• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TAREKAT SEBAGAI TERAPI KEJIWAAN. kedudukan, keyakinan dan agama. Tarekat berarti jalan, yaitu jalan menuju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TAREKAT SEBAGAI TERAPI KEJIWAAN. kedudukan, keyakinan dan agama. Tarekat berarti jalan, yaitu jalan menuju"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TAREKAT SEBAGAI TERAPI KEJIWAAN A. Tarekat

1. Definisi Tarekat

“Thariqat” ةَقْيِزَط menurut bahasa artinya “jalan”, “cara”, “garis”, “kedudukan”, “keyakinan” dan “agama”. Tarekat berarti jalan, yaitu jalan menuju Tuhan. Secara khusus, terekat di artikan sebagai metode praktis untuk membimbing seseorang dengan jalan berpikir, merasa dan bertindak melalui tahap-tahap kesinambungan ke arah pengalaman tertinggi yaitu hakikat. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar‟, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.1

Kata “thariqat” disebutkan Allah dalam Al-Qur‟an dengan mengandung beberapa arti sebagai berikut:

Artinya:”kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (Qs. An-Nisa/4: 169).2

Artinya: “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka

air yang segar (rezki yang banyak)”. (Qs. Al-Jin/72: 16).3

1

M. Solihin, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008 ), hlm.203 2

(2)

Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy ada tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:

مه اسحن ا نع دعبن ا و اهعئ ازعب ذخلا ا و ةعي زشنا اب ممعن ا يه ةقي زطن ا هيف مه اسحن ا يغبني لا اميف Artinya: “Tarekat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah, yang

sebenarnya memang tidak boleh dipermudah”.4

ا ةيهن لا ا زم او لا ا ل اثحم او انط اب و ازه اظ ت ايهنمن ا ب انحج ا يه ةقي زطن

ةق اطن ا ر دقب Artinya: “Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan yang nyata maupun yang tidak batin”.

ا ب انحج ا يه ةقي زطن اح ابمن ا ل ىضف و ت اه وزكمن ا و ت ام زحم ا ت ةي اهنن ا مه ا نم ف ر اع ةي اع ر ثحج مف اىنن ا نم ع اطحس ا امف ضئ ازفن ا ء اد ا و Artinya: “Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah ( yang sifatnya mengandung ) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang arif ( Syekh ) dan ( Sufi ) yang

mencita-citakan suatu tujuan”.5

Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran-ajaran dan metode tasawuf. Guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah (meditasi) yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid (tamid) selanjutnya pembantu

3

Al-Qur‟an Digital, 72: 16. 4

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2007 ),hlm.280. 5

(3)

Syeikh atau wakil guru (khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).6

Proses perjalanan dalam tarekat, dimulai dengan pengambilan sumpah, bai‟at dari murid dihadapan Syaikh setelah sang murid melakukan taubat dari segala maksiat. Setelah itu, murid menjalani tarekat hingga mencapai kesempurnaan dan ia mendapat ijazah lalu menjadi khalifah Syaikh atau mendirikan tarekat lain jika diizinkan. Oleh karena itu, dalam tasawuf disepakati bahwa tarekat mempunyai tiga ciri umum, yaitu Syaikh, Ikhwan (murid) dan bai‟at.

Dalam ilmu tasawuf yang dimaksud dengan tarekat adalah jalan sufi, yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tarekat artinya jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh Sahabat dan Tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai-berantai. Dengan kata lain tarekat adalah jalan spiritual dalam agam Islam.

Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut diatas, jelaslah bahwa tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tarekat Nabi Muhammad SAW, yang diikuti pula oleh ulama-ulama Syara‟ dan Tasawuf ialah mengamalkan hukum yang dibawa Rasul.

2. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah temuan asli tokoh Indonesia

6

Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Survey Historis, Geografis, dan

(4)

Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah ialah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadariyah dan Tarekat Naqsabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khotib Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis kitab Fath al-Arifin. Sambas adalah nama sebuah kota di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-„Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah seorang Syaikh dari kedua tarekat7 dan mengajarkanya dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahr) dalam tarekat Qadariyah dan zikir yang dilakukan dalam hati (khafi) dalam tarekat Naqsandiyah.

