• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN

(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap

SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016)

(SKRIPSI)

Oleh

Siska Septi Turmiati

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(2)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN

(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap

SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016)

ABSTRAK

Oleh

Siska Septi Turmiati

Penelitian ini bertujuan mengetahui miskonsepsi materi IPA Biologi dan materi IPA yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa. Desain penelitian ini menggunakan kajian deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari tes soal pilihan jamak dan esay yang di analisis dengan metode Certainty of Response Index (CRI). Data kualitatif berupa hasil wawancara tentang miskonsepsi dengan guru pelajaran IPA. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1dan VIII2 semester genap yang dipilih dari populasi secara simple random sampling, sehingga diperoleh total siswa sampel 58.

Hasil perhitungan siswa menunjukkan bahwa kategori miskonsepsi dan tidak tahu konsep siswa mencapai 55% dari jumlah siswa. Miskonsepsi berdasarkan kriteria jawaban Certainly of Response Index (CRI) yaitu 13,28. Hasil persentase

(3)

iii

perhitungan miskonsepsi siswa yaitu 22,89% dan masuk ke dalam kriteria rendah. Sub konsep yang paling dominan mengalami miskonsepsi pada materi satuan-satuan ekosistem. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada materi IPA Biologi kelas VII semester genap adalah ciri dan

klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, kepadatan populasi manusia, dan peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.

(4)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN

(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap

SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

Siska Septi Turmiati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumi Agung, Way Kanan pada 02 September 1993, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tursino dengan Ibu Sukatmi. Alamat penulis di Bumi Agung Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way Kanan. Nomer Handphone: 085769871440

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Bumi Agung (2000-2006), MTs Darul Ulum Buay Bahuga (2006-2009), SMA Negeri 1 Bumi Agung (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 1 PGRI Pekon Bangun Negara, Pesisir Selatan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Pesisir Barat (Tahun 2015), dan penelitian pendidikan di SMP Negeri 2 Buay Bahuga untuk meraih gelar sarjana pendidikan/ S.Pd. (Tahun 2016).

(9)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tercurahkan.

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita senantiasa melaksanakan sunah-sunah beliau. Skripsi ini kupersembahkan sebagai ungkapan rasa tanda bakti dan

cintaku kepada:

Ibunda Sukatmi dan Ayahanda Tursino yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, memberikan segala doa, selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Adikku Lucky Wijayanto dan Lucy Wijayanti yang selalu mendoakanku, serta saudara- saudaraku yang telah memberikan

dukungan, bantuan, kebahagiaan dan selalu memotivasiku. Guru dan dosen atas ilmu, nasihat, arahan dan bimbingan yang

telah diberikan sehingga membuat hidup ini lebih bermakna. Almamater tercinta, Kampus Hijau Universitas Lampung.

(10)

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekeraja keras

(untuk urusan yang lain)” (QS. Asy-Syarh: 6-7)

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk

kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS. Al-‘Ashr:2-3)

“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7)

(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi Semester Genap Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan (Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran

2015/2016)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

dan Pembahas atas saran- saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga 4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I dan PA yang telah

memberikan bimbingan, dan motivasi yang sangat berharga hingga skripsi ini dapat selesai;

(12)

xii

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan kesabarannya dalam bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Jamil Annas, S.Pd., Selaku kepala SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

7. Devy Yunita Nahroni, S.Pd., selaku guru IPA SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan yang telah memberikan izin dan bantuan serata saran-saran selama penelitian;

8. Siswa-siswi SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan atas kerja sama dan perhatiannya selama penelitian berlangsung;

9. Teman seperjuanganku Ita Reziana, Sayuti Sri Lestari, Septiana Puspita Sari, dan Inka Attahu Ulfa, atas motivasi, bantuan, dan semangat yang telah diberikan;

10. Keluarga kecilku asrama Gamalama atas doa dan persahabatan yang kalian berikan;

11. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah selalu meridhoi dan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua, penulis mengucapkan syukur yang sebesarnya karena telah mampu menyelesaikan skripsi ini semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2017 Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xvi I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Fikir ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA ... 10

B. Identifikasi Miskonsepsi ... 14

C. Metode dan Model yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Desain Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Jenis Data dan Tehnik Pengumpulan data ... 29

F. Analisis Data ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ... 40

B. Pembahasan ... 42

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

(14)

xiv

LAMPIRAN ... 55

1. Kisi-kisi Soal ... 56

2. Lembar Soal ... 75

3. Cara menghitung persentase miskonsepsi ... 83

4. Tabulasi data Siswa ... 88

5. Tabulasi hasil persentase pemahaman konsep siswa ... 89

6. Penghitungan data standar devisi ... 90

7. Perhitungan per-sub konsep ... 91

8. Foto siswa mengerjakan soal ... 92

9. Dialog wawancara dengan guru ... 94

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabulasi data sampel dan populasi ……….………... 28

2. Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman Siswa ...……….. 30

3. Rubik penilaian soal 20 pilihan jamak beralasan dan 5 esay ... 30

4. Tabulasi data siswa …..…..………... 37

5. Matriks untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI ………... 38

6. Hasil perhitungan presentase ini kemudian dikualifikasikan …... 39

7. Hasil kriteria jawaban CRI ……….……….... 41

8. Persentase hasil kuantifikasi miskonsepsi siswa ………... 41

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pikir ……….………. 9

2. Foto siswa mengerjakan soal ……..……….... 92

3. Foto siswa mengerjakan soal …….……….... 92

4. Foto siswa mengerjakan soal .………….……….... 93

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berfikir adalah memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berprilaku (Dharma dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 1). Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi (Semiawan dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 1). Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berfikir terjadi di dalam otak. Menurut Morris, bahan-bahan dasar itu adalah bayang-bayang dan konsep-konsep, untuk selanjutnya konsep-konsep tersebut kemudian diformulasikan ke dalam bentuk kata-kata atau bahasa (Dharma dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 1). Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan arti atau makna dan konsep dari sesuatu, sehingga lebih bersifat abstrak di bandingkan hal-hal yang nyata. Cara berfikirnya orang Indonesia kebanyakan masih pasif dan kurang kritis.

