• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI PEMUNGKIN (ENABLING CONDITION) UNTUK MENGATASI DEGRADASI LAHAN DAN DEFORESTASI MELALUI PENANAMAN PALA-CENGKEH DAN IMPLEMENTASI REDD+

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI PEMUNGKIN (ENABLING CONDITION) UNTUK MENGATASI DEGRADASI LAHAN DAN DEFORESTASI MELALUI PENANAMAN PALA-CENGKEH DAN IMPLEMENTASI REDD+"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

WARTA DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU

( DKDM )

NO. 2/IX/2012, 1 September 2012

===================================================================================

Pengantar

Persiapan pelaksanaan REDD+ Maluku semakin kuat setelah 2 bulan terakhir ini ada 2 kegiatan dari Pustanling di Maluku yaitu: ToT Penghitungan dan Monitoring Karbon dan Workshop Pembentukan Pokja REDD+ Maluku. Pada waktu yang hampir bersamaan ada juga event dibentuknya Dewan Rempah Wilayah Provinsi Maluku yang mempunyai tekad untuk mengembalikan kejayaan rempah (Pala dan Cengkeh). Beranjak dari 2 hal tersebut muncul gagasan untuk memadukan antara upaya rehabilitasi lahan hutan dengan penanaman tanaman rempah dan upaya penanganan perubahan iklim. Upaya pemaduan tersebut baru merupakan wacana dan jika dapat terealisir dengan baik maka masyarakat akan mendapat 2 manfaat sekaligus yaitu mendapat hasil dari tanaman rempah dan mendapat kompensasi dari perdagangan karbon.

======================================================================================================

PERLUNYA REHABILITASI LAHAN MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRI BERBASIS PALA-CENGKEH UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI REMPAH DAN SEKALIGUS SEBAGAI PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM DI MALUKU

PENDAHULUAN

Budidaya tanaman pala (Myristica fragrans) dan cengkeh (Eugenia aromatica) di Maluku yang ada saat ini merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Budidaya tradisional tanaman rempah tersebut dikenal dengan nama dusung atau agroforestri. Pada dasarnya, tanaman pala dan cengkeh yang ditanam tidak secara monokultur melainkan dengan campuran jenis tanaman lain, seperti durian, kelapa, manggis, kenari, pisang dll. Ditinjau berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat, mereka sebenarnya telah menerapkan konsep konservasi. Dengan penanaman campuran (multi jenis) berarti terbentuk struktur tegakan hutan multi strata tajuk sehingga berperan dalam konservasi tanah, demikian juga tumbuhan bawahnya baik berupa rumput maupun paku-pakuan tidak selalu disiangi sampai bersih tetapi hanya pada saat mau panen saja. Ini secara tak langsung berfungsi sebagai pencegahan erosi tanah serta mempertahankan kekayaan biodiversitas pada lahan dusung tersebut. Meskipun keadaan dusung pala dan cengkeh dewasa ini terkesan kurang terawat dan banyak tanaman yang telah berumur tua dengan produktivitas yang semakin menurun namun tetap merupakan tumpuan harapan masyarakat karena produk rempah Maluku tetap dibutuhkan oleh pasar internasional. Disisi lain, banyak lahan hutan alam yang dulu dieksploitasi secara berlebihan melalui pelaksanaan Sistem HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kini menyisakan lahan-lahan hutan yang kurang produktif. Hal tersebut telah memicu semakin meluasnya lahan kritis sehingga berpengaruh dalam perubahan iklim yaitu timbulnya pemanasan global dengan dampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup.

Pendapatan Pemda Maluku dari sektor kehutanan terutama dari hasil kayu sudah tidak dapat diharapkan lagi secara penuh seperti dua-tiga dasawarsa yang lalu. Upaya perbaikan mutu hutan atau restorasi ekosistem hutan melalui tindakan konservasi hutan yang dikaitkan dengan perdagangan karbon hutan adalah hal yang mutlak perlu dilakukan mengingat sumber dana Pemerintah Pusat untuk merehabilitasi hutan sangat terbatas. Saat ini, peluang itu terbuka lebar karena adanya dukungan dana internasional melalui mekanisme perdagangan karbon hutan yaitu melalui program REDD+ maupun MPB (Mekanisme Pembangunan Bersih) yang akan dapat memberikan benefit kepada semua stakeholders (termasuk masyarakat).