Dinyatakan dalam kitab “Fath al-„Arifin:

Bahwa sebenarnya tarekat ini tidak hanya merupakan perpaduan dari dua tarekat besar akan tetapi merupakan penggabungan dari ajaran lima tarekat, yaitu: Qadariyah, Naqsabandiyah, Anfasiyah, Junaydiyah, dan al-Muwafaqad.8 Kelima macam tarekat tersebut masing-masing memiliki keunikan. Qadariyah dengan zikir Jabir-Nya, Naqsabandiyah dengan zikir Khafi-Nya, Anfasiyah dengan peredaran nafas, Junaydiyah dengan zikirnya pada setiap hari selama sepekan dengan lafadz-lafadz tertentu, dan Muwafaqah dengan zikir asma‟ul husna. Mungkin karena inti pengamalan tarekat ini pada zikir Jabir dan zikir Khafi setiap habis Sholat fardu, serta penonjolan kedua tarekat tersebut juga tampak dalam tawasul yang digunakan dalam tarekat ini, begitu juga dari segi silsilahnya yang kuat berasal dari tarekat Qadariyah, dan dari segi ajaranya dominan dari Naqsabandiyah, maka tarekat ini dinamakan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah.9

7

Syed Naquib al-Attas, Some Aspectc Of Sufism as Understood and Practised among the

Malays ed. Shirle Gordon, (Singapore: Malaysian Sociological Research Institute, 163), hlm. 33.

8

Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah, hlm. 53. 9

Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam dinia Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama perempuan

(5)

Syaikh Ahmad Khotib Ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat dasar dikota asalnya, beliau pergi ke Makkah pada umur 19 sampai wafatnya pada tahun 1289 H/ 1872 M.10

Beliau adalah seorang ulama besar asli indonesia yang bermukim dan mengajar sampai akhir hayatnya di Makkah al-Mukarramah pada pertengahan abad XIX (1802-1872). Ia ahli dalam bidang fiqih, tauhid maupun tasawuf, sehingga mencapai posisi yang sangat dihargai dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh diseluruh Indonesia.11

Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan „arif billah, syaikh Ahmad khotib sambas memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinya. Karena dalam tarekat Qadriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid. Akan tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran tarekat Qadariyah Naqsabandiyah dikota sici Makkah maupun di Madinah. Sehingga sangat dimungkinkan ia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tesrebut dan mengajarkan pada murid-muridnya. Penggabungan inti ajaran kedua tarekat atas dasar pertimbangan logis dan strategis bhwa kedua ajaran itu bersifat saling melengkapi terutama dalam hal jenis, zikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah menekankan ajaranya pada zikir siir ismu dzat atau zikir lathaif. Dengan penggabungan itu, diharapkan pada muridnya dalam mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Serta memiliki satu metode yang praktis untuk menempuh jalan spiritual.12

Tarekat Qadiriyah lebih mengutamakan pada penggunaan cara-cara zikir keras dan jelas (zikir jahr) dalam menyebutkan kalimat nafyi wa al-istibat, yakni kalimat la ila ha illaallah. Sementara Naqsabandiyah menggunakan zikir dengan

10

Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama

Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 36.

11

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 254.

12

Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam dinia Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama perempuan

(6)

metode yang lembut dan samar (zikir Khafi) pada pelafalan ism adz-Dzat, Yakni Allah, Allah, Allah.13

Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadu dan ta‟zim Syaikh Ahmad Khatib yang sangat alim itu, kepada kedua pendiri tarekat tersebut. Sehingga beliau tidak menisbatkan nama tarekatnya itu pada dirinya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran dan tatacara ritual tarekatnya itu, sebenarnya lebih tepat kalau dinamakan Khatibiyah atau Sambasiah, karena memang tarekat ini merupakan hasil ijtihadnya.

