• Tidak ada hasil yang ditemukan

Economics Development Analysis Journal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Economics Development Analysis Journal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

32

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

ANALISIS

EFISIENSI

PENGELUARAN

PEMERINTAH

SEKTOR

KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

Eka Dian Puspitasari1, Amin Pujiati2

1PT World Innovative Telecommunication, Indonesia

2Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Desember 2016 Disetujui Januari 2017 Dipublikasikan Februari 2017 ________________ Keywords:

Efficiency, Budget Spending on Health, Data

Envelopment Analysis. ___________________

Abstrak

___________________________________________________________________ Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Pemerintah telah mengatur anggaran kesehatan minimal 10 persen dari total anggaran belanja daerah yang tersedia. Namun, besarnya belanja kesehatan ini belum bisa diimbangi dengan pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis tingkat efisiensi teknis biaya belanja dan teknis sistem pelayanan kesehatan serta target perbaikan agar mencapai efisien di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang menghasilkan nilai efisiensi secara relatif. Variabel yang digunakan adalah belanja kesehatan sebagai variabel input, fasilitas dan layanan kesehatan sebagai variabel output intermediate, serta variabel derajat kesehatan sebagai variabel output. Asumsi yang digunakan adalah Variable Return to Scale (VRS) dan model orientasi output (output oriented). Hasil penelitian menggunakan metode DEA menunjukkan secara efisiensi teknis biaya, hanya terdapat 5 kabupaten/kota (14,3%) telah mencapai efisiensi 100 persen. Sementara secara teknis sistem hanya 11 kabupaten/kota (31,4%) yang telah mencapai kondisi efisien. Artinya sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih belum efisien dalam penggunaan belanja sektor kesehatan.

Abstract

________________________________________________________________ Health is one of important factor in the success of the economic development of a country. The Government has set the health budgets of at least 10 percent of the total budget available area. However, the amount of health budget could not be offset by the achievement of optimal health status. This study aims to analyze the level of technical efficiency costs in the health and care system and to know improvement target in order to achieve the efficiency in Central Java province in 2012-2014. This study uses Data Envelopment Analysis (DEA) method will yield a value relative efficiency. The study using health budget as input variables, facilities and health services as intermediate output variable, as well as degree of health variables as outcomes variable. The assumption used is: Variable Return to Scale (VRS) and the orientation of the model output (output oriented). The results shows that the cost of technical efficiency, just a much as 5 districts (14,3%) had achieved an efficiency of 100 percent. While technically the system only 11 districts (31,4%) who have achieved an efficient condition. This means the most districts in Central Java province still not efficient in the use of health sector budget.

© 2017 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi:

Gedung L2 Lantai 2 FE Unnes

Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: 14dianpuspita@gmail.com

(2)

33 PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi yang semakin meningkat, tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas saja, melainkan yang jauh lebih penting adalah aspek kualitas. Aspek kualitas ini diwujudkan dalam sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan, dan tingkat pendapatan perkapita (Mulyadi, 2003:2-3). Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut UU Nomor 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan pembangunan kesehatan yang sejalan dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Atmawikarta (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian derajat kesehatan masyarakat adalah seberapa besar tingkat pembiayaan untuk sektor kesehatan.

Pemerintah telah menetapkan anggaran belanja kesehatan untuk pemerintah pusat minimal 5% dari APBN di luar gaji, sementara untuk pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota minimal 10% dari APBD di luar gaji. Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2012-2014 mengalami peningkatan belanja kesehatan setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2014, belanja kesehatan Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke tiga di Indonesia di bawah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat memiliki belanja kesehatan terendah. Berikut ini merupakan diagram proporsi APBD menurut fungsi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Sumber : APBD Kabupaten/Kota Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.

Gambar 1. Diagram Proporsi APBD Menurut Fungsi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2014.

Berdasarkan gambar 1. dilihat dari rekap total APBD Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar Rp.13.997 milyar rupiah,.Belanja kesehatan menempati porsi kedua (12%) sebesar Rp.1.625 milyar rupiah di bawah belanja pelayanan umum sebesar Rp.9.234 milyar rupiah (66%). Artinya pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah sesuai dengan penentuan

pengalokasian anggaran kesehatan daerah minimal 10% dari total APBD di luar gaji.