Seorang guru menurut Sutarmanto (2012: 17), harus dituntut memiliki empat kompetisi, yaitu kompetisi pedagogi, kompetisi kepribadian, kompetisi sosial, dan kompetisi profesional. Jika salah satu dari kompetisi tidak dimiliki oleh guru, maka guru dapat dianggap kurang baik. Misalnya pada kompetisi profesional, guru di tuntut untuk menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan agar guru menjadi guru yang profesianal dalam menyampaikan

(18)

2

materi. Penguasaan materi yang baik maka dapat menyampaikan materi dengan profesional dan tidak terjadi salah penyampaian atau miskonsepsi pada

materi.jika terjadi miskonsepsi pada siswa akan berdampak buruk pada siswa untuk jenjang selanjutnya.

Adisendjaja (2007: 4), berdasarkan pemantauan dalam penelitian yang berkaitan dengan miskonsepsi telah banyak dilakukan dan dilaporkan oleh Odom, diantaranya terdapat miskonsepsi pada siswa tentang tubuh manusia. Hal yang paling penting dari temuan miskonsepsi ini adalah bahwa

miskonsepsi yang pernah diperoleh siswa waktu sekolah masih tetap ada atau menetap pada dirinya (Odom dalam Adisendjaja, 2007: 4). Miskonsepsi yang ada pada siswa ini kemungkinan disebabkan oleh guru yang kurang memahami konsep dan lebih besar lagi kemungkinannya disebabkan oleh buku teks yang bahasanya susah di pahami. Miskonsepsi pada siswa akan dilipatgandakan oleh miskonsepsi buku teks. Buku teks yang dijadikan satu-satunya sumber

informasi bagi guru maka akan mendorong terjadinya miskonsepsi pada guru. Penggunaan buku teks oleh lebih dari 90% guru sains dari 95% waktunya (Yager dan Pennick dalam Adisendjaja, 2007: 4).

Brandwein (dalam Adisendjaja, 2007: 4), melaporkan bahwa usaha paling utama dalam pendidikan sains adalah berpusat pada penulisan buku teks. Buku teks yang dijadikan sumber harus lebuh dari satu buku teks. Karena

pemahaman siswa banyak yang terbatas dan kurang paham dengan bahasa buku yang sulut di pahami.

(19)

3

Suparno (dalam Taufik, 2012: 199), konsepsi mahasiswa yang berbeda dengan konsepsi ilmu pengetahuan disebut miskonsepsi. Berbagai pengertian lain tentang miskonsepsi yaitu: suatu konsep yang dipercaya orang walaupun secara obyektif salah. Ide atau pemikiran yang salah; Kesalahan konsepsi, pendapat yang salah, pemahaman yang keliru (Dykstra dalam Taufik, 2012: 199). Nama lain dari istilah miskonsepsi yang digunakan oleh para peneliti diantaranya adalah intuisi (intuitions), konsepsi alternatif (alternative conceptions), kerangka alternatif (alternative frame), dan teori naif. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menghindari label salah, karena miskonsepsi mahasiswa sering merupakan bagian dari teori siswa (children theories) yang tampaknya cukup logis dan cukup konsisten, meskipun tidak cocok dengan konsepsi ilmuwan.

Suniati, Sadia, dan Suhandana (2013: 4), sumber penyebab timbulnya

miskonsepsi ada yang berasal dari buku sumber, dari siswa itu sendiri, dan dari faktor guru. Terlebih IPA di SMP terdiri dari Fisika, Kimia, dan Biologi, yang diajarkan secara terpadu. Hal ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan penyesuaian diri, dan kemampuan untuk beradaptasi. Apalagi sebagian besar guru IPA di SMP memiliki latar belakang keilmuan yang spesifik, misalnya pendidikan Fisika, Kimia, atau Biologi. Oleh karena itu sering kali guru dalam menyampaikan materi IPA tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya sehingga mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu dalam pembelajaran

diperlukan suatu media yang bisa membantu guru dalam menyampaikan suatu konsep. Dalam menyampaikan materi guru diharuskan memahami konsep agar

(20)

4

tidak terjadi miskonsepsi saat proses belajar. Karena bahasa guru yang disampaikan siswa harus mudah dipahami oleh siswa.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan, pembelajaran yang dilakukan masih banyak menggunakan metode ceramah dan diskusi, siswa pun cenderung diam dan pasif. Pada materi tertentu, siswa sering terjadi miskonsepsi karena kurang pahamnya siswa terhadap materi. Selain itu, dalam pembelajaran biologi, pemberian materi masih bersifat teoritis sehingga saat siswa diberikan suatu permasalahan, siswa tidak mampu mengidentifikasi serta memberikan solusi penyelesaian

masalahnya. Sehingga menyebabkan sering terjadinya miskonsepsi pada siswa karena siswa kurang memahami konsep pada materi. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa sering diakibatkan karena kurang pemahaman konsep siswa

terhadap materi yang dipelajari siswa, sebab siswa harus memahami konsep yang disampaikan oleh guru agar tidak sering terjadi miskonsepsi terhadap siswa. Miskonsepsi siswa susah untuk diperbaiki karena miskonsepsi bersifat sulit untuk di hilangkan atau diperbaiki.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul ”Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Semester Genap Pada Siswa Kelas

(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang adalah:

1. Berapakah besar persentase miskonsepsi materi IPA semester genap pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan ?

2. Materi manakah yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui presentase miskonsepsi materi IPA semester genap pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan

2. Mengetahui materi IPA yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti, yaitu dapat memberikan pengalaman baru, wawasan, dan bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memahami konsep pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.

2. Guru, yaitu untuk mengevaluasi diri dalam pemahaman konsep IPA dan memperbaiki terjadinya miskonsepsi pada siswa.

3. Siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA bagi siswa agar tidak tejadi miskonsepsi.

(22)

6

4. Sekolah, yaitu dapat memberi masukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPA dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekoalah agar tidak terjadinya miskonsepsi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Langkah-langkah untuk mengetahui terjadinya miskonsepsi yaitu dilakukan tes dengan cara memberikan soal-soal tertulis

2. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016

3. Materi pokok yang diamati adalah materi IPA SMP kelas VII semester Genap Tahun ajaran 2015/2016 yaitu Ciri dan klasifikasi makhluk hidup dan klasifikasi makhluk hidup, Ekosistem, Kepadatan populasi manusia, dan Peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan

4. Dokumen soal tes tertulis yang digunakan yaitu dari soal TIMS Tahun 2003-2011, PISSA Tahun 2006, dan Ujian Nasioanal Tahun

