• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Pendidikan Berkarakter dalam Kurikulum MIPA dan Pendidikan MIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Integrasi Pendidikan Berkarakter dalam Kurikulum MIPA dan Pendidikan MIPA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PENDIDIKAN MIPA UNP

Padang, 19-20 November 2011

Integrasi Pendidikan Berkarakter dalam Kurikulum MIPA dan Pendidikan MIPA

ISSN 978-602-19877-0-4

Diselenggarakan oleh

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(4)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA DAN

PENDIDIKAN MIPA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Integrasi Pendidikan Berkarakter dalam Kurikulum MIPA dan Pendidikan MIPA

Editor:

Dr. Armiati, M. Pd.

Dr. Ramadhan Sumarmin, M. Si.

Dr. Ratnawulan, M. Si.

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Sambutan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang ii

Daftar Isi iii

1 Pengintegrasian dan Keterkaitan Pendidikan Berkarakter Dalam Pembelajaran Mipa

Lufri, Festiyed; UNP, Padang

1

2 Praktikum Ekologi Berbasis Proyek: Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium

Djohar Maknun, R.R. Hertien K Surtikanti, Ahmad Munandar; UPI Bandung

21

3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question and Getting Answer (GQGA) dengan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi

Helendra, Zulyusri, Yesi Novia; UNP, Padang

33

4 Alternatif Strategi Pembelajaran Holistik dalam Pendidikan Berkarakter Bangsa

Ristiono; UNP, Padang

45

5 Analisis Pola Hubungan Antara Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda

Muhyiatul Fadilah, Heffi Alberida, Rahmawati D; UNP, Padang

55

6 Inventarisasi Protozoa Sepanjang Aliran Sungai di Kampus Universitas Negeri Padang

Ernie Novriyanti, Ramadhan Sumarmin; UNP, Padang

67

7 Pengaruh Pemberian Air Nanas (Ananas comusus) Terhadap Kadar Lemak, Protein dan Nilai Organoleptik Dadih

Erismar Amri, Zamroni, Mades Fifendy; STKIP PGRI Padang Sumatera Barat

79

8 Deteksi Iodium dengan Ekskresi Iodium Urin (EIU) pada Siswa SDN 8 Kecamatan Tanjung Gadang Sijunjung

Gustina Indriati, Rina Widian, Irwen Evendy

87

(6)

9 Induksi Ketahanan Bawang Merah (Allium ascalonicum) Menggunakan Isolat Bakteri Rhizoplan Indigenus dalam Mengendalikan Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv.allii)

Munzir Busniah, Zurai Resti, Yulmira Yanti; UNAND, Padang

97

10 Karakteristik Mikroflora Indigenous Pulp Tiga Varietas Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera Barat

Nurmiati ; UNAND, Padang

110

11 Kandungan dan Stabilitas Protein Varietas Padi Sawah di Sumatera Barat

Azwir Anhar; UNP, Padang

119

12 Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.)

Mades Fifendy, Irwan Muas, Okta Lona Delfia; UNP, Padang

126

13 Pengaruh Perendaman dan Pencucian Sediaan Media Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus L.)

Periadnadi; UNAND, Padang

137

14 Daya Hambat Sari Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

Rina Widiana, Gustina Indriati, dan Indra Andika; STKIP PGRI Padang Sumatera Barat,

Padang

145

15 Aktivitas Enzim Pertahanan Tanaman Bawang Merah yang di Induksi dengan Bakteri Rhizoplan Indigenus terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv allii)

Yulmira Yanti, Zurai Resti dan Munzir Busniah; UNAND, Padang

155

16 Tanggap Beberapa Varietas Tanaman Bawang Merah terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv allii)

Zurai Resti, Yulmira Yanti, dan Hairic Adi Putra; UNAND, Padang

166

17 Intensitas Warna yang di Produksi oleh Monascus purpureus pada Fermentasi Virgin Coconut Oil (VCO)

Irdawati; UNP, Padang

170

(7)

PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI MELON (Cucumis melo L.)