Diberlakukannya otonomi daerah, mendorong daerah untuk mengatur dan mengelola urusan dan keuangan daerah masing-masing. Harapannya pemerintah daerah lebih tau kondisi dan kebutuhan daerahnya. Efisiensi dalam pengeluaran belanja pemerintah diartikan setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pemerintah

Pelayanan Umum 66% Kesehatan 12% Ketertiban dan Ketentraman 1% Ekonomi 8% Lingkungan Hidup 0% Perumahan dan Fasilitas Umum 9% Pariwisata dan Budaya 1% Pendidikan 2% Perlindungan Sosial 2%

(3)

34 daerah menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang optimal (Kurnia, 2006). Data dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, dalam rekap APBD menunjukkan secara umum kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah memiliki trend belanja kesehatan yang cenderung meningkat pada tahun 2012-2014. Sebanyak 14 kabupaten/kota mengalami pertumbuhan belanja kesehatan dengan rata-rata pertumbuhan di atas rata-rata provinsi. Asumsinya dengan trend kesehatan yang meningkat setiap tahunnya, harusnya dapat meningkatkan derajat ksehatan masyarakat yang optimal di Provinsi Jawa Tengah.

Indikator paling peka dan telah disepakati nasional sebagai ukuran derajat kesehatan suatu wilayah yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Harapan Hidup (AHH). Data dari Dinas Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa AKB rata-rata 35 kabupaten/kota tahun 2012-2014 sebesar 10,78 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 15 kabupaten/kota masih memiliki AKB lebih tinggi daripada AKB rata-rata Provinsi. AKB rata-rata tertinggi terdapat di Kabupaten Rembang dengan 15,87 per 1000 kelahiran hidup, dan terendah Kabupaten Surakarta dengan capaian AKB 4,11 per 1000 kelahiran hidup.

Selanjutnya untuk indikator AKI, jumlah kasus AKI selama tahun 2012-2014 tercatat sebanyak 14 kabupaten/kota masih melebihi AKI rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 119,16 per 100.000 kelahiran hidup. AKI rata-rata tertinggi terjadi di Kabupaten Pekalongan mencapai 202,22 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Adapun AKI terendah dicapai Kota Surakarta dengan AKI sebesar 53,31 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Daerah yang mengalami peningkatan AKI selama periode penelitian yaitu Kabupaten Cilacap, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Pekalongan, Tegal, Brebes, dan Kota Semarang. Sedangkan dilihat dari pencapaian indikator AHH selama periode penelitian mengalami peningkatan, akan tetapi meskipun mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebanyak 18

kabupaten/kota rata-rata AHH masih di berada di bawah rata-rata provinsi sebesar 72,1 tahun. AHH tertinggi dicapai oleh Kabupaten Karanganyar dengan capaian usia 73,9 tahun, terendah dimiliki Kabupaten Brebes dengan capaian AHH 68,2 tahun.

Secara umum, sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih mengalami angka kematian ibu dan bayi yang tinggi hal ini terlihat dari besarnya kabupetn/kota yang masih memiliki angka mortalitas di atas angka rata-rata provinsi. Tingkat pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat yang dilihat dari AKB, AKI, dan AHH di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012-2014 masih harus ditingkatkan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis biaya dan teknis sistem belanja sektor dan pelayanan kesehatan serta bagaimana target perbaikan yang dapat ditempuh kabupaten/kota untuk mencapai efisien.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Data yang diambil meliputi data belanja APBD sektor kesehatan, data indikator fasilitas dan layanan kesehatan meliputi jumlah puskesmas; jumlah tenaga bidan; dan jumlah tempat tidur tersedia di rumah sakit, serta data indikator derajat kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), dan angka harapan hidup (AHH). Jenis data yang digunakan adalah data dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014.

Variabel yang digunakan untuk mengukur efisiensi reltif dalam penelitian ini menggunakan variabel input dan output. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel input, variabel output intermediate, dan variabel output. Variabel output intermediate dimaksudkan untuk mengakomodir hubungan

(4)

35 tidak langsung antara variabel input dan variabel output. Varibel input yang digunakan yaitu pengeluaran pemerintah sektor kesehatan yang di proksi belanja kesehatan perkapita. Variabel

output intermediate merupakan indikator fasilitas

dan layanan kesehatan meliputi rasio jumlas puskesmas per 100.000 penduduk, rasio jumlah tenaga bidan per 100.000 penduduk, dan rasio jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit per 100.000 penduduk. Sementara untuk variabel output merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat yang meliputi Angka Kematian Bayi (AKB) yang di proksi Angka Bayi Lahir Hidup (ABH), Angka Kematian Ibu (AKI) yang di proksi Angka Ibu Melahirkan Selamat (AIMS), dan Angka Harapan Hidup (AHH).

