• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: SETIAWAN MAY SAGIANTO NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: SETIAWAN MAY SAGIANTO NIM."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

SETIAWAN MAY SAGIANTO

NIM. 100 500 037

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(2)

Oleh:

SETIAWAN MAY SAGIANTO

NIM. 100 500 037

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya

pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(3)

Oleh:

SETIAWAN MAY SAGIANTO

NIM. 100 500 037

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(4)

NEGERI SAMARINDA

Nama : Setiawan May Sagianto

NIM : 100 500 037

Program Studi : Manajemen Hutan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Emi Malaysia, MP Dyah Widyasasi. S.Hut. MP Dwinita Aquastini.S.Hut. MP NIP.19650101 199203 2 002 NIP.19710103 199703 2 001 NIP.19700214 199703 2 002

Menyetujui Disahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Hutan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP NIP. 19610812 198803 1 003 NIP.19630805 198903 1 005

(5)

Emi Malaysia).

Penelitian ini dilatar belakangi bahwa Indonesia memiliki lebih dari 2.000 jenis kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi oleh beberapa negara di Amerika Selatan, selain itu adanya kupu-kupu pada suatu lingkungan, dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut masih alami. Hilangnya kupu-kupu adalah bukti ketidak seimbangan ekosistem, karena selain menghisap nektar, mengambil zat besi dalam tanaman, menghisap mineral dari tanah, kupu-kupu juga menjadi pengantar bertemunya putik dan kepala sari pada beberapa tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Metode yang digunakan dalam penangkapan kupu-kupu adalah dilakukan langsung dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu yang ditemukan dibawa ke laboratorium Konservasi untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan buku literature kupu-kupu, sedangkan untuk tumbuhan pakan kupu-kupu diambil sampel dan gambarnya secara langsung di lapangan dibawa ke Laboratorium Silvikultur dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan pakan yang ditemukan dengan buku literatur tumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan sebanyak 27 jenis, dimana kupu-kupu yang dapat diidentifikasi sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 3 suku (famili) yaitu suku Pieridae 3 jenis, Papilionidae 6 jenis, Nymphalidae 14 jenis dan yang belum dapat diidentifikasi 4 jenis adalah kupu-kupu A, B, C, dan D. Terdapat 5 jenis tanaman yang dijumpai menjadi pakan berbagai jenis kupu-kupu yaitu Anystasia intrusa, Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum), Tembelekan (Lantana camara.), Asoka (Ixora stricta Roxb) dan Bunga jenis A/berwarna ungu (belum dapat diidentifikasi).

(6)

Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan Bapak Jumangat dan Ibu Suneti.

Memulai pendidikan dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 001 Samarinda lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 35 Samarinda, lulus pada tahun 2007. Kemudian pada tahun itu juga melanjutkan lagi ke SMK Pemuda Samarinda dan lulus pada tahun 2010.

Pendidikan tinggi di tempuh pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan.

Pada Tanggal 8 Maret sampai 30 April 2013 mengikuti Program PKL (Praktek Kerja Lapang) di Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.

(7)

Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Di Areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang Tua, yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis. 2. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah

3. Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP dan Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II

4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 5. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan 6. Bapak Ir. Gunanto selaku Kepala Laboratorium Konservasi Jurusan

Manajemen Pertanian.

7. Ibu Asmahwati, A.Md selaku PLP Laboraturium Konservasi dan Ibu Rusdiana Ningsih, A.Md selaku PLP Laboraturium Silvikultur

8. Alri Vicaksono, Achmad. Rosihan Ghali, Maharuddin, Muhammad Amin dan Nurman yang telah membantu selama penelitian dan mengalami suka duka bersama.

9. Semua teman Angkatan 2010 Program studi Manajemen Hutan yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yang namanya tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu.

Harapan Penulis semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Setiawan May Sagianto Kampus Sei Keledang, Juni 2013

(8)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Uraian Tentang Serangga... 3

B. Uraian Tenang Kupu-kupu ... 4

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga ... 8

D. Keadaan Umum Areal Manajemen Hutan ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Alat dan Bahan Penelitian... 20

C. Prosedur Penelitian ... 21

D. Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Hasil... 24

B. Pembahasan ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(9)

1. Tally Sheet Pengamatan ... 22 2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Areal Manajemen Hutan .... 24 3. Tanaman Pakan Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan... 46 4. Kisaran Suhu dan Kelembapan ... 51

(10)

1. Appias libythea ? ... 26 2. Eurema sp... 26 3. Leptosia nina... 27 4. Graphium sp ... 28 5. Papilio demoleus ? ... 29 6. Papilio memnon ? ... 30 7. Papilio memnon ? . ... 31 8. Papilio nephelus ? ... 32 9. Papilio polytes... 32

10. Athyma asura aidita ... 33

11. Doleschallia bisaltide ... 34

12. Euploea mulciber portia ... 35

13. Faunis stomphax ... 36

14. Hypolimnas bolina ? ... 36

15. Hypolimnas bolina ? ... 37

16. Hypolimnas bolina phillipines ... 38

17. Junonia hedonia ... 39

18. Junonia spasiorithya wallacei ? ... 39

19. Junonia spasiorithya wallacei ? ... 40

20. Melanitis leda lacrima ... 41

21. Mycalesis fuscum ... 42 22. Parantica agleoides ... 42 23. Ypthim formosam... 43 24. Kupu-kupu A ... 44 25. Kupu-kupu B ... 44 26. Kupu-kupu C ... 45 27. Kupu-kupu D ... 45 28. Anystasia intrusa ... 47

29. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)... 48

(11)

Lampiran

33. Penangkapan Kupu-kupu Di Samping Kantor MH ... 61 34. Penangkapan Kupu-kupu Di Depan Lab. Silvikultur ... 61 35. Pengukuran Suhu dan Kelembapan... 62 ....

(12)

1. Data Pengamatan Jenis Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan... 59

2. Data Harian Pengukuran Suhu dan Kelembapan... 60

3. Foto Penangkapan Kupu-kupu... 61

(13)

BAB I PENDAHULUAN

Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang tergolong dalam ordo Lipodoptera atau serangga yang bersisik. Lepidoptera berasal dari kata lepido = sisik dan ptera = sayap (bahasa Yunani), serangga ini memiliki dua pasang sayap, sayap belakang biasanya sedikit kecil dari sayap depan. Sayap ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik. Imago dari ordo Lepidoptera disebut kupu-kupu jika pada siang hari atau ngengat jika aktif pada malam hari. kupu-kupu memiliki sayap yang relatif indah dengan warna menarik, sedangkan ngengat (moth) bersayap kusam kurang menarik, biasanya tertarik pada cahaya lampu (Jumar,

2000).

Indonesia mewakili lebih dari 2.000 kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi oleh beberapa negara di Amerika Selatan. Kupu-kupu yang mendominasi adalah jenis Papilionade yaitu 121 dari 573 di dunia. Ada sekitar 500 - 1.000 jenis kupu-kupu di setiap pulau besar, tetapi beberapa diantaranya juga terdapat di pulau-pulau kecil dan endemik pulau-pulau. Persebaran kupu-kupu terbatas pada faktor geologi, kesesuaian lingkungan dan persebaran tumbuhan pakan (Anonim,

2007).

