29 34,47 46,77 6,18 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah

PMTDB Ekspor Impor Lainnya

Gambar 3.

(8)

PENJELASAN TEKNIS

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor neto suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

• Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

• Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku (current prices) harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan.

b. Atas dasar harga konstan (constant prices) harga komoditas barang dan jasa menggunakan tahun dasar referensi 2000.

• Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

• Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap per-ekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

• Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

• Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

• Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu tahun tertentu. Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta  menurut Lapangan Usaha (Persen)
Tabel 2. Nilai PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta  menurut Lapangan Usaha (Miliar Rp,-)
Tabel 5 menunjukkan bahwa PDRB terbesar pada triwulan I tahun 2007 digunakan untuk  konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 3,815 triliun atau 49,11 persen terhadap total PDRB  Provinsi DIY

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi untuk mencari nilai rata-rata dari suatu nilai yang berisi data angka, teks dan nilai logika. adalah nilai yang akan dicari

Untuk pengembangan di daerah lain yang mempunyai lingkungan ber- beda (iklim dan tanah berbeda) perlu dilakukan uji multilokasi di beberapa lokasi selama bebe- rapa tahun,

Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku baja, pasak, atau sekrup satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu alat pengencang dan

Dengan beroperasi nya pabrik tersebut, perusahaan akan memiliki tujuh pabrik pengola- han kelapa sawit dengan total kapasitas produksi sebesar 485 ton per jam, dari kapasitas

Tetapi walaupun terjadi peningkatan jumlah unit usaha dari tahun ke tahun namun pertumbuhan jumlah unit usahanya sedikit, hal ini dikarenakan pengembangan industri

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rosita (2009) menunjukkan bahwa variabel Nilai Utilitarian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini: (1) Pengeluaran untuk investasi dan harga faktor-faktor produksi didasarkan pada harga konstan, (2)

Menurut Ascraft dapat dijelaskan dengan logika bahwa ketika seseorang memiliki kecemasan, maka memunculkan kecemasan dalam tes memberikan hasil yang tidak