Berkenaan dengan ke dua hal tersebut maka diperlukan adanya rehabilitasi lahan yang rusak dengan penerapan agroforestri berbasis pala dan cengkeh dan sekaligus mengaitkannya ke program perdagangan karbon hutan melalui implementasi REDD+ dan MPB.

KONDISI PEMUNGKIN (ENABLING CONDITION) UNTUK MENGATASI DEGRADASI LAHAN DAN DEFORESTASI MELALUI PENANAMAN PALA-CENGKEH DAN IMPLEMENTASI REDD+

Kesiapan Maluku dalam Rehabilitasi Lahan dengan Penanaman Pala dan Cengkeh

Serangkaian tindakan yang sifatnya penguatan kapasitas untuk meningkatkan kembali kebangkitan rempah Maluku telah dilakukan yaitu sbb: -Pelaksanaan Seminar Internasional Sagu dan Rempah yang telah dilakukan pada tanggal 28-29 Juli 2010, bersamaan dengan

diselenggarakannya event internasional “Sail Banda 2010” di Ambon. Menurut Assagaf (2010), seminar tersebut menghimpun informasi hasil -hasil kajian dibidang sagu dan rempah dari para peneliti, Perguruan Tinggi, Organisasi, Profesi dan Pemerintah, termasuk akses pasar yang selanjutnya meneruskan suatu rencana tindak lanjut pengembangan komoditas sagu, cengkeh dan pala baik dari aspek teknologi budidaya sampai dengan pengolahan maupun pengembangan pemasaran produksi terutama dalam mendukung program ketahanan dan keamanan pangan dunia terutama di Indonesia.

-Pelaksanaan Lokakarya pembangunan daerah (regional development workshop) oleh Lembaga PBB di bidang ketenagakerjaan, ILO, 7 Maret 2012 di Ambon. Hasil lokakarya tersebut a.l. Pemda Maluku harus menghidupkan industri rempah-rempah dan pemasarannya dan juga berba-gai hal yang dibutuhkan untuk menunjang semua itu. Pasar rempah Maluku itu jelas, tapi harus didukung kemampuan petani dalam

(2)

membudi--Pelaksanaan Workshop Rempah di Negeri Soya dengan tema: Agroforestri berbasis pala untuk kesejahteraan masyarakat Maluku, tanggal 5-6 Maret 2012. Hasilnya yaitu a.l. terbentuknya asosiasi petani pala Provinsi Maluku. Pada saat ini juga telah terbentuk tiga pembina kelompok petani pala yang tersebar di beberapa desa yaitu yang dibina oleh Mercy Corp, Cordaid-TitanE serta Yayasan Arman.

-Pelaksanaan Konpernas di Ambon tanggal 28 Juli 2012 dengan 3 kegiatan utama yaitu: (1) pelatikan Dewan Rempah Indonesia Wilayah Propinsi Maluku, (2) penandatangan kerjasama antara Pemda Maluku-Dewan Rempah Indonesia-Mercy Corps dan pelaksanaan seminar nasional dengan tema: Mengembalikan kejayaan pala dan cengkeh untuk kesejahteraan masyarakat. Hasilnya a.l. akan dilaksanakan pemberdayaan petani dengan pembuatan pusat-pusat pelatihan berikut demplot-nya, peningkatan iptek budidaya pala cengkeh serta akan diselenggarakannya Konperensi Internasional Rempah se Dunia pada tahun 2013 mendatang di Ambon.

-Telah ditetapkannya Pala Banda dan Cengkeh Tuni sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian. Keunggulannya yaitu karena tanaman tersebut tidak terkontaminasi dengan bahan pestisida atau yang lainnya. Budidaya kedua tanaman ini benar-benar asli asli dan organik, tanpa ada efek residu pestisida. Kualitas kedua tanaman tersebut tinggi sehingga tidak perlu dibudidayakan secara intensifikasi atau penyemprotan dan sebagainya. Saat ini telah diusulkan ke Pemprov Maluku dan pemerintah pusat untuk dukungan pendanaan bagi penanaman sejuta pohon untuk pala, cengkih dan kelapa (Sabirin, 2012).