2013/2014-2014/2015

5. Bentuk soal yang akan diujikan yaitu esay terbuka

6. Identifikasi miskonsepsi menggunakan metode CRI dengan mengkategorikan tingkat pemahaman konsep siswa

F. Kerangka Pikir

Miskonsepsi merupakan suatu gagasan atau ide yang salah dan tidak sesuai dengan suatu pengertian yang diterima atau yang diakui kebenarannya. Pembentukan konsep awal diperoleh dari lingkungan sekitar dan prakonsepsi

(23)

7

siswa. Pembelajaran IPA akan dipengaruhi oleh guru, buku teks, metode, konteks, dan siswa. Sumber miskonsepsi dapat berawal dari penafsiran yang salah pada siswa ataupun penyampaian materi pada guru. Faktor miskonsepsi dapat juga berawal dari siswa yang sudah memiliki konsep sendiri sebelum mengetahui konsep sebenarnya. Konsep siswa yang sudah di tanamkan pada diri siswa biasanya berawal dari sebuah perkataan opini yang faktanya belum di buktikan dengan landasan teori yang benar. kesalahan konsep jika dilakukan oleh guru berarti karena guru yang kurang memahami konsep yang sebenarnya.

Tetapi jika kesalahan konsep IPA terjadi dari bahasa buku yang susah

dimerngerti, maka guru harus lebih mempelajari konsep IPA tersebut dengan menggunakan sumber-sumber lain yang terkait dari berbagai buku IPA. Untuk memperbaiki terjadinya miskonsepsi pada siswa, guru harus memiliki jiwa profesional dan memahami konsep IPA dengan benar, dan guru harus menyampaikan konsep IPA dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa agar tidak terjadi miskonsepsi pada materi IPA.

Metode mengajar guru IPA juga harus diperhatikan dan penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar agar siswa mengerti dengan metode yang di ajarkan oleh guru dalam menggunakan konsep IPA yang di sampaikan oleh guru dimengerti oleh siswa. Pada pembelajaran IPA, salah satunya adalah mata pelajaran biologi, siswa tidak hanya dituntut untuk mengingat dan

memahami materi pembelajaran, namun juga mencari tahu suatu kebenaran dari konsep sains dengan melakukan berbagai pengamatan. Kemampuan memahami konsep IPA sangat perlu untuk dilatih dan dikembangkan oleh

(24)

8

siswa untuk membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya secara akurat sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun pencarian solusi miskonsepsi yang terjadi dengan sudut pandang yang aktual.

Konsep pembelajaran IPA yang sudah diterima siswa, terkadang siwa ada yang tidak tahu konsep pelajaran yang sudah diberikan tetapi ada juga siswa yang mengerti konsep yang sudah diberikan dalam pembelajaran bahkan ada siswa yang mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran.

Terdapat suatu teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa yaitu dengan menggunakan Metode Certainty of Response

Index (CRI). Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat

membedakannya dengan tidak tahu konsep, tahu konsep dan miskonsepsi. Metode (CRI) ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan pada siswa. Dengan cara analisis CRI maka dapat membedakan siswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan miskonsepsi dengan didasarkan pada jawaban benar atau salah yang telah diberikan oleh siswa.

(25)

9

Untuk memperjelas kerangka pikir, dapa dilihat bagan di bawah ini:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Pembentukan konsep awal

Prakonsepsi Siswa Buku Teks Konsep-Konsep Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA Metode Konteks

Tidak Tahu Konsep Tahu Konsep

Certainty Of Response Index (CRI )

Miskonsepsi

Siswa Guru

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar yaitu SD dan SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu membutuhkan profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam menyampaikan pengetahuan. IPA secara utuh Selain itu, dalam penyampaian IPA secara terpadu diperlukan suatu sarana yang berupa model pembelajaran beserta perangkat pembelajaran yang sesuai. Lesson study yang dapat dijadikan salah satu metode untuk guru dalam melakukan tukar pikiran dalam

penyusunan dan pengembangan rencana pembelajaran IPA terpadu (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 1).

Menurut Sudrajat (dalam Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 1-2), lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study perlu dilakukan di Indonesia, karena upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan yang telah dilakukan pemerintah mela-lui berbagai program pelatihan guru, umumnya sebatas untuk peningkatan pemahaman materi pelajaran, sedangkan pengenalan metode pembelajaran dilakukan terpisah dari materi pelajaran. Hal tersebut mempersulit guru untuk

(27)

11

mengintegrasikan. Lesson study yang diterapkan sebagai model bimbingan mahasiswa calon guru terbukti dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa da-lam menerapkan strategi pembelajaran (Rustono dada-lam Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2) (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).

Melalui tiga tahapan yang ada dalam lesson study, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see), guru yang berkolaborasi dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran untuk mendapatkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Pengembangan pembelajaran IPA terpadu ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Base Learning (PBL). Pada model pembelajaran berbasis masalah,

pembelajaran dilaksanakan dengan menyajikan suatu permasalahan kepada siswa, dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penyelesaian suatu masalah yang berkaitan de-ngan IPA dilakukan melalui suatu metode il-miah (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).

Pelaksanaan metode ilmiah ini menuntut siswa untuk melakukan suatu kerja ilmiah, sehingga pembelajaran dengan berbasis masalah memberikan

kesempatan pada siswa untuk dapat meningkatkan ketrampilan kerja ilmiahnya. Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu yang

mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hi-dup atau sains tentang kehihi-dupan dan sains tentang dunia fisik. Pengetahuan sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan oleh sainstis dalam mencari jawaban pertanyaan” apa?”, ”mengapa?”, dan “bagaimana?” dari gejala-gejala alam serta

(28)

12

penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).

Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung menurut Depdiknas (dalam Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).

Kerja ilmiah merupakan langkah-langkah metode ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mencari pemecahan dari suatu permasalahan. Berawal dari suatu permasalahan, ilmuwan akan mencari pemecahan masalah dengan ber-landaskan pada teori, hipotesis dan sistematika. Dalam mencari pemecahan, dilakukan dengan melakukan observasi, kemudian menyusun hipotesis dari hasil observasi tersebut, dan menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen untuk memperoleh data. Data akan diolah dan diperoleh kesimpulan yang kemudian kesimpulan tersebut diuji lagi dengan eksperimen yang berulang-ulang dengan menunjukkan hasil yang sama membuktikan bahwa kesimpulan yang dibuat adalah benar, sehingga dapat diterima kebenarannya dan dapat dianggap sebagai suatu teori atau hukum (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).