Syaikh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah dikawasan Nusantara, dan beberapa orang khalifah. Diantara khalifah-khalifah yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak diantaranya adalah : Syaikh Abd. Karim Al-Bantani, Syaikh Ahmad Thalhah al-Cireboni, dan Syaikh Ahmad Hasbu al-Maduri, sedangkan khalifah-khalifah yang lain, seperti: Muhammad Isma‟il Ibn Abd Rachim dari Bali, Syaikh Yasin dari kedah Malaysia, Syaikh Haji Ahmad Lampung dari Lampung, dan M. Ma‟ruf Ibn Abdullah al-Khatib dari palembang, berarti dalam sejarah perkembangan tarekat ini.14

Setelah wafatnya Syaikh Ahmad Khatib maka kepemimpinan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah di Makkah (Pusat) dipegang oleh Syaikh Abd. Karim al-Bantani. Tetapi setelah Syaikh Abdul Karim al-Bantani meninggal, maka para khalifah tersebut kemudian melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain, dengan demikian berdirilah kemursyidan baru yang independent.15

13

Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik

Antikolonialisme tarekat Qadariyah Naqsabandiyah di Pulau Jawa, hlm. 50.

14

Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi tarekat Qadariyah Naqsabandiyah, hlm. 54.

15

Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam dinia Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama perempuan

(7)

Syaikh Abd Karim Banten merupakan Syaikh terakhir yang secara nyata masih menyatukan pucuk pempinan seluruh tarekat ini. Paling tidak pengarahanya masih dipatuhi oleh sesama khalifah Syaikh Ahmad Khatib. Namun setelah ia wafat, tarekat ini terpecah menjadi cabang-cabang yang satu dengan yang lain tidak lagi saling bergantung.16

Kahlifah Syaikh Ahmad Khatib yang ada di Cirebon yaitu Syaikh Thalhah yang mengembangkan tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yang telah dirintis oleh Syaikh Thalhah kemudian dilanjutkan oleh khalifahnya, Abdullah Mubarak Ibn Nur Muhammad. Dia kemudian menyebarkan tarekat ini didaerah Tasikmalaya (Suryalaya), sebagai basisnya didirikan Pondok Pesantren Suryalaya, dan belakangan nama beliau lebih dikenal dengan Abah Sepuh. Kepemimpinan tarekat yang berada di Suryalaya ini setelah meninggalnya Abah Sepuh digantikan Abah Anom. Ia adalah putra Abah Sepuh yang bernama Shahibul Wafa Tadjul Arifin. Beliau memimpin pesantren dan tarekat ini sampai sekarang. Dibawah kepemimpinan Abah Anom ini tarekat Qadariyah Naqsabandiyah berkembang sangat pesat. Beliau mempunyai wakil talqin yang cukup banyak dan tersebar di tiga puluh lima daerah, termasuk dua diantaranya Singapura dan Malaysia.17 Pada dasarnya pengamalan dan ritual dalam tarekat Qadariyah Naqsabandiyah itu wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang telah dibaiat tanpa mengenal perbedaan jenis kelamin. Mengingat didalam ajaran islam sangat menunjang tinggi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, maka keduanya senantiasa mendapatkan tempat dan kesempatan yang sama untuk mendekatkan diri pada Allah, hingga sampai pada tingkatan ma‟rifatullah.

Secara hakiki tarekat merupakan metode untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Dalam upaya pendekatan tersebut sudah barang tentu setiap tarekat memiliki cara khusus yang dipandang paling efektif dan efisien oleh Syaikh mursyid maupun pengikutnya. Demikian pula ajaran dasar Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah bertujuan untuk mendapatkan jiwa yang bersih dengan jalan tazkiyat al-nafs. Dengan bersihnya jiwa dari

16

Ibid, hlm. 93. 17

Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam dinia Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama perempuan

(8)

berbagai macam penyakit akan secara otomatis menjadikan seseorang dekat kepada Allah SWT.18

Mengenai ajaran tarekat Qadariyah Naqsabandiyah setidaknya ada empat, yakni : kesempurnaan suluk, adab para murid, zikir, dan Muraqabah.19

B. Terapi Kejiwaan Melalui Metode Zikir bagi Kesehat Kejiwaan

1. Definisi Terapi

Manusia diciptakan Allah ke dunia ini dengan berbagai problematikanya. Ia tidak selamanya selalu dalam keadaan sehat. Adakalanya ia sakit, baik sakit jasmani maupun rohani. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk mencari kesembuhan. Salah satu caranya adalah melakukan terapi atau pengobatan.