Penelitian ini menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA) untuk efisiensi

relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dalam kondisis banyak input maupun output (multi-input and multi-output). Selain itu DEA mampu, mengakomodasi satuan-satuan dari variabel input dan output yang saling berbeda (Rusydiana, 2013). DEA mampu mengukur tingkat efisiensi relatif pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dengan UKE 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Maka akan ditentukan kabupaten/kota yang sudah efisien dan belum efisien dalam penggunaan belanja kesehatannya. Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu (Amirillah, 2014).

DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/ total

weighted input). Untuk mengkalkulasi efisiensi

relatif dari pengeluaran pemerintah sektor kesehatan di Provinsi Jawa Tengah digunakan pemrograman linear sebagai berikut.

Maksimumkan

𝑧𝑘 = ∑𝑠𝑟=1𝑈𝑟𝑘𝑌𝑟𝑘……… (1)

Dengan batasan kendala :

∑𝑠𝑟=1𝑈𝑟𝑘𝑌𝑟𝑘− ∑𝑚𝑖=𝑘𝑉𝑖𝑘𝑋𝑖𝑘≤ 0 ; 𝑘 = 1,2, … , 𝑛 , .. ……….(2) ∑𝑚𝑖=𝑘𝑉𝑖𝑘𝑋𝑖𝑘= 1.………...……...(3) 𝑈𝑟𝑘≥ 0 ; 𝑟 = 1, 2, … , 𝑠 … ……… (4) 𝑉𝑖𝑘≥ 0 ; 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚 … .. ……… (5) Keterangan dari persamaan di atas dijelaskan sebagai berikut:

Zk = Kabupaten/kota yang diamati

K =Kabupaten/kota yang dinilai dalam analisis yaitu 35 kabupaten/kota

𝑌𝑟𝑘 = Jumlah output r yang dihasilkan oleh UKE

k

𝑋𝐼𝑘 = Jumlah input I yang digunakan UKE k

s =Jumlah output yang dihasilkan (layanan, fasilitas kesehatan dan derajat

kesehatan).

m =Jumlah input yang digunakan (belanja kesehatan kabupaten/kota)

𝑈𝑟𝑘=Bobot tertimbang dari output r yang

dihasilkan tiap UKE k

𝑉𝑖𝑘 =Bobot tertimbang dari input i yang

dihasilkan tiap UKE k

Asumsi model yang digunakan dalam penelitian ini adalaha orientasi output artinya sejumlah output yang dapat ditingkatkan secara proporsional tanpa mengubah jumlah input yang digunakan. Sehingga dari analisis efisiensi ini akan dihasilkan efisiensi teknis biaya dan efisiensi teknis sistem. Serta menggunakan pendekatan Variable Return to Scale (VRS) dengan asumsi bahwa rasio penambahan input dan output adalah tidak sama. Dalam sektor kesehatan penambahan proporsi input belum tentu dapat meningkatkan proporsi output dengan nilai yang sama, karena ada faktorlain yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat, kondisi lingkungan, dan lain sebagainya.

Agar dapat memastikan tingkat capaian efisiensi teknis belanja sektor kesehatan, maka diperlukan adanya pembangian kriteria ukuran tingkat efisiensi, yaitu efisiensi sempurna/optimum, efisiensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, dan tidak efisien (Fathoni, 2016).

(5)

36 Tabel 1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Teknis Belanja Kesehatan di Provinsi

Jawa Tengah

Kriteria Efisiensi Nilai Efisiensi (persen) Sempurna/Optimum 100 Tinggi 81-99 Sedang 60-80 Rendah 41-59 Tidak Efisien ≤ 40 Sumber : Fathoni, 2016.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Efisiensi Teknsi Biaya Belanja Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Nilai efisiensi teknis biaya dihasilkan dari perbandingan antara variabel input berupa

belanja kesehatan perkapita masing-masing pemerintah kabupaten/kota dengan variabel

output intermediate berupa indikator fasilitas dan

layanan kesehatan yang tersedia atas belanja kesehatan tersebut. Variabel output intermediate menggambarkan seberapa besar upaya pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas dan layanan kesehatan yang memadai bagi masyarakatnya. Asumsi yang digunakan yaitu

Variable Return to Scale, artinya besarnya belanja

kesehatan yang dikeluarkan pemerintah daerah mampu menghasilkan jumlah output fasilitas dan layanan kesehatan dengan besaran yang tidak sama. Lebih lanjut model yang digunakan adalah orientasi output (output oriented). Hasil perhitungan nilai efisiensi teknis biaya belanja sektor kesehatan di Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil perhitungan Efisiensi Teknis Biaya belanja sektor kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014.