Dukungan di tingkat nasional juga ada yaitu a.l. Telah terselenggaranya Kongres Rempah Indonesia I di Jakarta. Untuk memajukan rempah Indonesia setidaknya dibutuhkan 5 misi yaitu: (1) untuk menjaga kelestarian, kesinambungan dari plasma nutfah rempah Indonesia; (2) menguatkan, menyegarkan identitas Indonesia sebagai kepulauan rempah; (3) kualitas dan standardisasi; (4) Misi kempat mempromosikan nilai tambah dari rempah dan (5) daya saing (Krisnamurthi, 2011). Kongres yang diselenggarakan oleh Dewan Rempah Indonesia (DRI) bekerja sama dengan Martatilar, CC3P Indonesia Faundation, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, ini bertujuan mencari terobosan untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia berupa revitalisasi pembangunan komoditas rempah Indonesia; DRI mulai membentuk De-wan Rempah Daerah di beberapa propinsi, diantaranya Propinsi Maluku dan adanya dukungan kajian rempah dari BPPT. Wijayanti (2011) menyatakan bahwa BPPT melalui program kajian teknologi yang dilakukan oleh kedeputian TAB telah menghasilkan beberapa paket teknologi dan prototipe produk olahan yang siap diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas produk rempah Indonesia yaitu a.l.teknologi perbanyakan bibit secara in vitro dan ex vitro, teknologi pemuliaan tanaman obat, teknologi pengolahan minyak atsiri,peralatan proses redestilasi, teknologi proses ekstraksi tanaman obat skala pilot dan beberapa formula serta prototipe sediaan obat herbal terstandar yang juga merupakanbagian dari

komoditi rempah.

Kesiapan Maluku dalam implementasi REDD+

Kesiapan Maluku dalam implementasi REDD+ dapat dilihat dari serangkaian aktivitas yang telah dilaksanakan, yang sementara dilaksanakan dan arah kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan seperti disajikan pada Tabel 1.

Dengan telah terbentuknya DKDM dan POKJA REDD+ Maluku akan lebih memudahkan bagi berbagai pihak untuk menyelenggarakan karbon hutan. Karbon hutan adalah karbon dari pengelolaan hutan yang menerapkan kegiatan-kegiatan penyimpanan (stock) karbon, pen-yerapan karbon dan penurunan emisi karbon hutan. Implementasi kegiatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk penurunan emisi karbon hutan, peningkatan simpanan karbon (carbon stock), penyerapan karbon (sequestration), dan perubahannya menjadi karbon padat yang dis-impan dalam biomasa hidup, bahan organik mati, dan karbon tanah, serta menjaga keseimbangan jumlah karbon padat dalam hutan (Permenhut No. P. 20/Menhut-II/2012). Dalam hal yang akan dikembangkan adalah penanaman pala dan cengkeh maka tanaman tersebut memiliki potensi juga untuk menyerap karbon. Ini bisa dipahami karena batangnya berkayu berikut cabang dan rantingnya serta tajuknya yang rimbun sehingga mampu menyimpan karbon padat. Karena itu jika tanah-tanah marjinal atau lahan hutan yang terdegradasi dihijaukan dengan tanaman pala dan cengkeh akan memiliki keuntungan ganda yaitu selain buahnya tetap dapat dijual juga memperoleh kompensasi dari hasil penjualan karbon hutan.

BEBERAPA LANGKAH AWAL YANG PERLU DITEMPUH

-Dewan Kehutanan Daerah Maluku (DKDM) dan Dewan Rempah Maluku (DRM) yang telah terbentuk bersama-sama dengan Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Bappeda Maluku serta DPRD Maluku melakukan pengkajian mendalam Permenhut No. P. 20/Menhut-II/2012 tentang penyelenggaraan karbon hutan berikut semua peraturan yang terkait didalamnya. Mengingat keanggotaan DKDM dan DRM itu multi pihak yang berasal dari Pemerintah daerah, perguruan tinggi, masyarakat adat, swasta dan LSM maka dalam pengkajian tersebut peran aktif dari semua unsur multi pihak mutlak diperlukan.