Mades Fifendy; Irwan Muas; Okta Lona Delfia

E-mail: madesfifendy@yahoo.co.id

ABSTRACT

Melon is a plant belonging horticultural crops (short-lived), grew up lying on the ground and climb on trees or bamboo scafolding prepared for cultivation by means of tendrils pembelit. Although melon plants belong to one type of fruit that relatively recently cultivated in Indonesia, but was immediately popular among the general public as well as the much-loved because it can be consumed in different types of dishes. To increase the productivity of fruit crops, and to support environmentally friendly agricultural development program, administered biological agents Arbuscula mycorrhizal fungi (AMF). The purpose of this study was to determine the effect of different AMF species on growth and fruit production of melon (Cucumis melo L). The study was conducted from December 2010 until March 2011 at the Laboratory of Protection and the Garden Experiments Tropical Fruit Crops Research Institute (ITFRI) Aripan, Solok. This research used Randomized Design Group (RAK) with six treatments and four replications. The treatments used were Glomus fasciculatum, Glomus agregatum, Acaulospora tuberculata, Glomus intraradices, Bioriza 02 G and without inoculation (as control). The results showed that all treatments are able to colonize roots and stimulate plant growth. Bioriza 02 G is a mycorrhizal fungal inoculum formulation of good in spurring growth and production of melons.

Key words : FMA, Cucumis melo, Bioriza 02 G, stimulate plant growth

PENDAHULUAN

Melon (Cucumis melo L) berasal dari Afrika tetapi dalam perkembangannya menjadi penting di daerah tropik maupun sub-tropik. Melon merupakan tanaman hortikultura yang tergolong tanaman semusim (berumur pendek), tumbuh berbaring di atas tanah atau merambat pada pepohonan atau turus yang sudah dipersiapkan. Melon merupakan sumber vitamin (A, B1, B2, C) dan mineral yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Melon juga mengandung protein dan karbohidrat yang sangat penting dalam pembentukan jaringan sel tubuh manusia. Selain itu melon juga berfungsi sebagai obat, yaitu dapat mencegah penyakit lever, stroke, dan mengandung zat yang dapat melawan penyakit kanker (Cahyono, 1996).

(8)

Permasalahan yang dihadapi untuk pengembangan tanaman melon adalah sulitnya mendapatkan lahan pertanian yang subur guna menunjang pertumbuhan dan hasil yang optimal, karena lahan yang subur dipergunakan untuk penanaman tanaman lain yang dalam perawatannya lebih mudah dan lebih praktis dibandingkan tanaman melon. Selain itu kurangnya minat masyarakat terhadap buah melon, khususnya masyarakat Sumatera Barat. Hal ini karena masyarakat belum terlalu mengenal dan mengetahui khasiat-khasiat yang terkandung dalam buah melon. Dari segi perawatan dalam penanaman melon juga lebih rumit dari tanaman-tanaman budidaya lainnya. Tanah tidak subur karena bereaksi asam sehingga membutuhkan pengapuran dan penambahan pupuk yang tinggi. Keadaan ini akan dirasakan berat oleh petani, apalagi untuk penanaman pada lahan yang luas, karena harga kedua bahan tersebut semakin mahal. Selain itu pemberian pupuk anorganik dalam jumlah besar dan terus menerus, disamping dapat merusak sifat fisik tanah, juga sangat mengganggu keseimbangan lingkungan dengan menurunnya tingkat kolonisasi FMA (Sukarno, 1998).

Untuk mengatasi masalah lahan yang tidak subur maka dalam upaya pengembangan dan peningkatan pertumbuhan serta hasil melon perlu dicari alternatif lain. Upaya tersebut tidak saja efektif tetapi secara ekonomis juga lebih murah dan ramah lingkungan. Aplikasi teknologi mikroba tanah berupa pengembangan agen biologis dari Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan salah satu strategi yang perlu dicoba dan dikembangkan.

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan sejenis mikroba tanah yang memiliki hubungan simbiosis mutualistik dengan perakaran tanaman tingkat tinggi. Fungi mikoriza mengkolonisasi akar tanaman tetapi tidak bersifat parasit, sebaliknya memberikan keuntungan pada tanaman inang dan begitu juga bagi fungi itu sendiri yang mendapatkan makanan dari tanaman berupa sisa-sisa dari fotosintesis (Anonimus, 2010d).

