• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK

PROPOSAL PENGUJIAN SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

Program Studi Teknik Informatika

DISUSUN OLEH :

Aloysius Tri Sulistyo Putranto 125314017

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PERFORMANCE ENERGY USE AODV AND DSDV IN MOBILE AD HOC NETWORK

A THESIS

Presented as Partial Fullfillment of Requirements to Obtain Sarjana

Komputer Degree in Informatics Engineering Department

By :

Aloysius Tri Sulistyo Putranto 125314017

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2016

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK

Oleh :

Aloysius Tri Sulistyo Putranto 125314017

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

(4)

iv

SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Aloysius Tri Sulistyo Purtranto

NIM : 125314017

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 7 Desember 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda Tangan

Ketua : Iwan Binanto, M.Cs. ……….

Sekretaris : Agung Hernawan, S.T.,M.Kom. ……….

Anggota : Bambang Soelistijanto, M.Sc.,Ph.D. ……….

Yogyakarta, Desember 2016 Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Truth is the ultimate power. When the truth comes around, all the lies have to run and hide.”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Desember 2016 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Aloysius Tri Sulistyo Putranto

NIM : 125314017

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan kedalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 Desember 2016 Penulis,

(8)

viii

ABSTRAK

Mobile adhoc adalah jaringan wireless dari sekumpulan node yang mempunyai topologi jaringan yang dapat berubah dan setiap node dapat menangani jalur ke node lainnya dalam suatu jaringan. Pada tugas akhir ini dilakukan penggunaan energy dari kedua protokol routing reaktif (AODV) dan protokol proaktif (DSDV) dengan menggunakan simulator NS2. Parameter yang digunakan adalah death of node dan throughput. Skenario yang digunakan dengan menggunakan penambahan area, kecepatan dan node.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada protokol reaktif (AODV) cukup baik dalam menghemat daya baterai dibandingkan protokol proaktif (DSDV) karena proses pencarian rute pada AODV hanya dilakukan ketika dibutuhkan komunikasi antara node sumber dengan node tujuan, sedangkan protokol proaktif (DSDV) mengelola routing table dengan membroadcast ke semua node secara periodik sehingga daya yang digunakan cukup banyak.

Kata kunci: Mobile adhoc Network, AODV, DSDV, death of node, throughput, energy, NS-2

(9)

ix

ABSTRACT

Mobile adhoc wireless network is a bunch of nodes that have a network topology that can be changed and any node can handle paths to other nodes in a network. In this final project, energy use of both reactive routing protocols (AODV) and proactive protocol (DSDV) using NS2 simulator. The parameters used are the death of nodes and throughput. Scenarios are used with the addition of area, speed and node.

Results from the study showed that the protocol reactive (AODV) is quite good in saving battery power than protocol proactive (DSDV) because the search process routes on AODV only done when needed communication between the source node to the destination node, while the protocol proactive (DSDV) manage the routing table by broadcasting to all nodes on a periodic basis so that the power is used quite a lot.

Keyword: Mobile adhoc Network, AODV, DSDV, death of node, throughput, energy, NS-2

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Penggunaan Energy AODV dan DSDV pada Mobile Ad Hoc Network”. Tugas akhir ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dan sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana komputer program studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah membantu penulis, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya, antara lain kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan pertolongan dan kekuatan dalam proses pembuatan tugas akhir.

2. Bambang Soelistijanto, M.Sc.,Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas akhir, atas kesabarannya dan nasehat dalam membimbing penulis, meluangkan waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran yang sangat membantu penulis.

3. Orang tua, Agustinus Panut dan Christina Saliyah, serta Kakak-kakak saya, serta seluruh keluarga yang tanpa lelah memberikan banyak sekali semangat, motivasi, doa dan dukungan berupa material dan non-material. 4. Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing

Akademik, atas bimbingan dan nasehat yang diberikan kepada penulis. 5. Sudi Mungkasi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, atas

bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

(11)

xi

Informatika, atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

7. Para sahabat Agustinus Dinda Medhita Prasetyanto, Pius Juan Pratama, Stephanus Nico Thomas, Bondan Yudha Pratomo, Andy surya, Dian Saktian Tobias, Vincentius Ardea yang memberikan banyak penghiburan dikala kesulitan dalam pengerjaan tugas akhir.

8. Teman Lab skripsi Jarkom dan semua teman – teman Teknik Informatika khususnya angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan datang. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... i

HALAMAN JUDUL SKRIPSI (INGGRIS) ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Batasan Masalah ... 5 1.5. Manfaat Penelitian ... 5 1.6. Metode Penelitian ... 5 1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Mobile Ad Hoc Network ... 8

(13)

xiii

2.1.2. Protokol Routing ... 9

2.1.3. Routing Reaktif ... 9

2.1.4. Routing Proaktif ... 10

2.2. AODV (Ad hoc On Demand Distance Vector) ... 11

2.2.1. Tahap Pencarian Jalur (Route Discovery Phase) ... 12

2.2.2. Tahap Pemeliharan Jalur (Route Maintanace Phase) ... 13

2.3. DSDV (Destination-sequenced Distance Vector) ... 13

2.4. Network Simulator 2 ... 16

2.4.1. Fungsi NS ... 17

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN ... 19

3.1. Parameter Simulasi ... 19

3.2. Skenario Simulasi ... 19

3.3. Parameter Kinerja ... 20

3.4. Topologi Jaringan ... 21

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 22

4.1. AODV ... 22

4.1.1. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Area ... 22

4.1.2. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Kecepatan ... 26

4.1.3. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Node ... 30

4.2. DSDV ... 35

4.2.1. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Area ... 35

4.2.2. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Kecepatan ... 39

4.2.3. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Node ... 43

4.3. Perbandingan AODV dengan DSDV ... 48

4.3.1. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Area ... 48

(14)

xiv

4.3.3. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Node ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Klasifikasi routing protocol di MANET ... 3

Gambar 2.1 Route Request AODV ... 12

Gambar 2.2 Gambar Route Replay AODV... 12

Gambar 2.3 Route Error AODV ... 13

Gambar 2.4 Node B melakukan broadcast ... 14

Gambar 2.5 Node D mengirim paket ke node A melalui 2 jalur dengan hop berbeda ... 15

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Area 300mx300m pada AODV ... 23

Gambar 4.2 Grafik Death of Node dengan Area 800mx800m pada AODV ... 24

Gambar 4.3 Grafik Death of Node dengan Area 1200mx12000m pada AODV .. 25

Gambar 4.4 Grafik Throughput dengan Penambahan Area pada AODV ... 25

Gambar 4.5 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 10 m/s pada AODV... 27

Gambar 4.6 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 20 m/s pada AODV... 28

Gambar 4.7 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 30 m/s pada AODV... 29

Gambar 4.8 Grafik Throughput dengan Penambahan Kecepatan pada AODV... 29

Gambar 4.9 Grafik Death of Node dengan 25 Node pada AODV... 31

Gambar 4.10 Grafik Death of Node dengan 75 Node pada AODV... 32

Gambar 4.11 Grafik Death of Node dengan 100 Node pada AODV... 34

Gambar 4.12 Grafik Throughput dengan Penambahan Node pada AODV ... 34

Gambar 4.13 Grafik Death of Node dengan Area 300mx300m pada DSDV ... 36

Gambar 4.14 Grafik Death of Node dengan Area 80mx800m pada DSDV ... 37

Gambar 4.15 Grafik Death of Node dengan Area 1200mx1200m pada DSDV ... 38

Gambar 4.16 Grafik Throughput dengan Penambahan Area pada DSDV ... 38

Gambar 4.17 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 10 m/s pada DSDV ... 40

Gambar 4.18 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 20 m/s pada DSDV ... 41

Gambar 4.19 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 30 m/s pada DSDV ... 42