Kabupaten/Kota Efisiensi Teknis Biaya Rata-Rata Efisiensi 2012 2013 2014 Kab. Cilacap 70,62 100,00 100,00 90,21 Kab. Banyumas 65,32 68,88 61,14 65,11 Kab. Purbalingga 61,70 60,05 55,69 59,15 Kab. Banjarnegara 100,00 100,00 84,79 94,93 Kab. Kebumen 99,82 85,54 94,68 93,35 Kab. Purworejo 82,40 83,21 100,00 88,54 Kab. Wonosobo 74,53 71,98 76,53 74,35 Kab. Magelang 65,84 68,13 100,00 77,99 Kab. Boyolali 71,66 69,56 70,64 70,62 Kab. Klaten 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Sukoharjo 96,38 89,69 98,79 94,95 Kab. Wonogiri 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Karanganyar 83,49 78,05 86,52 82,69 Kab. Sragen 100,00 98,12 100,00 99,37 Kab. Grobogan 76,31 85,58 84,68 82,19 Kab. Blora 72,55 72,01 77,36 73,97 Kab. Rembang 100,00 93,81 85,32 93,04 Kab. Pati 71,49 71,70 79,86 74,35 Kab. Kudus 77,84 75,17 81,24 78,08 Kab. Jepara 78,33 72,03 63,19 71,18 Kab. Demak 61,15 61,89 67,59 63,54 Kab. Semarang 67,57 65,05 67,66 66,76 Kab. Temanggung 90,28 88,22 100,00 92,83 Kab. Kendal 88,87 81,93 69,63 80,14

(6)

37

Kabupaten/Kota Efisiensi Teknis Biaya Rata-Rata Efisiensi 2012 2013 2014 Kab. Batang 89,02 82,15 86,36 85,84 Kab. Pekalongan 83,59 79,92 73,61 79,04 Kab. Pemalang 84,83 82,98 100,00 89,27 Kab. Tegal 68,00 64,16 66,45 66,20 Kab. Brebes 70,45 59,34 73,50 67,76 Kota Magelang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Surakarta 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Salatiga 83,96 84,71 83,89 84,19 Kota Semarang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Pekalongan 86,29 83,76 97,08 89,04 Kota Tegal 75,68 75,66 78,07 76,47

Sumber : Data sekunder, diolah.

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan pada tahun 2012 hanya terdapat delapan kabupaten/kota yang telah mencapai nilai efisiensi sempurna 100 persen. Tahun 2013, jumlah kabupaten/kota yang mampu mencapai efisiensi 100 persen berkurang menjadi tujuh daerah. Daerah yang mengalami penurunan tersebut adalah Kabupaten Cilacap. Tahun 2014, kabupaten/kota yang mampu mencapai efisiensi 100 persen bertambah lagi menjadi sebelas daerah. Daerah tersebut adalah Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta, dan Kota Semarang.

Selama tahun 2012-2014, secara rata-rata daerah yang telah mencapai efisiensi sempurna teknis biaya hanya sebanyak lima kabupaten/kota (14,3 persen) yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kota Magelang, Kota Surakarta, dan Kota Semarang Sementara daerah dengan rata-rata efisiensi terendah yaitu Kabupaten Purbalingga. Daerah yang telah mencapai efisiensi sempurna teknis biaya sebesar 100 persen mengindikasikan bahwa daerah tersebut telah efisien dalam penggunaan input berupa belanja kesehatan pemerintah daerah yang dialokasikan untuk penyediaan

fasilitas dan layananan kesehatan dasar yang terdiri dari penyediaan jumlah puskesmas, jumlah tenaga bidan, dan jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit. Dengan asumsi bahwa tambahan input berupa biaya yang digunakan untuk membiayai belanja kesehatan telah menghasilkan tambahan output. Sedangkan daerah yang belum mencapai skor efisiensi 100 persen, mengindikasikan bahwa daerah tersebut belum masih kurang optimal dalam penggunaan belanja sektor kesehatannya. Efisiensi Teknis Sistem Pelayanan Kesehatan