Menurut Dinata, (2010) adanya kupu-kupu suatu lingkungan, dapat dinyatakan bahwa lingkungan tersebut masih alami. Setidaknya ada beberapa indikator unik dapat menjadi sedikit catatan: setiap larva kupu-kupu hanya menyantap satu jenis saja, misalnya Troides helena hanya menyantap Aristolochia tagala, hilangnya pohon maka hilang juga kupu-kupu. Larva Ramelana jangka memberikan cairan manis Ixora indica, sehingga kawanan

(14)

semut membentuk mengelilingi larva untuk melindungi larva dari predator seperti burung dan kadal.

Hilangnya kupu-kupu adalah bukti ketidak seimbangan ekosistem, karena selain menghisap nektar, mengambil zat besi dalam tanaman, menghisap mineral dari tanah, kupu-kupu juga menjadi penghantar bertemunya putik dan kepala sari pada beberapa tanaman (Anonim, 2010a dalam Ahmad, 2011).

Penelitian tentang kupu-kupu telah diteliti antara lain oleh: Soekardi

(2007), melaporkan menemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu yang termasuk ke

dalam 5 famili di areal kampus Unila; Widyasasi, dkk. (2008), menemukan sebanyak 43 jenis kupu-kupu dan 8 jenis pakan kupu-kupu di areal Jurusan Manajemen Hutan Poltanesa; dan Ahmad (2011), menemukan sebanyak 24 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 4 famili serta menemukan sebanyak 6 pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakannya di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanaian Negeri Samarinda.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tentang Serangga

Menurut Pedigo (1989) dalam Jumar (2000), entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga (insekta). Ilmu ini merupakan suatu studi yang terorganisasi untuk memahami fase kehidupan serangga dan peranannya di alam. Entomologi berasal dari kata entomos (potongan/irisan) dan logos (ilmu). Sedangkan entomologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari serangga yang ada hubungannya dengan pertanian. Hubungan dengan pertanian dapat bersifat menguntungkan atau sebaliknya yaitu merugikan. Banyaknya spesies hewan yang ada di permukaan bumi, ternyata sekitar 3/

4 bagian adalah serangga, dari

jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari anggota filum Arthopoda. Karena jumlah spesies serangga merupakan yang terbanyak dari dunia hewan, khususnya dari filum Artopoda.

Selanjutnya dikatakan Pedigo (1989) dalam Jumar (2000), diperkirakan dari setiap lima ekor hewan maka salah satunya adalah kumbang, dan kumbang adalah salah satu serangga yang termasuk ordo Coleoptera, kelas insekta atau serangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa serangga merupakan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini.

Serangga terdiri atas beberapa bangsa (ordo), antara lain bangsa Kumbang (ordo Coleoptera), bangsa Kupu-kupu (ordo Lepidoptera), bangsa Belalang (ordo Orthoptera), bangsa Tabuhan (ordo Hymenoptera), bangsa Kepik (ordo Hemiptera) dan bangsa Kutu (ordo homoptera). Tiap bangsa atau ordo tersebut memiliki ciri khas baik dalam bentuk, ukuran maupun cara hidup.

(16)

Beberapa serangga memiliki struktur mengagumkan bila kita bandingkan dengan vertebrata. Lebah dan tabuhan serta sejumlah semua ordo Hymenoptera, misalnya memiliki organ untuk bertelur (ovipositor) yang berkembang menjadi “penusuk beracun” (sengat). Sengat tersebut merupakan satu sarana yang bagus untuk menyerang dan mempertahankan diri. Serangga juga memiliki aneka warna, dari yang sangat tidak menarik sampai sangat cemerlang. Beberapa serangga memiliki warna-warni yang kemilau, layaknya permata yang hidup.

Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin. Bila suhu lingkungan menurun maka suhu tubuh mereka juga menurun dan proses fisiologinya menjadi lambat. Beberapa serangga dapat hidup pada suhu sangat rendah dan beberapa lagi mampu hidup pada suhu tinggi. Serangga tahan terhadap suhu rendah sebab di dalam jaringan tubuhnya tersimpan etilenaglikol.

Di alam, perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkat-tingkat dari yang sederhana sampai komplek dan bahkan menakjubkan. Sebagai contoh siklus hidup yang sederhana, dijumpai pada belalang. Siklus hidup belalang dimulai dari telur, berikutnya telur menetas menjadi nimfa. Nimfa inilah yang kemudian berkembang menjadi imago “serangga dewasa” (Anonim,

2007 dalam Dinata, 2010).

B. Uraian Tentang Kupu-kupu

Menurut Jumar (2000), klasifikasi kupu-kupu adalah: Kerajaan : Animalia

Divisi : Rhopaloceta Filium : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera

(17)

Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong dalam ordo Lepidoptera, atau serangga sisik (lepis = sisik dan pteron = sayap).

Secara sederhana kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif diwaktu siang (diurnal), sedangkan ngengat kebanyakan aktif diwaktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti.

1. Struktur Morfologi Kupu-kupu

Menurut Smart (1976) dalam Soederajat (2008), ciri spesifik dari kupu-kupu adalah badan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput (kepala), thoraks (dada) dan abdomen (perut). Ada 3 (tiga) pasang tungkai (kaki) dan dua pasang sayap terdapat pada ruas dada, alat kelamin dan anus terdapat di ujung ruas perut. Tubuh kupu-kupu dilapisi oleh chitin (eksoskeleton atau rangka luar) dan tersusun dalam cincin yang seragam atau segmen-segmen yang dipisahkan oleh membran fleksibel. Pada setiap bagian kupu-kupu (kepala, dada dan perut) tertutup lapisan lembut, berbulu halus dan berwarna menyolok atau menyala.

a. Kepala

Kepala berbentuk kapsul bulat kecil yang mengemban alat makan dengan sensorik. Alat makan disebut probosis, sedangkan alat sensorik adalah sepasang antena yang biasanya menebal pada bagian ujungnya.

(18)

Mata kupu-kupu berbentuk seperti belahan bola yang membengkak pada bagian atas kepala dan biasanya disebut mata majemuk.

b. Dada

Dada merupakan bagian tengah tubuh kupu-kupu dan berfungsi sebagai penggerak, dimana kaki dan sayap menempel. Thoraks tersusun dari tiga segmen yang masing-masing segmen terdapat sepasang tungkai untuk berjalan dan berpegangan. Dua pasang sayap terdapat pada mesothoraks dan metathoraks (bagian kedua dan ketiga dari segmen dada). Pada beberapa jenis kupu-kupu sayap belakang mempunyai tornus (ekor).

c. Perut

Perut merupakan bagian yang lunak dibandingkan kepala dan dada. Perut memiliki 10 (sepuluh) segmen namun hanya 7 (tujuh) atau 8 (delapan) yang mudah terlihat. Segmen ujung merupakan alat kelamin dari kupu-kupu, dimana pada jantan terdiri dari sepasang penjepit, sedangkan pada betina segmen tersebut berubah menjadi ovipositor (alat untuk meletakkan telur).