(3)

Tabel 1. Peta jalan (roadmap) menuju pelaksanaan REDD+ di Maluku

-Melakukan penetapan lembaga yang nantinya akan melakukan pengelolaan karbon hutan dan mengurus izin penyelenggaraan karbon hutan kepada Menteri Kehutanan untuk melakukan pengelolaan hutan yang menerapkan kegiatan-kegiatan penyimpanan (stock) karbon, penyera-pan karbon dan penurunan emisi karbon hutan baik pada kawasan hutan maupun pada hutan hak di wilayah Maluku. Penyelenggara karbon hutan dalam hal ini bisa Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Swasta; Koperasi atau Masyarakat. Penyelenggaraan karbon hutan ini juga diutamakan untuk mendorong peningkatan keberdayaan masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan.

-Mencari lokasi untuk penyelenggaraan karbon hutan yang meliputi 2 kegiatan pokok yaitu Demonstration activities dan implementasi (pelaksanaan) kegiatan karbon hutan itu sendiri. Kegiatan karbon hutan tersebut dapat berupa penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, yang terdiri atas: (1) Pembibitan, penanaman, pemeliharaan hutan dan lahan serta pemanenan hutan yang menerapkan prinsip pengelolaan lestari; (2) Perpanjangan siklus tebangan pada dan/atau penanaman pengayaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; (3) Perlindungan,

1. Serangkaian rintisan/kesiapan REDD+ yang telah dilaksanakan

a. Workshop National Carbon Accounting System (untuk mendukung program REDD+) oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX dan juga yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan, Prov. Maluku pada bulan Desember 2010. b. Pembentukan Dewan Kehutanan Daerah Maluku (DKDM) Periode tahun 2011-2016 yang keanggotaanya dari

berbagai pemangku kepentingan mulai dari unsur pemerintah daerah, pengusaha, LSM, Akademisi s.d. masyarakat adat, yang akan menangani berbagai masalah kebijakan pengelolaan hutan di Maluku, termasuk juga REDD+, Februari 2011.

c. Workshop konsultasi publik pemangku kepentingan penanganan perubahan iklim di Maluku, yang diselenggarakan oleh Pusat Standarisasi dan Lingkungan (Pustanling), Kemhut Maret 2011. (Hasil rumusan dari Pustanling tersebut disajikan pada Lampiran 1).

d. Dinas Kehutanan Prov. Maluku telah menyampaikan data untuk pengusulan 3 unit KPH untuk dijadikan percontohan REDD+, pada September 2011.

2. Serangkaian kegiatan REDD+ yang tengah berjalan

a. Mencari informasi dan membangun komunikasi dengan UN-REDD, Pustanling dan calon pengembang (developer) karbon dari dunia internasional. Direncanakan akan dilaksanakan oleh CCAP-Cerindo namun batal dan saat ini tengah diupayakan oleh Pustanling untuk mencari pengembang karbon lainnya.

b. Tim peneliti REDD+ Unpatti mengikuti terus perkembangan REDD+ secara nasional melalui berbagai FGD dan workshop yang dilakukan oleh UN-REDD dan BPKH Wil IX Maluku saat ini tengah membuat plot-plot pengukuran karbon di berbagai wilayah Maluku.

c. Melakukan ToT Penghitungan dan Monitoring Karbon di Provinsi Maluku pada tanggal 30 dan 31 Juli 2012 yang dilaksanakan oleh Pustanling dan dilanjutkan dengan Workshop Pembentukan POKJA REDD+ Maluku pada tanggal 1 Agustus 2012. Hasil dari Workshop tersebut adalah terbentuknya susunan pengurus POKJA REDD+ Maluku dan penetapan tempat sekretariatnya yaitu di Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, Ambon.