Efisiensi teknis sistem ini dihasilkan dengan memasukkan input berupa fasilitas dan layanan kesehatan dasar yang terdiri dari rasio jumlah puskesmas, rasio jumlah tenaga bidan, dan rasio jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit di dibandingkan dengan variabel output berupa indikator derajat kesehatan masyarakat meliputi AKB yang di proksi ABH, AKI yang di proksi AIMS, dan AHH. Dengan asumsi bahwa besarnya input fasilitas dan layanan kesehatan dasar yang diupayakan pemerintah daerah mampu menghasilkan jumlah derajat kesehatan masyarakat dengan besaran yang tidak sama (Variable Return to

Scale), model orientasi output. Hasil perhitungan

nilai efisiensi teknis sistem pelayanan kesehatan di Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

(7)

38

Tabel 3. Hasil perhitungan Efisiensi Teknis Sistem Sektor kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014.

Sumber : Data sekunder, diolah.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa pada tahun 2012, secara efisiensi teknsi sistem hanya terdapat tiga belas kabupaten/kota yang telah mencapai efisiensi sempurna 100 persen. Tahun 2013, daerah yang mempu mencapai efisiensi sempurna 100 persen

bertambah menjadi tujuh belas daerah. Tahun 2014 bertambah kembali menjadi dua puluh daerah kabupaten/kota yang mampu mencapai efisiensi sempurna 100 persen. Selama tahun 2012-2014, pencapaian rata-rata efisiensi teknis sistem hanya terdapat sebelas kabupaten/kota Kabupaten/Kota Efisiensi Teknis Sistem Rata-Rata

Efisiensi 2012 2013 2014 Kab. Cilacap 99,62 99,64 99,57 99,61 Kab. Banyumas 99,98 100,00 100,00 99,99 Kab. Purbalingga 99,64 99,50 100,00 99,71 Kab. Banjarnegara 99,15 99,47 99,87 99,50 Kab. Kebumen 99,78 99,85 99,62 99,75 Kab. Purworejo 99,43 99,62 99,59 99,55 Kab. Wonosobo 99,37 99,76 99,72 99,62 Kab. Magelang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Boyolali 99,47 99,90 99,75 99,71 Kab. Klaten 99,70 99,69 99,98 99,79 Kab. Sukoharjo 99,59 99,39 100,00 99,66 Kab. Wonogiri 99,15 99,92 100,00 99,69 Kab. Karanganyar 99,83 100,00 100,00 99,94 Kab. Sragen 100,00 100,00 99,81 99,94 Kab. Grobogan 99,41 99,45 98,55 99,14 Kab. Blora 99,75 99,72 99,36 99,61 Kab. Rembang 99,58 99,53 100,00 99,70 Kab. Pati 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Kudus 99,86 99,94 100,00 99,93 Kab. Jepara 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Demak 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Semarang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Temanggung 100,00 100,00 99,43 99,81 Kab. Kendal 99,50 99,44 100,00 99,65 Kab. Batang 99,60 99,45 99,56 99,54 Kab. Pekalongan 99,66 99,91 99,92 99,83 Kab. Pemalang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Tegal 100,00 100,00 100,00 100,00 Kab. Brebes 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Magelang 99,49 100,00 99,43 99,64 Kota Surakarta 99,77 100,00 100,00 99,92 Kota Salatiga 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Semarang 100,00 100,00 100,00 100,00 Kota Pekalongan 100,00 100,00 99,99 100,00 Kota Tegal 99,73 99,64 100,00 99,79

(8)

39 (31,4 persen) yang mampu mencapai efisiensi sempurna 100 persen. Sama halnya dengan efisiensi teknis biaya, daerah yang belum mencapai efisiensi 100 persen mengindikasikan bahwa daerah tersebut belum optimal dalam mengupayakan fasilitas dan layanan kesehatan dasar untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat optimal. Dengan kata lain kebijakan menambah jumlah fasilitas dan layanan kesehatan pada daerah-daerah yang inefisien jika tidak diikuti perbaikan sistem kesehatan justru akan berdampak pada pencapaian tingkat

derajat kesehatan masyarakat.