2. Siklus Hidup Kupu-kupu

Umur kupu-kupu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, kemudian menjadi larva (ulat). Selanjutnya, larva membentuk kepompong (pupa), baru akhirnya muncul sebagai kupu-kupu/imago. Imago membutuhkan waktu 3 (tiga) hingga 4 (empat) jam untuk penyempurnaan warna dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makan dan pasangan hidupnya (Anonim, 2008b).

(19)

3. Kebiasan dan Makanan

Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis-jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya (Chici, 2010).

4. Kupu-kupu Sebagai Indikator Alami

Menurut Anonim (2010), adanya kupu-kupu pada suatu lingkungan, dapat dinyatakan bahwa lingkungan tersebut masih alami. Hilangnya kupu-kupu adalah bukti ketidakseimbangan ekosistem, karena selain menghisap nektar, mengambil zat besi dalam tanaman, menghisap mineral dari tanah, kupu-kupu juga menjadi pengantar bertemunya putik dan kepala sari pada beberapa tanaman.

5. Manfaat Kupu-kupu

Menurut Dzulqaidah (2009), sedikitnya ada 7 (tujuh) manfaat dari kupu-kupu antara lain :

a. Membantu penyerbukan tanaman, misalnya Euploea callithoe dan Papilio iswara.

b. Mempunyai nilai artistik atau keindahan, sebagai hiasan dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai dan dompet.

(20)

d. Bahan industri, seperti ngengat sutera (Bombix mori).

e. Sumber protein, misalnya kupu-kupu pisang.

f. Sebagai koleksi.

g. Rekreasi atau menjadi obyek wisata pendidikan yang menarik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga Menurut Jumar (2000), perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor

luar (yang berada di lingkungan sekitar). Tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut.

1. Faktor Dalam

Menurut Jumar (2000), faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya populasi serangga antara lain:

a. Kemampuan berkembangbiak

Kemampuan berkembangbiak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh keperidian dan fekunditas serta waktu perkembangan (kecepatan berkembangbiak). Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan suatu jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuaan yang dimiliki oleh seekor serangga betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan oleh suatu jenis serangga, maka lebih tinggi kemampuan berkembangbiaknya. Biasanya semakin kecil ukuran serangga, semakin besar keperidiannya. Waktu perkembanganya (kecepatan berkembangbiak) adalah waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan

(21)

mulai dari fase telur sampai dewasa. Waktu berkembangbiak serangga tergantung pada lamanya siklus hidup serangga tersebut. Kemampuan berkembangbiak pada setiap jenis serangga berbeda-beda misalnya: penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Lepidoptera; Pyralidae) dapat bertelur rata-rata 150 butir, maksimal 420 butir. Ulat grayak, Spodoptera exigua (Lepidoptera; Noctuidae) dapat bertelur sekitar 1000 butir. Kumbang bubuk keras, Sitophillus oryzae (Coleoptera; Curculionidae) dapat menghasilkan telur maksimal 575 butir. Lembing batu, Scotinophora spp. (Hemiptera; Pentatomidae) selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak 300-680 butir.

b. Perbandingan kelamin

Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina. Perbandingan kelamin ini pada umumnya adalah 1:1, akan tetapi karena pengaruh-pengaruh tertentu, baik faktor dalam maupum faktor luar seperti keadaan musim dan kepadatan populasi, maka perbandingan kelamin ini dapat berubah. Misalnya, perbandingan kelamin keturunan penggerek batang padi putih, scirpophaga innotata adalah 2:1, lebih banyak betinanya. Contoh lain seperti kutu daun kelapa, Aspidiotus destructor rigidus pada keadaan makanan cukup, perbandingan kelamin jantan dan betina antara 1:1 sampai 3:1. Apabila kondisi makanan kurang, bisa terjadi keturunannya hampir 90% terdiri atas jantan, sehingga populasi selanjutnya menurun. Jika keadaan makanan cukup kembali, maka perbandingan kelamin tersebut bisa berubah lagi.

(22)

c. Sifat mempertahankan diri

Seperti halnya hewan lain, serangga dapat diserang oleh berbagai musuh. Untuk mempertahankan hidup serangga memiliki alat atau kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan serangga akan berusaha lari bila diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang, atau menyelam. Sejumlah serangga “pura-pura mati” bila diganggu. Beberapa kumbang melipatkan tungkai mereka, kemudian menjatuhkan diri ke tanah dan tetapi bergerak, seringkali menyerupai kotoran kecil. Ulat melindungi diri dengan bulu-bulu atau selubung. Beberapa serangga lain menggunakan tipe pertahanan “perang kimiawi”, seperti mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Serangga lainnya dapat menyerupai ranting atau daun tanaman. Kepik duri, seringkali menyamarkan dirinya pada pohon atau ranting yang berduri. sejumlah serangga dari ordo Hymenoptera memiliki alat penusuk (penyengat) untuk membunuh lawan atau mangsanya.

Beberapa serangga melakukan mimikri untuk menakut-nakuti atau mengelabuhi musuhnya. Mimikri terjadi apabila suatu spesies serangga (mimik) menyerupai spesies serangga lain (model) yang dijauhi atau dihindari sehingga mendapatkan “proteksi” sebab terkondisi sebelumnya serupa predator. Pada umumnya kasus atau tipe mimikri yang banyak terjadi adalah mimikri batesian dan mimikri mullerian. Tipe mimikri tersebut sesuai dengan penemunya masing-masing oleh Henry W. Bates dan frtiz Muller. Mimikri batesian terdapat pada hewan mimik dan spesies-spesies yang dapat atau layak untuk dimakan (palatale) tetapi memperoleh

(23)

keuntungan karena predator-predator terkecoh sebagai contoh adalah penyamaran (mimikri) tawon kuning (model) oleh ngengat bersayap bening, Parathene sp. (mimik). Hal ini terjadi karena kedua spesies memiliki pola warna sayap yang sama. Mimikri batesian ini terjadi akibat serangga yang tanpa suatu sarana pertahanan khusus menyerupai serangga lain yang memiliki sengat atau sejumlah mekanisme pertahanan lainnya kesamaan antara serangga mimik dan serangga model mungkin dalam hal perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk dan pola warna.