Terapi adalah upaya pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan kondisi psikologis. Terapi dalam bahasa inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahsa Arab, kata ini sepadan dengan al-Istifa‟ yang berasal syafa- yasfi-syifa‟ yang mempunyai makana menyembuhkan.

Dalam pengertian luas, terapi dapat berarti pengobatan penyakit secara kerohanian. Terapi disini mengandung makna penerapan teknis khusu dalam penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuaian diri. terapi juga mempunyai makna penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan diskusi suatu persoalan dengan para guru, teman, dan sebagainya.20

Terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi mursyadbih (klien) dengan tujuan

18

Ibid, hlm. 86. 19

Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi tarekat Qadariyah Naqsabandiyah, hlm. 60.

20

M. Sholihin, Terapi Sufistik “Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm, 82-83.

(9)

mengembalikan, memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional. Manusia-manusiayang akal dan kalbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia dan akhirat.21

2. Metode zikir sebagai terapi kejiwaan

Secara etimologi, kata “zikir” berasal dari bahasa Arab yaita dzkara yang berarti: mengisaratkan, mengagungkan, meyebut atau mengingat. Sedengkan secara istilah, zikir adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah.

Zikir adalah mengingat atau upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah, baik dengan lisan atau qalbu atau memadukan keduanya secara simponi. Metode zikir merupakan salah satu tarekat, yaitu jalan, metode atau cara yang dilakukan para sufi untuk menyucikan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, serta merasakan kehadiranya.22

Ada beberapa lafal zikir yang sudah baku yang bersumber dari Al-Qur‟an maupun yang disebut dalam Hadist Nabi, di antaranya sebagai berikut:

1. Tahmid, yaitu mengucapkan al-hamdulillah (segala puji kepunyaan Allah)

2. Tasbih, yaitu mengucapkan Subha Allah (Mahasuci Allah) 3. Takbir, yaitu mengucapkan Allah Akbar (Allah mahabesar)

21

Gerald Corey, Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Eresco, 1995), hlm. 6.

22

M. Sholihin, Terapi Sufistik “Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm, 74.

(10)

4. Tahlil, yaitu mengucapkan la illaha illa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)

5. Basmalah, yaitu mengucapkan bism Allah al-rahman al-rahim (dengan nama Allah maha Pengasih Lagi Maha Penyanyang)

6. Istighfar, yaitu mengucapkan Astagfir Allah (Aku mohon Ampun kepada Allah)

7. Hauqalah, yaitu mengucapkan La haula wa la quwwata illa bi Allah (tiada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).23 Dalam melakukan zikir tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: pertama, hendaknya zikir diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dengan tujuan mencari Ridho, cinta ma‟rifatnya; kedua, sebaiknya dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu; ketiga, dilakukan pada tempat dan suasana yang menunjang kekhusyuan. Misalnya, ketika waktu-waktu sunyi atau pada temapat-tempat yang tenang; keempat, berusaha memahami makna yang terkandung di dalam lafadz zikir itu dengan sebaik-baiknya. Biasanya kalau seseorang mengerti makna yang terkandung, maka akan mudah meresapinya; kelima, berusaha menghayati makna ucapan zikir itu dan meresapkanya dalam hati penuh khusyu dan khidmat; keenam, mengosongkan hati dan ingatan dari segala sesuatu selain Allah; ketujuh, berusaha mewujudkan pesan-pesan yang terkandung dalam ucapan zikir itu dalam sikap hidup.24