(29)

13

Pembelajaran IPA di sekolah dapat menerapkan metode ilmiah dengan

membiasakan siswa melakukan kerja ilmiah. Menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk mencari pemecahannya, dapat memotivasi siswa untuk melakukan kerja ilmiah dengan menerapkan metode ilmiah. Pembelajaran IPA terpadu merupakan model pembelajaran IPA yang mengemas IPA secara utuh meliputi biologi, fisika, kimia. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu tema dibahas dari sudut pandang atau kajian, baik biologi, fisika maupun kimia, sehingga siswa dapat mempelajari IPA secara keseluruhan dari suatu tema (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2-3).

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang diperoleh melalui kegiatan investigasi yang bersifat eksperimen dan eksplanasi teoretis suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi di alam sekitar (Krebs dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1). Fenomena-fenomena tersebut diterjemahkan menurut pehamanan para ilmuwan dalam bentuk konsepsi ilmiah. Biologi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji konsepsi-konsepsi ilmiah mengenai kehidupan makhluk hidup dan interaksi antar makhluk hidup. Salah satu konsep yang dikaji dalam biologi adalah konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. Konsep tersebut merupakan konsep terpenting dalam kajian di dalam biologi karena pada konsep tersebut dikaji perpindahan energi dan materi dalam suatu ekosistem. Untuk dapat memahami fungsi organisme dalam suatu ekosistem atau biosfer tersebut harus dapat pula memahami konsep Fotosintesis dan Respirasi pada Tumbuhan dengan baik (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1).

(30)

14

Studi yang dilakukan oleh Cokadar menyatakan bahwa beberapa siswa sering mengalami konsepsi yang cenderung salah pada konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan (Cokadar dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1). Konsepsi yang cenderung salah ataupun konsepsi yang berbeda dengan persetujuan secara ilmiah dinamakan miskonsepsi. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami oleh siswa tidak hanya terjadi pada konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. Miskonsepsi pada siswa ada juga yang terjadi pada konsep Ekologi, Genetika, Klasifikasi Makhluk Hidup, dan Sistem Sirkulasi (Tekkaya dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1) (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1).

B. Identifikasi Miskonsepsi

Sumber kesalahan konsep dapat berawal dari penafsiran yang salah pada siswa ataupun penyampaian materi pada guru. Faktor miskonsepsi dapat juga berawal dari siswa yang sudah memiliki konsep sendiri sebelum mengetahui konsep sebenarnya. Konsep siswa yang sudah di tanam kan pada diri siswa biasanya berawal dari sebuah perkataan opini yang faktanya belum di buktikan dengan landasan teori yang benar. kesalahan konsep jika dilakukan oleh guru berarti karena guru yang kurang memahami konsep yang sebenarnya (Suniati, Sadia, dan Suhandana, 2013: 5).

Tetapi jika kesalahan konsep terjadi dari bahasa buku yang susah dimerngerti, maka guru harus lebih mempelajari konsep tersebut dengan menggunakan sumber-sumber lain dari berbagai buku. Untuk mengurangi terjadinya kesalahan konsep pada siswa, guru harus memiliki jiwa profesional dan

(31)

15

mengerti konsep dengan benar, dan guru harus menyampaikan konsep dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Metode mengajar guru juga harus diperhatikan dan penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar karena agar siswa mengerti dengan metode yang di ajarkan oleh guru supaya materi konsep yang di ajarkan oleh guru dimengerti oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, seperti apakah profil miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?. Kedua, konsep-konsep manakah pada materi cahaya dan alat optik yang bersifat resisten dalam pembelajaran?. Ketiga, apakah terdapat perbedaan proporsi penurunan

miskonsepsi antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Suniati, Sadia, dan Suhandana, 2013: 5).

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diungkapkan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kedua, untuk mendeskripsikan konsep-konsep pada materi cahaya dan optik yang bersifat resisten dalam pembelajaran. Ketiga, untuk mendeskripsikan perbedaan proporsi penurunan miskonsepsi secara signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multi media interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Suniati, Sadia, dan Suhandana, 2013: 5-6).

(32)

16

Konsepsi mahasiswa dikatakan tidak benar bila tidak sesuai dengan konsepsi para ahli. Hal ini menandakan terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang menyimpang dari konsepsi para ahli dan melekat kuat pada diri mahasiswa. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa bisa terjadi karena salah menginterpretasi gejala alam atau peristiwa yang dihadapi dalam

hidupnya. Miskonsepsi yang pernah diperoleh mahasiswa waktu sekolah masih menetap pada dirinya sampai berada di perguruan tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi ditemukan pada pembelajaran sejumlah topik (konsep) biologi (Murni, 2013: 205-206).

Diantaranya pada konsep pada struktur tubuh manusia, genetika, seleksi alamiah, dan evolusi. Miskonsepsi juga ditemukan pada konsep struktur dan fungsi sel, struktur tumbuhan, sistem koordinasi, metabolisme sel,

bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi. Miskonsepsi lainnya adalah pada konsep reproduksi sel secara mitosis dan meiosis. Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya miskonsepsi dan kesulitan pembelajaran substansi genetika pada level sekolah menengah dan perguruan tinggi (Murni, 2013: 205-206).

Miskonsepsi biasanya berkembang seiring proses pembelajaran. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa dapat menyesatkan mahasiswa dalam memahami fenomena ilmiah dan melakukan eksplanasi ilmiah. Jika mahasiswa tidak menyadari terjadinya miskonsepsi, akan terjadi kebingungan dan inkoherensi pada diri mahasiswa. Pada akhirnya, bila tidak segera diperbaiki, miskonsepsi tersebut akan menjadi hambatan bagi mahasiswa pada proses pembelajaran

(33)

17

lanjut. Mahasiswa yang menyadari miskonsepsi yang dialaminya, akan lebih mudah untuk merubah dan memperbaiki miskonsepsinya. Mahasiswa juga akan mampu membentuk koneksi konsep dengan sendirinya (Murni, 2013: 206).

Selain itu, mahasiswa akan mudah memutuskan mana yang benar dan mana yang salah tentang suatu konsep. Selanjutnya, mahasiswa juga bisa

mengkonstruksi dan merekonstruksi ulang konsepsinya secara aktif. Sebelum diperbaiki, miskonsepsi harus terlebih dahulu diidentifikasi. Identifikasi miskonsepsi diperlukan dalam mengembangkan strategi untuk membentuk pengetahuan konsep yang benar pada masing-masing mahasiswa. Ada

beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik penyajian peta konsep dan wawancara telah digunakan pada konsep pembelahan sel. Hasilnya

menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak bisa menentukan hubungan antara siklus sel dan pembelahan sel ( Murni, 2013: 206).

Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI

(34)

18

tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi terhadap jawabannya ( Murni, 2013: 206).

Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik. Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa secara efisien, namun tidak bisa mengungkap proses penalaran mahasiswa dan penyebab terjadinya. Alasan inilah yang

menyebabkan beberapa ahli tertarik untuk menggunakan kombinasi tes diagnostik beralasan dengan wawancara (two-tier diagnostic) untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa ( Murni, 2013: 206-207).

Pendapat lain tentang miskonsepsi dikemukanan Fowler (Suparno dalam Liliawati dan Ramalis, 2004: 1), bahwa ‘miskonsepsi memiliki arti sebagai sesuatu yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar’. Miskonsepsi dapat berasal dari siswa sendiri, dari guru yang menyampaikan konsep yang keliru, dan metode mengajar yang kurang tepat. Secara lebih jelas penyebab dari adanya miskonsepsi (menurut Liliawati dan Ramalis, 2004: 1-4) adalah sebagai berikut :

a. Kondisi siswa

Miskonsepsi yang berasal dari siswa sendiri dapat terjadi karena asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari yang meyebabkan miskonsepsi. Misalnya siswa

(35)

19

mengasosiasikan gaya dengan gerak. Gaya menyebabkan benda bergerak, maka jika mereka tidak bergerak maka pada mereka tidak bekerja gaya. Padahal tidak begitu. Intuisi yang salah dan perasaan siswa dapat juga

menimbulkan miskonsepsi. Contohnya seseorang mengalami kelelahan setelah bekerja keras, mereka menganggap energi tidak kekal, buktinya mereka merasa kehilangan energi setelah bekerja keras. Dari contoh ini pula miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa menapsirkan pengalaman-pengalaman siswa itu sendiri. b. Guru

Dari sekian banyak guru, mungkin saja salah satu dari mereka tidak memahami konsep dengan baik yang akan berikan pada muridnya. Hal ini dapat saja membuat siswa mengalami miskonsepsi apabila kesalahan pemahaman guru yang kurang baik tersebut diteruskan kepada siswa. Ketidak mampuan dan ketidak berhasilan guru dalam menampilkan aspek-aspek esensi dari konsep yang bersangkutan, serta ketidak mampuan menunjukan hubungan konsep satu dengan konsep lainnya pada situasi dan kondisi yang tepat. Contohnya, guru yang memiliki pengertian yang salah tentang hukum III Newton. Guru Menjelaskan bahwa gaya aksi reaksi terjadi pada titik yang sama pada benda yang sama.

c. Metode mengajar

Penggunaan metode belajar yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang salah dari konsep yang bersangkutan, serta penggunaan alat peraga yang tidak mewakili secara tepat konsep yang digambarkan dapat pula menyebabkan miskonsepsi pada diri anak. Misalnya seorang siswa yang melakukan pratikum namun tidak selesai. Siswa tersebut merasa yakin bahwa yang benar hanyalah

(36)

20

yang telah mereka temukan, padahal yang mereka temukan datanya tidak lengkap.

d. Buku

Faktor terjadinya miskonsepsi yang berasal dari buku salah satunya yaitu penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks. Tidak semua anak dapat mencerna dengan baik apa yang tertulis dalam buku, akibatnya siswa menyalah artikan maksud dari isi buku tersebut. Penggunaan gambar dan diagram dapat pula menimbulkan miskonsepsi pada diri anak.

e. Konteks

Dalam hal ini penyebab khusus dari miskonsepsi yaitu penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Adapun contohnya: Dalam bahasa sehari hari siswa mengenal satuan berat ialah Kg (Kilogram) padahal satuan berat newton. Diskusi kelompok yang tidak efektif, misalnya kelompok didominasi oleh beberapa orang dan diantara mereka ada yang mengalami miskonsepsi, maka dia akan mempengaruhi teman-temannya yang lain (Liliawati dan Ramalis, 2009: 3-4).

CRI dapat dengan mudah dibedakan siswa yang mengetahui konsep dengan baik, mengalami miskonsepsi, maupun yang sama sekali tidak tahu konsep. Dari keseluruhan konsepkonsep materi IPBA, cenderung banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep mengenai materi IPBA dibanding dengan yang tahu konsep. Usaha untuk mengidentifikasi

miskonsepsi telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dengan yang tidak tahu konsep. Kesalahan pengidentifikasian miskonsepsi

(37)

21

akan menyebabkan kesalahan dalam penangulangannya, sebab penanggulangan siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda penangulangannya dengan siswa yang tidak tahu konsep (Liliawati dan Ramalis, 2009: 1-2).

Sebagai salah satu alternatif yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi adalah teknik Certainly of Response Index (CRI) yang dikembangkan oleh Saleem Hasan. Certainty Of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Metode CRI dikembangkan oleh Saleem Hasan. CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsepkonsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. CRI biasanya berdasarkan pada suatu skala yang tetap, misalnya skala sebelas ataupun skala enam (Liliawati dan Ramalis, 2009: 1-2).

Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal (NSTA dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2). Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah maupun dilingkungannya sendiri. Para ahli pendidikan di bidang miskonsepsi menemukan hal lain yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah dari siswa itu sendiri, guru,

(38)

22

buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran (Suparno dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).

Siswa yang mengalami miskonsepsi juga dapat dikarenakan oleh adanya kesulitan siswa dalam memahami konsep . Kesulitan tersebut dapat berasal dari istilah asing dalam biologi yang belum dapat diterima dan dikuasai oleh siswa serta kerumitan dari suatu konsep dikarenakan kompleksitas informasi atau ciri yang membentuk konsep tersebut (NTSA dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).

Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda dengan disertai alasan terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas hingga praktikum tanya jawab. Berbagai macam cara tersebut masing-masing memiliki keunggulan dalam penggunaannya. Peta konsep memiliki keunggulan yakni guru dapat dengan mudah melihat apakah hubungan antar konsep pada tersebut benar atau salah . Tes pilihan ganda disertai dengan alasan terbuka memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa karena guru dapat menentukan tipe kesalahan siswa, dalam suatu konsep berdasarkan jawaban siswa serta dapat mengurangi resiko siswa menebak jawaban (Depdiknas, 2007). Tes esai tertulis memiliki keunggulan yakni guru dapat langsung mengklasifikasi pemahaman siswa berdasarkan tingkatan pemahamannya pada suatu konsep Terdapat satu teknik lagi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu menggunakan Metode Certainty of Response Index (CRI). Untuk mengidentifikasi terjadinya

(39)

23

miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep dan paham konsep (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).