Fungi mikoriza dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga kebutuhan akan pupuk anorganik dapat dikurangi, serta dapat menjaga kelestarian lingkungan dan bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan (Anonimus, 2010a). Pemanfaatan fungi mikoriza merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karena fungi mikoriza mampu meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air yang

(9)

tidak tersedia lagi bagi tanaman. Fungi mikoriza juga dapat berperan dalam mempercepat laju pertumbuhan, meningkatkan kualitas tanaman dan daya hidup bibit tanaman.

Penempatan spora pada tanaman inang berpengaruh penting dalam proses kolonisasi. Semakin dekat dengan akar tanaman yang diberi sangat memungkinkan keberhasilan kolonisasi FMA pada akar tanaman lebih baik, sehingga akan mampu

a. Tingkat efektivitas fungi mikoriza tidak tergantung secara langsung pada jumlah spora yang mengkolonisasi akar tanaman inang (Handayanto, 2007).

Gambar 1. Asosiasi FMA dengan Akar Tanaman

(A). Struktur di dalam tanah, (B) Struktur pada akar (Brundrett et al, 1995)

(10)

Proses kolonisasi FMA dimulai dengan pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal. Hifa eksternal ini berasal dari spora yang berkecambah atau pun di akar tanaman yang sudah terkolonisasi. Hifa FMA akan masuk ke dalam akar menembus atau melalui celah antar sel epidermis, kemudian apresorium akan tersebar baik interseluler maupun intraseluler di dalam korteks sepanjang akar. Setelah proses-proses tersebut berlangsung, barulah terbentuk arbuskula, vesikula, dan akhirnya spora (Anonimus, 2010b)

Hasil percobaan Sena (2005) FMA Glomus fasciculatum, Glomus manihotis,

Acaulospora tuberculata, dan Gigaspora rosea mampu mengkoloni akar tanaman

86% sampai 93% sedangkan tanpa pemberian mikoriza hanya 78%. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil penelitian Monalisa (2006), inokulasi beberapa jenis FMA dapat meningkatkan tinggi tanaman selasih jika dibandingkan tanpa inokulasi FMA. Perlakuan terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman selasih adalah inokulasi FMA jenis Bioriza 02 G karena dapat meningkatkan tinggi tanaman selasih setiap minggunya lebih cepat dari jenis FMA yang lainnya.

METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Proteksi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Aripan, Solok, dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam taraf perlakuan dan empat ulangan. Setiap unit terdiri dari empat tanaman, jumlah tanaman seluruhnya 96 tanaman.

Perlakuan yang telah diberikan dalam percobaan ini adalah beberapa jenis Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang mengandung ±100 spora / polybag (dosis ini sebelumnya sudah dicobakan pada tanaman selasih oleh Monalisa (2005) peneliti sebelumnya) yang terdiri dari :

A = Tanpa FMA (kontrol) B = Glomus fasciculatum C = Glomus agregatum D = Acaulospora tuberculata E = Glomus intraradices F = Bioriza 02 G 129

(11)

Semua isolat FMA yang digunakan adalah FMA yang diperbanyak di Balai Penelitian Buah Tropika Solok dengan media pasir. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, bila F hitung berbeda nyata dengan F tabel maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pertumbuhan Tanaman Melon

a. Pertambahan panjang tanaman

Hasil pengamatan pertambahan panjang tanaman melon pada perlakuan inokulasi beberapa jenis FMA setelah dianalisis dengan sidik ragam menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan kontrol. Rata-rata hasil pengamatan pertambahan panjang tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata- rata Panjang Tanaman Melon yang Diinokulasi dengan Beberapa Jenis FMA Sampai Ruas ke 25

Perlakuan Panjang tanaman (cm) Tanpa pemberian FMA 149,81 a

Glomus fasciculatum 155,37 a

Glomus agregatum 151,11 a

Acaulospora tuberculata 159,71 a

Glomus intraradices 162,15 a

Bioriza 02 G 162,44 a

Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada nyata taraf 5% uji BNT

Tabel 1. memperlihatkan bahwa pemberian beberapa jenis FMA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan kontrol terhadap pertambahan panjang tanaman melon. Hasil pengamatan Setiadi (1996) menunjukkan bahwa, tidak semua jenis tanaman selalu memberikan respon positif terhadap aplikasi FMA. Hal ini selain ditentukan oleh tingkat efektifitas isolat dan status nutrisi subtrat yang dipakai, juga sangat ditentukan oleh tingkat ketergantungan tanaman tersebut terhadap mikoriza.

Kemampuan masing-masing FMA dalam menyerap unsur hara berbeda-beda. Sesuai dengan pendapat Fakuara (1996) yang menyatakan bahwa tanaman yang di kolonisasi oleh mikoriza dengan tingkat kolonisasi yang tinggi belum bisa dipastikan memberikan pengaruh yang baik terhadap tanaman inang, ini diduga karena masing-

(12)

masing mikoriza belum membantu serapan unsur hara keseluruhan secara optimal untuk meningkatkan pertambahan panjang tanaman melon.

b. Saat muncul bunga pertama (hari)

Rata-rata hasil pengamatan saat muncul bunga pertama tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Saat Muncul Bunga Pertama pada Tanaman Melon yang Diinokulasi Dengan Beberapa Jenis FMA

Perlakuan Saat muncul bunga pertama (hari) Tanpa pemberian FMA 27,66 a

Glomus fasciculatum 27,06 a b

Glomus agregatum 26,81 a b

Acaulospora tuberculata 26,75 b

Glomus intraradices 26,45 b

Bioriza 02 G 26,69 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pemberian FMA jenis Glomus intraradices,

Bioriza 02 G, Acaulospora tuberculata memberikan pengaruh yang berbeda nyata

dengan kontrol (tanpa pemberian FMA) terhadap saat muncul bunga. Hal ini terjadi karena pemberian FMA telah memberikan peranannya dalam membantu penyerapan air, unsur hara dan mineral dan mempengaruhi saat muncul bunga pertama pada tanaman melon.

Jenis FMA Glomus fasciculatum, Glomus agregatum memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan kontrol (tanpa pemberian FMA) terhadap saat muncul bunga pertama. Dari data saat muncul bunga pertama dapat diketahui bahwa beberapa jenis FMA dapat memacu muncul bunga pertama. Hal ini dijelaskan oleh Gerdeman dalam Simanungkalit (2000) bahwa tingkat ketergantungan tanaman terhadap mikoriza diartikan sebagai tingkatan ketergantungan terhadap kondisi mikoriza untuk menghasilkan pertumbuhan atau hasil pada suatu taraf kesuburan tanah tertentu. Hubungan simbiosos antara tanaman dan FMA dapat dikatakan tidak spesifik karena spesises FMA tertentu dapat mengkolonisasi dan efektif pada berbagai jenis tanaman, demikian pula berbagai jenis spesies FMA dapat mengkolonisasi dan efektif terhadap suatu jenis tanaman tertentu (Simanungkalit, 2000).

(13)

c. Umur panen

Rata-rata hasil pengamatan umur panen dari pemberian beberapa jenis FMA terhadap umur panen tanaman melon setelah dianalisis statistik dengan uji F ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Umur Panen Tanaman Melon yang Diinokulasi Dengan Beberapa Jenis FMA

Umur panen (hari) setelah bunga Perlakuan

Tanpa pemberian FMA

Glomus fasciculatum Glomus agregatum Acaulospora tuberculata Glomus intraradices Bioriza 02 G betina mekar 38,65 a 37,12 b 37,19 b 36,96 b 36,91 b 36,12 b

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT

Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian FMA memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan tanpa pemberian mikoriza terhadap umur panen tanaman melon. Perlakuan Bioriza 02 G memperllihatkan waktu umur panen lebih cepat yaitu 36,12 hari setelah muncul bunga sempurna dan diikuti oleh Glomus

intraradices (36,91), Acaulospora tuberculata (36,96), Glomus fasciculatum (37,12), Glomus agregatum (37,19). Seluruh perlakuan memperlihatkan hasil yang berbeda

nyata dengan kontrol (tanpa FMA). d. Produksi Tanaman Melon 1) Diameter buah (cm)

Hasil pengamatan diameter pada tanaman melon pada perlakuan inokulasi beberapa jenis FMA setelah dianalisis dengan sidik ragam menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Diameter Buah Tanaman Melon yang Diinokulasi Dengan Beberapa jenis FMA

Perlakuan Tanpa pemberian FMA

Glomus fasciculatum Glomus agregatum Diameter buah (cm) 10,67 a 12,98 b 12,77 b 132

(14)

Acaulospora tuberculata 13,06 b

Glomus intraradices 13,11 b

Bioriza 02 G 13,14 b

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT

Tabel 4 memperlihatkan bahwa antara pemberian FMA Bioriza 02 G, Glomus

intraradices, acaulospora tuberculata, Glomus fasciculatum dan glomus agregatum

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan kontrol (tanpa FMA). Hal ini membuktikan bahwa masing-masing jenis FMA lebih mampu memberikan peranannya secara baik terhadap penyerapan unsur hara untuk meningkatkan besar buah melon yang mempengaruhi panjang diameter buah melon.

2) Bobot buah tiap tanaman (g)

Rata-rata pengaruh pemberian beberapa jenis FMA terhadap bobot buah tanaman melon berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Bobot Buah Melon Tanaman yang Diinokulasi Dengan Beberapa Jenis FMA

Perlakuan Bobot buah (g) Tanpa pemberian FMA 1.047,92 b

Glomus fasciculatum 1.158,33 a b

Glomus agregatum 1.103,13 a b

Acaulospora tuberculata 1.181,25 a b

Glomus intraradices 1.239,58 a Bioriza 02 G 1.281,25 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian FMA Bioriza 02 G, Glomus

intraradices, Acaulospora tuberculata, Glomus fasciculatum dan glomus agregatum

memperlihatkan pengaruh yang relatif sama masing-masingnya. Sedangkan

Acaulospora tuberculata, Glomus fasciculatum, glomus agregatum dan tanpa FMA

memperlihatkan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Dalam percobaan ini bobot buah masih dibawah normal, ini diduga karena faktor cuaca karena sebelum panen lebih banyak hujan. Akan tetapi, Bioriza 02 G dan Glomus intraradices adalah jenis FMA memperlihatkan bobot buah yang baik terhadap buah melon jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa FMA).

(15)

3) Kadar gula

Kadar gula buah melon pada percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kadar gula buah melon yang diinokulasi dengan beberapa jenis FMA

Perlakuan Kadar gula (ºBrix)

Tanpa pemberian FMA 9,00

Glomus fasciculatum 12,50

Glomus agregatum 12,00

Acaulospora tuberculata 13,00

Glomus intraradices 13,50

Bioriza 02 G 14,50

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jenis mikoriza Bioriza 02 G, Glomus

intraradices, Acaulospora tuberculata, Glomus fasciculatum, Glomus agregatum

dapat meningkatkan kadar gula pada buah melon dengan derajat kemanisan 14,00º brix, 13,50º brix, 13,00º brix, 12,50º brix, 12,00º brix jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa mikoriza). Kadar gula yang diperoleh dari hasil penelitian ini sudah berada pada rentangan derajat kemanisan yang sesuai dengan karakteristik kadar gula buah melon yang berkisar antara 14 - 16º brix.

PENUTUP

Hasil penelitian mengenai pengaruh beberapa jenis FMA terhadap tanaman melon, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kemampuan setiap jenis FMA berbeda beda dalam mengkolonisasi akar dan memacu pertumbuhan dan produksi tanaman melon

2. Bioriza 02 G merupakan formulasi inokulum fungi mikoriza yang baik dalam memacu pertumbuhan dan produksi melon.

3. Tingkat penyerapan unsur hara yang dibutuhkan dalam memacu pertumbuhan dan produksi tanaman melon sangat ditentukan oleh tingkat keefektifan kolonisasi akar oleh FMA.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010a. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk memacu

pertumbuhan bibit manggis. http://www.doctoc.com. diakses pada tanggal 26 maret

2010.

__________.2010b. Mikoriza. http:/biologisains.blogspot.com/2010/05/mikoriza.html. diakses pada tanggal 9 April 2010.

Bundrett, Mark. Neale Bougher, Bernie Dell, Tim Grove, Nick Malajczuk. 1995.

Working With Mycorhyzas in Forestry And Agriculture. Proseding international mycorhyza workshop. Kaiping China 1994

Cahyono, B. 1996. Mensukseskan Tanaman Melon. Teknik budidaya potensi pasar

analisis kelayakan. Aneka : Solo.

Fakuara, Yahya. 1996. Kemungkinan inokulasi cendawan mikoriza untuk

mempercepat pertumbuhan tanaman manggis (gracinia mangostana l). makalah dalam

diskusi ilmiah sehari “teknologi budidaya tanaman manggis” ditaman buah Mekarsari. Bogor

Handayanto, E.dan K. Hairiah. 2007. Biologi Tanah. Pustaka Adipura : Yogyakarta.

Monalisa. 2005. Pengaruh Beberapa Jenis Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selasih (Ocinomum sanetum L). Skripsi

Fakultas Pertanian. Universitas Andalas Padang.

Muas, I. 2002. Kompatibilitas Beberapa Jenis Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Terhadap Dua Kultivar Pepaya (Carica papaya L) dan Daya Adaptasinya Pada Medium Tidak Steril. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas

Padjadjaran : Bandung

Putri, M. N. 2003. Respon Tanaman Pabrika (Capsicum annum var.grossum L)

Terhadap Cendawan Mikoriza Arbuskula. Skripsi Fakultas Pertanian.

Universitas Andalas Padang.

Sena, Patih Marta. 2005. Respon Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth Terhadap

Beberapa Spesies Cendawan Mikoriza Arbuscula (CMA). Skripsi Fakultas Pertanian.

Univesitas Andalas Padang.

Setiadi, Y. 1996. Mengenal Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Prospek

Aplikasinya Sebagai Pupuk Biologis Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan

(17)

Kualitas Semai Tanaman Kehutanan. Makalah Disampaikan Dalam Rangka

Lokakarya Sistem Produksi Bibit Secara Massal. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Simanungkalit, R.D.M. 2000. Pemanfaatan Jamur Mikoriza Arbuskula Sebagai Pupuk

Hayati Unuk Memperlanjutkan Produksi Pertanian. Seminar sehari yang

diselenggarakan oleh Asosiasi Mikoriza Arbuskula (AMI) di Bandung pada tanggal 28 September 2000.

Sukarno, Nampiah. 1998. Pengaruh Pestisida dan Pemupukan terhadap Cendawan

MA. Workshop Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Bogor

Widiastuti, H. 2000. Penelitian Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula Pada

Tanaman Perkebunan. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor

Gambar

Gambar 1. Asosiasi FMA dengan Akar Tanaman   (A). Struktur di dalam tanah, (B) Struktur pada akar
Tabel 1. Rata- rata Panjang Tanaman Melon yang Diinokulasi dengan Beberapa Jenis   FMA Sampai Ruas ke 25
Tabel  2.  Rata-rata  Saat  Muncul  Bunga  Pertama  pada  Tanaman  Melon  yang  Diinokulasi Dengan Beberapa Jenis FMA
Tabel  3.  Rata-Rata  Umur  Panen  Tanaman  Melon  yang  Diinokulasi  Dengan  Beberapa Jenis FMA
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh media sosial terhadap prestasi akademik mahasiswa yang dibuktikan dengan nilai r hitung 0,46 dan nilai

Keenam paduan ARV yang digunakan memiliki dampak yang baik, karena memberikan kenaikan limfosit CD4 + >50 sel/mm3 kenaikan jumlah limfosit CD4 + pasien baru HIV/AIDS

Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cara menggunakan hanphone pada masyarakat Desa Piungun Kecamatan Gamelia Kabupaten Lanny Jaya Papua, masih

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program pendidikan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dan Sarjana Hukum

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Kecepatan Mengakses Data dan Informasi Dengan Sistem

3) Kawasan Strategis Pariwisata III (KSP III) yaitu berupa pembangunan daya tarik wisata unggulan alam pantai dengan pendukung wisata pendidikan, konservasi dan

Listrik arus bolak- balik yang dihasilkan dapat diatur tegangan maupun frekuensinya dengan menggunakan transformator, peralatan saklar dan rangkaian kontrol.Aplikasi

Sesuai dengan judul penelitian ini “Konstruksi Pandangan Islam dalam Media tentang Fenomena LGBT Indonesia (Analisis Framing Acara Debat Kompas TV dan TV One)” ,