Gambar 4.20 Grafik Throughput dengan Penambahan Kecepatan pada DSDV .. 42

Gambar 4.21 Grafik Death of Node dengan 25 Node pada DSDV ... 44

Gambar 4.22 Grafik Death of Node dengan 75 Node pada DSDV ... 45

Gambar 4.23 Grafik Death of Node dengan 100 Node pada DSDV ... 47

(16)

xvi

Gambar 4.25 Grafik Perbandingan dengan Area 300mx300m pada AODV dan DSDV ... 48 Gambar 4.26 Grafik Perbandingan dengan Area 800mx800m pada AODV dan DSDV ... 49 Gambar 4.27 Grafik Perbandingan dengan Area 1200mx1200m pada AODV dan DSDV ... 50 Gambar 4.28 Grafik Perbandingan Throughput dengan Penambahan Area pada AODV dan DSDV ... 51 Gambar 4.29 Grafik Perbandingan dengan Kecepatan 10 m/s pada AODV dan DSDV ... 52 Gambar 4.30 Grafik Perbandingan dengan Kecepatan 20 m/s pada AODV dan DSDV ... 53 Gambar 4.31 Grafik Perbandingan dengan Kecepatan 30 m/s pada AODV dan DSDV ... 54 Gambar 4.32 Grafik Perbandingan Througput dengan Penambahan Kecepatan pada AODV dan DSDV ... 55 Gambar 4.33 Grafik Perbandingan dengan 25 Node pada AODV dan DSDV .... 56 Gambar 4.34 Grafik Perbandingan dengan 75 Node pada AODV dan DSDV .... 57 Gambar 4.35 Grafik Perbandingan dengan 100 Node pada AODV dan DSDV .. 58 Gambar 4.36 Grafik Perbandingan Throughput dengan Penambahan Node pada AODV dan DSDV ... 59

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario ... 19

Tabel 3.2 Skenario A dengan meningkatnya Area(AODV dan DSDV) ... 20

Tabel 3.3 Skenario B dengan meningkatnya kecepatan(AODV dan DSDV) ... 20

Tabel 3.4 Skenario C dengan penambahan node(AODV dan DSDV) ... 20

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 300mx300m ... 22

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 800mx800m ... 23

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 1200mx1200m . 24 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Area ... 25

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 10 m/s ... 26

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 20 m/s ... 27

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 30 m/s ... 28

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Kecepatan . 29 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan 25 Node ... 30

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Death of AODV Node dengan 75 Node ... 31

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan 100 Node ... 32

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Node ... 34

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Area 300mx300m .... 35

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Area 800mx800m .... 36

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Area 1200mx1200m 37 Tabel 4.16 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Area ... 38

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Kecepatan 10 m/s ... 39

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Kecepatan 20 m/s ... 40

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Death of Node DSDVdengan Kecepatan 30 m/s ... 41

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Kecepatan 42 Tabel 4.21 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan 25 Node ... 43

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Death of DSDV Node dengan 75 Node ... 44

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan 100 Node ... 45

Tabel 4.24 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Node ... 47

Tabel 4.25 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Area ... 50

Tabel 4.26 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Kecepatan 54 Tabel 4.27 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Node ... 58

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan komputer telah mengalami perubahan teknologi dari menggunakan kabel untuk menghubungkan komputer ke komputer lain menjadi wireless atau tanpa kabel. Dalam perkembangan zaman peminat pengguna wireless berkembang secara pesat, hal ini tidak luput oleh sifat wireless yang menguntungkan bagi penggunanya. Keuntungan yang dapat diperoleh dari wireless adalah sifat mobilitasnya yang tinggi dan tidak tergantung pada kabel dan koneksi tetap.

MANET adalah sebuah jaringan wireless tanpa infrastruktur yang terdiri sekumpulan node yang saling berhubungan untuk berkomunikasi, dalam jaringan ini node berfungsi juga sebagai router (relay) yang bertanggung jawab untuk mencari dan menangani rute ke setiap node di dalam jaringan. MANET yang ingin berinterkoneksi serta bertanggung jawab dalam proses komunikasi dan transportasi data.

MANET tidak memerlukan instalasi seperti pada jaringan berbasis infrastruktur, Sebagai contoh dalam upaya rekonstruksi sehabis bencana untuk mengevakuasi di hutan-hutan misalnya operasi militer, kondisi ini hanya membutuhkan komunikasi yang bersifat sementara(temporary).

Dalam jaringan MANET dapat bekerja secara dinamis, jadi sekumpulan node tersebut bergerak spontan dengan demikian topologi jaringan wireless mungkin dapat berubah ubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi menyebabkan perubahan topologi jaringan sesuai dengan kondisi yang ada. Pada MANET mempunyai 3 protokol routing yaitu Table- Driven routing protocols (proactive), On-Demand routing protocols (reactive) dan gabungan dari keduanya yaitu Hybird. MANET mempunyai beberapa tipe karakteristik umum yaitu :

1. Node yang selalu bergerak (Node mobility)

Pada MANET setiap node selalu bergerak bebas, maka dimungkinkan terjadi karena setiap node memancarkan sinyal dalam

(19)

radius tertentu,maka node-node yang dalam satu lingkup sinyal dapat saling berkomunikasi

2. Topologi yang dinamis (Dynamic topology)

Tidak dibutuhkannya sebuah infrastruktur jaringan seperti AP(access point) dan node yang selalu bergerak maka gambaran atau topologi jaringan pada adhoc network tidak dapat diprediksi. 3. Membangun sendiri (Self built)

Setiap node pada jaringan ad hoc network dapat menjadi penerima paket informasi atau penerus paket (router).

MANET membutuhkan sebuah protokol komunikasi yang mengatur komunikasi antara node sehinga setiap node dalam satu jaringan mampu berkomunikasi satu sama lainya. Namun protokol komunikasi di jaringan wired network yang sifat nodenya statik sangat tidak cocok diterapkan di MANET. Protokol di jaringan MANET mempunyai beberapa karateristik khusus yang harus dipenuhi yaitu self-configured, self-built and distributed routing algorithm.

1. Konfigurasi sendiri (Self-configured) : protocol tersebut mampu mengkonfigurasi node sehingga node secara otomatis dapat menjadi klien sekaligus router untuk node lainnya.

2. Membangun jaringan sendiri (Self-built) : dikarenakan node selalu bergerak maka protocol tersebut diharapkan mampu mendisain node untuk membangun jaringan sendiri.

3. Penyebaran algoritma routing (distributed routing algorithm) : protokol mampu membuat jalur routing untuk pencarian jalur terpendek setiap node yang bergerak.

(20)

Gambar 1.1 Klasifikasi routing protocol di MANET

Pada Protokol routing MANET dapat dibedakan menjadi 3 karakteristik berdasarkan sebaran table routing :

a. Protokol routing proaktif (Table Driven Routing Protocol)

Pada protokol proaktif ini bekerja dengan (table driven routing protocol), jadi masing-masing node mempunyai routing table yang lengkap, dalam artian sebuah node akan mengetahui semua rute ke node lain yang berada dalam jaringan tersebut. Saat melakukan maintenence terhadap informasi routing melalui routing table dan melakukan up-to-date secara berkala sesuai dengan perubahan topologi, namun metode proaktif ini jika diimplementasikan maka akan menyebabkan konsumsi bandwidth yang besar dikarenakan semua node membroadcat routing table ke semua node.

Beberapa contoh protokol proaktif yaitu:

DSDV (Dynamic Destination Sequenced Distance Vector Routing Protokol)

(21)

b. Protokol routing reaktif (On-Demand Routing Protocol)

Protokol routing reaktif melakukan proses pencarian node tujuan dengan cara On Demand yang berarti proses pencarian route hanya dilakukan ketika node sumber membutuhkan komunikasi dengan node tujuan. Jadi routing table yang dimiliki oleh sebuah node berisi informasi route node tujuan saja. Namun pada protokol ini akan membangun koneksi apabila node membutuhkan rute dalam mentransmisikan dan menerima paket data, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih besar dari pada protokol routing proaktif, maka metode ini tidak membutuhkan konsumsi bandwidth yang terlalu besar dan meminimalis sumber daya baterai.

AODV (Ad Hoc On Demand Distance Vector )

DSR (Dynamic Source Routing)

ACOR (Admission Control enabled On-demand Routing)

(ABR) (Auditory brainstem response)

c. Protokol routing Hybrid

Protokol routing Hybrid adalah metode penggabungan yang kedua protokol antara routing proaktif dan reaktif.