Maksud dan tujuan pembentukan POKJA REDD+ Maluku yaitu sbb:

Pembentukan POKJA REDD Maluku dimaksudkan agar tercapai sinergisitas, optimalitas, koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi antara POKJA Nasional/Komisi REDD+, pengembang proyek (project proponent), investor karbon dan pemangku kepentingan terkait lainnya (related stakeholders) dengan pihak Provinsi dan Kabupaten/ Kota (subnational) pada saat persiapan, implementasi dan evaluasi/monitoring untuk kegiatan D.A. REDD+ dan skema REDD+ pasca tahun 2012 sehingga diperoleh hasil yang maksimum.

3. Serangkaian kegiatan REDD+ yang akan dijalankan

a. Pengurusan SK. Gubernur Maluku untuk pengesyahan Kepengurusan POKJA REDD+ Maluku

b. Mencari calon pengembang (developer) karbon dari dunia internasional sebagai pengganti CCAP-Cerindo dan memulai merencanakan pembuatan D.A. REDD+ Maluku.

c. Rencana pelaksanaan Workshop MRV (Measurable, Reportable and Verifiable) dan Pembuatan Petak Ukur Permanen Karbon yang akan diselenggarakan oleh Tim Unpatti dan Pustijak Bogor pada bulan Oktober 2012.

d. 1.Melakukan kajian untuk kesiapan penyusunan RAD (Rencana Aksi Daerah) bagi Provinsi Maluku terkait dengan

dikeluarkannya: (1). Kepres R.I. No. 25 thn. 2011, tgl. 8 Sept. 2011 ttg. Satuan tugas persiapan kelembagaan REDD+, (2). Perpres R.I. No. 61 thn 2011, tgl. 20 Sept 2011 ttg. Rencana Aksi Nasional penurunan emisi gas rumah kaca dan (3). Perpres R.I. No. 71 thn 2011, tgl. 5 Okt. 2011 ttg. Penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca nasional. Juga melakukan kajian kemungkinan program Ambon Green City dipadukan ke program REDD+

2. Melakukan kajian Permenhut Nomor: P. 20/Menhut-II/2012, tanggal 23 April 2012 tentang Penyelenggaraan karbon

hutan.

(4)

-Melakukan konsultasi dan koordinasi pada level nasional, terutama dengan Pusat Standarisasi dan Lingkungan (Pustanling) Kementrian Kehutanan yang selama ini membantu penguatan kapasitas REDD+ Maluku, Kementrian Pertanian, Bappenas, Dewan Kehutanan Nasional (DKN) dan Dewan Rempah Indonesia (DRI) dalam mendukung pelaksanaan rehabilitasi lahan dengan agroforestri berbasis pala-cengkeh yang dilaksanakan sekaligus dengan program REDD+ Maluku tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemerintah memiliki dana yang terbatas dalam merehabilitasi lahan hutan yang kritis di Maluku sebagai akibat dari eksploitasi hutan yang berlebihan di masa silam. Untuk merehabilitasi lahan tersebut akan sangat tepat bila dilakukan penanaman tanaman rempah melalui agroforestri berbasis pala dan cengkeh dan sekaligus dikaitkan untuk perdagangan karbon melalui program REDD+. Momentumnya sangat tepat mengingat saat ini program nasional maupun daerah tengah menggalakkan kembali tanaman rempah baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dan juga penanganan perubahan iklim yaitu dengan penurunan emisi CO2 di udara.

2. Telah terbentuk DKDM berikut Pokja REDD+ dan DRM yang keanggotaanya dari multipihak (Unsur Pemda, Swasta, Perguruan Tinggi, Masyarakat adat dan LSM yang diharapkan menjadi motor penggerak terlaksananya program budidaya rempah sekaligus penanganan perubahan iklim di Maluku

Saran

DKDM dan Pokja REDD+, DRM, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Provinsi Maluku dan Bappeda Maluku serta DPRD perlu segera melakukan pengkajian mendalam Permenhut No. P. 20/Menhut-II/2012 dan hasilnya dituangkan dalam program kerja untuk tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Assagaf, S. 2010. Seminar Internasional Sagu dan Rempah, dibuka Menteri Pertanian RI. http://www.ambon.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=172:seminar-internasional-sagu-dan-rempah-dibuka-menteri-pertanian-ri, diunduh 16 Agustus

2012.