Pada mimikri mullerian, baik mimik maupun model sama-sama tidak layak makan (unpalatabel) sehingga predator menjauhi keduanya. Dengan demikian, mimikri mullerian memberikan keuntungan baik pada serangga model. Sebaliknya, pada mimikri batesian model akan merugikan sebab mimik layak atau cocok untuk dimakan dan biasanya predator akan giat mencari untuk mengenali pola warnanya.

d. Siklus hidup

Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago (dewasa). Pada serangga-serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola), rangkaian stadia dalam siklus hidupnya terdiri atas telur, larva, pupa, dan imago. Misalnya pada Kupu-kupu (Lepidoptera), Kumbang (Coleoptera), dan Lalat (Diptera). Rangkaian stadia dimulai dari telur, nimfa, dan imago ditemui pada serangga dengan metamorfosis bertingkat (Paurometabola), seperti Belalang (Orthoptera), Kepik (Hemiptera), dan Kutu (Homoptera). Siklus hidup serangga ada yang cukup lama, misalnya pada sejenis tonggeret di Amerika Utara yang diberi nama

(24)

the seventeen year locus yang membutuhkan waktu 17 tahun. Akan tetapi, pada umumnya siklus hidup serangga tidak terlalu lama, antara satu sampai beberapa minggu. Sebagai gambaran, berikut diberikan beberapa contoh: Scirpophaga innotata (Lepidoptera; Pyralidae) siklus hidupnya 51 hari. Sitophillus orizae (Coleoptera; Curculionidae) siklus hidupnya 30-45 hari. Spodoptera exigua (Lepidoptera; Noctuidae) siklus hidupnya sekitar 25 hari. Cylas formicarius (Coleoptera; Curculionidae) siklus hidupnya 6-7 minggu. Ostrinia furnacalis (lepidoptera; Pyralidae) siklus hidupnya sekitar 29 hari.

e. Umur imago

Serangga umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa hari, akan tetapi ada juga yang sampai beberapa bulan. Misalnya umur imago Nilavarpata lugens (Homoptera; Delpacidae) 10 hari, umur imago kepik Helopeltis theivora (Hemiptera; Miridae) 5-10 hari, umur imago Agrotis ipsilon (Lipidoptera; Noctuidae) sekitar 20 hari, ngengat Lamprosema indicata (Lepidoptera; Pyralidae) 5-9 hari, dan kumbang betina Sitopillus orizae (Coleoptera; Curculionidae) 3-5 bulan.

2. Faktor Luar

Menurut Jumar (2000), faktor luar adalah faktor lingkungan di mana serangga itu hidup dan mempengaruhi hidupnya. Faktor luar tersebut terdiri atas fisik, makanan, dan hayati.

a. Faktor fisik

Faktor fisik ini lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibanding terhadap binatang lainnya. Faktor tersebut seperti suhu, kisaran suhu, kelembapan/hujan, cahaya/warna/bau, angin, dan topografi.

(25)

1) Suhu dan kisaran suhu

Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 15ºC, suhu optimum 25ºC, dan suhu maksimum 45ºC. Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit. Sebagai contoh, suhu minimum yang diperlukan oleh Sitophillus orizae untuk bertelur adalah 10ºC. Jika suhu meningkat melebihi 35ºC, kumbang tersebut tidak akan bertelur (suhu efektif) untuk bertelur terletak antara 26ºC-29ºC. Contoh lainnya adalah wereng coklat betina dewasa Nilavarapata lugens, pada suhu 25ºC dapat mencapai umur 42 hari, pada suhu 29ºC dapat mencapai umur 30 hari, sedangkan jika suhu 33ºC hanya dapat hidup selama 9 hari. Fakta ini mempertahankan bahwa mungkin tinggi suhu yang, makin pendek umur imago Nilavarapata lugens. Kisaran suhu yang membatasi aktivitas kehidupan serangga terdiri atas:

a) Daerah batas fatal atas atau suhu maksimum. Pada suhu ini serangga tidak dapat bertahan hidup dan biasanya akan mengalami kematian.

b) Daerah dorman atas atau suhu tinggi inaktif. Pada suhu ini serangga masih dapat bertahan hidup, tetapi tidak aktif. Gejala ini dinamakan “tidur panas” atau estivasi.

(26)

c) Daerah efektif atau suhu optimal. Pada suhu ini serangga hidup normal, aktivitas dan perkembangan serangga normal (maksimal). d) Daerah dorman bawah atau suhu rendah inaktif. Pada suhu ini

serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif karena terlalu dingin dan gejala ini dinamakan “tidur dingin” atau hibernasi. Jika suhu kembali normal, maka serangga akan kembali aktif kembali.

e) Daerah batas fatal bawah atau suhu minimum. Pada suhu ini serangga tidak dapat lagi bertahan hidup sehingga mengalami kematian, karena terlalu dingin.

2) Kelembapan/hujan

Kelembapan yang dimaksud dalam bahasa ini adalah kelembapan, tanah, udara, dan tempat hidup serangga dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembapan yang sesuai serangga biasnya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Contoh dari pengaruh kelembapan terhadap perkembangan serangga hama, misalnya pada perkembangan hama gudang Sitophillus oryzae. Jika kelembapan 70% dengan suhu 18ºC, maka masa jadi telur sampai dewasa lamanya 110 hari, sedangkan bila kelembapan 89% dengan suhu yang sama lamanya 90 hari. Selanjutnya, kumbang Sitophillus tersebut baru menyerang bahan makanan dalam penyimpanan seperti beras atau jagung jika kadar airnya berada di atas 14%. Contoh lain, misalnya kumbang Amborosia, tidak dapat hidup dalam kayu yang kering.

Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap terlalu banyak air, bahkan beberanga serangga yang bukan serangga air dapat tersabar

(27)

karena hanyut bersama air. Akan tetapi, jika kebanyakan air, seperti banjir dan hujan deras merupakan bahaya dari beberapa jenis serangga. Sebagai contoh dapat disebut, misalnya hujan deras dapat mematikan kupu-kupu yang berterbangan dan menghanyutkan larva atau nimfa serangga yang baru menetas. Ulat kubis Plutella xylostella (Lepidoptera; Pultellidae) tidak tahan terhadap curah hujan yang terlalu tinggi, sehingga pada musim hujan populasinya menurun.

3) Cahaya, warna, dan bau

Menurut Natawigena (1990), cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu.

Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi surya. Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya dan radiasi baur yang berasal dari atmosfir secara keseluruhan. Untuk menjelaskan sifat radiasi dibedakan antara panjang gelombang cahaya dan intensitas cahaya atau radiasi. Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu

(28)

justru menghambat keaktifannya. Pada umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.

4) Angin

Menurut Natawigena (1990), angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembapan dan proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.

b. Faktor makanan

Menurut Jumar (2000), makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Dalam hubungannya dengan makanan (inang) dari satu sampai banyak makanan (inang) jika serangga hanya memakan satu jenis tanaman (memiliki satu inang yang sesuai) dinamakan serangga monofog. Bila makanan beberapa jenis tanaman (memiliki beberapa inang yang sesuai) dinamakan serangga oligofag, sedangkan serangga yang memakan banyak jenis tanaman (memiliki banyak inang yang sesuai) dinamakan serangga polifag.

(29)

c. Faktor Hayati

Menurut Jumar (2000), faktor hayati adalah faktor-faktor hidup yang ada di lingkungan yang dapat berupa serangga, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Organisme tersebut dapat menggangu atau menghambat perkembangbiakan serangga, karena membunuh atau menekannya memarasit atau menjadi penyakit atau karena bersaing (berkompetisi) dalam mencari makanan atau berkompetisi dalam gerak ruang hidup.