TORA (Temporally-Ordered Routing Algorithm)

ARPAM (hoc Routing Protocol for Aeronautical Mobile Ad-Hoc Networks)

ZRP (Zone Routing Protocol )

OORP (Order One Routing Protocol)

Jaringan adhoc MANET sangat dibutuhkan karena sifatnya yang sangat mobile, maka dari itu setiap protokol routing yang ada harus mampu mengatasi segala permasalahan routing baik yang bersifat umum seperti pencarian jalur terpendek dan permasalahan routing khusus di MANET yang harus memperhitungkan energy atau baterai dan pemakaian bandwidth. Energy atau baterai sangat penting bagi penggunan jaringan nirkabel yang memiliki kelehaman dengan adanya keterbatasan energy karena jika energy

(22)

telah habis node tidak bisa berinteraksi dengan node yang lain sehingga node tersebut dianggap sudah mati. Sebuah protocol sebaiknya mempertimbangkan energy terlebih dahulu sehingga node dapat bertahan lebih lama dalam berinteraksi, untuk itu dilihat berapa banyak node tersebut dapat bertahan setiap berinteraksi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat rumusan masalah berupa apa kelebihan dan kekurangan penggunaan daya energy pada routing protolol reaktif (AODV) dan routing protokol proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil daya energy dapat bertahan pada routing protokol reaktif (AODV) dan routing protokol routing proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Trafik data yang digunakan adalah protocol TCP

2. Parameter yang digunakan sebagai uji adalah node yang tidak memiliki daya baterai

3. Menggunakan simulator komputer dengan NS2 (Network Simulator 2)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalam menentukan protocol dimana lamanya daya baterai dalam sebuah jaringan manet dapat bertahan.

1.6. Metode Penelitian

Metodologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

(23)

1. Studi literatur

Melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber baik pencarian dari berbagai buku referensi, jurnal-jurnal, browsing internet maupun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bahan acuan atau tinjauan agar mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk melengkapi data-data dalam menganalisa dan melakukan penelitian ini.

2. Perancangan atau skenario

Perancangan sistem meliputi skenario perancangan topologi dan implementasi topologi jaringan pada NS2 sebagai berikut :

a. Luas area simulasi

b. Penambahan dalam jumlah node c. Penambahan dalam kecepatan node

d. Penempatan node dan pergerkan node secara acak 3. Pemilihan hardware dan software

Pada tahap ini dilakukan pemilihan hardware dan software yang dibutuhkan untuk membangun jaringan komputer sesuai skenario topologi jaringan yang dibuat dan sekaligus untuk pengujian.

4. Pembangunan simulasi dan pengumpulan data

Pembangunan simulasi dan pengumpulan data. Simulasi jaringan MANET ini menggunakan simulator bernama NS2.

5. Analisis data simulasi

Untuk menganalisa sebuah data yang sudah diperoleh dari proses simulasi tersebut tentunya dapat dilakukan pengamatan dari parameter yang sudah ditentukan, melakuk ananalisis terhadap data akhir yang dihasilkan yaitu file trace yang diperoleh.

1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

(24)

masalah, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan judul/masalah di tugas akhir.

BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN

Bab ini berisi perencanaan simulasi jaringan.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi pelaksanaan simulasi dan hasil analisis data simulasi jaringan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran berdasarkan hasil analisis data simulasi jaringan.

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Mobile Ad Hoc Network

MANET adalah sebuah jaringan wireless yang bersifat dinamis dan setiap mobile host dalam MANET bebas untuk bergerak ke segala arah. Di dalam jaringan MANET terdapat dua node (mobile host) atau lebih yang dapat berkomunikasi dengan node lainnya namun masih berada dalam jangkauan node tersebut. Selain itu node juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node yang lainnya.

Jaringan adhoc dapat bekerja dengan infrastruktur berupa wireless dengan cara berkomunikasi secara mobile network, serta untuk proses routingnya menggunakan multihop informasi jadi setiap informasi akan dikirimkan dan disimpan terlebih dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui perantara, namun dari sisi keamanan tentunya sangat terbatas jika dibandingkan dengan network yang menggunaan kabel. Karakteristik dari adhoc ini pun selalu berpindah- pindah dikarenakan node selalu bergerak tanpa diprediksi.

2.1.1. Karakteristik MANET

Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah:

1. Otonomi dan tanpa infrastruktur, MANET tidak bergantung kepada infrastruktur atau bersifat terpusat. Setiap node berkomunikasi secara distribusi peer-to-peer.

2. Topologi jaringan bersifat dinamis, artinya setiap node dapat bergerak bebas (random mobility) dan tidak dapat diprediksi. Scalability artinya MANET bersifat tidak tetap atau jumlah node berbeda di tiap daerah. 3. Sumber daya yang terbatas, baterai yang dibawa oleh setiap mobile node mempunyai daya terbatas, kemampuan untuk memproses terbatas, yang pada akhirnya akan membatasi layanan dan aplikasi

(26)

2.1.2. Protokol Routing

Jaringan MANET adalah sekumpulan node yang dapat bergerak (mobile node) yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk berkomunikasi secara wireless dan juga dapat mengakses jaringan. Perangkat tersebut dapat berkomunikasi dengan node yang lain selama masih berada dalam jangkauan perangkat radio. Node yang bersifat sebagai penghubung tersebut akan digunakan untuk meneruskan paket dari node sumber ke tujuan. Routing merupakan algoritma perpindahan informasi di seluruh jaringan dari node sumber ke node tujuan dengan minimal satu node yang berperan sebagai perantara. Komponen penting pada sebuah protokol routing/ Algoritma routing berfungsi untuk menentukan bagaimana node berkomunikasi dengan node yang lainnya dan menyebarkan informasi yang memungkinkan node yang lainnya dapat menyebarkan informasi yang memungkinkan node sumber untuk memilih rute optimal ke node tujuan dalam sebuah jaringan komputer. Sedangkan sebuah algoritma routing berfungsi untuk menghitung secara matematis jalur yang optimal berdasarkan informasi routing yang dipunyai oleh suatu node. Mengenai sebuah algoritma routing harus mencakup banyak hal yang perlu di perhatikan :

a) Penentuan jalur terpendek yang akan di tujukan ke node tujuan harus efisien.

b) Selalu up-to-date table routing ketika terjadi perubahan pada topologi.

c) Meminimalisir jumlah control paket. d) Waktu konvergen yang seminim mungkin.

2.1.3. Routing Reaktif

Tipe algoritma protokol routing reaktif ini bersifat on-demand, pada intinya node sumber yang akan menentukan node tujuan sesuai prosedur yang diinginkannya, proses pencarian rute hanya akan dilakukan ketika dibutuhkan komunikasi antara node sumber dengan

(27)

node tujuan saja, jadi routing table yang ada pada node hanyalah informasi route ke tujuan saja, Protokol reaktif ini memanfaatkan metode broadcast untuk membuat route discovery , pembuatan route discovery ini untuk maintaining route agar tidak terputus saat jalur yang tidak digunakan tidak di lalui paket menuju node tujuan, selain itu routing reaktif ini akan membroadcast paket kepada node tetangganya untuk menyampaikan paket kepada node tujuan menggunakan route request setelah menerima maka node tujuan akan memberikan pesan balasan berupa route reply , dengan cara ini agar dapat meminimalkan routing overhead agar tidak membanjiri jaringan berbeda dengan protokol routing proaktif yang membroadcast update routing table ke semua node yang mengakibatkan boros bandwidth karena beberapa contoh algoritma routing reaktif adalah Associativity Based Routing (ABR), Adhoc On-Demand Distance Vector (AODV), Dynamic Source Routing (DSR).

2.1.4. Routing Proaktif

Tipe golongan protokol routing proaktif ini bersifat (table driven routing protocol) yaitu mengelola daftar tujuan dan rute terbaru masing-masing serta bersifat broadcast sehingga system pendistribusian table routingnya selalu diupdate secara periodic setiap node akan merespon perubahan dalam mengupdate agar terjadi konsistensi routing table, maka memperlambat aliran data jika terjadi restruktursi routing, beberapa contoh algoritma routing proaktif yaitu Intrazone Routing Protocol (IARP), Linked Cluster Architecture (LCA), Witness Aided Routing(WAR), Optimized Link State Routing Protocol(OLSR), Better Approach to Mobile Adhoc Network (BATMAN), Dynamic Destination Sequenced Distance Vector (DSDV), Fisheye state routing (FSR).

