• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Krakatau Steel merupakan perusahaan yang berbentuk persero, dan bergerak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Krakatau Steel merupakan perusahaan yang berbentuk persero, dan bergerak"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.1. Sejarah Perusahaan

PT Krakatau Steel merupakan perusahaan yang berbentuk persero, dan bergerak dalam bidang manufaktur besi baja. PT Krakatau Steel (Persero) resmi berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Krakatau Steel, dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan penyelesaian pembangunan Proyek Baja Trikora serta mengembangkan industri baja dalam arti luas. Pendirian PT Krakatau Steel disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie no. 34 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta, dan diperbaiki dengan naskah no. 25 tanggal 29 Desember 1971. Anggaran dasar perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir sesuai akta notaris Lenny Janis Ishak, SH. No. 7 tanggal 4 November 2002, mengenai perubahan anggaran dasar perusahaan tentang perubahan kepemilikan. Akta perubahan tersebut telah disahkan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. C-03934HT.01.04.TH2003 tanggal 25 Februari 2003.

Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat Baja, Pabrik Baja Tulangan, dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Pada tanggal 9 Oktober 1979, diresmikan penggunaan fasilitas-fasilitas Pabrik Besi Spons model Hylsa (kapasitas 1,5 juta ton per tahun), Pabrik Billet Baja (kapasitas 500.000 ton per tahun), Pabrik Batang Kawat (kapasitas 220.000 ton per

(2)

tahun), serta fasilitas infrastuktur berupa Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000 liter/detik), Pelabuhan Cigading serta Sistem Telekomunikasi. Tanggal 24 Februari 1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab Baja (EAF), Pabrik Baja Lembaran Panas dan Pabrik Besi Spons unit 2 PT Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto.

Ekspor perdana produk baja PT Krakatau Steel ke beberapa negara, seperti Jepang, Amerika, Inggris, India, Cina, Timur Tengah, Korea, dan Asean dilakukan pada tahun 1985. PT Krakatau Steel dan 9 BUMN strategis lain (PT Boma Bisma Indra, PT Dahana, PT INKA, PT INTI, PT IPTN, PT LEN, PT Barata Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL) dikelompokkan dalam BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) berdasarkan Keppres RI nomor 44 tanggal 28 Agustus 1989.

Penggabungan usaha (merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT CRMIU) dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991 (CRMIU didirikan 19 Februari 1983, dan diresmikan 1987). Tanggal 17 November 1994, PT Krakatau Steel mendapat Sertifikat ISO 9002.

Tahun 1996, PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan:

• PLTU 400 MW menjadi PT Krakatau Daya Listrik.

• Penjernihan Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri. • Pelabuhan Khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudera. • Rumah Sakit Krakatau Steel menjadi PT Krakatau Medika.

(3)

Bulan April 1997, PT Krakatau Steel mendapatkan Sertifikat ISO 14001. Lalu, berdasarkan PP No. 35/1998 tanggal 10 Agustus 1998, PT Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT Pakarya Industri (Persero). Tahun 1999, PT Pakarya Industri (Persero) berubah nama menjadi PT Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) dengan total asset Rp 16 triliun. Beberapa tahun kemudian, Pemerintah melalui Forum RUPS Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah membubarkan PT BPIS. Pengalihan asset BUMNIS ke Pemerintah (Kantor Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa Menteri Keuangan).

III.2 Landasan Hukum dan Referensi

Dalam menjalankan usahanya serta dalam proses pembuatan pedoman good Krakatau Steel governance, perusahaan menggunakan berbagai peraturan perundangan yang digunakan sebagai landasan hukum, antara lain:

1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

2. Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

3. Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

4. Kepmen BUMN RI No. 117 Tahun 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

5. Anggaran Dasar PT Krakatau Steel .

6. Pedoman Umun Good Corporate Governance Indonesia (KNKG-2006).

III.3 Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Perusahaan III.3.1 Visi dan Misi

(4)

Visi

2008 Penyedia Baja Dunia dengan Biaya Kompetitif 2013 Pemain Baja Terpadu Dunia yang Dominan 2020 Pemain Baja Dunia Terkemuka

Misi

Kami adalah keluarga masyarakat dunia yang berbudaya, mempunyai komitmen untuk menyediakan baja dan produk terkait dengan pendekatan menyeluruh yang menghasilkan solusi industri dan infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat.