1) Predator

Predator adalah binatang atau serangga yang memakan binatang atau serangga lain. Istilah predator adalah suatu bentuk simboiosis (hubungan) dari dua individu, di mana salah satu individu menyerang individu lain (bisa satu atau beberapa spesies) yang digunakan kepentingan hidupnya dan biasanya dilakukan berulang-ulang. Individu yang diserang atau dimakan dinamakan mangsa. Predator memiliki ciri antara lain: ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsa, ada yang bersifat monofag, oligofag, dan polifag, predator membunuh memakan atau mengisap mangsanya dengan cepat, dan biasanya seekor predator memerlukan makan banyak mangsa selama hidupnya.

2) Parasitoid

Parasitisme adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh adanya organisme yang bersifat sebagai parasit. Parasitoid adalah serangga yang hidup menumpang, berlindung atau makan dari serangga lain yang dinamakan inang dan dapat mematikan inagnya secara perlahan-lahan. Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil dari pada inagnya. Satu

(30)

individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang secara normal sampai dewasa. Parasitoid bisanya hanya memerlukan inangnya pada stadia pradewasa. Sedangkan pada saat dewasa hidup bebas. Parasitoid dapat menyerang dan berkembang dalam satu atau beberapa fase hidup inang. Misalnya: parasitoid telur, parsidtoid larva, parasidtoid telur-larva, parasitoid larva-pupa, parasitoid pupa, dan lain-lain.

3) Patogen

Patogen merupakan golongan mikroorganisme atau jasad renik yang hidup pada atau di dalam tubuh serangga dan menimbulkan penyakit. Kita mengenal beberapa jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit (patogen) pada serangga, seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, riketsia, dan nematoda. Patogen dapat masuk ke dalam tubuh serangga dengan integumen melalui spiraculum, anus atau melalui lubang masuk lainnya. Akan tetapi umumnya patogen ini masuk melalui mulut atau pencernaan serangga.

4) Kompetisi

Kompetisi atau persaingan terjadi karena adanya keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sebagai akibat kepadatan populasi yang sedemikian rupa naiknya, sehingga kebutuhan akan bahan makanan, tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya dan populasi tersebut menjadi diluar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokongnya. Kompetisi ini akhirnya dapat mendorong terjadinya perpindahan atau matinya sekelompok serangga.

(31)

Kompetisi ada dua bentuk, yaitu kompetisi intraspesifik dan kompetisi intersepesifik. Kompetisi intraspesifikasi adalah persaingan yang terjadi antara individu-individu dalam satu spesies populasi. Kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi antara dua spesies populasi atau lebih. Kompetisi terjadi akibat setiap spesies memerlukan makanan, tempat hidup, cahaya, dan kebutuhan hidup lainnya yang sama.

D. Keadaan Umum Areal Manajemen Hutan

Keadaan umum areal Manajemen Hutan yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat bangunan untuk kantor jurusan Manajemen Pertanian, kantor program studi Manajemen Hutan dan laboratorium. Laboratorium yang ada adalah: laboratorium Silvikultur, laboratorium Komputer dan laboratorium Bahasa. Selain itu terdapat pula ruang kuliah, ruang HIMA PS MH dan lapangan olahraga. Dijumpai pula ruang terbuka hijau yang ditumbuhi oleh pohon-pohon seperti Nangka, Akasia, Karet, Trembesi, Gmelina, Jabon, Ulin, Jati dan lain-lain.

Pada pengamatan kupu-kupu di areal Manajemen Hutan ini untuk memudahkan pengamatan maka ditentukan batas-batas arealnya. Bagian Barat berbatasan dengan gedung BTP, bagian Timur berbatasan dengan tebing, bagian Utara berbatasan dengan tanah Politeknik Negeri Samarinda dan bagian Selatan berbatasan dengan jalan menuju kantor pusat Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian lebih kurang selama 3 bulan mulai tanggal 20 November 2012 sampai tanggal 24 Febuari 2013 meliputi kegiatan: orentasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Jaring serangga untuk menangkap kupu-kupu.

b. Toples untuk penyimpanan kupu-kupu yang telah ditangkap.

c. Papan perentang berbagai ukuran untuk merentangkan kupu-kupu yang akan diawetkan.

d. Oven untuk mengawetkan kupu-kupu.

e. Pinset untuk membantu mengatur kupu-kupu yang akan direntangkan pada papan perentang dan untuk menjepit kapas yang telah diberi alkohol 70%. f. Higrometer untuk mengetahui suhu dan kelembapan di sekitar lokasi

penelitian.

g. Kotak serangga untuk menyimpan serangga yang telah diawetkan. h. Kamera untuk dokumentasi.

i. Alat tulis untuk menulis dan mencatat data-data yang diambil dari lapangan.

(33)

j. Buku literatur tentang serangga untuk identifikasi kupu-kupu.

k. Buku literatur tentang tumbuhan untuk identifikasi jenis pakan kupu-kupu.

2. Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alkohol 70 % untuk membantu mematikan kupu-kupu yang ditangkap. b. Kapas untuk membantu mematikan kupu-kupu.

c. Jarum pentul untuk penahan kupu-kupu apabila direntangkan pada papan perentang dalam proses pengawetan.

d. Kertas papilot untuk penyimpanan sementara kupu-kupu yang telah diawetkan.

e. Tally Sheet untuk mencatat data penelitian di lapangan

C. Prosedur Penelitian

1. Orentasi lapangan

Orentasi lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi penelitian.

2. Persiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian di areal Manajemen Hutan dan di laboratorium Konservasi.

3. Penangkapan kupu-kupu

Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan jaring serangga, kemudian dimasukan ke dalam toples yang berisi kapas yang telah diberi alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium Konservasi, pengamatan kupu-kupu dilakukan mulai jam 07.00 - 17.00, selanjutnya kupu-kupu yang ditemukan dicatat ke dalam Tally Sheet pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kegiatan penangkapan kupu-kupu dapat dilihat pada Lampiran 4.

(34)

Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan No Hari/ tanggal Jenis kupu-kupu Suhu (%) Kelembapan (%) Ket Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Keterangan: Pagi: 07.15, Siang: 12.00, Sore: 16.45

4. Pengawetan Kupu-kupu

Mengawetkan kupu-kupu dengan cara kupu-kupu yang telah mati dibentangkan dan diatur pada papan perentang kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan kemudian kupu-kupu yang telah dikeringkan dan dikeluarkan dari oven dimasukan ke dalam kotak serangga. Pengeringan kupu-kupu dengan temperatur 25oC selama 1 hari.

5. Pengukuran Suhu dan Kelembapan

Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan menggunakan alat higrometer. Pengambilan data suhu dan kelembapan dilakukan dengan cara menggantungkan higrometer pada pohon Nangka yang letaknya pada lokasi tempat yang dianggap dapat mewakili seluruh keadaan di areal penelitian. Data suhu dan kelembapan diambil sebanyak tiga kali setiap hari yaitu pada pagi hari jam 07.15 WITA, siang hari jam 12.00 WITA dan sore hari jam 16.45 WITA. Kegiatan pengukuran suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Lampiran 3.

6. Pengambilan Foto

Mengambil foto kupu-kupu yang telah diawetkan dan tumbuhan pakan kupu-kupu untuk dokumentasi penelitian.