(28)

2.2. AODV (Ad hoc On Demand Distance Vector)

AODV adalah routing protocol yang termasuk dalam klasifikasi reaktif routing protokol, yang hanya melakukan request sebuah rute saat dibutuhkan. AODV memiliki dua tahapan routing yaitu route discovery (tahap pencarian routing) dan route maintenance (tahapan memeliharanan jalur). Route discovery berupa Route Request (RREQ) dan Route Reply (RREP). Sedangkan untuk tahapan route maintenance AODV menggunakan Route Error (RRER). Gambaran umun cara kerja AODV adalah node sumber atau source node akan membroadcast RREQ ketetangga terdekat, jika node tetangga mempunyai jalur atau node tersebut yang akan dituju maka node tetangga akan membalas dengan merespon RREP.

Cara kerja routing AODV yang hanya memlihara satu jalur routing saja membuat routing ini sangat cocok digunakan untuk jaringan dengan keterbatasan bandwidth. Begitu juga control message/update yang digunakan lebih efesien, karena AODV hanya melakukan control message/update saat ada jalur putus saja. Namun hal tersebut membuat protokol routing AODV memerlukan waktu yang lebih lama untuk membentuk jalur routing baru saat ada koneksi yang putus. AODV akan selalu kembali ke source atau node sumber saat ada jalur yang putus, kemudian akan memulai dari awal lagi tahapan pencarian node. Hal itulah yang menyebabkan AODV sangat jatuh saat kecepatan node yang tinggi.

Berikut akan dijelaskan tahapan route discovery phase dan tahapan route maintanace :

(29)

2.2.1. Tahap Pencarian Jalur (Route Discovery Phase)

Berikut adalah contoh gambar RREQ AODV. Source node S ingin berkomunikasi ke destination D

Gambar 2.2 Route Request AODV

Node S akan membroadcast paket RREQ ke semua tetangga, paket akan di teruskan sampai menemukan tujuan. Saat node D menerima RREQ yang node D akan mencek jumlah hop count RREQ yang pertama . RREQ yang pertama dari node 2 dengan jumlah hop count 3. kemudian node D akan me-reply paket dari jalur node 2.

(30)

Node D akan mengirimkan RREP ke node 2, kemudian node 2 akan meneruskan paket RREP sampai node sumber atau node S. Sementara itu paket RREQ dari node 5 datang, karena jumlahn hop count lebih besar maka paket RREQ dari node 5 akan di drop, begitu juga paket RREQ dari node 9 akan di drop juga. Routing menuju node D akan terbentuk yaitu melewati node (1,2).

2.2.2. Tahap Pemeliharan Jalur (Route Maintanace Phase)

Adalah tahapan dimana AODV berusaha mengatasi suatu jalur yang error. Saat ada sebuah jalur yang putus, maka AODV akan mengirimkan RERR (Route Error) ke jaringan. Node yang menerima RRER akan meneruskan pesan ke node tetangga sampai diterima oleh node source.

Gambar 2.2 Route Error AODV

Saat node 2 dan node D putus, node 2 akan mengirimkan RRER ke tetangga jalur routingnya yaitu node 1. Kemudian node 1 akan meneruskan paket RRER ke sampai node S (sumber). Saat node S menerima RRER maka node S akan menghapus jalur routing tersebut dan memulai routing dari awal lagi

2.3. DSDV (Destination-sequenced Distance Vector)

Destination sequenced Distance Vector (DSDV) merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma Distance Vector dan algoritma shortest

(31)

path Bellman-Ford. Mekanisme DSDV dalam menemukan rute di dalam mobile adhoc network (MANET) berbeda. Routing table yang digunakan protokol ini menyimpan hop (loncatan) selanjutnya dari node awal, cost dari node awal ke node tujuan, serta destination sequence number yang berasal dari node tujuan. Pada dasarnya algoritma Distance Vector tidak bebas pengulangan (loop free), oleh karena itu destination sequence number digunakan supaya tidak terjadi looping dalam proses routing. Destination sequence number juga berguna untuk menjaga informasi routing table supaya menjadi informasi yang terbaru dengan memperbaharui rute lama menjadi rute yang baru.

Gambar 2.34 Node B melakukan broadcast

Setiap node mencatat destination (tujuan) yang mungkin tercapai, next node yang mengarah ke destination, cost (metric), dan sequence number. Setiap node saling bertukar informasi secara rutin dengan melakukan broadcast ke node tetangga (neighbor node). Pembaruan routing table juga bisa terjadi apabila ada event tertentu, seperti rute putus atau pergerakkan node yang menyebabkan perubahan topologi jaringan dan perubahan informasi pada tabel.

Node B melakukan increment terhadap sequence number menjadi 102 dan melakukan broadcast informasi routing table baru ke node-node tetangganya (A dan B). Broadcast ini akan terus dilakukan selama masih ada node pada jaringan yang terhubung sehingga routing table senantiasa baru.

(32)

Gambar 2.3 Node D mengirim paket ke node A melalui 2 jalur dengan hop berbeda

Node D merupakan source node, sedangkan node A merupakan destination node. Karena adanya routing table, maka D dapat dengan ada node pada jaringan yang terhubung sehingga routing table senantiasa baru. mudah mengidentifikasi rute dengan cost atau hop (loncatan) terpendek yaitu melalui Q. Node D melakukan broadcast dengan sequence number D-102 melalui P dan Q. Informasi sampai ke P dan Q dengan sequence number 102 dengan jumlah hop 10 di Q dan 11 di P. Routing table yang dipilih adalah routing table dengan sequence number terbesar dan jumlah hop terkecil. Oleh karena sequence number di P dan Q sama-sama 102, maka informasi yang akan diteruskan ke node A adalah informasi routing table dari node Q dengan jumlah hop 10.

Pembaharuan rute pada protokol routing DSDV bersifat time-driven (periodik) ataupun event driven (digerakkan oleh fenomena tertentu). Setiap node bertukar informasi dengan node-node tetangganya secara periodik untuk memperoleh informasi routing table yang terbaru. Saat terjadi perubahan signifikan tertentu dari update terakhir, suatu node dapat mengirim informasi dari routing table yang telah berubah dengan digerakkan oleh trigger / event tertentu.

(33)

DSDV memiliki dua cara saat memperbaharui routing table. Pertama adalah full-dump yang memperbarui seluruh isi routing table. Incremental update, merupakan cara lain yang hanya memuat informasi yang berubah sejak pembaharuan terakhir. Incremental update dapat dikirim dengan satu NDPU (Network Data Packet Unit) sedangkan full-dump dikirim dengan menggunakan beberapa NDPU.

DSDV merupakan protokol routing yang efisien. Dengan adanya sequence number, DSDV bebas dari pengulangan (loop free). Delay (keterlambatan) untuk penemuan rute baru juga relatif rendah karena saat dibutuhkan destination yang baru, source node telah menyimpan rute dari source ke destination di dalam routing table yang diperbarui secara rutin.

Sebagai protokol proaktif, DSDV perlu memperbaharui routing table secara rutin sehingga mengkonsumsi banyak energi baterai dan bandwith meskipun jaringan tersebut sedang dalam kondisi idle. Akibatnya protokol ini kurang cocok untuk jaringan dengan jumlah node yang sangat besar. Saat topologi jaringan berubah, sequence number baru dibutuhkan. DSDV tidak stabil hingga perubahan routing table tersebar di seluruh node pada jaringan. Karena alasan ini DSDV tidak tepat digunakan pada jaringan dengan mobilitas tinggi.

DSDV efektif untuk jaringan adhoc dengan populasi rendah karena perubahan topologi juga relatif rendah. Jaringan dengan populasi tinggi namun frekuensi perubahan topologi yang rendah juga baik untuk protokol DSDV. Hal ini disebabkan karena tidak dibutuhkan pencarian rute baru pada saat pengiriman data akan dilakukan sehingga delay menjadi rendah.