C. Metode dan Model yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi

Terdapat satu teknik lagi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu menggunakan Metode Certainty of Response Index (CRI). Metode yang ditemukan oleh Saleem Hasan ini digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep dan paham konsep. Metode ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap soal/pertanyaan yang diberikan (Hasan dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 2).

CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Kelemahan yang terdapat pada metode ini terletak pada pengkategorian tingkatan pemahaman siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah serta besarnya faktor menebak siswa dalam menjawab soal karena bentuk soal yang digunakan adalah tes. Ditandai dengan adanya siswa yang sebenarnya mampu menjawab dan memahami konsep-konsep yang terdapat pada soal, namun karena memiliki tingkat keyakinan yang rendah menuntunnya memilih skala CRI yang rendah, sehingga

dikelompokkan dalam kategori tidak paham konsep (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 2).

(40)

24

Certainty Of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur

miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Metode CRI dikembangkan oleh Saleem Hasan. CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsepkonsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. CRI biasanya berdasarkan pada suatu skala yang tetap, misalnya skala sebelas ataupun skala enam. Pada dasarnya untuk memberikan nilai sajauhmana tingkat keyakinan atau

kepercayaan yang dimiliki siswa dalam menjawab pertanyaan (Liliawati dan Ramalis, 2009: 4).

Angka 0 menunjukkan tingkat keyakinan yang dimiliki siswa sangat rendah, siswa menjawab pertanyaan dengan cara menebak. Hal ini menandakan bahwa siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan.

Sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab pertanyaan dengan pengetahuan atau konsep-konsep yang benar tanpa ada unsur tebakan sama sekali.

Pengidentifikasian miskonsepsi untuk kelompok siswa dalam kelas dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk kasus siswa secara individu. Nilai CRI yang digunakan diambil dari rata-rata nilai CRI tiap siswa (Liliawati dan Ramalis, 2009: 4-5).

(41)

25

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik penyajian peta konsep dan wawancara telah digunakan pada konsep pembelahan sel. Hasilnya

menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak bisa menentukan hubungan antara siklus sel dan pembelahan sel. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi (Murni, 2005: 1).

Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi terhadap jawabannya. Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik. Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi secara efesien. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur

(42)

26

miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi terhadap jawabannya (Murni, 2005: 2).

Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik. Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa secara Instrumen tes diagnostik terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Selanjutnya dilakukan analisis CRI (Certainty of Response Index) untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan mengalami miskonsepsi yang didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI jawaban (Murni, 2005: 2-3).

(43)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada semester genap pada bulan April 2016 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga

Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah populasi yaitu berjumlah 105 siswa-siswi. Sampel yang digunakan adalah 50% dari siswa kelas VIII pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah sampel dari 50% yaitu 56 siswa dan siswi. Pengambilan sampel ini berdasarkan teknik simple random sampling (Sugiono, 2014: 120). Sampel yang digunakan kelas VIII.1 dan VIII.2 SMP Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016.

(44)

28

Tabel 1. Tabulasi data sampel dan populasi

No Kelas Jumlah Sampel Populasi

1 VIII.1 30 58 107

2 VIII.2 28

3 VIII.3 25

4 VIII.4 24

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana karena hanya bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi materi IPA Biologi semester genap pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu : 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke Dekanat FKIP yang ditujukan untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas yang dijadikan penelitian d. Membuat instrumen penelitian berupa soal-soal tertulis yang diambil

dari soal TIMS Tahun 2003-2011, PISSA Tahun 2006, dan Ujian Nasioanal Tahun 2013/2014-2014/2015

(45)

29

2. Pelaksanaan

a. Menyiapkan instrumen soal tertulis yang diujikan pada sampel kelas VIII

b. Membagikan soal tes kepada siswa untuk dikerjakan agar mengetahui jawaban yang diberikan siswa

c. Mendata hasil tes yang sudah dikerjakan siswa

d. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada materi IPA kelas VII semester genap Tahun 2014/2015

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang di gunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat jawaban siswa untuk mengetahui terdapat miskonsepsi atau tidak pada jawaban soal yang diberikan siswa. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara kepada siswa dan guru, yaitu berupa wawancara tentang pembelajaran IPA dan tentang miskonsepsi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui metode mengajar yang digunakan oleh guru pada materi Ciri dan klasifikasi makhluk hidup, Ekosistem, Kepadatan populasi manusia, dan Peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Teknik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara memberikan soal tes tertulis pilihan danda beralasan kepada siswa. Soal tes tertulis yang diberikan kepada siswa yaitu soal tes tertulis IPA yang

(46)

30

kemungkinan sering terjadi miskonsepai pada jawaban yang diberikan oleh siswa. Soal tes tertulis yang diberikan siswa untuk mengetahui antara siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep.

Tabel 2. Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman Siswa

Jawaban Alasan Nilai

CRI

Deskripsi Kode

Benar Benar > 2,5 Memahami Konsep

dengan baik

PK

Benar Benar < 2,5 Memahami konsep

tetapi kurang yakin

PKK Y

Benar Salah > 2,5 Miskonsepsi M

Benar Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK

Salah Benar > 2,5 Miskonsepsi M

Salah Benar < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK

Salah Salah > 2,5 Miskonsepsi M

Salah Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK

Keterangan:

PK = Pemahaman konsep

PKKY = Pemahaman konsep kurang yakin M = Miskonsepsi

TTK = Tidak tahu konsep

Sumber: Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti (2014: 4) Tabel 3. Rubik penilaian soal 20 pilihan jamak beralasan dan 5 esay

No Soal

Indikator Skor Kriteria/ aspek yang dinilai

1 Mengimplementasikan

ciri-ciri mahluk hidup yang dimiliki 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/sa lah Mampu menjelaskan perubahan ciri-ciri yang terjadi pada tanaman jagung dan disertai alasan jawaban

(47)

31

dan saling hubungan antara komponen ekosistem (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

tejadinya hubungan interaksi antara kerbau dengan burung jalak dan disertai alasan jawaban