Krisnamurthi, B. 2011.Wamendag Membuka The 1st Indonesia Spices Congress 2011. http://www.indonesiaspices.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=74:wamendag-membuka-the-1st-indonesia-spices-congress-2011&catid=34:visi-a-misi&Itemid=89, diunduh 16 Juli 2012

Mardiatmoko, G., R. Loppies. 2012. Kesiapan Povinsi Maluku dalam Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) REDD+/Komisariat Daerah (Komda) untuk Penanganan Isu Perubahan Iklim dan Implementasi REDD+. Paper disampaikan pada Acara Workshop Pembentukan POKJA REDD+ Maluku di Ambon pada tanggal 1 Agustus 2012.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.20/Menhut-II/2012, tanggal 23 April 2012 tentang Penyelenggaraan karbon hutan.

Sabirin, S. 2012. Pala Banda dan Cengkih Tuni Jadi Varietas Unggul. http://ambonekspres.com/ index.php?option=read&cat=46&id=38981, diunduh 16 Agustus 2012.

Wijayanti, L. 2011.Teknologi Tingkatkan Nilai Tambah Rempah Indonesia.(http://www.indonesia-spices.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=77:teknologi-tingkatkan-nilai-tambah-rempah-indonesia&catid=34:visi-a-misi&Itemid=92),

diunduh 13 Agustus 2012

Disiapkan bersama oleh

Gun Mardiatmoko (Ketua Dewan Rempah Maluku) dan Agustinus Kastanya (Ketua Dewan Kehutanan Daerah Maluku)

(5)

Pertemuan Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia dengan Gubernur Maluku dalam rangka pengembangan rempah Maluku di Ambon pada tanggal 27 Juli 2012

Penyerahan cendera mata dari Pimpinan Mercy Corps Indonesia kepada Ketua Dewan Rempah Indonesia, Rektor Universitas Pattimura dan Gubernur Maluku pada acara Konperensi Nasional Rempah di Ambon pada tanggal 28 Juli 2012

(6)

Presentasi Kepala Pusat Standarisasi dan Lingkungan, Kementrian Kehutanan dalam acara Workshop Konsultasi Publik Pembentukan Pokja REDD+ Maluku di Ambon pada tanggal 1 Agustus 2012

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku memberikan sambutan dan arahan pada acara ToT Pengukuran dan Monitoring Karbon yang diselenggarakan oleh Pustanling pada tanggal 30-31 Juli 2012

(7)

Agroforestri berbasis pala dan cengkeh di daerah senttra penghasil buah di Desa Hutumuri, Ambon

Ketua Dewan Kehutanan Daerah Maluku dan Ketua Dewan Rempah Maluku tengah berpose dengan petani pala-cengkeh di Desa Hutumuri

Gambar

Tabel 1. Peta jalan (roadmap) menuju pelaksanaan REDD+ di Maluku

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi berbasis SMS gateway yang dikembangkan bernama SMS RAJA (SMS Rawat Jalan) dalam proses pengujian mampu menyampaikan informasi 2 arah kepada pasien berupa

Untuk menjaga kualitas timing belt, maka dalam penyimpanannya harus dihindari : Suhu yang tinggi (lebih dari 40 0 C), terkena langsung sinar matahari, kelembaban

Sebagai contoh, saat ada penekanan tombol lampu7 pada Aplikasi MQTT-Dash, maka smartphone akan mengirimkan data publish “1” dengan topik “/esp/lampu07”, untuk

Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus.Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, atau tindakan, observasi,

Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga

Analisis data menggunakan analisis varians dua arah (ANOVA). Analisis data terdiri dari pengujian instrumen, pemahaman konsep, IPA, validitas dan uji reliabilitas,

Bakteri ini memiliki gen-gen pada kromosomnya yang mengkode resistensi intrinsik terhadap banyak antibiotik, termasuk aminoglikosida, flourokuinolon, β-laktam, bahkan

Capaian target Sasaran Kinerja untuk indikator kedua yakni Persentase Badan Publik yang menerapkan standar layanan informasi publik sudah memenuhi besaran target yang