2.4. Network Simulator 2

NS-2 merupakan salah satu tool yang sangat berguna untuk menunjukkan simulasi jaringan melibatkan Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan telah mengalami perkembangan untuk memasukkan didalamnya jaringan nirkabel (wireless) dan juga jaringan adhoc.

(34)

Ada beberapa keuntungan menggunakan NS sebagai perangkat lunak simulasi pembantu analisis dalam riset, antara lain adalah NS dilengkapi dengan tool validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran pemodelan yang ada pada NS. Secara default semua pemodelan NS akan dapat melewati proses validasi ini. Pemodelan media, protokol dan komponen jaringan yang lengkap dengan perilaku trafiknya sudah disediakan pada library NS.

NS juga bersifat open source dibawah Gnu Public License (GPL) dan berkembang menjadi lebih dinamis, sehingga lebih friendly dan leluasa ketika digunakan dalam sistem operasi linux/ubuntu. Akan tetapi untuk menjalankan dalam sistem operasi windows tidak perlu khawatir, dan terlebih dahulu menginstal cygwin yang berfungsi sebagai linux environment. NS dapat di-download dan digunakan secara gratis melalui website NS.

2.4.1. Fungsi NS

Adapun beberapa fungsi pada NS-2, yaitu : 1. Mendukung jaringan kabel (wired)

Protokol routing Distance Vector, Link State

 Protokol Transport : TCP, UDP

 Sumber trafik : web, ftp, telnet, cbr, real audio

 Tipe antrian yang berbeda : drop tail, RED

Quality of Service (QoS) : Integrated Services dan Differentiated Services

Emulation

2. Mendukung jaringan nirkabel (wireless)

 Protokol routing ad hoc: AODV, DSR, DSDV, TORA; Jaringan hybrid; Mobile IP; Satelit; Senso-MAC; Model propagasi: two-ray ground, free space, shadowing

3. Visualisasi

Network Animator (NAM)

Trace Graph 4. Kegunaan

(35)

Pembangkit pergerakan mobile setdest –v (versi) –n (jumlah node) –p (waktu pause) –s (kecepatan) –t (waktu simulasi) – x (panjang area) –y (lebar area) > (File keluaran)

Pembangkit pola trafik (CBR / TCP traffic) Ns cbrgen.tcl [-type cbr | tcp] [-nn jumlah node] [-seed seed] [-mc koneksi] [-rate rata-rata]

5. Tracing

Contoh output dari simulasi berupa trace file .tr

[event] [time] [ node id] [pkt type] [pkt size] [energy] [IP header] [seq number]

s = paket yang dikirim r = paket yang diterima 10.000000000 = time stamp _1_ = node id

RTR = routing message AODV = routing protokol Energy 4000.0000 = Sisa Energy

ei = energy yang dikonsumsi pada saat keadaan hidup(idle) es = energy yang dikonsumsi pada saat keadaan mati(sleep) et = energy yang dikonsumsi pada saat mentransmit paket er = energy yang dikonsumsi pada saat menerima paket [1:0 3:0 32 0] = IP header

[0 0] 0 0 = route request

-s 10.000000000 _1_ AGT --- 0 AODV 48 [0 0 0 0] [energy 4000.0000 ei 2.557 es 0.000 et 0.000 er 0.000] ---

[1:0 3:0 32 0] [0 0] 0 0

- r 10.000000000 _1_ RTR --- 15 tcp 40 [0 0 0 0] [energy 4000.0000 ei 2.557 es 0.000 et 0.000 er 0.000] --- [1:0 3:0 32 0] [0 0] 0 0

(36)

19

BAB III

PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

3.1. Parameter Simulasi

Pada penelitian ini mengunakan beberapa paramter yang bersifat konstan yang akan digunakan untuk setiap simulasi baik itu untuk AODV dan DSDV , tabelnya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario

Luas Area Simulasi 300mx300m/800mx800m/1200x1200m

Jumlah Nodes 25/50/75/100

Kecepatan Random 1-25

Kecepatan Konstan 10//20/30

Type Mobility Random Way Point

Jumlah Koneksi 7 TxPower : 2.00W RxPower : 1.00W IdlePower : 1.0W Transition Power : 0.2W Transition Time : 0.005s Sleep Power : 0.001W

Total simulation Time : 7200 s

Initial energy of a Node : 4000 Joules

Routing protocols : AODV/ DSDV

Traffic Model : TCP

3.2. Skenario Simulasi

Skenario simulasi antara kedua protokol reaktif dan proaktif baik AODV dan DSDV yaitu skenario dengan jumlah node, kecepatan dan area bertambah. Hasil dari pengujian di rata-rata dan ditampilkan menjadi sebuah tabel dan grafik.

(37)

Tabel 3.2 Skenario A dengan meningkatnya Area(AODV dan DSDV) Skenario Node Kecepatan Area Koneksi

A1 50 1-25 300mx300m 7

A2 50 1-25 800mx800m 7

A3 50 1-25 1200mx1200m 7

Tabel 3.2 Skenario B dengan meningkatnya kecepatan(AODV dan DSDV) Skenario Node Kecepatan Area Koneksi

B1 50 10 800mx800m 7

B2 50 20 800mx800m 7

B3 50 30 800mx800m 7

Tabel 3.2 Skenario C dengan penambahan node(AODV dan DSDV) Skenario Node Kecepatan Area Koneksi

C1 25 1-25 800mx800m 7

C2 75 1-25 800mx800m 7

C3 100 1-25 800mx800m 7

3.3. Parameter Kinerja

Ada parameter kinerja dalam penelitian tugas akhir yaitu

3.3.1 Death of Node

Death of node adalah node yang dianggap sudah mati dikarenakan tidak memiliki sisa daya energy baterai. Rumus untuk menghitung death of node adalah :

Death of Node = Intial Energy – Energy Consumption

3.3.2 Throughput

Throughput adalah rata-rata data (bit) yang dikirimkan ke node tujuan per satuan waktu. Rumus untuk menghitung throughput adalah :

(38)

Average Throughput = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎

3.4. Topologi Jaringan

Topologi dari adhoc tidak dapat diramalkan atau diprediksi karena topologi jaringan ini dibuat secara random. Hasil dari simulasi baik itu posisi node dan pergerakan node tentunya tidak akan sama dengan topologi yang sudah direncanakan.

(39)

22

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk membandingkan death of node pada kedua protocol routing (AODV) dan protocol routing proaktif (DSDV) ini akan di dilakukan seperti pada tahap pengujian, sesuai skenario perancangan simulasi jaringan pada Bab 3 sesuai parameter yang sudah ditentukan. Pada hasil dari simulasi ditemukan critical condition yang menandakan bahwa node yang mengalami death of node terjadi pada menit 60 sampai 66 maka dari itu dibentuk ketegori agar lebih terlihat hasil dari death of node yaitu pada menit 60,63 dan 66.

4.1. AODV

4.1.1. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Area

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 300mx300m

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 397.01 347.01 256.165 25 395.08 345.08 254.234 1 0 0 0 26 397.788 347.788 256.943 2 260.425 210.425 119.58 27 398.024 348.024 257.178 3 398.244 348.244 257.399 28 397.042 347.042 256.196 4 0 0 0 29 384.577 334.577 243.731 5 295.22 245.22 154.375 30 393.773 343.773 252.928 6 93.1825 43.1825 0 31 387.56 337.56 246.714 7 18.568 0 0 32 395.018 345.018 254.173 8 114.093 64.093 0 33 398.045 348.045 257.2 9 57.3677 7.3677 0 34 395.514 345.514 254.669 10 344.082 294.082 201.129 35 399.351 349.351 258.506 11 0 0 0 36 392.903 342.903 252.058 12 275.316 225.316 134.471 37 398.405 348.405 257.562 13 399.438 349.438 258.593 38 392.975 342.975 252.13 14 398.692 348.692 257.847 39 384.531 334.531 243.686 15 399.465 349.465 258.62 40 374.345 324.345 233.5 16 396.128 346.128 255.283 41 395.831 345.831 254.985 17 379.867 329.867 239.021 42 391.174 341.174 248.914 18 399.495 349.495 258.65 43 399.488 349.488 258.643 19 396.408 346.408 255.563 44 391.124 341.124 250.279 20 388.938 338.938 248.093 45 397.762 347.762 256.917 21 392.453 342.453 251.608 46 395.85 345.85 255.005 22 392.098 342.098 251.253 47 392.508 342.508 246.945 23 392.552 342.552 251.706 48 399.489 349.489 258.643 24 399.503 349.503 258.658 49 377.083 327.083 236.238 Avg 336.275 289.904 209.319