III.3.2 Tujuan dan Strategi Perusahaan Tujuan Perusahaan

PT Krakatau Steel (Persero) memiliki tujuan dalam menjalankan usahanya yaitu, melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi khususnya dalam bidang industri baja.

Strategi Perusahaan

Strategi perusahaan dalam 5 (lima) tahun mendatang dibagi dalam dua tahapan, yaitu: Tahap I:

2004 – 2005 TURNAROUND, yaitu peningkatan daya saing perusahaan, berfokus pada perbaikan kondisi internal.

• Rekondisi pabrik untuk mencapai volume produksi sesuai kapasitas desain • Melakukan transformasi bisnis dan organisasi

(5)

Tahap II:

2006 – 2008 SELECTED GROWTH, yaitu perusahaan melakukan investasi secara selektif pada sektor/segmen yang memberikan peningkatan nilai perusahaan (company value).

• Recoiling & Tension Leveler • Ekspansi

III.4 Kondisi Bisnis Perusahaan III.4.1 Keadaan Keuangan

Keadaan permodalan dan keuangan PT Krakatau Steel (Persero) tahun 2005-2006 dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel III.1 Ekuitas

Modal Dasar Modal Disetor

Nominal 8 triliyun Rupiah Nominal 2 triliyun Rupiah Jumlah saham 8.000.000 lembar Jumlah saham 2.000.000 lembar

(6)

Tabel III.2 Ikhtisar Keuangan (Million of Rupiah) Ikhtisar Keuangan 2005 2004 Hasil operasi: Penjualan bersih 9,984,032 7,997.638 Laba Operasi 485,770 787,883 Laba bersih 236,995 414,502

Financial position (at year-end):

Total asset 10,010,057 8,376,096

Total Ekuitas 5,211,656 5,117,712

Sumber: annual report tahun 2005 PT Krakatau Steel

Tabel III.3 Kinerja Keuangan

KINERJA KEUANGAN

2005 2004

(Rp million)

Operating Profit Margin 4.87% 9.85%

EBIT 397,826 569,644

Laba bersih 236,995 414,502

Cash Ratio 7.00% 15.15%

Asset Turnover 99.74% 95.48%

Return On Investment 6.37% 9.56%

(7)

III.4.2 Kegiatan Usaha dan Produk

Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan yang dijalankan sekarang meliputi, antara lain: • Industri baja terpadu yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas,

baja lembaran dingin, bilet baja dan batang kawat.

• Perdagangan, meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran, disribusi dan keagenan baik dalam maupun luar negeri.

Gambar III.1 Mitra kerja perusahaan

sumber: website PT Krakatau Steel

ANAK PERUSAHAAN PERUSAHAAN

PATUNGAN PT KHI PIPE INDUSTRIES PT KRAKATAU ENGINEERING PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA PT KRAKATAU MEDIKA PT KRAKATAU WAJATAMA PT KRAKATAU INFORMATION TECHNOLOGY PT KRAKATAU TIRTA INDUSTRI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK PT KRAKATAU INDUSTRIAL ESTATE CILEGON PT BUKIT BAJA BUANA PT LAKSANA MAJU JAYA PT KPDS PT CIP PT MARGA MANDALA SAKTI PT METBELOSA PT INDAREF PT SEAMLESS PIPE INDONESIA JAYA PT MALEO PT KERISMAS WITIKCO MAKMUR PT KRAKATAU STEEL (Persero) PT PELAT TIMAH NUSANTARA

(8)

1. PT KHI Pipe Industries (PT KHI)

Produksi komersial PT KHI dimulai bulan Januari 1973, dan bertujuan untuk memproduksi pipa kualitas tinggi yang akan memenuhi tuntutan industri minyak dan gas yang terus meningkat dan proyek konstruksi besar lainnya.

2. PT Krakatau Engineering

PT Krakatau Engineering didirikan pada tanggal 12 Oktober 1988 sebagai anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero). PT Krakatau Engineering melayani dan mengerjakan pekerjaan dari pemerintah maupun swasta berupa EPC contractor (Engineering, Procurement, Construction) dan konsultan (Studi Manajemen Proyek dan Perawatan Industri).

3. PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS)

Pelabuhan Cigading – dikelola oleh PT Krakatau Bandar Samudera merupakan entitas bisnis yang berkonsentrasi kepada penanganan curah (bulk) baik berupa bahan baku bijih besi, curah kering (gypsum, gula, soyabean meal, dan lain-lain) serta barang-barang seperti batu bara dan besi tua.