Target Perbaikan Input dan Output untuk Mencapai Kondisi Efisien

Efisiensi DEA selain mampu menemukan nilai efisiensi relatif dari masing-masing UKE, juga mampu membuat scenario perbaikan input dan output bagi yang belum efisien melalui identifikasi input yang terlalu banyak dan output yang terlalu rendah. Berikut di sajikan hasil perhitungan target variabel input dan output yang belum efisien untuk mencapai efisien.

Tabel 4. Target Perbaikan Variabel Input dan Output dalam Mencapai Efisiensi Teknis Biaya dan Efisiensi Teknis Sistem Belanja Sektor Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

Kabupaten/Kota Variabel Actual Target Potential

Improvement

Klaten Efisiensi Teknis Biaya

- Belanja Kesehatan + Rasio Puskesmas + Rasio Bidan + Rasio Tempat Tidur

148106,47 13,00 51,04 88,21 148106,47 13,00 51,04 88,21 - - - - Efisiensi Teknis Sistem

- Rasio Puskesmas - Rasio Bidan

- Rasio Tempat Tidur + ABH + AIMS + AHH 13,00 51,04 88,21 996,07 107237,07 76,54 12,35 50,30 88,21 996,31 108558,46 76,56 (05,01) (01,44) - - 01,23 00,02

Wonogiri Efisiensi Teknis Biaya

- Belanja Kesehatan + Rasio Puskesmas + Rasio Bidan + Rasio Tempat Tidur

200649,97 22,31 33,83 78,13 200649,97 22,31 33,83 78,13 - - - - Efisiensi Teknis Sistem

- Rasio Puskesmas - Rasio Bidan

- Rasio Tempat Tidur + ABH + AIMS + AHH 22,31 33,83 78,13 995,54 115376,04 75,84 22,31 33,83 78,13 995,54 115376,04 75,84 - - - - - -

Purbalingga Efisiensi Teknis Biaya

- Belanja Kesehatan + Rasio Puskesmas + Rasio Bidan + Rasio Tempat Tidur

208052,41 9,11 32,95 47,12 208052,41 16,36 59,16 84,61 - 79,56 79,56 79,56 Efisiensi Teknis Sistem

(9)

40

Kabupaten/Kota Variabel Actual Target Potential

Improvement

- Rasio Puskesmas - Rasio Bidan

- Rasio Tempat Tidur + ABH + AIMS + AHH 9,11 32,95 47,12 995,14 109609,93 72,80 9,11 32,95 47,12 995,14 109609,93 72,80 - - - - - - Sumber : Data sekunder, diolah.

Berdasarkan hasil perhitungan target perbaikan, menunujukkan bahwa dari 35 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah daerah yang telah mencapai efisiensi sempurna 100 persen baik efisien teknis biaya dan efisiensi teknis sistem tidak ditemukan adanya nilai target dan potential improvement yang harus diubah oleh Pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Tabel 4. di atas dijelaskan target perbaikan untuk sebagian kabupaten/kota yang telah mencapai efisiensi teknis biaya, maupun efisiensi teknsi sistem, dan yang telah efisien diantara keduanya.

Kabupaten/kota yang telah efisien teknis biaya belum tentu efisien secara teknis sistem, begitu sebaliknya. Kabupaten Purbalingga telah mencapai kondisi efisien sempurna secara teknis sistem 100 persen, akan tetapi secara teknis biaya Kabupaten Purbalingga memiliki nilai capaian efisiensi rendah yaitu sebesar 59,15 persen. Dengan demikian, kebijakan Pemerintah Kabupaten Purbalingga yang perlu ditempuh adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya. Maka target perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan target output faslitas dan layanan kesehatan berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 9,11 menjadi 16,36 unit per 100.000 penduduk, rasio jumlah bidan dari jumlah aktual 32,95 menjadi 59,16 bidan per 100.000 penduduk, serta rasio jumlah tempat tidur dari 47,12 menjadi 84,61 unit per 100.000 penduduk.

Berdasarkan hasil perhitungan target perbaikan efisiensi teknis biaya dan teknis sistem menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 dapat diketahui bahwa tingkat keparahan terjadi pada efisiensi teknis

biaya masih berada dalam kriteria efisiensi sedang dengan nilai efisiensi 60-80 persen, berbeda dengan efisiensi teknis sistem, yang nilai efisiensinya berada dalam kriteria efisiensi tinggi dari 81-99 persen. Dengan demikian, perhitungan tentang target perbaikan efisiensi teknis biaya yaitu lebih mengoptimalkan pengelolaan anggaran. Namun kebijakan yang diambil tidak menurunkan anggaran sektor kesehatan, tetapi lebih menekankan pada optimalisasi output, yaitu rasio jumlah puskesmas, rasio jumlah tenaga bidan dan rasio jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit.

Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunarson (2008) dan Verhoeven (2007) menunjukkan bahwa pada daerah yang diteliti belanja sektor kesehatan yang digunakan juga masih belum efisien artinya belanja pemerintah dinilai belum dialokasikan dengan optimal. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah yaitu penelitian Indriati (2011) yang meneliti tentang efisiensi belanja daerah sektor kesehatan di Kabupaten Sumbawa, hasilnya menunjukkan bahwa secara teknis biaya dan teknis sistem, efisiensi yang terjadi pada beberapa kecamatan yang diteliti juga bervariasi dan secara umum masih terdapat banyak daerah yang belum efisien.

SIMPULAN

Perolehan tingkat efisiensi teknis baik efisiensi teknis biaya maupun efisiensi teknis sistem di Provinsi Jawa Tengah masih mengalami inefisiensi dalam penggunaan belanja sektor kesehatannya. Capaian tingkat

(10)

41 efisiensi teknis di Provinsi Jawa Tengah masih dalam kriteria capaian efisiensi tinggi antara 81-99 persen. Maka diperlukan target perbaikan target perbaikan untuk variabel input dan output agar mencapai efisien dalam penggunaan belanja kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amirillah, A. (2014). EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. JEJAK: Jurnal

Ekonomi Dan Kebijakan, 7(2).

doi:http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i2.38 95

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Data

APBD Tahun Berjalan,

http://www.djpk.depkeu.go.id/. (04 Februari 2016).

Fathoni, A. (2016). ANALISIS EFISIENSI EKONOMI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2011. Economics Development Analysis Journal, 5(1). doi:http://dx.doi.org/10.15294/edaj.v5i1.107 79

Indriati, Neneng Erlina. 2014. Analisis Efisien Belanja Daerah di Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus Bidang Pendidikan dan Kesehatan). Dalam Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan. 6 (2): 192-205

Javarov dan Gunnarson. 2008. Government Spending on Health Care and Education in Croatia: Efficiency and Reform Options. IMF Working Paper, WP/08/136.

Kurnia. 2006. Model Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Sektor Publik Metode Free Disposable Hull (FDH). Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan. 11 (2): 1-20.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam

Perpsektif Pembangunan. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Rusydiana, Aam Slamet. 2013. Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis. Bogor : Smart Publishing.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Gambar

Gambar  1.  Diagram  Proporsi  APBD  Menurut  Fungsi  Pemerintah  Provinsi  Jawa  Tengah  tahun  2014
Tabel 2. Hasil perhitungan Efisiensi Teknis Biaya belanja sektor kesehatan  di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014
Tabel 3. Hasil perhitungan Efisiensi Teknis Sistem Sektor kesehatan  di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014
Tabel 4. Target Perbaikan Variabel Input dan Output dalam Mencapai Efisiensi Teknis Biaya dan  Efisiensi Teknis Sistem Belanja Sektor Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Kamus data merupakan alat yang digunakan untuk mendeskripsikan isi dan semantik data,laporan, dan seluruh aliran informasi dalam sistem. Kamus data terdiri dari nama

Partisipasi masyarakat adalah hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan daerah yaitu memberi masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam

Tujuan perhitungan angka kematian balita terhadap mutu Rumah Sakit adalah untuk memberikan gambaran tentang angka kematian balita di RSUD Kota Semarang pada tahun

Nanda: mengenai ASITF, secara umum tujuan dari dibentuknya ASEAN Seaport Interdiction Task Force ( ASITF) adalah untuk memperkuat koordinasi dalam meningkatkan pertukaran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang ngatif dan signifikan antara persepsi terhadap peran ayah dengan intensi

13.4 Pemegang Akaun selanjutnya bersetuju bahawa sekiranya Bank didakwa atau dijadikan pihak dalam sebarang guaman berbangkit daripada tindakan Bank yang menarik balik, menggantung

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan kinerja OPD dalam mendorong peningkatan produktivitas komoditas perkebunan, melalui pengembangan Teknologi

Nana Nofianti, Tenny Badina, Aditia Erlangga, 2015, “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga,