• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Konsep Bunyi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Konsep Bunyi"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MUFARRIHAH NUR JAMILAH NIM: 107016300940

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terstruktur terhadap pemahaman konsep fisika siswa pada konsep bunyi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dua Mei pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment. Pengambilan sampel dilakukan dengan desain nonrandomized control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster sampling. Siswa kelas VIII-2 sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model inkuiri terstruktur, dan siswa kelas VIII-1 sebagai kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional (model direct instruction). Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes berupa pilihan ganda, analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian diperoleh thitung2,77> ttabel 2,01 dengan α = 0,05 yang berarti

Ho ditolak, sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep bunyi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan model inkuiri terstruktur lebih unggul dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model direct interaction. Hal tersebut terlihat dari rerata skor posttestkelas yang diterapkan model inkuiri terstruktur memiliki rerata skor posttest sebesar 70,20, dan kelas yang diterapkan model direct interacrion memiliki rerata skorposttest sebesar 62,83.

(6)

iv ABSTRACT

Mufarrihah, Nur Jamilah. 2014. The Influence Inquiry Models to Understanding Concept of Physics Students at Sound Concepts. Thesis, Physical education studies program, of Education Studies Program, Department of Natural Sciences Education, Tarbiyah and Teaching science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah in Jakarta.

This study aims to determine the effects of a structured inquiry models to student’s understanding of physics consepts in the consept of sound. This reseach was conducted in May in the year two junior lessons 2011/2012. This study used a quasy-experimental methods. Sampling was done by design nonrandomized control group design. Sampling was done by using a cluster sampling technique. Class VIII-2 as the experimental group using a structured model of inquiry, and the students of class VIII-1 as a control group using conventional learning models (model of direct instruction). Samples for reseach were 30 students of the experimental class and 30 students as control class. Retrieval of data using a multiple-choice test instruments, data analysis using the t test. Research results

obtained t 2.77 > 2.01 ttable with α = 0.05, which means that Ho is rejected, so

the alternative hypothesis (Ha) is accepted that there are significant inquiry learning model on students' understanding of concepts concept in the concept of sound. The results also show that the class of models that use structured inquiry is superior compared to the class that uses the model of direct interacrion. It is seen from the mean posttest scores were applied to the model class has a structured inquiry posttest mean score of 70.20, and a class that implemented the model direct interacrion had a mean posttest score of 62.83.

(7)

v

yang senantiasa mencurahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam kepada Sayyidina Nabi Muhammad SAW panutan seluruh umat.

Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, sebagai dosen pembimbing I dan Ibu. Fathiah Alatas, M.Si, sebagai pembimbing II skripsi yang membantu penulis dengan mencurahkan tenaga, pikiran, arahan, dan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staff pendidikan IPA, khususnya program studi fisika, yang telah mendidik peneliti selama menuntut ilmu di program studi S1 Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Enjang Supyan, M. Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Dua Mei Tangerang Selatan, beserta jajarannya. Ibu Siti Rokasiyah, S. Pd. Selaku guru mata pelajaran fisika yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian. Segenap staff di SMP Dua Mei Ciputat, terima kasih atas kebersamaan dan rasa kekeluargaannya selama peneliti melakukan penelitian. 7. Ayahanda Alm. Abdullah Malik, Ibunda Lathifah dengan segenap doa,

(8)

vi

Malih Laila Najihah, Mas Imam Zaki Fuad, dan adikku Tsurayya Shofwah dan juga sanak keluarga tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, cinta, dukungan, dan semangat yang telah diberikan.

8. Seluruh Sahabat-sahabat Physics family ’07, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya.

Akhir kata disertai rasa kerendahan hati penulis sajikan dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 10 Juni 2014

(9)

vii

SURAT PERTANYAAN KARYA SENDIRI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA, PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoritis ... 6

1. Pembelajaran sains berbasis konstruktivisme ... 6

2. Model pembelajaran inkuiri ... 9

3. Pemahaman Konsep ... 23

4. Tinjauan Konsep Bunyi ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 32

C. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

(10)

viii

C. Desain Penelitian... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Populasi dan Sampel ... 36

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 37

G. Prosedur Penelitian ... 37

H. Instrumen Penelitian... 39

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 40

J. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

viii

Tabel 3.1Nonrandomized PretestdanPosttest Control Group Design... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 39

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 41

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 41

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 43

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 43

Tabel 3.7 Kategori Derajat Kesukaran ... 44

Tabel 3.8 Hasil Analisis Kriteria Taraf Kesukaran ... 44

Tabel 3.9 Interpretasi Kriteria Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.10 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal... 45

Tabel 3.11 Kategori Uji Normalitas ... 47

Tabel 3.12 Kategori Uji Homogenitas Fisher ... 48

Tabel 3.13 Kriteria Nilai t ... 48

Tabel 3.14 Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes ... 49

Tabel 4.1 Rekapitulasi DataPretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...51

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data dan Penyebaran DataPosttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...53

Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Data HasilPretestdanPosttest...53

Tabel 4.4 Uji Normalitas DataPretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...54

Tabel 4.5 Uji Homogenitas DataPretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...55

Tabel 4.6 Uji Hipotesis DataPretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...56

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Modifikasi Struktur Kognitif pada Konstruktifisme ... 8

Gambar 2.2. Peta Konsep Materi Bunyi... 27

Gambar 3.1 Bagan Tahapan dalam Prosedur Penelitian ... 38

Gambar 4.1 Diagram HasilPretestKelompok Eksperimen dan Kontrol ... 50

(13)

vii

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 67

2. Kisi-kisi Instrumen ... 76

3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 84

a. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 84

b. Validitas Instrumen ... 85

c. Reliabilitas Instrumen ... 86

d. Tingkat kesukaran Instrumen ... 87

e. Daya Pembeda Instrumen ... 88

Lampiran B Perangkat Pembelajaran... 89

1. Silabus ... 89

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 103

Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian... 110

1. Hasilpretestdanposttestkelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 110

2. Uji Normalitas ... 114

3. Uji Homogenitas ... 134

4. Uji Hipotesis ... 141

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan merupakan pijakan utama manusia untuk memajukan diri dan potensi dalam kehidupan. Seseorang dapat menguasai ilmu pengetahuan dengan cara belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman, namun berbeda cara dan usaha untuk mencapainya.1 Belajar dapat menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan, karena dalam proses interaksi tersebut terjadi pengalaman belajar. Menurut Howard L. Kingskey bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience.Artinya belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.2

Siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan dalam belajar sehingga mengalami perkembangan jiwa. Siswa yang melakukan proses belajar, artinya mengalami dan meningkatkan kemampuan mentalnya.3 Pembelajaran IPA di sekolah dapat menjadi wahana siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa mampu mempelajari dan memahami alam sekitar secara ilmiah.4

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Siswa hendaknya melakukan proses belajar melalui

1

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga. 1996), h.11 2

Syaiful Bahri Djamarah.Psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2011), h.13 3

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran(Jakarta: Rineka Cipta. 2009), h.3 4

(15)

partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bermakna.5

Salah satu bagian IPA adalah ilmu fisika yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan, memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.6 Hasil pengembangan ilmu fisika adalah dapat mendorong lahirnya penemuan teknologi. Dalam memahami ilmu fisika, siswa perlu bimbingan atau pengajaran dari seorang guru.

Guru sebagai faktor penentu dan penuntun siswa dalam pembelajaran diharapkan mengembangkan sifat kreatif dan antisipatif yang dimilikinya, sehingga dapat menumbuh kembangkan kekreatifan siswa untuk dapat memahami konsep-konsep yang dijelaskan dalam pembelajaran fisika. Peran guru dalam praktik pembelajaran yang dilakukan sangatlah penting, sehingga guru dituntut untuk dapat memaksimalkan peranan siswa dalam pembelajaran.

Kualitas proses pembelajaran fisika dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat reguler. Artinya pemilihan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran kurang bervariasi. Proses belajar mengajar fisika cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (model pembelajaran konvensional), sehingga diperlukan perubahan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang mulanya bersifat konvensional menjadi pembelajaran yang aktif menggali potensi pada diri siswa maupun mengolah pengetahuan.

Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional penguasaan konsep fisika kurang bermakna karena tidak terbentuk konstruksi ataupun pemahaman konsep fisika dengan tepat dan benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah siswa hanya menghafal teori-teori atau konsep suatu mata

5

Ratna Wilis Dahar,Op.Cit.,h. 103 6

(16)

3

pelajaran tanpa memahami benar materi dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diajarkan konsep dangan paham secara verbal tanpa adanya penyelidikan terlebih dahulu sehingga dapat menyebabkan siswa miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa mengakibatkan siswa memiliki masalah pada pemahaman konsepnya.

Peran aktif siswa sangat mendukung pengetahuan yang akan dihasilkannya dalam proses belajar. Dalam proses belajar ini, penerapan model pembelajaran dapat membantu seorang guru untuk memberikan stimulus-stimulus aktif seorang siswa. Keaktifan siswa ini akan berdampak positif terhadap keberlangsungan proses belajar dan kualitas proses belajar siswa.

Fisika merupakan ilmu yang tidak terlepas dari pengukuran dan penyelidikan, agar siswa dapat memahami konsep tidak secara verbal saja, maka perlu adanya model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif menemukan pemahaman baru dan aktif melakukan eksperimen. Salah satu materi dalam ilmu fisika yang menuntut siswa untuk aktif melakukan percobaan adalah pada konsep bunyi. Konsep ini menuntut siswa untuk aktif bereksperimen dan menghubungkan kejadian-kejadian bunyi dari beberapa frekuensi dan hubungannya dengan panjang gelombang. Hal ini memicu anggapan siswa bahwa materi bunyi adalah salah satu materi yang rumit untuk dipahami.

(17)

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri pada konsep bunyi. Dari beberapa permasalahan yang telah peneliti kemukakan, peneliti mengangkat judul “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Konsep Bunyi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajan fisika di kelas belum mengoptimalkan peran aktif siswa dan penyelidikan untuk menemukan pengetahuan.

2. Pemahaman konsep siswa hanya secara verbal, sehingga terjadi miskonsepsi pada siswa.

3. Pemahaman konsep fisika siswa rendah terutama pada materi bunyi.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model inkuiri dibatasi dengan menggunakan model structured inquiry/inkuiri terstuktur.

2. Penerapan model inkuiri ini ditekankan untuk mengukur hasil belajar kognitif. Ranah kognitif dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah dari pemahaman saja, yaitu C2. Hal ini berdasarkan telaah terhadap standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD) konsep fisika yang diterapkan.

3. Konsep fisika yang diberikan kepada masing-masing kelompok selama eksperimen adalah konsep bunyi yang diajarkan pada kelas VIII.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

(18)

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri pada pemahaman konsep fisika siswa pada konsep bunyi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik yang terlibat langsung dalam penelitian ataupun tidak. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan dalam pengajaran fisika tentang model pembelajaran inkuiri, serta dapat memberikan wawasan mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri.

(19)

6 A. Kajian Teoretis

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji beberapa indikator teori yang yang berhubungan dengan penelitian. Antara lain sebagai berikut.

1. Pembelajaran sains berbasis konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme ini dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun, dimana siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.1

Pembelajaran konstruktivisme berkembang karena teori belajar kognitivisme yang mengarahkan pemahaman bahwa sains yang semula diartikan sebagai tubuh pengetahuan yang mendeskripsikan pengetahuan orang tentang benda dan gejala alam (produk sains) menjadi sains merupakan proses sains (science process).2

Teori konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa ”siswa harus menjadikan informasi menjadi miliknya sendiri”.3 Konstruktivisme merupakan ”salah satu teori belajar yang berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, menekankan pada penemuan makna (meaningfullness). Perolehan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada sebelumnya yang tersimpan dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru”.4

Anita woolfolk menyatakan pada pembelajaran konstruktivisme, seorang guru harus memiliki daya cipta, strattegi baru, dan melepaskan diri dari rutinitas

1

Zulfiani, dkk,Strategi Pembelajaran Sains,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119

2

Pudyo Susanto,Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme: Individual textbook Universitas Negri Malang, (Malang: Universitas Negri Malang, 2003), h. 6

3

Hilda Karli,Implementasi KTSP,(Bandung: Generasi Info Media), h. 25 4

(20)

7

pada saat situasi memerlukan perubahan.5 Prinsip yang sangat penting pada pembelajaran konstruktivisme ini adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.6 Mengajar menurut kaum konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.7

Louks-Horsley menyatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme ini menekankan siswa belajar sains melalui keaktifan untuk membangun pengetahuan sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang telah dimiliki, dan menggunakan semua pengetahuan atau pengalamannya untuk bekerja melalui perbedaan pada pengetahuan baru dan maupun yang telah dimiliki sebelumnya sehingga pengalaman dapat mengantarkan pada pemahaman baru.8

Konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang siswa peroleh adalah konstruksi sendiri, maka siswa dapat menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil. Tidak mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap siswa membangun pengetahuan pada dirinya.9

Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai hasil interaksi dengan lingkunganya. Kemudia hal tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya.10

Terjadinya proses modifikasi struktur kognitif pada konstruktifisme dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut ini.

5

Martinis Yamin,Paradigma Pendidikan Konstruktivisme,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 1

6

Trianto,Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep,Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya,(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 13

7

Yamin,Op. Cit,h. 3 8

Susanto., Op. Cit., h. 7 9

Paul Suparno,Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,(Yogyakarta: Kanisnus, 1997), h. 20

10

(21)

Gambar 2.1Proses Modifikasi Struktur Kognitif pada Konstruktifisme Jean Piaget mengungkapkan bahwa paradigma konstruktivisme melandasi timbulnya strategi kognitif, disebut sebagai teori meta cognition. Meta cognition merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya.11

Sebagai alat refleksi, konstruktivisme dapat digunakan untuk meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik dalam konteks dengan teman dan mengapa siswa tertentu salah tangkap terhadap yang ia pelajari. Juga

11

Yamin,Op. Cit.,h. 10

Hal baru (hasil interaksi dengan lingkungan)

skema

Dibandingkan dengan konsepsi awal

Cocok Keseimbangan

Jalan buntu (tidak mengerti)

Alternatif strategi lain

Akomodasi Tidak cocok

Keseimbangan

Mengerti

Cocok

(22)

9

konstruktivisme dapat digunakan untuk menilai dan mengevaluasi apakah praktek belajar dan mengajar sudah sesuai dengan prinsip konstruktivisme atau belum.12

Prinsip dalam pembelajaran sains berbasis konstruktivisme adalah sebagai berikut.13

1) Dikenal ke tidak dikenal 2) Dekat ke jauh

3) Sederhana ke rumit 4) Konkret ke abstrak

5) Benda nyata ke representasi

6) Pengalaman pribadi ke prinsip sains 7) Konsep yang ada ke konsep yang baru

8) Prinsip ilmiah ke penerapan (teknis dan praktis) 9) Pertanyaan ke jawaban

10) Contoh ke umum

Pembelajaran konstruktivisme merupakan payung dari model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat (STM), model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran kolaboratif.14

2. Model pembelajaran inkuiri

Henrichsen & Jarret mengemukakan bahwa salah satu model pembelajaran yang merujuk kepada pandangan konstruktivisme mengenai pembentukan pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh siswa.15 a. Pengertian inkuiri

Kata inquirydiartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Menurut Schmidt, inkuiri merupakan proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

12

Paul Suparno,Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,(Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 74

13

Susanto, Op. Cit.,h. 7 14

Zulfiani ,Op. Cit, h. 117 15

(23)

diajukan. Pertanyaan ilmiah merupakan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.16

Sedangkan menurut Granger Meador dalam Inquiry Physics, menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dinamis, dimana siswa dapat menjelajahi alam melalui pengamatan, mengajukan pertanyaan, membuat penemuan, dan menguji hasil temuannya untuk mencari/mendapatkan sutu penemuan baru.17 Selain itu, Beluga Whales dalam Science as Inquiry, menyatakan bahwa inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang komples, dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan, merumuskan pertanyaan, dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini dilakukan untuk mengasah keterampilan mereka agar hasil belajar mereka menjadi lebih baik.18

Lebih jauh lagi,National Science Education Standard menyatakan bahwa pengembangan profesionalisme bagi guru sains perlu memadukan pengetahuan sains, pembelajaran, dan pengetahuan siswa. Selain itu, pengembangan profesionalisme guru sains juga perlu menetapkan pengetahuan dalam pengajaran sains melalui inkuiri atau penyelidikan. Berikut definisi inkuiri menurut National Science Education Standard:

“Inquiry is a multifaceted activity that involves making observations, posing questions, examining books and other sources of information to see what is already known, planning investigations, reviewing what is already known in light of experimental evidence, using tools to gather, analyze, and interpret data, proposing answer, explanations, and predictions, and communication the result”19

16

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi,Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas: Metode Landasan Teoritik Praktis dan Penerapannya,(Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 85

17

Granger Meador,Inquiry Physics: A modified Learning Cycle Curriculum(Bartlesville High School, 2010), p. 6, diakses darihttp://www.bps-ok.org/physics/inquiry/intro.pdf orgpada tanggal 29 November 2011

18

National Science Foundation,Science as Inquiry(BSCS Center for Professional Development, 2010), p. 23, diakses

http://bscs.org/sites/default/files/_legacy/pdf/Products_Profiles%20in%20Science_22%20Inquiry %20Approach.pdf pada tanggal 29 November 2011

19

(24)

11

Inkuiri memiliki pemaknaan yang lebih, yaitu mengajukan pertanyaan yang bermakna, yang melibatkan pemaknaan, performa dengan kegiatan intelektual untuk menghasilkan pengalaman yang mudah dialami.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan inkuiri merupakan langkah-langkah intelektual siswa untuk mencari pengetahuan dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga dapat menciptakan seorang yang memiliki tingkah laku yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dapat menumbuh kembangkan kekreatifannya untuk mencipta dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki.

Ciri-ciri pembelajaran inkuiri menurut Kuslan dan Stone ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menggunakan keterampilan proses

2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu 3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah 4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan masalah sendiri

5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen

6) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data mengadakan pengamatan, membaca/menggunakan sumber lain.

7) Siswa melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. 8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.20 b. Karakteristik Inkuiri

Kemampuan dalam inkuiri meliputi observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data, dan interpretasi.21

20

Trianto,Op. Cit., h. 104 21

(25)

1) Observasi

Keterampilan menggunakan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang dan waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati.22

2) Pertanyaan

Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk mengembangkan atau mengukur tercapainya tingkat kognitif tertentu, atau keterampilan proses sains tertentu. Berdasarkan tingkat kognitif dan keterampilan proses sains yang terkandung dalam pertanyaan, pertanyaan dapat dibedakan menjadi beberapa macam.23

a) Pertanyaan pengetahuan (ingatan) dan pertanyaan observasi. Pertanyaan pengetahuan menuntut siswa untuk mengingat atau mengungkap kembali fakta-fakta yang penting untuk membangun konsep atau prinsip.

b) Pertanyaan pemahaman dan keterampilan proses interpretasi/pre-diksi/inferensi. Pertanyaan pemahaman dirancang untuk mengembangkan atau mengukur pengertian terhadap gagasan, konsep, atau generalisasi yang disajikan dalam proses pembelajaran.

c) Pertanyaan aplikasi, dan keterampilan merumuskan hipotesis. Pertanyaan aplikasi meminta siswa untuk menerapkan prinsip atau hukum. Penerapan yang dituntut berupa:24

(1) mencari contoh dari konsep (2) memecahkan masalah baru

(3) menggunakan konsep/prinsip/hukum untuk mempelajari hal baru

d) Pertanyaan analisis dan keterampilan proses merancang dan melaksanakan eksperimen. Pertanyaan analisis meminta siswa untuk memperoleh alasan, hubungan, motif, makna (meanings) dan ciri-ciri yang tidak atau belum pernah dibahas dalam pelajaran.

22

Zulfiani dkk,Op. Cit.,h. 53 23

Susanto,Op. Cit., h. 17 24

(26)

13

e) Pertanyaan sintesis. Louisiel dan Descamps (1992) menyatakan bahwa pertanyaan sintesis merupakan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mampu melakukan tindakanproblem solving.

f) Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan evaluasi menuntut siswa untuk memberikan pandangan dan mengambil keputusan tentang baik atau buruknya suatu benda atau kejadian.

3) Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan metode deduktif.25

4) Pengumpulan data

Pengukuran, pengumpulan data, dan penampilan ”fair test” digunakan

untuk memperoleh fakta-fakta yang dibutuhkan untuk mendapatkan investigasi dan konsisten dengan fakta yang benar. Siswa dapat menjawab pertanyaan atau uji prediksi dengan beberapa ketentuan yang variabel telah diuji dan diukur secara sistematis.

5) Interpretasi

Interpretasi meliputi penemuan pola akibat dan mensintesis informasi agar menghasilkan pertanyaan tentang makna gabungan diantara variabel dan yakin bahwa data mendukung dihipotesis siswa.

Henrichsen & Jarrett dalam program report The Northwest Regional Educational Labolatorymenyatakan empat karakter inkuiri, yaitu:26

1) Koneksi

Pada tahap ini, pembelajaran inkuiri dilakukan dengan:

a) Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep komunitas sains.

b) Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena.

25

Zulfiani, Op. Cit.,h. 54 26

(27)

c) Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman pribadi, dan menemukan hubungan dengan literatur.

d) Proses koneksi melalui: konsiliasi, pertanyaan, dan observasi. 2) Desain

Pada tahap ini, pembelajaran inkuiri dilakukan dengan: a) Proses melalui prosedur materi

b) Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang ditujukan pada pertanyaan. Disini terjadi integrasi konsep sains dengan proses sains.

c) Siswa berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi, menentukan variabel tekontrol, dan pengukuran.

d) Guru memantau ketepatan aktivitas siswa. 3) Investigasi

Pada tahap ini, pembelajaran inkuiri dilakukan dengan: a) proses melalui koleksi dan mempresentasikan data

b) siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dalam cara yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.

4) Membangun pengetahuan

Pada tahap ini, pembelajaran inkuiri dilakukan dengan:27 a) proses melalui refleksi-konstruksi-dan prediksi.

b) Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna dan mempu berpikir kritis. Ia harus menghubungkan antara interpretasi data dengan interpretasi ilmiah yang diterima.

c) Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi.

d) Guru melakukansharingpemahaman siswa.

Karakter atau kemampuan utama yang dimiliki seorang siswa dalam proses pembelajaran model inkuiri dapat dijelaskan pada Tabel 2.1 sebagai berikut.

27

(28)

15

Tabel 2.1Kemampuan Utama Melakukan Inkuiri Ilmiah Kelas 4–12 (Adaptasi dariNational Science Education Standard, 1996) Kemampuan Utama Melakukan Inkuiri Ilmiah KonsepLife Science

Kelas 4 Kelas 5–8 Kelas 9–12

Bertanya tentang objek, organisme, peristiwa dilingkungan

Identifikasi pertanyaan yang dijawab melalui investigasi saintifik

Identifikasi pertanyaan dan konsep yang memandu investigasi saintifik Merencanakan dan menghubungkan penyelidikan sederhana Desain dan mengkonduksi investigasi saintifik

Desain dan konduksi investigasi

Persiapan alat untuk Mengumpulkan data dan menggunakan indra

Menggunakan alat yang tepat dan teknologi dalam pengumpulan data

Penggunaan teknologi dan matematika untuk meningkatkan investigasi dan komunikasi

Menggunakan data untuk mengkonstruk eksplanasi yang dapat dipahami

Analisis, dan interpretasi data. Berpikir kritis dan logis membuat hubungan antara bukti dan

eksplanasi

Memfokuskan dan merevisi eksplanasi logika dan pembuktian

Mengkomunikasikan investigasi dan eksplanasi

Menghargai dan

menganalisis eksplanasi alternatif dan model c. Tingkatan inkuiri

Dalam standard for Science Teacher Preparation (1998) terdapat tiga tingkatan inkuiri yaitu:28

1) DiscoveryatauStructured Inquiry

Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru, tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

2) Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah,

28

(29)

meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasrkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.

Guided Inquiry atau inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode

pembelajaran inkuiri dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.29

Dalam metode ini guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada model ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.30

3) Open Inquiry

Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.31

Aplikasi kegiatan inkuri dapat dilakukan melalui kerja lapangan dan labolatorium (induktif). Perbedaaan model inkuiri dan pembelajaran tradisional atau konvesional ditunjukkan pada Tabel 2.2 sebagai berikut.

29

Moh. Amien,Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode“Discovery”dan Inquiry”, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 137

30

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 109

31

(30)
[image:30.612.116.521.105.502.2]

17

Tabel 2.2Perbandingan Model Pembelajaran

Inquiry Based SciencedanTraditional Science

Inquiry Based Science Traditional Science Model pembelajaran Siswa aktif, guru memandu Ceramah dan kerja individu

Fokus Student centered Teacher centered

Berpikir kritis Dikembangkan Tidak dikembangkan

Kreativitas Dikembangkan Tidak dikembangkan

Miskonsepsi Dapat dicegah Sering terjadi

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunaan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:32

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau uklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemampuan dan kemauan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

2) Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada sustu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

32

(31)

3) merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rsional dan logis.33

4) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam mengembangkan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yangkuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menmukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

33

(32)

19

argumentasi, akan tetapi harus didukung oelh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses pendeskripsian temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yanghendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Adapun tahapan dalam proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:34

1) Tahap pertama (penyajian masalah)

Pada tahap ini guru menunjukkan sebuah masalah (fenomena) kepada siswa baik berupa demonstrasi, atau pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan teka-teki. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

a) Siswa memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru. b) Siswa mengidentifikasi masalah.

c) Siswa mengungkapkan ide awalnya.

2) Tahap kedua (pengumpulan dan verifikasi data)

Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah (fenomena) yang diajukan. Siswa dapat menghubungkannya dengan fenomena yang terjadi, kemudian membuat hipotesis. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

a) Siswa mengumpulkan informasi sambil berdiskusi untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru.

b) Siswa membuat dan mengemukakan hipotesis. 3) Tahap ketiga (melakukan eksperimen)

Pada tahap ini siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau arahan dari guru seperti yang terdapat dalam LKS yang telah disediakan oleh

34

(33)

guru, kemudian siswa menuliskan hasil eksperimennya dalam LKS sehingga siswa dapat menjawab permasalahan yang diajukan guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

a) Siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk atau bimbingan dari guru, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan dirumuskan oleh guru.

b) Siswa melakukan pengamatan dan kerjasama dalam pengumpulan data. c) Siswa mencatat data hasil percobaan.

4) Tahap keempat (merumuskan penjelasan)

Pada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis data hasil eksperimennya. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

a) Siswa mendiskusikan hasil penyelidikan secara berkelompok. b) Siswa menganalisis data hasil percobaan.

c) Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan hasil percobaan. 5) Tahap kelima (mengadakan analisis terhadap proses inkuiri)

Pada tahap ini siswa membuat dan mengemukakan kesimpulan yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan guru diawal. Aktivitas siswa pada tahap ini adalah:

a) Siwa mempresentasikan hasil percobaan.

b) Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelas sehingga dapat menganalisis pola penemuan mereka.

f. Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur (Discovery Inquiry)

Discovery Inquiry atau inkuiri terstruktur adalah salah satu model

(34)

21

Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data yang telah diberikan oleh guru.35

Menurut Sund seperti yang dikutip oleh Trianto, discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atau inkuiri yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inkuiri para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu :

1) Istilah-istilah discovery dan inkuiri dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus.

2) Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan inkuiri, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inkuiri

Moh. Amin menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery. inkuiri dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi.36 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Pada dasarnya, selama proses belajar berlangsung siswa akan memeroleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran. Disamping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja

35

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pemeblajaran Kreatif dan Menyenangkan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 109

36

(35)

siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.

Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi

tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

g. keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:37

1) Strategi ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna

2) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Keuntungna lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya:

37

(36)

23

1) Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam pengimplementasiannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengna waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

3. Pemahaman Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui pengaruh model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar. Peneliti lebih menspesifikkan penelitian pada hasil belajar yang berupa pemahaman konsep siwa dengan aplikasi taxonomi Bloomyang telah direvisi.

a. Pemahaman (understanding)

Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi pendidikan dalam merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen dan kesesuaian diantara ketiganya. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa dalam belajar jika ditinjau dari aspek kognitif siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas belajar dan penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model terhadap pemahaman siswa berdasarkan revisi taksonomi Bloom.

(37)

yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan”.38

Seorang siswa dapat dikatakan paham yaitu apabila dia dapat membangun hubungan atau mengkonstruksikan inti dari berbagai ranah pengetahuannya atau menciptakan inti dari beberapa objek. Siswa yang paham adalah siswa yang dapat mengkoneksikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru didapatkannya. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu:39

1) Menafsirkan (interpreting)

Penafsiran terjadi saat seorang siswa dapat mengubah suatu bentuk informasi pada bentuk infomasi yang lain. Misalnya dari grafik ke kalimat atau sebaliknya, dari kata ke angka atau sebaliknya, maupun dari kata ke kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. format assesment berupa format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)

2) Memberikan contoh (exemplifying)

Mencontohkan atau mengilustrasikan dapat dilakukan seorang siswa dapat dikatakan paham saat dia dapat memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh ini dapat menunjukkan bahwa seorang siswa sebagai wujud yang dapat atau mampu mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri-ciri dari konsep yang didapatkan tersebut untuk membuat contoh. Mencontohkan melibatkan proses indetifikasi ciri-ciri pokok dari konsep ataupun prinsip umum.. Format assesment: Format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)

3) Mengklasifikasikan (classifying)

Seorang siswa disebut memahami saat dia dapat mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam

38

Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 67

39

Lorin W. Anderson, David R. Kratwhol [et al.],A Taxonomy for Learning, Teaching,

(38)

25

kemampuan mengklasifikasikan ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena.40

Melibatkan proses medeteksi cri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Format Asesment: Tes Jawaban singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh. Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satuu contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori.

4) Meringkas (Summarizing)

Merupakan kegiatan membuat suatu pertanyaan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya, yairu dapat menspesifikkan suatu kondisi. Proses membuat ringkasan informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi. Format asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman

5) Menarik inferensi (inferring)

Infering terjadi saat seorang siswa mampu mengabstraksikan sebuah sampel atau menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Misalnya, memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama sepuluh tahun terakhir. Disebut juga mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi dan menyimpulkan. Format asesmen berupa tes melengkapi, tes analogi, dan tes pengecualian41

6) Membandingkan (comparing)

Seorang siswa dapat membandingkan saat dia dapat mendeteksi persamaan dan perbedaaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih. Melibatkan proses

40

Ibid.,h. 70 41

(39)

mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal. Format asesmen berupa pemetaan.

7) Menjelaskan (explaining)

Siswa dapat menjelaskan saat dia dapat memberikan model dari suatu teori atau dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem. Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Format asesmen menjelaskan adalah berupa tugas-tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi.

b. Pengertian konsep

Kata konsep seringkali dipakai dalam beberapa cara oleh beberapa ahli seperti ahli filsafat, ilmuwan, psikolog, dan orang awam. Konsep diartikan sebagai kombinasi dari pengertian, nilai, dan simbol.42

Konsep merupakan konstruk (construct), sesuatu yang dibentuk oleh otak manusia dalam usahanya untuk memahami sesuatu dan mengatasi kesukaran yang ditimbulkannya. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seorang ke yang lainnya, tetapi dalam kenyataannya guru-guru sering mencoba melakukannya.43

Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relative sempurna dan bermakna, konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek, Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan ide, benda, atau peristiwa konsep merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan.

4. Tinjauan Konsep Bunyi

Dalam penelitian ini, konsep fisika yang akan diteliti adalah salah satu konsep yang terdapat di kelasVIII semester genap, yaitu konsep bunyi. Berikut adalah peta konsep bunyi ditunjukkan pada Gambar 2.2.

42

Moh. Amin,Op, Cit,h. 32 43

(40)

27

dari memiliki memiliki ciri mengalami

melalui bergantung dipengaruhi dipengaruhi terjadi

[image:40.612.112.574.120.581.2]

diterima

Gambar 2.1Peta Konsep Materi Bunyi

Bunyi adalah suara yang dihasilkan oleh benda yang bergetar. Bunyi termasuk gelombang longitudinal karena perambatannya berbntuk rapatan dan regangan dari molekul-molekul udara yang bergetar maju mundur.44 Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, merambat dalam bentuk gelombang longitudinal.45

Bunyi dapat sampai ke telinga karena ada medium atau zat perantara, gelombang bunyi juga dapat merambat melalui zat padat dan zat cair.46 Bunyi termasuk gelombang mekanik jika dilihat dari zat perantaranya.47

Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah sebagai berikut.48 a) Ada sumber bunyi (benda yang bergetar).

b) Ada medium (zat antara untuk merambatnya bunyi).

c) Ada penerima bunyi yang berada di dekat atau dalam jangkauan sumber bunyi.

44

Kinkin Suartini,Rangkuman Fisika SMP,(Jakarta: Gagas Media, 2010), h. 213 45

Rinie Pratiwi P, dkk, Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional BSE, 2008), h. 327

46

Saeful Karim, dkk, Belajar IPA: membuka cakrawala alam sekitar 2 untuk kelas VIII/SMP/MTs,(Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, BSE 2008), h. 256

47

Suartini,Loc. Cit., 48

Wasis & Sugeng Yuli Irianto, Ilmu Pengetahuan Alam 2: SMP/MTs Kelas VIII (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, BSE 2008), h. 220

Sumber bunyi

Medium

telinga

Cepat rambat Kuat bunyi

Nada bunyi

Amplitudo frekuensi

infrasonik ultrasonik

pemantulan

gaung gema

(41)

Bunyi memerlukan waktu untuk merambat sehingga semakin jauh jarak sumber bunyi, maka semakin lama terdengar oleh telinga. Percobaan cepat rambat bunyi pertama kali diselidiki oleh Moll dan Van Beek.49 Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1) Semakin jauh jarak pengamat dari sumber bunyi, akan semakin lama selang waktu bunyi terdengar oleh pengamat

2) Semakin rendah suhu, semakin cepat bunyi merambat; sebaliknya semakin tinggi suhu, semakin lambat bunyi merambat

3) Semakin rendah tekanan udara, semakin cepat bunyi merambat; sebaliknya, semakin tinggi tekanan udara semakin lambat bunyi merambat.

Dengan demikian cepat rambat bunyi didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi per satuan waktu.

v = s/t

dengan

v =cepat rambat bunyi (m/s)

s = jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi (m) t = selang waktu bunyi terdengar oleh pengamat (detik)

Jika dihubungkan dengna panjang gelombang bunyi, cepat rambat bunyi dinyatakan sebagai:50

v = λ . f

dengan

v =cepat rambat bunyi (m/s) λ = panjang gelombang bunyi (m) f = frekuensi gelombang bunyi (Hz)

Berdasarkan intervalnya, frekuensi bunyi dapat dikategorikan menjadi:51 1) Frekuensi infrasonik (frekuensi di bawah 20 Hz)

2) Frekuensi audio, yaitu frekuensi pendengaran manusia (frekuensi antara 20 Hz–20.000 Hz)

3) Frekuensi ultrasonik (frekuensi di atas 20.000 Hz)

49

Suartini,Op. Cit.,h. 215 50

Karim,Op. Cit.,h. 257 51

(42)

29

Marsenne melakukan percobaan dengan menggunakan alat sanometer untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi dengan panjang senar. Sehingga dihasilkan kesimpulan sebagai berikut.52

1. Panjang senar; semakin pendek senar semakin tinggi frekuensinya 2. Luas penampang senar; semakin tipis senar semakin tinggi frekuensinya 3. Tegangan senar; semakin tegang senar, semakin tinggi frekuensinya

4. Massa jenis bahan senar; semakin kecil massa jenis bahan senar, semakin tinggi frekuensinya

Intensitas bunyi atau kuat lemah bunyi ditentukan oleh empat faktor. 1. Amplitudo sumber bunyi, Amplitudo adalah simpangan getaran dari titik

keseimbangan. Bunyi yang kuat memiliki amplitudo yang besar, sebaliknya bunyi yang lemah memiliki amplitudo yang kecil

2. Jarak antara sumber bunyi dan pendengar, Semakin jauh sumber bunyi dari pendengar, bunyi akan terdengar semakin lemah.

3. Resonansi, yaitu peristiwa ikut bergetarnya suatu benda apabila benda lain digetarkan. Resonansi akan terjadi apabila frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi alami dari benda yang ikut bergetar. Peristiwa resonansi banyak dimanfaatkan pada alat-alat musik. Alat musik yang memanfaatkan resonansi untuk memeperkuat bunyinya ditandai dengan adanya kotak resonansi, seperti pada gitar, biola, kecapi, dan selo.

4. Bidang pemantul (reflektor) bunyi akan terdengar lebih keras apabila mengenai permukaan yang keras. Jadi, kuat lemah bunyi juga dipengaruhi oleh bidang pemantul.

Bunyi akan memantul jika mengenai permukaan yang keras. Pemantulan bunyi dibedakan menjadi dua yaitu gema dan gaung.

1. Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai dikatakan. Gema terjadi apabila sumber bunyi dan permukaan pentul jaraknya sangat jauh.

2. Gaung adalah bunyi pantul yang berbaur dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Gema terjadi apabila sumber bunyi dan permukaan pantul jaraknya dekat.

52

(43)

Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan sebagai pengukur kedalaman laut. Gelombang bunyi bergerak bolak-balik sehingga untuk mnegukur kedalaman laut dinyatakan dalam persamaan:53

= .

2 dengan

h=kedalaman laut (m) v =cepat rambat bunyi (m/s)

t = waktu terdengar pantulan bunyi (s) B. Penelitian yang Relevan

Ali Günay BalımThe Effects of Discovery Learning on Students’ Success

and Inquiry Learning Skills. Metode pembelajaran Discovery mengharuskan

siswa mengomentari konsep, informasi, dan insiden dengan membahas dan mengajukan pertanyaan dan mencapai informasi itu sendiri, dengan kata lain siswa mencari dan menemukan solusi melalui praktek. Itulah mengapa siswa harus berpartisipasi dalam kegiatan kelas juga dalam kelompok dan menggunakan laboratorium sains lebih aktif. Menggunakan metode pembelajaran Discovery, yang merupakan salah satu dari berbagai metode pengajaran di mana siswa aktif dan guru membimbing mereka, diyakini dapat meningkatkan keberhasilan siswa dan penyelidikan keterampilan belajar lebih banyak daripada menggunakan metode pengajaran tradisional.54

JohnW McBride Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Ilmu pengetahuan berbasis penyelidikan

telah berada di pusat reformasi pendidikan di Amerika Serikat selama 40 tahun terakhir. The Physics oleh program Inquiry didirikan untuk melatih guru dalam strategi yang diperlukan dalam menerapkan program pembelajaran berbasis inquiry. Penelitian ini merupakan pelatihan yang melibatkan guru dalam ilmu

berbasis inquiry kepada guru sehingga guru dapat menerapkan kembali ke kelas mereka dengan banyak wawasan dan menerapkan ide-ide terbaik kepada siswa

53

Karim,Op. Cit.,h. 268 54

(44)

31

mereka. Peneliti juga melihat hasil dari program melalui pencapaian siswa setelah guru diberi pelatihan, dihasilkan bahwa siswa telah memiliki proses sains dan antusiasme belajar ilmu melalui ilmu pengetahuan berbasis inkuiri. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa sekarang lebih sering mendapatkan masuk ke universitas dan bahkan lebih sering memilih sains sebagai pilihan utama mereka . Program ini terus-menerus tumbuhan baik jumlah guru sains yang terlatih dan jumlah siswa mereka yang datang ke universitas dan pilih bidang ilmu seperti mereka utama.55

Siti Nur Hafsyah mengembangkan dan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri terstruktur menunjukkan hasil belajar fisika siswa SMP yang menggunakan model inkuiri terstruktur dengan media virtual-lab dapat dinyatakan tuntas secara klasikal dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 82,14%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model inkuiri terstruktur dengan media virtual-lab dengan yang menggunakan model konvensional pada pembelajaran fisika di SMP.56

Yanti Herlanti Pendekatan inkuiri yang banyak diimplemtasikan oleh para guru di MA Se-Jakarta Selatan adalah pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Adapun kegiatan inkuiri yang jarang dilakukan oleh guru di MA Se-Jakarta Selatan adalah kegiatan merumuskan pertanyaan penelitian, mengajukan pertanyaan, merancang penelitian, dan merumuskan hipotesis.57

Syamsir Hidayat dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh pemberian assessment essay terhadap pencapaian kompetensi kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan ekspositori dan inkuiri. Pemberian assessment essay menyebabkan pencapaian kompetensi

55

JohnW McBride, “Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers”, IOP publishing ltd physics education, No. 39. Vol. 5. 2004, diakses dari http//www.iop.org/journals/physed,tanggal 22 april 2013

56

Siti Nur Hafshah. dkk, “Penerapan Model Inkuiri Terstruktur dengan Media Virtual-Lab pada Pembelajaran Fisika di Smp”, Program Studi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jember,No. 2, vol. 1, 2012, , 2012, diakses darihttp//www.jpf.fkip.unej.orgtanggal 22 april 2013

57

(45)

kognitif siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian essay biasa dalam pembelajaran fisika menggunakan pendekatan ekspositori dan inkuiri.58

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini merujuk pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen kehidupan fisik, material, dan teknologi dari lingkungan mereka secara ilmiah. Untuk itu, setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.

Dalam praktik pendidikan sains, fisika merupakan salah satu cabang IPA yang memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami berbagai macam gelaja alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.59 Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam proses pembelajaran IPA, khususnya fisika, belajar akan lebih bermakna manakala siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.60Pengetahuan yang bermakna tidak cukup hanya melalui transfer pengetahuan dengan cara mendengarkan ceramah guru dan membaca buku. Pengetahuan bermakna diperoleh manakala siswa mampu berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya.

Jerome Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif untuk memperoleh pengalaman dalam menemukan

58

Syamsir Hidayat, dkk,Pengaruh Pemberian Assessment Essay Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ekspositori Dan Inkuiri Di Kelas XI Ia Sma N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota, (Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 2012) diakses pada April 2014 http://ejournal.unp.ac.id

59

Depdikbud.,Op. Cit., h. 22 60

(46)

33

prinsip-prinsip.61 Namun, fakta pada proses pembelajaran saat ini adalah guru kurang menitikberatkan pada penalaran dan pengembangan intelektual siswa, dan kurangnya keaktifan siswa dalam kelas. Siswa hanya dituntut untuk menghafalkan serangkaian formulasi dan mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa dibekali pengalaman bagaimana menemukan formulasi tersebut.

Kurangnya pengembangan kemampuan berpikir siswa akan menjadikan siswa hanya sebagai subjek pembelajar yang cenderung pasif dan kurang memahami esensi dari pembelajaran fisika itu sendiri, sehingga secara tidak langsung akan menjadikan fisika hanya dikenal sebagai serangkaian sejarah IPA. Konsep bunyi merupakan salah satu materi fisika yan membutuhkan tingkat pemahaman konsep siswa yang cukup tinggi. Siswa diharapkan mampu memahami dan menghubungkan dalam kehidupan seharihari.

Oleh karena itu, penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi sangatlah diperlukan untuk pembelajaran fisika yang lebih baik. Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalah tersebut, model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan untuk meningkatkan peran siswa selama proses pembelajaran.

Model penbelajaran inkuiri terstruktur dianggap sebagai model inkuiri yang efektif dalam proses pembelajaran. Dalam model inkuiri terstruktur ini guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.

Dengan demikian, model pembelajaran inkuri terstruktur dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas guna memberikan suatu inovasi dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kerja ilmiah siswa dalam memperoleh pengetahuan.

61

(47)

D. Hipotesis Penelitian

(48)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dua Mei Ciputat Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih, Ciputat Timur Tangerang Selatan 15412. Penelitian ini berlangsung pada semester genap bulan Mei 2012 tahun pelajaran 2011/2012.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Metodequasi eksperimenpada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan tehadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.1

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalahNonrandomized pretest- posttest Control Group Design (pretest-Postest Grup Kontrol Tidak Secara Beraturan), dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan selama jangka waktu tertentu.2

Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelompok. Desain penelitian ini tampak pada Tabel 3.1.

<

Gambar

Tabel 2.2 Perbandingan Model Pembelajaran
Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Bunyi
Tabel 3.1 Nonrandomized Pretest dan Posttest Control Group Design
Gambar 3.1 Bagan Tahapan dalam Prosedur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan pH pada media fermentasi bekatul sejalan dengan hasil analisis total BAL dan total asam sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas BAL dalam menghasilkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, konsumsi obat,

Prinsip dari teknik sampling adalah mengambil mikroorganisme yang ada pada suatu sampel dengan suatu perlakuan atau metode tertentu untuk dilakukan,

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang menyatakan bahwa secara konseptual corporate social responsibility ( CSR ) yang dilakukan oleh suatu perusahaan

Bullying dan perilaku tidak menyenangkan yang didapatkan di tempat kerja merupakan salah satu gambaran kondisi di tempat kerja yang berpengaruh terhadap

Berdasarkan data baseline yang telah diperoleh, dilakukan pengukuran dengan menggunakan signal generator sebagai sumber suara, tabung resonansi untuk memfokuskan

Selain meter, panjang juga dinyatakan dalam satuan- satuan yang lebih besar atau lebih kecil dari meter dengan cara menambahkan awalan-awalan seperti tercantum dalam..

adalah suatu cara yang digunakan untuk membantu kita membuat dan menjual barang dan jasa yang. sesuai dengan kondisi perusahaan dan pasar target