(35)

7. Identikasi Kupu-kupu dan Tumbuhan Pakannya

Mengidentifikasi kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

8. Menyusun Kupu-kupu dalam Kotak Serangga

Menyusun kupu-kupu yang telah diidentifikasi ke dalam kotak serangga untuk bahan koleksi kupu-kupu di laboratorium Konservasi .

D. Analisis Data

Analisis data penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Jenis Kupu-kupu

Hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah jenis kupu-kupu yang didapatkan sebanyak 27 jenis. Jenis kupu-kupu-kupu-kupu yang dapat diidentifikasi sebanyak 23 jenis, sedangkan jenis kupu-kupu yang belum dapat diidentifikasi sebanyak 4 jenis. Data harian jenis kupu-kupu yang ditemukan pada saat pengamatan di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kupu-kupu yang dapat diidentifikasi dan yang belum dapat diidentifikasi lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Areal Manajemen Hutan

No. Famili No. Jenis

1. Pieridae 1. Appias libythea ♂ 2. Eurema sp. 3. Leptosia nina 2. Papilionidae 1. Graphium sp. 2. Papilio demolius ♀ 3. Papilio memnon ♂ 4. Papilio memnon ♀ 5. Papilio nephelius 6. Papilio polytes 3. Nymphalidae

1. Athyma asura idita

2. Doleschallia bisaltide

3. Euploea mulciber portia

4. Faunis stomphax

5. Hypolimnas bolina ♂

6. Hypolimnas bolina ♀

7. Hypolimnas bolina phillipines

8. Junonia hedonia

9. Junonia spasiorithya wallacei ♀

10. Junonia spasiorithya wallacei ♂

11. Melanitis leda lacrima

12. Mycalesis fuscum

13. Parantica agleoides

14. Ypthima formosana

(37)

Tabel 2. (Lanjutan)

No. Famili No. Jenis

4. -

1. Jenis kupu-kupu A (belum teridentifikasi) 2. Jenis kupu-kupu B (belum teridentifikasi) 3. Jenis kupu-kupu C (belum teridentifikasi) 4. Jenis kupu-kupu D (belum teridentifikasi)

Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa kupu-kupu di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terdiri dari famili (suku) Pieridae 3 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Nymphalidae 14 jenis. Deskripsi singkat mengenai famili dan jenis kupu-kupu yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

a. Pieridae

Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Pieridae mempunyai rentangan sayap antara 25-100 mm, warna dasar putih atau kuning dengan beberapa spesies diantara berpola dan penuh warna. Sebagian besar spesies dari famili ini adalah hama terutama yang berwarna putih. Telurnya seperti kumparan, larva mulus tanpa tonjolan dan pupanya berkembang dengan kepala di bawah.

1) Appias libythea ♂

Jenis kupu-kupu Appias libythea ♂ yang ditemukan memiliki sayap depan dan sayap belakang berwarna dasar putih, pada bagian tepi sayap depan dan sayap belakang terdapat garis-garis berwarna hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4 cm dan lebar 6,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

(38)

Gambar 1. Appias libythea ♂

Menurut Dupenchel (1835) dalam Estiara (2012), Appias libythea ♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Pieridae Genus : Appias

Species : Appias libythea ♂ 2) Eurema sp.

Jenis kupu-kupu Eurema sp. yang ditemukan memiliki sayap depan dan belakang berwarna dasar kuning cerah pada bagian tepi sayap depan dan belakang terdapat corak hitam pada bagian ujung sayapnya. Ukuran kupu-kupu yang ditemukan, panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

(39)

Menurut Van Mastrigt dan Rosariyanto (2005), Eurema sp. diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Pieridae Genus : Eurema Spesies : Eurema sp. 3) Leptosia nina

Jenis kupu-kupu Leptosia nina yang ditemukan memiliki sayap depan dan belakang berwarna dasar putih, terdapat bulatan berwarna hitam dan corak warna hitam pada ujung sayap depan bagian atas. Panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 3 cm, seperti pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Leptosia nina

Menurut Dupenchel (1835) dalam Estiara (2012), Leptosia nina diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Pieridae Genus : Leptosia Species : Leptosia nina

(40)

b. Papilionidae

Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Papilionidae mempunyai ukuran badan yang besar, warna menarik dan biasanya warna tersebut menutupi seluruh tubuh, antena pendek, kuat dan kadang-kadang bersisik. Beberapa spesies sayap belakang mempunyai tornus yang menjulur ke dalam ekornya.

1) Graphium sp.

Jenis kupu-kupu Graphium sp. yang ditemukan memiliki sayap depan dan sayap belakang berwarna hitam dan pada bagian tengah sayap terdapat berwarna hijau, berukuran lebar lebih kurang 8,5 cm dan panjang lebih kurang 5,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Graphium sp.

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Graphium sp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Graphium Species : Graphium sp.

(41)

2) Papilio Demoleus ♀

Jenis kupu-kupu Papilio demoleus ♀ yang ditemukan memiliki warna dasar hitam. Terdapat corak berwarna krem berbentuk lonjong dan bulat pada sayap depan dan sayap belakang. Terdapat seperti mata berwarna kebiruan dan terdapat bentuk lonjong berwarna cokelat pada sayap belakang. Ukuran lebar lebih kurang 8,5 cm dan panjang lebih kurang 6,5 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Papilio demoleus ♀

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio demoleus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Papilio

Species : Papilio demoleus♀ 3) Papilio memnon ♂

Jenis kupu-kupu Papilio memnon ♂ yang ditemukan berwarna hitam pada sayapnya dan garis-garis berwarna abu-abu pada sayap belakang. Kupu-kupu jenis Papilio memnon ♂ yang ditemukan

(42)

memiliki ukuran lebar lebih kurang 14 cm dan panjang lebih kurang 8 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gamzbar 6. Papilio memnon ♂

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon ♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Papilio

Species : Papilio memnon ♂ 4) Papilio memnon ♀

Jenis kupu-kupu Papilio memnon ♀ ditemukan berwarna hitam pada sayap depan dan sayap belakang, terdapat corak merah pada sayap depan dan terdapat bulatan berwarna hitam pada sayap belakang. Kupu-kupu jenis Papilio memnon ♀ yang ditemukan memiliki ukuran lebar lebih kurang 14,5 cm dan panjang lebih kurang 8,5 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

(43)

Gambar 7. Papilio memnon ♀

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon ♀ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Papilio

Species : Papilio memnon ♀ 5) Papilio nephelus ♂

Jenis kupu-kupu Papilio nephelus ♂, dari hasil pengamatan di lapangan memiliki ciri-ciri dengan warna dasar hitam, pada sayap depan terdapat corak berwarna putih berbentuk garis dan sayap belakang terdapat corak putih berbentuk seperti pagoda yang terbalik, kupu-kupu jenis yang ditemukan memiliki ukuran lebar lebih kurang 11 cm dan panjang lebih kurang 9 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.