(40)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Area 300mx300m pada AODV Tabel 4.1. Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 800mx800m

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 374.856 299.856 188.872 25 379.187 304.187 189.829 1 167.068 92.068 0 26 374.241 299.241 202.205 2 317.533 242.533 154.4093 27 376.182 301.182 189.542 3 379.13 304.13 204.714 28 384.389 309.389 198.178 4 39.3487 0 0 29 372.146 297.146 180.874 5 340.25 265.25 185.74 30 359.841 284.841 172.59 6 152.439 77.439 0 31 371.153 296.153 205.676 7 60.2862 0 0 32 379.642 304.642 187.67 8 213.033 138.033 0 33 382.431 307.431 194.476 9 0 0 0 34 371.296 296.296 220.162 10 317.385 242.385 183.5435 35 364.186 289.186 193.332 11 134.018 59.018 0 36 377.126 302.126 190.834 12 306.189 231.189 169.2733 37 364.419 289.419 182.154 13 375.415 300.415 206.512 38 376.049 301.049 194.775 14 375.064 300.064 231.978 39 360.804 285.804 177.648 15 372.019 297.019 188.372 40 373.196 298.196 168.491 16 369.608 294.608 175.932 41 382.275 307.275 167.724 17 372.268 297.268 174.801 42 371.636 296.636 180.117 18 372.075 297.075 186.473 43 373.87 298.87 202.891 19 385.37 310.37 210.633 44 381.915 306.915 231.823 20 386.647 311.647 202.199 45 376.016 301.016 186.432 21 364.607 289.607 180.69 46 370.863 295.863 170.459 22 364.131 289.131 188.111 47 374.502 299.502 207.99 23 372.366 297.366 206.146 48 372.073 297.073 179.565 24 376.097 301.097 217.026 49 363.955 288.955 189.829 Avg 332.411 259.919 164.5222 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

300mx300m

(41)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Area 800mx800m pada AODV Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 1200mx1200m

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 346.335 271.335 207.786 25 374.715 299.715 234.225 1 140.776 65.776 0 26 377.015 302.015 237.87 2 299.904 224.904 150.119 27 349.372 274.372 158.079 3 341.999 266.999 150.519 28 366.53 291.53 228.229 4 34.3046 0 0 29 367.288 292.288 227.701 5 315.91 240.91 177.231 30 354.083 279.083 215.659 6 128.513 53.513 0 31 373.969 298.969 182.303 7 60.0703 0 0 32 376.805 301.805 237.273 8 153.974 78.974 0 33 376.78 301.78 185.487 9 0 0 0 34 348.514 273.514 156.992 10 324.715 249.715 185.781 35 356.068 281.068 217.719 11 159.326 84.326 0 36 374.527 299.527 235.366 12 321.62 246.62 176.853 37 372.533 297.533 181.213 13 381.786 306.786 243.304 38 361.44 286.44 223.101 14 374.772 299.772 235.9 39 371.138 296.138 232.322 15 365.796 290.796 226.145 40 372.517 297.517 181.126 16 359.908 284.908 168.657 41 365.527 290.527 174.016 17 350.428 275.428 158.649 42 343.959 268.959 199.659 18 355.821 280.821 216.917 43 373.806 298.806 231.657 19 379.306 304.306 240.631 44 356.921 281.921 164.447 20 346.962 271.962 155.716 45 365.599 290.599 227.212 21 355.115 280.115 216.818 46 368.395 293.395 228.809 22 362.397 287.397 160.193 47 370.911 295.911 232.567 23 360.083 285.083 221.379 48 366.558 291.558 172.308 24 353.646 278.646 214.408 49 365.126 290.126 172.668 Avg 322.4713 250.0838 172.9003 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

800mx800m

(42)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Area 1200mx12000m pada AODV Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Area

Hasil Througput (Kbps)

300mx300m 485.5

800mx800m 366.85

1200mx1200m 354.05

Gambar 4.1 Grafik Throughput dengan Penambahan Area pada AODV 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

1200mx1200m

Menit 60 Menit 63 Menit 66

485.5 366.85 354.05 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 300mx300m 800mx800m 1200mx1200m

Throug

put

(

Kbp

s)

Area

AODV Througput

(43)

Gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 yang berada diatas menunjukkan bahwa saat jumlah area ditambah (300mx300m, 800mx800m, 1200mx1200m), maka death of node pada menit 60 sampai dengan menit 66 yang sudah tidak memiliki daya energy terdapat 7 node di karenakan 7 node tersebut merupakan source, sehingga source membutuhkan daya yang lebih banyak untuk melakukan transmit ke destination. Kemudian jika area yang kecil membuat rute menuju destination menjadi pendek sehingga relay tidak menggunakan daya yang cukup banyak serta memberikan throughput yang tinggi, sedangkan area yang semakin besar membuat rute menuju destination semakin panjang sehingga daya energy cukup banyak digunakan antara source dan relay kemudian mengakibatkan throughput turun.

4.1.2. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Kecepatan

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 10 m/s

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 375 275 177.412 25 386.139 286.139 185.752 1 86.3674 0 0 26 381.61 281.61 184.033 2 294.116 194.116 92.1767 27 378.308 278.308 180.724 3 381.708 281.708 184.127 28 380.359 280.359 182.773 4 0 0 0 29 374.319 274.319 176.726 5 305.467 205.467 107.889 30 380.399 280.399 182.532 6 191.551 91.551 0 31 375.022 275.022 177.16 7 31.6042 0 0 32 383.986 283.986 186.405 8 197.419 97.419 0 33 365.061 265.061 167.322 9 0 0 0 34 384.677 284.677 187.092 10 321.684 221.684 124.092 35 382.998 282.998 185.415 11 153.627 53.627 0 36 373.58 273.58 175.998 12 324.434 224.434 114.387 37 371.838 271.838 174.254 13 373.951 273.951 176.366 38 377.949 277.949 177.553 14 372.129 272.129 166.986 39 373.248 273.248 175.667 15 373.094 273.094 175.075 40 375.038 275.038 177.456 16 380.676 280.676 182.972 41 376.823 276.823 179.225 17 383.268 283.268 185.683 42 365.824 265.824 158.67 18 379.192 279.192 181.618 43 372.353 272.353 174.769 19 375.912 275.912 178.335 44 383.579 283.579 185.987 20 372.939 272.939 175.363 45 373.049 273.049 175.457 21 385.31 285.31 184.915 46 375.397 275.397 177.814 22 381.178 281.178 183.594 47 376.517 276.517 178.931 23 378.647 278.647 181.068 48 384.97 284.97 187.39 24 378.745 278.745 181.168 49 378.04 278.04 180.447 Avg 332.582 238.2226 148.5756

(44)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 10 m/s pada AODV Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 20 m/s

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 366.355 216.355 182.206 25 374.4 224.4 188.733 1 181.033 31.033 0 26 308.521 158.521 122.933 2 320.368 170.368 135.075 27 380.018 230.018 197.221 3 371.19 221.19 181.086 28 372.87 222.87 189.002 4 104.508 0 0 29 374.916 224.916 190.301 5 365.721 215.721 179.852 30 310.32 160.32 123.288 6 191.011 41.011 0 31 369.423 219.423 185.526 7 34.5549 0 0 32 385.13 235.13 201.5 8 196.561 46.561 0 33 370.997 220.997 188.125 9 117.329 0 0 34 374.534 224.534 188.079 10 374.484 224.484 188.961 35 323.598 173.598 138.734 11 165.829 15.829 0 36 369.707 219.707 185.959 12 380.657 230.657 197.87 37 363.232 213.232 179.373 13 368.148 218.148 184.867 38 367.871 217.871 185.002 14 377.859 227.859 193.305 39 378.013 228.013 192.04 15 370.471 220.471 185.23 40 371.28 221.28 187.191 16 334.747 184.747 151.372 41 363.447 213.447 180.398 17 368.014 218.014 184.989 42 334.073 184.073 150.606 18 378.396 228.396 193.579 43 365.642 215.642 180.002 19 374.781 224.781 191.981 44 372.797 222.797 188.605 20 374.723 224.723 191.848 45 320.616 170.616 132.448 21 335.487 185.487 152.245 46 373.699 223.699 190.91 22 379.205 229.205 195.409 47 369.1 219.1 185.729 23 365.133 215.133 182.17 48 314.287 164.287 123.451 24 377.309 227.309 194.111 49 373.85 223.85 186.228 Avg 331.1243 184.9965 152.5508 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

10

m/s

(45)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 20 m/s pada AODV Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Kecepatan 30 m/s

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 381.425 281.425 201.059 25 369.011 269.011 190.343 1 67.633 0 0 26 379.112 279.112 199.49 2 283.042 183.042 103.699 27 364.162 264.162 185.572 3 371.022 271.022 192.447 28 377.598 277.598 198.371 4 86.9813 0 0 29 375.1 275.1 196.02 5 372.815 272.815 193.954 30 368.717 268.717 189.618 6 204.687 104.687 0 31 373.442 273.442 194.312 7 119.442 19.442 0 32 376.753 276.753 196.045 8 0 0 0 33 379.565 279.565 194.395 9 178.763 78.763 0 34 378.606 278.606 199.968 10 298.863 198.863 114.952 35 376.155 276.155 195.061 11 367.24 267.24 0 36 372.854 272.854 193.829 12 376.843 276.843 198.262 37 378.268 278.268 199.189 13 325.361 225.361 138.904 38 367.261 267.261 187.949 14 373.132 273.132 193.617 39 375.563 275.563 195.312 15 315.549 215.549 137.005 40 372.916 272.916 194.371 16 380.401 280.401 198.686 41 369.483 269.483 191.03 17 321.704 221.704 134.86 42 376.229 276.229 196.893 18 376.827 276.827 197.747 43 372.912 272.912 192.967 19 320.697 220.697 142.037 44 380.176 280.176 200.496 20 377.417 277.417 195.386 45 374.886 274.886 194.24 21 296.811 196.811 113.841 46 363.264 263.264 184.361 22 375.497 275.497 196.549 47 361.934 261.934 183.379 23 377.123 277.123 195.697 48 375.579 275.579 196.245 24 362.682 262.682 181.32 49 376.802 276.802 198.178 Avg 332.9661 235.8738 157.5531 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

20 m/s

(46)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Kecepatan 30 m/s pada AODV Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Kecepatan

Hasil Througput (Kbps)

10 m/s 354.32

20 m/s 329

30 m/s 315.36

Gambar 4.1 Grafik Throughput dengan Penambahan Kecepatan pada AODV Gambar 4.5, 4.6, 4.7 dan 4.8 yang berada diatas menunjukkan bahwa saat jumlah kecepatan ditambah mulai (10, 20, 30) maka death of node pada menit 60 sampai menit 66 yang sudah tidak memiliki daya energy terdapat 7

0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 R e si d u al En e rg y Node ID

30

m/s

Menit 60 Menit 63 Menit 66

354.32 329 315.36 290 300 310 320 330 340 350 360 10 20 30

Throug

put

(

Kbp

s)

Kecepatan m/s

AODV Througput

(47)

node di karenakan 7 node tersebut merupakan source, sehingga source membutuhkan daya energy yang lebih banyak untuk melakukan transmit ke destination, Kemudian jika kecepatan rendah AODV akan lebih membutuhkan daya energy yang banyak karena node masih dapat mempertahankan rute dan dapat mengirimkan data lebih banyak sehingga mendapatkan throughput yang tinggi tetapi tidak untuk kecepatan yang tinggi dikarenakan link akan selalu terputus dan mengirimkan data lebih sedikit sehingga menghasilkan throughput yang rendah.

4.1.3. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Node

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan 25 Node

Node Menit 60 63 66 0 342.561 171.731 171.731 1 105.58 0 0 2 293.141 115.199 115.199 3 85.878 0 0 4 159.513 0 0 5 358.365 183.102 183.102 6 90.9598 0 0 7 64.0629 0 0 8 58.9875 0 0 9 317.248 145.999 145.999 10 98.2981 0 0 11 364.961 194.018 194.018 12 340.059 169.142 169.142 13 290.52 117.373 117.373 14 348.031 174.444 174.444 15 254.786 83.3229 83.3229 16 322.004 149.116 149.116 17 283.099 109.907 109.907 18 347.868 176.915 176.915 19 307.606 136.085 136.085 20 360.087 185.251 185.251 21 290.763 119.269 119.269 22 329.323 158.228 158.228 23 364.069 191.108 191.108 24 337.035 165.784 165.784 Avg 260.5922 109.8398 109.8398

(48)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan 25 Node pada AODV Tabel 4.10 Hasil Pengujian Death of AODV Node dengan 75 Node

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 376.576 226.576 151.995 40 386.392 236.392 152.192 1 169.549 19.549 0 41 386.6 236.6 162.412 2 323.022 173.022 90.1744 42 332.224 182.224 105.521 3 381.817 231.817 157.622 43 386.262 236.262 161.999 4 87.6737 0 0 44 382.681 232.681 156.957 5 366.056 216.056 141.824 45 346.156 196.156 113.059 6 225.286 75.286 0 46 381.828 231.828 154.183 7 104.409 0 0 47 371.875 221.875 147.6 8 239.116 89.116 0 48 336.903 186.903 100.176 9 21.3069 0 0 49 383.76 233.76 159.326 10 384.126 234.126 159.808 50 385.007 235.007 160.823 11 226.365 76.365 0 51 373.913 223.913 149.631 12 382.356 232.356 158.127 52 384.64 234.64 155.87 13 388.997 238.997 164.659 53 359.027 209.027 134.858 14 380.108 230.108 153.561 54 389.994 239.994 165.789 15 384.699 234.699 157.372 55 382.887 232.887 156.972 16 333.302 183.302 102.929 56 386.292 236.292 162.101 17 379.847 229.847 154.626 57 385.897 235.897 160.616 18 387.62 237.62 163.385 58 382.16 232.16 157.97 19 377.18 227.18 151.433 59 361.611 211.611 137.436 20 381.864 231.864 156.077 60 382.556 232.556 158.305 21 351.137 201.137 126.405 61 386.48 236.48 161.525 22 381.228 231.228 157.03 62 383.304 233.304 158.906 23 382.329 232.329 158.084 63 379.341 229.341 155.179 24 386.457 236.457 162.233 64 379.816 229.816 154.638 25 372.024 222.024 147.655 65 381.235 231.235 156.282 26 289.77 139.77 64.3518 66 371.54 221.54 145.34 27 370.818 220.818 146.634 67 377.921 227.921 153.443 28 367.561 217.561 143.406 68 379.149 229.149 154.182 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 R e si d u al En e rg y Node ID

25 Node

(49)

29 379.982 229.982 155.671 69 380.513 230.513 155.69 30 345.978 195.978 118.095 70 377.156 227.156 152.583 31 377.714 227.714 153.266 71 381.004 231.004 154.149 32 386.984 236.984 162.652 72 377.038 227.038 149.018 33 380.686 230.686 155.388 73 357.597 207.597 131.123 34 382.995 232.995 158.765 74 382.836 232.836 155.32 35 343.836 193.836 117.124 36 378.742 228.742 151.974 37 380.236 230.236 155.754 38 360.154 210.154 135.709 39 384.613 234.613 160.244 Avg 352.9082 206.063 133.9361

Gambar 4.10 Grafik Death of Node dengan 75 Node pada AODV Tabel 4.11 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan 100 Node