3 Menjelaskan pengaruh

pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifasi manusia dan upaya mengatasinya 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Mampu menjawab upaya mana yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi limbah dan disertai alasan jawaban 4 Memperkirakan hubungan populasi penduduk dengan ketersediaan lahan 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa dapat memprediksi pengaruh kepadatan populasi penduduk disertai alasan jawaban

5 Menentukan ciri-ciri

makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimiliki melalui gambar 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan disertai alasan jawaban

(48)

32

dan mengetahui ciri-ciri makhluk hidup

(3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

makhluk hidup pada tumbuhan yang ada

digambar dan disertai alasan jawaban

7 Menjelaskan pengaruh

pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifasi manusia dan upaya mengatasinya 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Mampu mengetahui usaha yang dapat di lakukan untuk mengatasi pencemaran air dan disertai alasan jawaban

8 Mengidentifikasi

ciri-ciri mahluk hidup

3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa mampu membedakan keanekaragaman makhluk hidup dan disertai alasan jawaban

9 Menentukan ciri-ciri

makhluk hidup yang dimiliki 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa dapat membedakan beberapa ciri-ciri makhluk hidup dan mampu

mengetahui pernyataan yang benar dan disertai alasan jawaban

(49)

33

ciri mahluk hidup (3=jamak benar

dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

ciri-ciri makhluk hidup dan disertai alasan jawaban

11 Mengidentifikasi ciri-ciri mahluk hidup

3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa mampu menjelaskan ciri-ciri makhluk pada gambar percobaan dan disertai alasan jawaban

12 Mengklasifikasi

beberapa mahluk hidup di sekitar berdasar ciri yang diamati 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa dapat membedakan beberapa ciri

keanekaragaman hewan sekitar dan disertai alasan jawaban

13 Mengevaluasi gambar

ekosistem pada jaring-jaring makanan 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa dapat memahami hubungan saling

ketergantungan dalam ekosistem pada jaring-jaring makanan dan disertai alasan jawaban

(50)

34 manusia dalam mengatasi pencemaran lingkungan (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

yang harus di lakukan untuk mengatasi pencemaraan limbah air pada kasus dan disertai alasan jawaban

15 menentukan hubungan grafik dengan pencemaran lingkungan 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah Mampu menjelaskan hubungan antara kepadatan penduduk terhadap kualitas air dalam suatu wilayah dapat di prediksikan melalui grafik dan disertai alasan jawaban

16 Menjelaskan hubungan

antara grafik dengan pertumbuhan pendudk dengan kualitas lingkungan 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Siswa mampu memahami grafik saling ketergantungan dalam ekosistem dan disertai alasan jawaban 17 Menjelaskan faktor penyebab punahnya populasi 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah Siswa dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem dan disertai alasan jawaban

(51)

35

makhluk hidup yang dimiliki (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

ciri-ciri makhluk hidup dan disertai alasan jawaban

19 Menganalis

jaring-jaring makanan pada gambar jaring-jaring makanan 3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Mampu menetukan hewan di jaring-jaring makanan ini yang memiliki tiga sumber makanan yang dapat diperoleh secara langsung dan disertai alasan jawaban

20 Mengimplementasikan

perbedaan jaring-jaring makanan pada gambar

3 (3=jamak benar dan alasan benar 2=jamak salah,alasan benar 1=jamak benar,alasan salah 0=tidak menjawab/salah

Mampu prediksi dan

penjelasan paling tepat untuk efek dari matinya ngengat pada jaring-jaring makanan

1 Menggambarkan dalam

bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan berdasarkan hasil pengamatan suatu ekosistem

10 Mampu mengetahui sebuah

komunitas yang terdiri dari tikus, ular dan tanaman padi dan apa yang terjadi pada komunitas tersebut jika manusia membunuh ular dan disertai alasan jawaban

2 Mengamati gambar

dan mengetahui ciri-ciri makhluk hidup

6 Mampu menentukan benda

hidup dan benda tak hidup yang ada di kolam dan sertai alasan jawaban

(52)

36

3 Mengetahui dampak

migrasi pada hewan

8 Mampu menentukan dampak

peningkatan emigrasi bagi kelangsungan hidup burung

4 Mengevaluasi

bagaimana perubahan ukuran populasi dari makhluk hidup yang saling berkaitan

8 Mampu mengetahui

bagaimana perubahan ukuran populasi dari kelinci dan serigala yang saling berkaitan dan disertai alasan jawaban 5 Menjelaskan dan menentukan macam-macam komponen dalam menjaga ekosistem

8 Mampu melaskan peran

penting pohon dan matahari dalam menjaga ekosistem di hutan hujan dan sertai alasan jawaban

(53)

37

Tabel 4. Tabulasi data siswa

No Soal Tahu konsep Tidak tahu konsep Miskonsepsi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah Rata-rata

Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus: X =

Keterangan:

X = Nilai/skor rata-rata X = Nilai/skor siswa n = Jumlah butir soal

(54)

38

F. Analisis Data

Analisis data dilakukam dengan tabel matriks CRI untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI.

Tabel 5. Matriks untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI

Kriteria jawaban CRI rendah (< 2,5) CRI tinggi (> 2,5)

Jawaban benar Jawaban benar tapi CRI

rendah berarti tidak tahu konsep

Jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep dengan baik

Jawaban salah Jawaban salah dan CRI

rendah berarti tidak tahu konsep

Jawaban salah tapi CRI tinggi berarti terjadi miskonsepsi

Setelah itu dihitung presentase masing-masing kriterianya dengan rumus yang digunakan oleh Cahyaningsih (dalam Murni, 2013: 4) yaitu:

Peresentase TK = x100%

Peresentase TTK = x100%

Peresentase M = x100%

Keterangan:

TK = Jumlah siswa yang tahu konsep TTK = Jumlah siswa yang tidak tahu konsep M = Jumlah siswa yang miskonsepsi N = Jumlah total siswa

(55)

39

Tabel 6. Hasil kualifikasi miskonsepsi

Kriteria Persentase

Tinggi > 61%

Sedang 41%-61%

Rendah < 41%

Sumber: Siwi (2013: 41)

Analisis pemahaman siswa dilakukan dengan cara menjumlahkan persentase siswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan terjadi miskonsepsi. Untuk mengetahui lebih jelasnya dilakukan wawancara terhadap siswa yang

(56)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil identifikasi data dapat disimpulan bahwa

identifikasi miskonsepsi materi IPA semester genap pada siswa kelas VII SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan. Hal ini didasarkan pada identifikasi sebagai berikut:

1. Pada siswa SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan kategori miskonsepsi dan

tidak tahu konsep siswa mencapai 55% dari jumlah 58 siswa, persentase

miskonsepsi diperoleh 22,89 dan persentase tidak tahu konsep diperoleh 31,79.