(44)

Gambar 8. Papilio nephelus ♂

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio memnon ♂ dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Papilio

Species : Papilio nephelus ♂

6) Papilio polytes

Jenis kupu-kupu Papilio polytes, dari hasil pengamatan di lapangan memiliki ciri-ciri dengan warna dasar hitam, terdapat bintik-bintik putih pada bagian ujung sayap depan dan corak warna putih pada bagian sayap belakang. Kupu-kupu jenis yang ditemukan memiliki ukuran lebar lebih kurang 10 cm dan panjang lebih kurang 8 cm seperti pada Gambar 9 di bawah ini.

(45)

Menurut Latreille (1802) dalam Estiara (2012), Papilio polytes dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Papilionidae Genus : Papilio Species : Papilio polytes c. Nymphalidae

Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Nymphalidae ciri-ciri dari famili ini mempunyai rentangan sayap antara 25-130 mm dengan warna yang sangat bervariasi. Telur terdiri dari beberapa bentuk tetapi pada umumnya sumbu horizontal melebihi sumbu vartikel. Larva umumnya memiliki bulu (duri).

1) Athyma asura aidita

Hasil pengamatan menunjukan bahwa kupu-kupu Athyma asura aidita didominasi oleh warna coklat kehitaman, terdapat corak warna putih yang membentuk seperti lingkaran dan garis pada seluruh bagian sayapnya. Panjang lebih kurang 5 cm dan lebar 5,5 cm, dapat dilihat Gambar 10 di bawah ini.

(46)

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Athyma asura aidita dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Athyma

Species : Athyma asura aidita 2) Doleschallia bisaltide

Jenis kupu-kupu Doleschallia bisaltide didominasi oleh warna cokelat serta terdapat corak warna hitam pada sayap depan bagian ujung atas, serta terdapat bintik-bintik kecil yang hampir tidak terlihat pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar 7,5 cm, seperti Gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11. Doleschallia bisaltide

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Doleschallia bisaltide diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Doleschallia

(47)

3) Euploea mulciber portia

Jenis Euploea mulciber portia yang ditemukan memiliki warna hitam dengan corak warna ungu dengan bintik-bintik dan garis-garis warna putih pada sayap depan, sedangkan pada sayap belakang berwarna hitam dengan bintik-bintik dan garis-garis warna putih pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 5 cm dan lebar 10,5 cm seperti Gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Euploea mulciber portia

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Euploea mulciber portia diklasifikasikan kupu-kupu ini adalah :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Euploea

Species : Euploea mulciber portia 4) Faunis stomphax

Jenis Faunis stomphax yang ditemukan memiliki sayap berwarna dasar coklat yang hampir sama dengan daun yang kering. Mempunyai ukuran panjang lebih kurang 6 cm dan lebar 6,5 cm, seperti Gambar 13.

(48)

Gambar 13. Faunis stomphax

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Faunis stomphax diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Faunis

Spesies : Faunis stomphax

5) Hypolimnas bolina ♂

Hypolimnas bolina ♂ yang ditemukan memiliki ukuran panjang lebih kurang 5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, dengan warna dasar hitam, corak putih menbentuk seperti bulatan pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat Gambar 14 dibawah ini.

(49)

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

Species : Hypolimnas bolina ♂ 6) Hypolimnas bolina ♀

Hypolimnas bolina ♀ yang ditemukan memiliki ukuran panjang lebih kurang 5 cm dan lebar lebih kurang 9 cm, dengan warna dasar hitam, corak putih membentuk garis pada sayap depan dan corak putih pada sayap belakang, terdapat bintik putih pada bagian pinggir sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat Gambar 15 di bawah ini.

Gambar 15. Hypolimnas bolina ♀

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

(50)

7) Hypolimnas bolina phillipines

Kupu-kupu ini ditemukan memiliki ukuran panjang lebih kurang 6 cm dan lebar 10 cm, dengan warna dasar hitam, corak putih dan biru serta bintik putih pada bagian pinggir sayap depan, terdapat bintik putih pada bagian pinggir sayap belakang, dapat dilihat Gambar 16 di bawah ini.

Gambar 16. Hypolimnas bolina phillipines

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Hypolimnas bolina phillipines diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

Species : Hypolimnas bolina phillipines 8) Junonia hedonia

Jenis ini ditemukan mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 5 cm dan lebar lebih kurang 9 cm, warna coklat, terdapat corak berwarna coklat muda berbentuk garis dan bulatan pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 17.

(51)

Gambar 17. Junonia hedonia

Menurut Linnaeus (1764), Jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Junonia

Species : Junonia hedonia 9) Junonia spasiorithya wallacei ♀

Ditemukan memiliki warna dasar cokelat, terdapat corak warna krem, coklat muda dan terdapat bulatan pada sayap depan, pada sayap belakang terdapat bulatan didalamnya terdapat bintik warna ungu. Ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 5 cm, dapat dilihat Gambar 18 di bawah ini.

(52)

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Junonia spasiorithya wallacei ♀ diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Junonia

Species : Junonia spasiorithya wallacei ♀ 10) Junonia spasiorithya wallacei ♂

Kupu-kupu ditemukan memiliki warna dasar hitam, terdapat corak warna krem, coklat muda dan bulatan warna coklat berbintik hitam pada sayap depan, pada sayap belakang warna biru terdapat bulatan warna coklat dan hitam pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 5 cm, seperti Gambar 19 di bawah ini.

Gambar 19. Junonia spasiorithya wallacei ♂

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Kupu-kupu ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Junonia

(53)

11) Melanitis leda lacrima

Jenis ini ditemukan memiliki warna dasar coklat dengan 2 (dua) bintik hitam pada bagian sayap depan, pada sayap belakang terdapat 2 (dua) bintik hitam berukuran lebih kecil dari bintik hitam yang terdapat pada sayap depan. Panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 7 cm, tampak seperti Gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20. Melanitis leda lacrima

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Jenis kupu-kupu ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Melanitis

Species : Melanitis leda lacrima 12) Mycalesis fuscum

Kupu-kupu dengan warna dasar cokelat terdapat bintik-bintik pada bagian pinggir sayap depan dan belakang serta warna hitam pada sayap depan bagian atas. Panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar lebih kurang 5 cm, dapat dilihat pada Gambar 21.

(54)

Gambar 21. Mycalesis fuscum

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Mycalesis fuscum diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Mycalesis Species : Mycalesis fuscum 13) Parantica agleoides

Jenis ini ditemukan memiliki warna dasar hitam, dengan corak bintik-bintik putih dan garis-garis putih pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 6 cm dan lebar lebih kurang 7 cm, seperti Gambar 22.

(55)

Menurut Rafinesque (1815) dalam Estiara (2012), Jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Parantica

Species : Parantica agleoides 14) Ypthima formosam

Jenis ini ditemukan memiliki ciri-ciri panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 4 cm, warna dasar hitam, pada sayap depan terdapat bulatan besar berwarna hitam dan berbintik putih pada sayap depan dan pada sayap belakang terdapat dua bulatan kecil berwarna hitam, dapat dilihat pada Gambar 23 di bawah ini.