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 387.226 237.226 174.792 50 374.907 224.907 159.346 1 176.14 26.14 0 51 387.787 237.787 175.51 2 323.202 173.202 108.769 52 390.533 240.533 178.071 3 389.825 239.825 177.53 53 382.751 232.751 170.458 4 37.551 0 0 54 385.196 235.196 172.921 5 364.998 214.998 152.72 55 386.306 236.306 173.486 6 191.264 41.264 0 56 388.627 238.627 176.351 7 104.932 0 0 57 393.301 243.301 181.034 8 231.398 81.398 0 58 389.878 239.878 177.506 9 84.8022 0 0 59 385.614 235.614 173.343 10 391.169 241.169 178.894 60 386.385 236.385 172.297 11 208.078 58.078 0 61 386.69 236.69 174.412 12 387.037 237.037 171.452 62 382.177 232.177 169.89 13 390.029 240.029 177.753 63 383.838 233.838 171.374 14 385.74 235.74 173.463 64 388.617 238.617 174.286 15 381.615 231.615 169.336 65 386.715 236.715 174.442 16 348.014 198.014 134.665 66 389.41 239.41 176.157 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 R e si d u al En e rg y Node ID

75

Node

(50)

17 390.522 240.522 176.971 67 379.7 229.7 167.425 18 385.462 235.462 173.18 68 387.351 237.351 175.048 19 377.489 227.489 153.768 69 391.494 241.494 179.226 20 384.379 234.379 166.831 70 381.826 231.826 169.46 21 354.358 204.358 140.839 71 384.319 234.319 172.03 22 392.788 242.788 180.508 72 388.569 238.569 176.278 23 384.988 234.988 172.697 73 384.432 234.432 171.469 24 389.283 239.283 176.944 74 379.809 229.809 167.53 25 388.181 238.181 175.806 75 388.72 238.72 176.45 26 288.998 138.998 75.76 76 384.813 234.813 172.536 27 391.965 241.965 178.907 77 393.026 243.026 180.719 28 378.974 228.974 163.012 78 387.721 237.721 175.401 29 391.122 241.122 173.779 79 392.014 242.014 176.984 30 331.87 181.87 117.02 80 388.189 238.189 170.994 31 386.184 236.184 173.913 81 377.055 227.055 164.79 32 383.48 233.48 171.21 82 387.926 237.926 175.564 33 385.215 235.215 172.933 83 387.891 237.891 160.701 34 382.908 232.908 170.627 84 383.834 233.834 171.287 35 336.497 186.497 123.496 85 384.212 234.212 171.944 36 386.608 236.608 173.935 86 388.676 238.676 176.133 37 379.296 229.296 157.092 87 390.743 240.743 178.468 38 391.859 241.859 175.204 88 388.438 238.438 176.152 39 381.451 231.451 169.049 89 386.195 236.195 173.595 40 380.486 230.486 167.848 90 389.046 239.046 176.739 41 389.777 239.777 177.288 91 381.1 231.1 168.731 42 333.319 183.319 119.86 92 377.366 227.366 165.079 43 390.105 240.105 177.772 93 389.479 239.479 177.189 44 385.211 235.211 172.933 94 380.984 230.984 168.702 45 342.144 192.144 124.087 95 387.091 237.091 174.785 46 385.552 235.552 173.265 96 389.877 239.877 177.593 47 381.617 231.617 168.543 97 384.276 234.276 172.004 48 337.312 187.312 116.988 98 389.912 239.912 177.615 49 386.838 236.838 174.552 99 378.74 228.74 166.432 Avg 364.4281 216.6553 155.6193

(51)

Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan 100 Node pada AODV Tabel 4.12 Hasil Pengujian Throughput AODV dengan Penambahan Area

Hasil Througput (Kbps)

25 Node 372.84

75 Node 340.13

100 Node 334.11

Gambar 4.12 Grafik Throughput dengan Penambahan Node pada AODV 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 99 R e si d u al En e rg y Node ID

100 Node

Menit 60 Menit 63 Menit 66

372.84 340.13 334.11 310 320 330 340 350 360 370 380 25 75 100

Tr

oughput

(

Kbp

s

)

Node

AODV Throughput

(52)

Gambar 4.9, 4.10, 4.11 dan 4.12 yang berada diatas menunjukkan bahwa saat jumlah node ditambah mulai ( 25, 75, 100) maka death of node pada menit 60 sampai menit 66 yang sudah tidak memiliki daya energy terdapat 7 node dikarenakan 7 node tersebut merupakan source, sehingga source membutuhkan daya yang lebih banyak untuk melakukan transmit ke destination, Kemudian node yang sedikit membutuhkan banyak daya energy karena node selalu menjadi relay dari source dan throughput yang dihasilkan lebih tinggi disebabkan jumlah hop yang dilewati sedikit, tetapi jika node semakin banyak dimungkinkan tidak selalu menjadi relay sehingga energy cukup tersisa lebih banyak dan throughput yang dihasilkan lebih rendah karena hop yang di lewati lebih banyak dan terjadi control routing.

4.2. DSDV

4.2.1. Jumlah Death Of Node pada Penambahan Area

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Death of Node DSDV dengan Area 300mx300m

Node Menit Node Menit

60 63 66 60 63 66 0 391.244 180.664 0 25 391.136 180.556 0 1 0 0 0 26 392.502 181.922 0 2 249.557 38.977 0 27 390.295 179.715 0 3 395.562 184.982 0 28 391.041 180.461 0 4 0 0 0 29 385.582 175.002 0 5 290.795 80.215 0 30 393.537 182.957 0 6 92.8546 0 0 31 394.285 183.705 0 7 58.2379 0 0 32 394.413 183.833 0 8 131.895 0 0 33 390.311 179.731 0 9 84.0207 0 0 34 389.805 179.225 0 10 342.511 131.931 0 35 391.57 180.99 0 11 0 0 0 36 392.919 182.339 0 12 263.919 53.339 0 37 390.152 179.572 0 13 390.457 179.877 0 38 391.488 180.908 0 14 390.048 179.468 0 39 396.338 185.758 0 15 388.127 177.547 0 40 389.768 179.188 0 16 391.162 180.582 0 41 393.025 182.445 0 17 392.44 181.86 0 42 392.634 182.054 0 18 388.989 178.409 0 43 392.783 182.203 0 19 389.898 179.318 0 44 393.827 183.247 0 20 394.412 183.832 0 45 395.856 185.276 0 21 394.028 183.448 0 46 384.748 174.168 0 22 395.588 185.008 0 47 388.51 177.93 0 23 393.838 183.258 0 48 391.481 180.901 0 24 393.41 182.83 0 49 387.074 176.494 0 Avg 335.7615 147.3225 0

Gambar

Gambar 2.3  Node D mengirim paket ke node A melalui 2 jalur dengan hop  berbeda
Tabel 3.2 Skenario A dengan meningkatnya Area(AODV dan DSDV)  Skenario  Node  Kecepatan  Area  Koneksi
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 300mx300m
Gambar 4.1 Grafik Death of Node dengan Area 300mx300m pada AODV  Tabel 4.1. Hasil Pengujian Death of Node AODV dengan Area 800mx800m
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kadar volatile matter, kadar abu dan kadar fixed carbon, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian pembuatan briket dengan bahan baku daun

Dari hasil analisa SWOT dihasilkan formulasi strategi pemasaran yang dapat dikembangkan meliputi 4 bentuk dasar : (1) strategi pemasaran berbasis Kekuatan-

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa piutang usaha yang terjadi di PT Para Bathara Surya terjadi karena adanya voucher pasca bayar pelanggan,

Berdasarkan temuan penelitian dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi ciri-ciri makhluk hidup pada siswa kelas III

Pembahasan ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian tahapan menjalankan aplikasi untuk analisis, penjelasan mengenai hasil analisis website dengan menggunakan

Modal Intelektual yang meliputi Modal Manusia; Modal Struktural dan Modal Hubungan berpengaruh positip terhadap Struktur Modal Peusahaan dan

bertujuan untuk menjadikan area Pasar Lama sebagai pusat transit kota Tangerang yang bebas dari kemacetan, aksebilitas pejalan kaki yang tidak nyaman, hunian, dan

Hasil pene litian yang dilakuka n oleh Em an Badruzam an, Soetoro, dan Tito Hardiyanto denga n judul (2017) dengan judul Analisis Saluran Pem asaran Buah Duku