4. PT Krakatau Medika

PT Krakatau Medika didirikan pada tanggal 28 Februari 1996 sebagai anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero) yang memisahkan unit-unit penunjangnya menjadi badan usaha mandiri.Kegiatan usaha PT Krakatau Medika saat ini mengelola Rumah Sakit yang berlokasi di Kawasan Industri Cilegon dan berdekatan dengan kawasan wisata serta berada di jalur utama transportasi darat yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera.

(9)

5. PT Krakatau Wajatama (PT KW)

PT Krakatau Wajatama didirikan pada tahun 1992. Perusahaan ini memproduksi berbagai produk baja batangan berkualitas tinggi, seperti : INP, IWF, H-beam, U-Channel, dan L-Angles, Baja Tulangan (Deformed dan Plain Bars) serta kawat baja. Perusahaan ini memiliki 3 fasilitas produksi terbaik yang menerapkan pedoman kualitas untuk menjamin bahwa PT Krakatu Wajatama hanya memproduksi yang terbaik untuk kepuasan pelanggan.

6. PT Krakatau Information Technology (PT Krakatau IT)

Krakatau IT merupakan anak perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) yang mengkhususkan pada bisnis Teknologi Informasi secara luas. Sejak berdiri tahun 1993, Krakatau IT mendeklarasikan prinsip hidup perusahaan yang mengutamakan pada kualitas penyelesaian masalah pelanggan. Krakatau IT lebih mengedepankan solusi bisnis untuk mencapai peningkatan kinerja perusahaan pelanggan, dibandingkan pilihan beragam perangkat keras dan perangkat lunak yang beredar di pasaran. Pilihan arah ini menjamin penyelesaian Krakatau IT tidak terkooptasi pada produk dan merek tertentu (independent with brand and product name).

7. PT Pelat Timah Nusantara (PT Latinusa)

PT Latinusa didirikan pada tanggal 19 Agustus 1982 dengan tujuan:

• Membangun dan mengoperasikan pabrik pelat baja tipis berlapis timah untuk bahan baku pembuatan kaleng di Kawasan Industri Cilegon, Banten.

(10)

• Memasarkan hasil produksinya ke dalam dan luar negeri.

• Melaksanakan kegiatan lain yang berhubungan dengan hal tersebut di atas.

8. PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI)

PT Krakatau Tirta Industri yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1996, merupakan anak perusahaan yang sahamnya 100% dimiliki PT Krakatau Steel (Persero). Perusahaan ini sebelumnya merupakan unit penunjang kegiatan operasional PT Krakatau Steel (Persero) dalam bidang penyediaan air bersih yang mulai beroperasi sejak tahun 1979.

Sebagian besar dari air bersih yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan industri dan sebagian lagi untuk kebutuhan Kota Cilegon. Air baku yang diambil dari sungai Cidanau berasal dari danau alam ”Rawa Dano” dan diolah menjadi air bersih melalui water treatment plant, yang terdiri dari beberapa pentahapan proses antara lain flokulasi, sedimentasi, filtrasi yang diikuti dengan disinfeksi.

III.5 Tata Kelola Perusahaan

Perjalanan penerapan Good Corporate Governance pada PT Krakatau Steel (Persero), digambarkan sebagai berikut:

(11)

Gambar III.2 Perjalanan penerapan GCG

Sumber: Pedoman Good Krakatau Steel Governance

Good Corporate Governance di mulai di PT Krakatau Steel (Persero) pada tahun 2000 dengan dibentuknya Tim GCG, dan diawali dengan audit GCG oleh Price Water House. Kemudian di tahun 2001 Tim GCG berubah menjadi sebuah komite, dimana kemudian dibuat sebuah code of conduct yang dinamakan Etika Perusahaan.

Pada tahun 2002 dibentuk Komite Audit di Dewan Komisaris, dan juga dilakukannya self assessment GCG. Pada tahun 2003 dilakukan audit GCG oleh BPKP dengan hasil penilaian 77.8. Pada Agustus 2003 terjadi pergantian Board of Director PT Krakatau Steel (Persero) yang kemudian mengubah status komite GCG menjadi sebuah organisasi struktural setingkat divisi yang langsung dibawah Direktur Utama. Pada saat itu dirasakan perlunya ”menata” berbagai hal di tatanan organ perusahaan, sehingga

GCG dimulai Audit GCG (PWC) Komite GCG (12Juni’01) - Code of Conduct - Komite Audit - Self Assessment Audit BPKP (77,8) - Executive Coaching (Cohesion Building) - GCG menjadi Divisi - Audit Kinerja (AAJ) - Company Direction (KS Q2-2020) - Board Manual - Coorp. Direction (KS Group Q2-2020) - Code of Cond. GCG - Sustainable Report - Guidelines lainnya - IC berbasis GCG - Risk Manag. Imple. - Audit IICG - Mgt. BTP - Review Dok. GCG

2000 2001

Proses Inisiasi K o n s o l i d a s i I m p l e m e n t a s i dan Pengembangan

2002 2003 2004 2005 2006 2007

- Early Warning - Audit IICG (Cukup Terpercaya) - Monitoring & Report

(12)

pada tahun 2004 dilakukan ”penataan” di level organ perusahaan, melalui ”executive coaching” untuk membangun kohesi di level BoD, BoC dan General Manager (jabatan satu level dibawah direksi). Inilah yang menjadi motor penggerak penerapan GCG perusahaan. Pada tahun ini juga, Departemen Keuangan melakukan audit kinerja melalui Konsultan AAJ yang merekomendasikan beberapa perbaikan dalam penerapan GCG.

Kohesi dari executive coaching menghasilkan arah perusahaan, yaitu Business Policy Framework: Krakatau Steel Quantum Quality 2020, hingga tahun 2020. Pada saat yang sama juga telah berhasil dibuat Board Manual yang berbasis COSO Framework sebagai panduan Direksi dan Komisaris dalam mengelola dan mengawasi bisnis perusahaan.

Selanjutnya pada tahun 2005, Code of Conduct Top Management dan konsep Code of Conduct GCG juga berhasil dirumuskan, begitu juga beberapa panduan seperti Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) dan Sustainable Report berhasil dibuat. Tahun 2005 telah dicanangkan untuk dimulainya penerapan Corporate Risk Management yang dimulai dengan penyusunan Manajemen Risiko oleh Tim Penyusun Pedoman Manajemen Risiko.

Tahun 2007, perusahaan akan secara terus menerus menerapkan GCG dengan beberapa fokus kegiatan antara lain adalah penerapan manajemen risiko, evaluasi internal control, penyempurnaan sistem manajemen PT Krakatau Steel (Persero) berbasis GCG, audit penerapan GCG oleh IICG, penerapan manajemen anti fraud (Bersih, Transparan dan Profesional), transformasi budaya tahap II, sosialisasi berkelanjutan dan pengembangan dokumen GCG lainnya.

(13)

tantangan yang akan datang. Untuk itu, PT Krakatau Steel (Persero) telah menyusun pedoman berupa ”Prinsip Good Krakatau Steel Governance” yang mengacu pada prinsip-prinsip ”best practise” tata kelola perusahaan, Anggaran Dasar Perusahaan serta ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Prinsip Good Krakatau Steel Governance merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan perusahaan yang sehat. Prinsip-prinsip Good Krakatau Steel Governance yang dimaksud meliputi:

1. Transparansi (Transparency)

Dalam rangka mewujudkan transparansi, perusahaan berkewajiban untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholders. Salah satu dampak positif dari transparansi adalah bahwa pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan.

2. Kemandirian (Independency)

Kemandirian merupakan suatu keharusan agar perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi perusahaan serta dalam pelaksanaannya selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing organ perusahaan.

3. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan salah satu solusi pokok untuk mengatasi agency problem yang timbul di antara Pemegang Saham dan Direksi. Untuk itu, masing-masing organ perusahaan harus menyadari sepenuhnya hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya, pelaksanaan prinsip akuntabilitas berlandaskan pada sistem internal checks and balance yang

(14)

mencakup praktek-praktek audit yang sehat. Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang mendasarkan pada keseimbangan kekuasaan antara Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi dan Auditor.

4. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Perusahaan harus memperhatikan dan peka terhadap situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat sekitar perusahaan dan juga masyarakat luas. Perusahaan juga harus mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, perlindungan konsumen, ketenagakerjaan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta ketentuan lainnya.

5. Kewajaran (Fairness)

Kewajaran mencakup adanya penegakan hukum yang terkait dengan masalah pemberantasan dan pencegahan praktek korupsi dan penyuapan serta memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan kondisi fisik.

Prinsip di atas sangat penting mengingat kunci terciptanya good governance di perusahaan adalah berfungsinya organ perusahaan, yaitu RUPS, Komisaris dan Direksi secara efektif. Oleh karena itu, melalui pedoman ini diharapkan mampu meyeimbangkan pola hubungan ketiga organ tersebut sekaligus mampu menjamin terpenuhinya kewajiban perusahaan kepada stakeholder.

(15)

III.5.1 Hubungan Organ Perusahaan

Efektifitas keberhasilan penerapan Good Krakatau Steel Governance tergantung pada pelaksanaan fungsi dan pola hubungan antar Organ Perusahaan. Pola hubungan antar organ perusahaan dalam Good Krakatau Steel Governance digambarkan sebagai berikut:

Gambar III.3 Hubungan organ perusahaan

Sumber: Pedoman Good Krakatau Steel Governance

Akuntabilitas dan Kemandirian di level Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dan nasihat serta di level Direksi dalam menjalankan fungsi pengelolaan perusahaan menjadi sangat mutlak dan harus sesuai dengan prinsip pertanggungjawaban yang dituntut oleh Pemegang Saham melalui RUPS. Sementara Pemegang Saham dan

Pertanggung -jawaban RUPS Komisaris Direksi Akuntabilitas Kemandirian Komite-Komite Sistem Manajemen Tranparansi

(16)

stakeholders harus diperlakukan sesuai dengan prinsip kewajaran dan keduanya menuntut transparansi.

III.5.2 Hubungan Perusahaan dengan Stakeholders

Perusahaan harus menghormati hak stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan stakeholders (karyawan, pelanggan, pemasok serta masyarakat sekitar tempat usaha perusahaan dan stakeholders lainnya). Hubungan perusahaan dengan stakeholders digambarkan sebagai berikut:

Gambar III.4 Hubungan perusahaan dengan stakeholders

Corporation (Management and Resources)

Manager Manager Manager Manager

Lenders Debt Capital Interest rate Customers G oo ds & Se rv ices M arke t Pric e Suppliers Mater ial & Serv ices Mar ket Price Equ ity C api ta l Di vi de nd s Board of Directors Board of Commissioner GSM (RUPS) Wages Labor Employees Direction Power Report Supe rvis ory Pow er Repo rt Voting Power Report Voting Pow er Rep ort Government Busin ess Clima te Tax Society Co rp orate Im ag e Co rp orate So cial Resp on sib ility

(17)

1. Pemegang Saham

Pemegang Saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal dengan tetap memperhatikan kepentingan seluruh pihak-pihak terkait dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Komisaris

Merupakan organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan perusahaan.

3. Karyawan Perusahaan

Merupakan pekerja perusahaan yang pengangkatan, pemberhentian, hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama sesuai dengan ketentuan perusahaan dan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

4. Pelanggan (Customers)

Merupakan pembeli atau pemakai produk atau jasa yang diproduksi dan atau dipasarkan perusahaan. Perusahaan menghormati hak-hak konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi komitmen dari segi kualitas, harga, waktu pengiriman, layanan purna jual, safety maupun jaminan produk sesuai dengan standar yang berlaku serta memberikan layanan yang sama kepada konsumen.

5. Pemasok (Suppliers)

Merupakan mitra usaha yang bergerak di bidang usaha penyediaan barang dan atau jasa. Perusahaan menuangkan semua kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis yang disusun berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan serta memenuhi komitmen sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

(18)

6. Distributor

Distributor adalah mitra usaha yang ditunjuk untuk memasarkan dan menjual produk barang dan atau jasa yang diproduksi atau dipasarkan oleh perusahaan, serta diikat oleh hak-hak dan kewajiban khusus. Perusahaan memberi kesempatan yang sama bagi semua pihak yang memenuhi syarat dan mampu untuk menjadi distributor, dengan tetap memperhatikan keadaan, kebutuhan pengembangan dan potensi pasar serta menetapkan alokasi dan distribusi produk perusahaan kepada distributor secara adil dan transparan sesuai dengan kebutuhan, potensi dan pengembangan pasar.

7. Prinsipals

Prinsipal adalah mitra usaha selaku pemilik teknnologi dan lisensi atas barang atau jasa, dimana produksi atau pemasarannya dilakukan oleh dan atau bersama perusahaan. Produk dan layanan yang dipasarkan perusahaan diperoleh dan dilaksanakan dengan cara yang sah, jujur, terbuka, bertanggung jawab dan sesuai dengan moral serta tidak merugikan masyarakat umum.

8. Pesaing

Dalam melaksanakan kegiatan usaha, perusahaan tidak akan melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dapat merugikan pihak lain dan melanggar peraturan perundang-undangan. Perusahaan dapat mencari informasi mengenai pesaing sejauh tidak melanggar peraturan perundangan yang berlaku. 9. Penyandang Dana (Lenders)

Penyandang dana merupakan suatu instansi atau badan yang menjalin kerja sama dengan perusahaan dalam rangka pemberian dana untuk pembangunan atau proyek

(19)

tertentu. Perusahaan menghormati kesepakatan yang telah disetujui bersama secara profesional dan saling menguntungkan.

10. Anak Perusahaan

Perusahaan bersama-sama dengan dan antar anak perusahaan membangun kerja sama untuk mencapai sinergi dalam berbagai kegiatan bisnis dan sosial serta menerapkan kebijakan yang sama di Induk dan anak perusahaan. Perusahaan membangun citra yang baik dan berupaya saling membantu dalam menghadapi persaingan. Anak perusahaan wajib melaksanakan good corporate governance sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku. 11. Penyelenggaraan Negara (Goverment)

Merupakan suatu institusi pelaksana kenegaraan beserta aparaturnya, baik ditingkat pusat maupun daerah. Perusahaan menjalin suatu hubungan yang harmonis dan konstruktif atas dasar kejujuran dan saling menghormati dan berupaya mendukung program nasional, regional maupun daerah, khususnya di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.

12. Masyarakat (Society)

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, Perusahaan memberikan partisipasi untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.

(20)

13. Media Massa

Perusahaan berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi sesuai dengan kode etik jurnalistik dan peraturan perundangan yang berlaku, serta dapat dipertanggung jawabkan. Perusahaan menempatkan media massa sebagai mitra usaha yang sejajar, karena itu perlu dibangun kerjasama positif, saling menghargai dan menguntungkan.

III.6 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan III.6.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan atau hubungan antar bagian dan posisi dalam suatu perusahaan. Adanya pemisahan fungsi yang tegas dan diintegrasikan satu sama lain, membuat efisiensi usaha dapat tercapai.

PT Krakatau Steel (Persero) menggunakan struktur organisasi garis yang memiliki 1 (satu) Direktur Utama dan 5 (lima ) Direktur dimana setiap Direktur masing-masing membawahi beberapa Divisi/Departemen, dan setiap Divisi/Departemen dipimpin oleh seorang manajer. Struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero) dapat dilihat pada Gambar III. 5.

III.6.2 Uraian Pekerjaan Dewan Komisaris

Berdasarkan UU RI No.1 Pasal 98 Tahun 1995, Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

(21)

Sebagaimana tertuang dalam Good Krakatau Steel Governance, tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris yaitu:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris harus mematuhi Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

(22)

Gambar III.5 Struktur Organisasi DIREKTUR UTAMA SEKRETARIS PERUSAHAAN MANAGER HUMAS MANAGER PROTOKOLER & PERKANTORAN JAKARTA MANAGER HUKUM MANAGER GOOD CORPORATE GOVERNANCE KEPALA SPI EXPANSION PROJECT LEADER DEPUTI DIREKTUR MANAGER PEMERIKSAAN KOMERSIAL MANAGER PEMERIKSAAN OPERASIONAL COO DIREKTUR PERENCANAAN DAN TEKNOLOGI DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR SDM DAN UMUM DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR PEMASARAN RUPS DEWAN KOMISARIS KOMITE AUDIT

(23)

2. Komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi jika di pandang perlu oleh Komisaris,

3. Komisaris harus memantau efektifitas praktek Good Krakatau Steel Governance yang diterapkan perusahaan.

PT Krakatau Steel (Persero) memiliki beberapa komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan aktifitas Good Corporate Governance, yaitu: Komite Audit, Komite Remunerasi dan Nominasi, dan Komite Asuransi dan Resiko Usaha.

1. Komite Audit

Komite Audit bertugas membantu Komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas External Auditor dan Internal Audit.

2. Komite Remunerasi dan Nominasi

Komite Remunerasi bertugas menyusun sistem penggajian dan pemberian tunjangan serta rekomendasi tentang penilaian terhadap sistem tersebut, opsi yang diberikan antara lain opsi atas saham, sistem pensiun dan sistem kompensasi serta manfaat lainnya dalam hal pengurangan karyawan.

Komite Nominasi bertugas menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi anggota Komisaris, Direksi dan para eksekutif lainnya di dalam perusahaan, membuat sistem penilaian dan memberikan rekomendasi tentang jumlah anggota Komisaris dan Direksi Perusahaan.

(24)

3. Komite Asuransi dan Resiko Usaha

Komite Asuransi dan Resiko Usaha bertugas melakukan penilaian secara berkala dan memberikan rekomendasi tentang risiko usaha dan jenis serta jumlah asuransi yang ditutup oleh perusahaan dalam hubungannya dengan risiko usaha.

Direksi

Berdasarkan UU RI No. 1 Pasal 85 Tahun 1995, setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

Sebagaimana tertuang dalam Good Krakatau Steel Governance, tugas dan tanggung jawab Direksi antara lain:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi harus mematuhi Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

2. Direksi bertugas mengelola Perusahaan dan wajib mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada stakeholders,

3. Setiap anggota Direksi harus orang yang berwatak baik dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan jabatan yang didudukinya,

4. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan Perusahaan dan Direksi harus memastikan agar Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari stakeholders sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(25)

Sekretaris Perusahaan

1. Direksi dapat mengangkat seorang Sekretaris Perusahaan yang bertindak sebagai pejabat penghubung (Liason Officer) dan dapat ditugaskan oleh Direksi untuk menatausahakan serta menyimpan dokumen Perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan Risalah Rapat Direksi maupun RUPS,

2. Sekretaris Perusahaan harus memilii kualifikasi akademis yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik,

3. Fungsi Sekretaris Perusahaan dapat dijalankan oleh salah seorang anggota Direksi Perusahaan,

4. Sekretaris perusahaan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Perusahaan, 5. Sekretaris Perusahaan harus memastikan bahwa Perusahaan mematuhi peraturan

tentang persyaratan keterbukaan yang berlaku dan wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan tugasnya kepada Direksi secara berkala dan kepada Komisaris apabila diminta oleh Komisaris.

Satuan Pengawassan Intern

Sesuai yang tertuang pada UU No. 19 Tahun 2003 Pasal 67 Ayat 2, pada perusahaan dibentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan aparat pengawasan intern perusahaan. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Berdasarkan PP No.45 Pasal 67 Tahun 2005, Satuan Pengawasan Intern bertugas untuk:

(26)

1. Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan operasional dan keuangan perusahaan, menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya pada perusahaan serta memberikan saran-saran perbaikannya,

2. Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Direktur Utama, dan

Gambar

Tabel III.1  Ekuitas
Tabel III.2  Ikhtisar Keuangan  (Million of Rupiah)  Ikhtisar Keuangan    2005 2004 Hasil operasi:          Penjualan bersih  9,984,032  7,997.638      Laba Operasi   485,770  787,883      Laba bersih  236,995  414,502
Gambar III.1 Mitra kerja perusahaan
Gambar III.2 Perjalanan penerapan GCG
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa Tanggapan karyawan Krakatau Steel terhadap kegiatan Family Gathering di Divisi Protocolaire dan Internal Communication (Humas) secara

PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk untuk menghindari ketidakpastian permintaan, perusahaan sudah melakukan peramalan permintaan berdasarkan data penjualan tahun – tahun.tetapi

Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan

Krakatau Steel (Persero) Tbk. Selain variabel tersebut, penelitian ini menggunakan tingkat pendidikan sebagai variabel moderasi yang dapat berpengaruh memperkuat

Pelaksanaan dari Kompensasi Finansial yang diberikan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk kepada Karyawan Divisi Human Capital Development and Learning Center akan dapat

Krakatau Steel (Persero) Tbk. Selain variabel tersebut, penelitian ini menggunakan tingkat pendidikan sebagai variabel moderasi yang dapat berpengaruh memperkuat

PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk untuk menghindari ketidakpastian permintaan, perusahaan sudah melakukan peramalan permintaan berdasarkan data penjualan tahun – tahun.tetapi

Krakatau Steel (Persero) Tbk lakukan untuk mengatasi kendala dalam penggunaan fasilitas MITA Kepabeanan, diantaranya: harus ada peraturan khusus yang mewajibkan