Gambar 23. Ypthima formosana

Menurut Fruhstorfer (1908), Jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Ypthima

(56)

Kupu-kupu yang belum dapat diidentifikasi yaitu kupu-kupu A, B, C, dan D. Ciri-ciri jenis kupu-kupu A, B, C, dan D sebagai berikut:

15) Jenis kupu-kupu A

Jenis kupu-kupu A mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, warna dasar hitam, terdapat corak berbentuk bintik, bulat dan garis berwarna putih pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah ini.

Gambar 24. Kupu-kupu A

16) Jenis kupu-kupu B

Jenis kupu-kupu B mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 5,5 cm dan lebar lebih kurang 8,5 cm, warna dasar coklat, terdapat corak putih pada sayap depan dan terdapat corak berwarna coklat pada sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 25 di bawah ini.

(57)

17) Jenis kupu-kupu C

Jenis kupu-kupu C mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 4 cm dan lebar lebih kurang 9 cm, warna dasar hitam, terdapat corak putih berbentuk garis-garis dan bintik-bintik pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini.

Gambar 26. Kupu-kupu C

18) Jenis Kupu-kupu D

Jenis kupu-kupu D mempunyai ciri-ciri panjang lebih kurang 6 cm dan lebar lebih kurang 8 cm, warna coklat, terdapat corak putih berbentuk garis-garis pada sayap depan dan sayap belakang, dapat dilihat pada Gambar 27 di bawah ini.

Gambar 27. Kupu-kupu D

2. Pakan Kupu-Kupu

Pengamatan yang dilakukan di areal Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selain mengamati keanekaragaman jenis

(58)

kupu-kupu juga mengamati jenis tumbuhan pakan kupu-kupu-kupu-kupu ada 5 jenis tanaman yang dijumpai sedang dihinggapi oleh berbagai jenis kupu-kupu, lebih jelasnya mengenai pakan kupu-kupu tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tanaman Pakan Kupu-kupu di Areal Manajemen Hutan

NO. NAMA PAKAN

1. Anystasia intrusa

2. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum) 3. Tembelekan (Lantana camara)

4. Asoka (Ixora stricta Roxb)

5. Bunga jenis A/bunga berwarna ungu (belum dapat diidentifikasi) Deskripsi singkat mengenai pakan kupu-kupu yang dijumpai saat pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut.

a. Asystasia intrusa

Menurut Junita (2008), bila biji-biji Asystasia intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis dan bila penyiangan tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan berkurang akibat persaingan dengan gulma tersebut.

Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, 2-3 cm panjangnya, berbiji 4 atau kurang dalam buah kapsul (Junita, 2008). Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 28.

(59)

Gambar 28. Asystasia intrusa

Asystasia intrusa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae Ordo : Lamiales Famili : Acanthaceae Genus : Asystasia Spesies : Asystasia intrusa

b. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum)

Menurut Anonim (2008), bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum) merupakan perdu meranggas, tinggi 1-3 m. Batangnya dipenuhi rambut halus. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun bercangap menjari, panjangnya dapat mencapai 30 cm. Bunganya bunga majemuk berwarna merah, terdiri dari bunga kecil-kecil yang berkumpul membentuk piramid, keluar dari ujung tangkai. Buahnya bulat. Bunga pagoda dapat diperbanyak dengan biji. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 29.

(60)

Gambar 29. Bunga Pagoda (Clerodendrum japonicum) Clerodendrum japonicum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae Genus : Clerodendron

Spesies : Clerodendrum japonicum c. Tembelekan (Lantana camara)

Menurut Anonim (2012), tembelekan atau dalam bahasa latin Lantana camara merupakan tanaman herbal yang memiliki batang yang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma berukuran panjang beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak ranting bentuk segi empat ada varietes berduri ada varietes yang tidak berduri. Daun tunggal duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih merah muda, jingga, kuning. Buah seperti buah bunai berwarna hitam mengkilap bila sudah matang.

(61)

Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m di permukaan laut. Ditemukan pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung dan banyak dipakai sebagai tanaman pagar. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 30 di bawah ini.

Gambar 30. Tembelekan (Lantana camara) Lantana camara dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Order : Lamiales Family : Verbenaceae Genus : Lantana Species : Lantana camara d. Asoka (Ixora stricta Roxb)

Menurut Prasejo (1989), Asoka (Ixora stricta Roxb) perdu dengan banyak batang, tinggi panjang lebih dari 2 m; daun membundar telur sungsang-lonjong, 6-10 cm x 2,5-5 cm, menjangat, pangkal membulat, menjantung atau kadang-kadang menumpul, ujung menumpul, tangkai pendek, penumpu panjang-bertugi; percabangan dari bunga berhadapan, merah; bunga dengan mahkota tabung dengan panjang 3-3,5 cm, cuping melingkar-membundar telur sungsang, membulat dengan lebar di

(62)

pangkal, 6 mm x 6 mm, jingga-merah atau putih (hanya tanaman yang dikultivasi), tidak berbau; buah membulat, hitam. dapat dilihat pada Gambar 31 di bawah ini.

Gambar 31. Asoka (Ixora stricta Roxb)

Ixora stricta Roxb dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae Genus : Ixora

Spesies : Ixora stricta Roxb.

e. Bunga jenis A/Berwarna Ungu (Belum Dapat Diidentifikasi)

Bunga jenis A/berwarna ungu belum dapat diidentifikasi pada saat pengamatan bayak dihingapi kupu-kupu. Ciri-ciri bunga ini yaitu daunya kecil memanjang, letak daun berhadapan, batang bunga berbulu halus, terdapat 5 kelopak bunga daunnya berwarna hijau, akarnya serabut, dan ukuran pajang daun 0,5-1 cm dapat dilihat pada Gambar 32.

(63)

Gambar 32. Bunga Jenis A/Berwarna Ungu (Belum Dapat Diidentifikasi)

3. Suhu dan Kelembapan

Data primer suhu dan kelembapan diambil setiap hari untuk mengetahui keadaan lingkungan di sekitar lokasi pengamatan dengan menggunakan Higrometer. Data harian suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kisaran suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Kisaran Suhu dan Kelembapan

No. Faktor Lingkungan

Data Primer Kisaran

Pagi Siang Sore

1. Suhu Udara (oC) 23-30 24-34 24-33

2. Kelembapan Udara (%) 37-98 30-77 30-85 Keterangan: Pagi : 07:15, Siang : 12:00, Sore : 16:45

Gambar

Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan  No Hari/  tanggal  Jenis   kupu-kupu  Suhu (%)  Kelembapan (%)  Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Ket
Gambar 2. Eurema sp.
Gambar 3. Leptosia nina
Gambar 5. Papilio demoleus ♀
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

servillia yaitu memiliki warna yang mencolok, yaitu kuning atau merah di seluruh bagian tubuh kecuali sayapnya yang berwarna transparan dengan garis berwarna. hitam pada

Pohon, kayu lunak dan tidak kuat, batang bulat, warna batang putih kotor, daun majemuk, hijau tua yang menarik, bunga berwarna merah menyala, buah polong, keras

Areal pengamatan petak I merupakan tempat dimana berada dibawah tegakan yang memiliki beberapa jenis tanaman seperti pohon karet, Acacia mangium dan didominasi oleh sungkai