2. Pada materi yang paling banyak terjadi miskonsepsi yaitu ekosistem yang memiliki nilai rata-rata persentase tinggi.

B. Saran

Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan, sehingga peneliti menyarankan sebaiknya:

1. Penelitian, diperlukan adanya beberapa referensi dari berbagai sumber, sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk menemukan fakta-fakta yang ada di lapangan sudah sesuai atau belum bila dilihat dari berbagai teori yang sudah ada

(57)

52

2. Guru, sebaiknya lebih banyak menggunakan metode pembelajaran untuk proses belajar, karena menggunakan satu metode tidak cukup untuk proses belajar dengan baik

(58)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. 2007. Identifikasi Kesalahan Dan Miskonsepsi Buk Teks Biologi Umum. Universitas Pendidikan Indonesia. Di akses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195512191

980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/KESALAHAN_DAN_MISKONSEPSI .pdf pada 11 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB. 13 hlm

Iriyanti, N.P., S. Mulyani dan S.RD. Ariani. 2012. Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010. Universitas Sebelas Maret. Volume 1 Nomor 1. Di akses dari https://eprints.uns.ac.id/11416/1/85-282-2-PB.pdf. pada 24 Mei 2016 pukul 11.00 WIB. 13 hlm

Liliawati, W dan T.R. Ramalis. 2009. Identifikasi Miskonsepsi Materi Ipba Di Sma Dengan Menggunakan Cri (Certainly Of Respons Index) Dalam Upaya Perbaikan Urutan Pemberian Materi Ipba Pada Ktsp. UNY. Yogyakarta. Di akses dari

http://eprints.uny.ac.id/12401/1/096_Pend_Fis_Winny.pdf Pada 26 Oktober 2015 pukul 19.35 WIB. 17 hlm

Murni, D. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Universitas Lampung. Di akses dari

http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/671/491 pada 11 Oktober 2015 pukul 21.50 WIB. 211 hlm

Mustaqim, T.A., Zulfiani dan Y. Herlanti. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan Metode Certainty Of Response Index (Cri) Pada Konsep Fotosintesis Dan Respirasi Tumbuhan. UIN Syarif Hidayatullah. Volume VI Nomor 02.205- Di akses dari

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1117/994 pada 12 Oktober 2015 pukul 21.20 WIB. 152 hlm

Rahayu, P., S. Mulayani, dan S.S. Miswadi. 2012. Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Universitas Negeri Semarang. Volume 1. Nomor 1. Di akses dari http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii pada 03 November 2015 pukul 22.00 WIB. 70 hlm

(59)

54

Siwi, D.A.P. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas VIII Pada Konsep Sistem Pencernaan dan Pernapasan. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta. Di akses dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& ved=0ahUKEwjUkPayzv7KAhWJk5QKHZByDDQQFggfMAA&url=http %3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbitstream%2F123456 789%2F24331%2F1%2FDwi%2520Anti%2520Prapti%2520Siwi.pdf&us g=AFQjCNFua6kZtVKzhrHxWYnYsoh0mIfnUw.pada 11 Oktober 2015 pukul 05.30 WIB. 137 hlm

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.

Suniati, N.M.S., W. Sadia dan A. Suhandana. 2013. Pengaruh Implementasi Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Multimedia Interaktif Tehadap Penurunan Miskonsepsi (Studi Kuasi Eksperimen Dalam Pembelajaran Cahaya Dan Alat Optik Di Smp Negeri 2 Amlapura). Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 4. Di akses dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& ved=0CB8QFjAAahUKEwjck7vlqPjIAhUCI6YKHYhzD2E&url=http%3

A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fe-journal%2Findex.php%2Fjurnal_ap%2Farticle%2Fdownload%2F1019%2 F768&usg=AFQjCNFbAZSf2YLyf814x33EH9OXkLXJxQ pada 11 Oktober 2015 pukul 21.05 WIB. 13 hlm

Sutarmanto. 2012. Kompetesi Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Di akses dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& ved=0ahUKEwj4tKS2rrfLAhVmIKYKHVFEClkQFgguMAI&url=http%3 A%2F%2Fjurnal.untan.ac.id%2Findex.php%2Fjvip%2Farticle%2Fdownlo ad%2F42%2F40.%2520%255B21&usg=AFQjCNFGojyzkOxJNk6JsVOF k4W8obJmqQ pada 12 Oktober 2015 pukul 04.00 WIB. 31 hlm

Taufiq, M. 2012. Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E. Universitas Negeri Semarang. Volum 1 Nomor 2. Di akses dari http://jurnal.unnes.ac.id/index.php/jpii pada 11 Oktober 2015 pukul 11.00 WIB. 203 hlm

Tawil, M dan Liliasari. 2013. Berfikir Kompleks dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makasar. 180 hlm

Gambar

Tabel 2. Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman Siswa  Jawaban  Alasan   Nilai
Tabel 5. Matriks untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep,  miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria  jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI
Tabel 6. Hasil kualifikasi miskonsepsi  Kriteria   Persentase   Tinggi   &gt; 61%

Referensi

Dokumen terkait

Dari data konsumsi didapatkan bahwa secara deskriptif, pemberian temulawak yang diekstrak dengan air memberikan jumlah konsumsi yang paling tinggi yaitu 6.178 g/35 hari

Dari nilai diatas maka juga mengalami penurunan tekanan darah dengan nilai korelasi yang tinggi.Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Senam Lansia

Jika kita menghendaki adanya konsistensi perumusan arah kebijakan perekonomian nasional dengan original intent dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara

Kebanyakan terjadi pada masa bayi dan anak, sering dihubungkan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E (IgE) dan adanya riwayat atopi pada diri sendiri atau

Jumlah eritrosit pada semua perlakuan tikus hiperglikemik tidak berbeda nyata dengan kontrol, baik yang diberi ekstrak air daun insulin 30 mg/BB/hari 60

Berdasarkan Tabel 7 rata-rata pendapatan bersih yang diperhitungkan per hektar per tahun pada usahatani kakao rakyat dengan pola tanam tumpang sari yang paling

Dalam penelitian ini tidak akan dibahas semua faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan karena penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian