• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Modal

1. Pengertian Modal

Modal adalah suatu hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat “non-physical oriented”, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal (Bambang Riyanto, 2007:17).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 21 (2011: 02), modal atau ekuitas adalah :

Bagian hal milik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.

Modal yang menunjukkan bentuknya adalah apa yang disebut ‘modal aktif’, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya atau asalnya ialah apa yang disebut dengan ‘modal pasif’ (Riyanto, 2001:19).

Penjelasan mengenai modal aktif dan pasif adalah sebagai beriktu: 1. Modal aktif adalah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca

yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Modal aktif dibagi dua, yaitu : a. Modal aktif didasarkan cara dan lamanya perputaran dapat

(2)

i. Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali putaran dalam proses produksi dan proses perputaran dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun). ii. Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau

secara berangsur habis, serta proses perputarannya dalam jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun).

b. Modal aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

i. Modal kerja (working capital), yaitu jumlah keseluruhan dari aktiva lancar (gross working capital) atau terlebih lancar di atas aktiva lancar (net working capital).

ii. Modal tetap adalah jumlah keseluruhan aktiva tetap.

2. Modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana dana diperoleh.

a. Modal pasif berdasarkan asalnya dibedakan menjadi:

i. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik modal perusahaan itu sendiri dari hasil usahanya (cadangan, saldo laba), atau berasal dari pengambil bagian, persero atau pemilik (modal saham, persero dan lain-lain).

ii. Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur (hutang).

b. Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan dibedakan menjadi modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Penggunaan

(3)

modal pasif didasarkan pada:

i. Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka panjang dengan modal jangka pendek.

ii. Syarat solvabilitas yang terdiri dari modal asing dan modal sendiri.

iii. Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tidak tetap (modal saham).

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa modal adalah bagian atau hak milik yang dimiliki oleh perusahaan biasanya ditunjukan dalam pos modal dan digunakan untuk sumber pembiayaan perusahaan. Modal memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung kepada sudut pandangnya masing-masing.

Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, modal ini lebih bertitik tolak kepada unsur kekayaan perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang pengusaha, modal dapat diartikan sebagai surat berharga seperti modal saham, obligasi, hipotek, dan sebagainya.

Namun dari berbagai pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan modal adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dipakai untuk proses produksi lebih lanjut.

(4)

2. Modal Kerja

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk kebutuhan operasional sehari-hari. Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah, pembayaran utang, dan pembayaran lainnya disebut modal kerja. Modal kerja merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.

3. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja yang merupakan selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek, atau yang disebut dengan modal kerja neto (net working

capital). Pengertian modal kerja neto menurut Lukman Syamsuddin

(2008:202) adalah sebagai berikut:

Net Working Capital atau modal kerja bersih perusahaan

seringkali didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Selama aktiva lancar melebihi jumlah kewajiban jangka pendek, maka berarti perusahaan memiliki net working capital tertentu, dimana jumlah ini sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing perusahaan.

(5)

Sedangkan Sutrisno (2007:40) mengungkapkan pengertian modal kerja dalam konsep kualitatif sebagai berikut:

Pada konsep kualitatif, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah dipertimbangkan kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang telah jatuh tempo. Karena menurut konsep ini kewajiban jangka pendek telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa modal kerja adalah selisih aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek, yang digunakan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan operasioanl perusahaan sehari-hari.

Dari definisi di atas aktiva lancar yang yang dimaksud adalah kas, piutang dan persediaan. Total dari aktiva kerja disebut modal kerja bruto (gross working capital). Dengan demikian modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik berubah bentuknya dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

a. Konsep Modal Kerja

Kasmir (2008:250) secara mendalam menggolongkan modal kerja kedalam tiga konsep , yaitu:

(6)

2. Konsep kualitatif 3. Konsep fungsional

Penjelasan dari ketiga konsep modal kerja diatas sebagai berikut: 1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini lebih ditekankan kepada aspek kuantitas dana yaitu bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Dengan demikian dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiba lancar. Modal kerja dalam konsep kuantitatif sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek sehingga dengan modal kerja yang besar tidak mencerminkan

margin of safety kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan

modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Hal yang demikian menjadi kelemahan dari konsep kuantitatif.

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kemampuan Perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek yang harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar Perusahaan harus disedikan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dilakukan pembayaran.

(7)

Modal kerja menurut konsep ini didapatkan dengan melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek, oleh karena itu konsep ini disebut juga sebagai konsep modal kerja bersih (net

working capital concept). Keunggulan dari konsep ini adalah dapat

terlihatnya tingkat likuiditas Perusahaan. Semakin besar jumlah Aktiva lancar yang dibandingkan dengan jumlah kewajiban jangka pendek akan meningkatkan tingkat kepercayaan pihak kreditor kepada Perusahaan.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Setiap dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Konsep ini berpandangan bahwa semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.

Dari konsep modal kerja tersebut dapat dijelaskan bahwa ada perbedaan mengenai modal kerja, yaitu modal kerja yang merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar yang ada dalam perusahaan, modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancar atas kewajiban jangka pendeknya, dan modal kerja berdasarkan fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Walaupun demikian pada prinsipnya

(8)

pos-pos yang tercakup di dalam aktiva lancar adalah sama seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan lain sebagainya. Singkatnya modal kerja mencakup kebutuhan manajemen perusahaan berupa:

1. Penentuan besarnya aktiva lancar yang harus dipertahankan atau berapa besar sumber-sumber keuangan yang harus diinvestasikan pada aktiva lancar.

2. Kebutuhan yang mencakup hubungan antara berbagai jenis aktiva dan pembiayaannya.

4. Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut A. W. Taylor dalam buku karangan Sutrisno (2007:141) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:

1. Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital) 2. Modal kerja Variabel (Variable Working Capital).

Adapun penjelasan dari jenis-jenis modal kerja tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Contohnya adalah safety

cash dan safety stock. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua

(9)

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) merupakan modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan. Pengertian normal disini adalah dalam arti dinamis.

2. Modal KerjaVariabel (Variable Working Capital)

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan atau yang berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan. Modal kerja variabel terdiri dari: a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) merupakan

sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur atau modal kerja yang dipengaruhi situasi ekonomi.

(10)

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) modal kerja ini kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan atau modal kerja yang berubah-ubah karena situasi yang tidak bisa diperkirakan. Modal kerja juga dapat dibagi menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar, sementara modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek.

5. Komponen Modal Kerja

Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu modal kerja bersih (net working capital), yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban jangka pendeknya. Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aktiva Lancar (Current Assets)

Munawir (2007:17) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut:

Aktiva lancar adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang phisiknya nampak (konkrit).

Aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (biasanya

(11)

satu tahun). Yang termasuk aktiva lancar adalah sebagai berikut: a. Kas (Cash)

Uang tunai atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.

b. Modal Jangka Pendek (Temporary Investment)

Obligasi pemerintah, obligasi perusahaan industri dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga tersebut diperjualbelikan kembali untuk dimiliki dalam jangka waktu yang pendek (trading securities).

Menurut PSAK No. 31 (2007:30.3) surat berharga (efek) adalah:

Efek adalah surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit pernyertaan kontrasi investasi kolektif, kontrak berjangka pendek dan setiap derivatifnya pada efek.

c. Piutang Dagang (Accounts Receivable)

Meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Berikut pengertian piutang menurut para pakar, yaitu:

(12)

Menurut Hadri Mulya (2009:198) pengertian piutang adalah: Piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu perusahaan. Menurut Slamet Sugiri (2009:43) piutang yaitu:

Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan seluruh dari piutang tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bad debt expense.

d. Wesel Tagih (Notes Receivable)

Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang namanya tercantum dalam surat perjanjian tersebut.

e. Penghasilan yang masih akan diterima (Accruals Receivable) Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.

(13)

f. Persediaan Barang (Inventories)

Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusutan neraca. Menurut Agus Ristono (2009:1) persediaan adalah :

Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual kembali pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Persediaan menurut Darmawan Sjahrial (2007:189) yaitu:

Persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti pada banyak perusahaan.

Sedangkan menurut PSAK No. 14 (2007:14.1-14.2) definisi persediaan sebagai berikut :

Persediaan adalah aktiva:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengolahan ; atau c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberi jasa.

Masing-masing jenis persediaan ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan

dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased

parts atau component stock), yaitu persediaan barang-barang

(14)

dapat secara langsung di assembling dengan bagian lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang perlengkapan (supplies stock), yaitu persediaan atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya proses produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process atau progress stock), yaitu persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau dioleh dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada konsumen atau perusahaan lain.

g. Biaya yang dibayar dimuka (Prepaid Expense)

Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu yan belum dinikmati oleh perusahaan pada periode berjalan. 2. Kewajiban Jangka Pendek (Current Liabiliteis)

(15)

kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk ke dalam siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk kewajiban jangka pendek adalah :

a. Utang Dagang (Account Payable)

Semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit.

b. Wesel Bayar (Notes Payable)

Promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel).

c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deffered Revenue)

Penghasilan yang diterima lebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. d. Utang Deviden (Devidens Payable)

Bagian laba perusahaan yang digunakan sebagai deviden kapada pemegang saham tetapi belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.

e. Utang Pajak (Tax Payable)

Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.

f. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accruals Payable) Kewajiban yang timbul atas jasa-jasa yang diberikan

(16)

kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan, seperti upah, bunga, sewa, pensiun, dll.

g. Utang Jangka Panjang yang telah Jatuh Tempo (Maturing

Long Term Debt)

Sebagain atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi utang jangka pendek karena sudah sampai waktunya untuk dilunasi.

6. Penjualan

Salah satu aktivitas perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah penjualan. Menurut M. Nafarin (2007:166) pengertian penjualan adalah :

Penjualan berarti proses kegiatan menjual yaitu dari kegiatan penetapan harga jual sampai produk didistribusikan ketangan konsumen (pembeli).

Penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan, semakin besar aktivitas penjualan di suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.

Dari definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai suatu bentuk perpindahan (transfer) dari penjual kepada pembeli sesuai dengan syarat dan kondisi yang disepakati.

7. Perputaran Modal Kerja

Antara penjualan dan modal kerja mempunyai hubungan yang sangat erat. Apabila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang

(17)

juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.

Tingkat perputaran modal kerja bruto atau aktiva lancar dapat diukur dengan menggunakan rasio tingkat perputaran modal kerja yang dirumuskan sebagai berikut :

Modal Kerja Bruto (Kuantitatif)= Aktiva Lancar

Modal Kerja Neto (Kualitatif) = Aktiva Lancar – Kewajiban Jangka Pendek Perputaran Modal Kerja =

Working Capital Turnover 360 Days

Working Capital Turnover Period = Penjualan Bersih

Modal Kerja

Bambang Riyanto (2008:62)

Rasio ini menunjukkan berapa kali modal kerja berputar dalam satu periode (biasanya satu tahun).

Lamanya waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh modal kerja untuk setiap kali berputar disebut perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Dari hubungan antara penjualan dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang, atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal

(18)

kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi.

Jika persediaan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi, berarti perusahaan tidak membutuhkan saldo persediaan dan saldo piutang yang tinggi dengan demikian maka jumlah modal kerja pun tidak terlalu besar. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi kas.

Gambar 2.1

Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Kredit dan Tunai Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Kredit

Kas Barang Dagang Piutang Kas 2

Pembelian Penjualan Penerimaan Uang

Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Tunai

Kas Barang Dagang Kas 2

Pembelian Penjualan / Penerimaan Uang

Tingkat perputaran modal kerja dalam 1 tahun diketahui dengan cara membagi tahun dalam bulan atau hari dengan periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja. Berikut adalah contoh kasus:

a. Periode perputaran modal (Kas – Kas2) = 1 bulan, maka tingkat perputaran modal kerjanya 12 kali dalam setahun.

(19)

b. Jika Kas 1 – Kas 2 = 2 bulan, maka tingkat perputaran modal kerja 6 kali dalam setahun.

c. Jika Kas 1 – Kas 2 = 3 bulan, maka tingkat perputaran modal kerja 4 kali dalam setahun.

d. Jika Kas 1 – Kas 2 = 4 bulan, dimana barang harus dibayar dahulu sebelum barang diterima, periode penyimpanan dan penjualan meliputi waktu 2 bulan dan penerimaan piutang 1 bulan.

Contoh Kasus untuk Metode Perputaran Modal:

Lagunaseca Company adalah sebuah industry yang memproduksi Helm, yang setiap harinya sanggup memproduksi sebanyak 65 unit. Dalam satu bulan kerja, industry tersebut memiliki libur sebanyak 5 hari. Berikut adalah biaya-biaya yang dibebankan:

a. Bahan dasar : Rp. 12.000 b. Bahan Pembantu : Rp. 7.000 c. TKL : Rp. 9.000 d. Biaya Administrasi : Rp. 550.000 e. Biaya Gaji Pimpinan : Rp. 1.700.000

Lagunaseca Company membeli bahan dasar untuk kelancaran produksi dengan member uang persekot kepada pemasok 4x24 jam sebelum barang diterima. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk proses produksi adalah 3 hari. Barang tersebut disimpan kedalam almari pengaharum selama 4 hari, dan penjualan secara kredit dilakukan selama 5 hari. Lagunaseca Company ternyata menetapkan kas minimum sebesar Rp. 500.000. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

(20)

BBB Biaya Bahan Mentah x Unit Produksi Per Hari x Perputaran Kampus Biaya Pembantu Biaya Bahan Pembantu per hari x Unit Produksi perhari x Perputaran Waktu Biaya TKL Biaya TKL x Unit Produksi perhari x Perputaran Waktu

Biaya Administrasi Biaya Administrasi per bulan x Perputaran Waktu Biaya Gaji Biaya Gaji per bulan x Perputaran Waktu

Hari Kerja Perbulan Hari Kerja Perbulan

a. Perputaran Waktu

Bahan Dasar Biaya Pembantu, TKL, Adm, dan Gaji

Biaya Persekot 4 -Proses Produksi 3 3 Penyimpanan 4 4 Piutang 5 5 16 12 b. Kebutuhan Dana

Keterangan Biaya Total Hari

Biaya Bahan Baku 12.000 65* 16 12.480.000 Biaya Pembantu 7.000 65* 12 5.460.000 Biaya TKL 9.000 65* 12 7.020.000 Biaya Administrasi 550.000 25** 12 264.000 Biaya Gaji 1.700.000 25** 12 816.000 Total Biaya 26.040.000 Kas Minimun 500.000 Modal Kerja 26.540.000

Analisa, jadi jumlah modal kerja yang diperlukan untuk Lagunaseca Company adalah sebesar Rp. 26.540.000,-

(21)

7.1. Metode Kebutuhan Penentuan Modal Kerja

Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang mengganggur dan dana ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Demikian pula bila modal kerja terlalu kecil akan ada resiko proses produksi perusahaan kemungkinan akan terganggu. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besar kebutuhan modal suatu perusahaan.

Dalam menaksir jumlah modal kerja, timbul masalah seperti akibat perbedaan pengertian tertentu modal kerja. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan dua metode, yaitu:

a. Metode Keterikatan Dana, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu:

1. Periode terikatnya modal kerja, dan 2. Pengeluaran kas setiap hari.

b. Metode Perputaran Modal Kerja

Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran kas, persediaan dan piutang. Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas kembali, begitupun dengan piutang dan persediaan.

(22)

7.2. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

Menurut Jumingan (2009:67), manfaat lain tersedianya modal kerja yang cukup adalah :

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiba-kewajiban jangka pendek tepat waktu.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan mempunyai credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat didugi seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.

7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.

8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

Diluar kondisi diatas, yakni adanya modal kerja yang dilebih-lebihkan atau terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana yang tidak efektif di samping akan menimbulkan

(23)

keburukan-keburukan seperti:

1. Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan

2. Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan.

3. Kerugian bunga saldo karena saldo bank yang tidak dipergunakan.

7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

Berapa banyaknya modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis.

Menurut Jumingan (2009:69), faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sifat umum atau tipe perusahaan

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli barang tersebut.

3. Syarat pembelian dan penjualan. 4. Tingkat perputaran persediaan. 5. Tingkat perputaran piutang.

6. Pengaruh konjungtur (business cycle).

7. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek.

8. Pengaruh musim.

9. Credit rating dari perusahaan. 7.4. Sumber Modal Kerja

Menurut Jumingan (2009:71), modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut:

1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelangsungan usaha.

(24)

Modal kerja permanen ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha nya.

b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam:

a. Modal kerja musiman. b. Modal kerja siklis. c. Modal kerja darurat.

Adapun penjelasan lain dari sumber-sumber modal kerja yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut:

1. Hasil operasi perusahaan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga. 3. Penjualan aktiva lancar.

4. Penjualan saham atau obligasi. 7.5. Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Kasmir (2008:253) mengemukkan tujuan penggunaan modal kerja sebagai berikut:

1. Guna memenuhi likuiditas perusahaan;

2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya;

(25)

cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya; 4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana

dari para kreditor, apabila resiko keuangannya memenuhi syarat;

5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya;

6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan penjualan dan laba;

7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar

8. Tujuan lainnya.

B. Laba

Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada

profit oriented adalah menghasilkan laba secara terus menerus sehingga

kontinuitas perusahaan (going concern) terjaga dan dapat dipertahankan, bahkan untuk memperluas usaha perusahaan. Oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas, karena laba adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran.

1. Pengertian Laba

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Pengertian laba menurut PSAK No. 15 (2007:25.2-25.3) adalah: Laba adalah semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu pendapatan dan beban dalam suatu periode harus tercakup

(26)

dalam penetapan laba/rugi untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mewajibkan atau memperbolehkan sebaliknya.

Harahap (2007:241) mengemukakan pengertian laba sebagai berikut:

Laba adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang berhasil dari hasil atau investasi dari pemilik.

Dari pengertian laba diatas dapat dijelaskan bahwa laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan biaya yang timbul dalam kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode.

2. Konsep Laba

Di dalam kehidupan nyata konsep laba sangat diperlukan dalam proses dunia usaha atau bisnis, di mana konsep ini sebagai pedoman dalam pembuatan laporan keuangan bagi pihak tertentu dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang akan dikeluarkan.

Harahap (2007:297) mengemukakan bahwa konsep laba terdiri dari:

1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income); 2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income); 3. Konsep Capital Maintenance.

Adapun penjelasan dari konsep-konsep laba tersebut adalah sebagai berikut:

1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income) Sifat-sifatnya mencakup tiga tahap, yaitu:

(27)

yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini dapat diukur.

b. Real Income, ungkapan kejadian yang sebenarnya memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik.

c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)

Menurut akuntansi yang dimaksud adalah perbedaan antara

revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada

periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya pada periode tersebut.

3. Konsep Capital Maintenance

Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintaned atau return on

capital) atau biaya yang telah ditutupi (cost recovery) atau

pengambilan modal return of capital.

3. Jenis-Jenis Laba

Jenis-jenis laba dalam hubungan dengan perhitungan laba, yaitu:

1. Tambahan nilai (value added) yaitu harga jual produksi dan jasa perusahaan dikurangi harga pokok barang dan jasa yang dijual;

(28)

dengan harga pokok penjualan;

3. Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi;

4. Laba bersih perusahaan yaitu kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pendapatan dan rugi. Biaya ini tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil;

5. Laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan.

6. Laba bersih bagi pemegang saham residual yaitu laba bersih kepada pemegang saham dikurangi dividen saham preferen.

4. Laba Operasi

7.6. Pengertian Laba Operasi

Laba operasi merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung. Menurut Hery (2009:123) laba operasi adalah :

Laba operasi adalah ukuran kinerja fundamental operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan beban operasi.

Lebih lanjut Yadiati (2008:142) mengemukakan bahwa :

Laba operasi ditentukan dengan mengurangkan penjualan bersih dengan harga pokok penjualan dan biaya operasi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka disimpulkan bahwa laba operasi adalah selisih antara penjualan dengan harga pokok penjualan dan beban operasi selama satu periode.

(29)

C. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Laba Operasi Perusahaan

Hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dikemukakan oleh beberapa ahli sangat penting untuk beberapa alasan. Untuk menjalankan perusahaan secara efisien, piutang dan persediaan harus dimonitor dan dikendalikan secara seksama. Hal ini penting untuk perusahaan yang berkembang cepat, karena investasi pada kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan.

Perusahaan dengan sedikit aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam kelancaran operasi. Modal kerja mendasari dua keputusan penting perusahaan, modal kerja ini penentu dari tingkat pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Periode perputaran modal kerja dimulai saat di mana kas diinvestasikan ke dalam komponen-komponen modal kerja untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari sampai pada saat di mana modal kerja kembali lagi masuk ke perusahaan dalam bentuk laba.

Perputaran modal kerja yang baik adalah lebih dari satu kali pertahun, karena dengan demikian lamanya perubahan kas menjadi modal kerja kembali tidak lebih dari setahun. Lamanya periode perputaran modal kerja tergantung pada berapa lama periode perputaran dari komponen modal kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Masalah modal kerja dan laba operasi di dalam suatu perusahaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena modal kerja digunakan oleh

(30)

perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan operasi, dan perusahaan menjalankan kegiatan operasi tersebut dengan maksud untuk mendapatkan laba. Apabila modal kerja yang terdapat dalam perusahaan digunakan dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang menganggur dan perputarannya cepat), maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba pun akan semakin besar.

1. Penelitian Terdahulu a. Lisa Stephanie (2007)

Penelitian yang dilakukan Lisa Stephanie tahun 2007 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap laba operasi perusahaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan. Pengaruh perputaran modal kerja terhadap laba operasi perusahaan adalah sebesar 82,08% sedangkan sisanya sebesar 17,92% dipengaruhi faktor lain.

b. Penelitian Chandra Lesmana Giri (2008)

Penelitian yang dilakukan Chandra Lesmana Giri tahun 2008 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (ROA). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan besarnya kontribusi pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (ROA) sebesar 27,2% yang menunjukkan masih terdapat 72,8% yang dipengaruhi faktor lain.

(31)

c. Penelitian UL Kurniawan (2008)

Penelitian yang dilakukan UL Kurniawan tahun 2008 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas sebuah perusahaan, karena tingkat likuiditas perusahaan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 85,94%.

d. Penelitian Christine Yosephine Sinar (2009)

Penelitian yang dilakukan Christine Yosephine Sinar tahun 2009 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perputaran modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar -6.559 lebih kecil dari t tabel: 2.015, maka H1 ditolak. e. Penelitian Anik Wahyuningsih (2010)

Penelitian yang dilakukan Anik Wahyuningsih tahun 2010 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, likuiditas dan aktivitas cukup berpengaruh.

f. Penelitian Khusnul Khotimah (2010)

Penelitian yang dilakukan Khusnul Khotimah tahun 2010 dengan judul pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, dan

(32)

perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja, perputaran kas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas adalah berpengaruh.

(33)

Dari penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui perbedaaan dan persamaan dengan penelitian sekarang, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Jurnal atau Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Tahun Persamaan Perbedaan Hasil

Penelitian 1 Lisa Stepahanie Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Laba Operasi Perusahaan 2007 Variabel X Perputaran Modal Kerja Variabel Y

Laba Operasi Berpengaruh

2 Chandra Lesmana Giri Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (ROA) 2008 Variabel X Perputaran Modal Kerja Variabel Y Profitabilitas (ROA) Tidak Berpengaruh Positif 3 UL Kurniawan Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas 2008 Variabel X Perputaran Modal Kerja Variabel Y Likuiditas Sampel yang

lebih sedikit Berpengaruh

4 Christine Yosephine Sinar Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan 2009 Variabel X Perputaran Modal Kerja Variabel Y Tingkat Likuiditas Berpengaruh 5 Anik Wahyuningsih Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas, Likuiditas, Aktivitas 2010 Variabel X Perputaran Modal Kerja Variabel Y1 Profitabilitas Variabel Y2 Likuiditas Variabel Y3 Aktivitas Berpengaruh 6 Khusnul Khotimah Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas 2010 Variabel X1 Perputaran Modal Kerja Variabel X2 Perputaran Kas Variabel X3 Perputaran Persediaan Variabel Y Profitabilitas Berpengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Kasus bangunan rumah tinggal kolonial era 1881-1910 menggunakan beberapa gaya, diantaranya adalah Gaya Voor 1900, seperti bangunan PRLM 1, Gaya NA 1900, seperti bangunan GPL1 dan

Di panti asuhan Cottage, waktu rentang tersebut juga ada yang memiliki kompetensi interpersonal kategori tinggi artinya meskipun remaja yang tinggal di panti asuhan pada

Namun dari tahun 2003 selain untuk membiayai kegiatan reboisasi didaerah penghasil, DAK diberikan juga dalam DAK non DR yang disediakan bagi daerah tertentu untuk mendanai

dapat dijelaskan bahwa unsur modal kerja yang terdiri dari kas , pihutang dan persediaan menunjukkan bahwa ada kelebihan dalam penggunaan modal kerja, terutama dalam pengelolaan kas

(2014), Perdana dan Raharja (2014), Taufik dan Prijati (2016) dan Maryanto (2017) yang menyatakan bahwa semakin banyak anggota komisaris independen maka proses

Metodologi dapat dirumuskan sebagai analisis dan pengaturan secara sistematik dari prinsip-prinsip dan proses-proses rasional dan eksperimental yang membimbing suatu

Sedangkan menurut Manullang (2013: 37) terdapat lima macam lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis, yaitu lingkungan fisik, lingkungan perekonomian,

untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam , dalam perkuliahan hukum bisnis ini , dilakukan kajian pustaka, benchmark pada perusahaan dan diskusi tentang hukum