Penyebutan dan ingatan kepada Allah (zikrullah) secara terus menerus dengan penuh kekhidmatan akan membiasakan hati kita untuk senantiasa dekat

23

Bachtiar Djamil, Op. Cit, 1987, hlm. 2017. 24

(11)

dan akrab dengan Allah.25 Akibatnya, secara tidak disadari, berkembanglah kecintaan yang mendalam kepada Allah. Zikir yang paling utama dalam tarekat yaitu kalimat la ilaha illa Allah (tiada Tuhan Selain Allah). Secara psikologis, mengingat Allah dalam alam kesadaran akan menimbulkan penghayatan akan kehadiran Allah SWT. Yang senantiasa mengetahui segala tindakan yang nyata maupun yang tersembunyi. Selain itu, pelaksanaan zikrullah yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara yang lemah lembut akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan. Untuk itulah, zikir selalu dipandang sebagai salah satu metode dalam psikoterapi sufistik untuk kesehatan kejiwaan atau terhadap mereka yang mengalami gangguan kejiwaan.26

Dalam dunia Tasawuf, zikir mempunyai kedudukan signifikan. Zikir kepada Allah (dzikrullah) menempati sentral amaliah hamba yang beriman, karena zikrullah adalah keseluruhan getaran hidup yang beriman, karena zikrullah adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakan oleh qalbu dalam totalitas Ilahiah. Totalitas inilah yang memengaruhi aktivitas gerak-gerik hamba, kediaman, dan kontemplasi hamba. Karena itulah, kaum sufi memandang bahwa zikir mempunyai peranan penting dalam upaya mengobati penyakit-penyakit rohani.27 Ada hubungan yang erat antara zikir dengan terapi. Zikir tampaknya merupakan cara yang terbaik untuk mengobati penyakit-penyakit rohaniah, termasuk juga penyakit kecanduan Narkotika.

25

M. Sholihin, Terapi Sufistik “Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm, 74.

26

Ibid, hlm. 77. 27

M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 229.

(12)

C. Pemikiran Abah Anom dan model penyembuhan Korban Narkotika melalui zikir di Pesantren Suryalaya.

Abah Anom merupakan tokoh fenomenal di jagat spiritual Indonesia. Ia merupakan sosok mursyid dan ulama karismatik yang jadi pepayung seluruh lapisan umat. Ia bagaikan oase spiritual yang disambangi jiwa-jiwa yang dahaga. Pangersa Abah Anom memiliki peran sangat penting dalam menampilkan wajah islam sufistik, membumi, moderat, dan santun. Apa yang disampaikan Abah Anom tidak hanya menyentuh tataran pemikiran, tetapi banyak yang dikembangkan sebagai bagian menyeluruh dari pengalaman keseharian. Ilmu yang diajarkannya menjadi haluan amal, dan amal dijadikan di atas dasar ilmu. Atau dalam visinya: ilmu amaliyah amal ilmiah.28 Terlihat sebagaimana amal dijadikan dasar ilmu dalam kitab Miftahus Shudur karya Abah Anom yang berisikan kandungan pengajaran dan amalan tentang zikir dan lain sebaginya.

Pengajaran dan amalan zikir di Pesantren Suryalaya sebagian besar merupakan ajaran dan amalan yang diajarkan oleh pendiri TQN (Syaikh Sambas) dan tata caranya diikuti oleh pesantren tarekat-tarekat lain. Satu kunci persamaan dapat ditemukan zikir dengan suara keras (zikir Jaher) dan zikir diam (zikir khafi). Abah Anom mengakui bahwa zikir bersuara dan zikir diam adalah inti sari dari semua tarekat, dan ia mengatakan: “zikir adalah penyebab pencapaian manusia (wushul) kepada Allah dan juga penyebab cinta manusia (mahabah) kepada Allah swt”.

28 Salahudin, Asep. Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 & Ajaranya, (Jakarta: PT Mizan

(13)

Manusia tidak akan beku hatinya dan dikuasai hawa nafsu amarah, jika ia menikmati berkat Allah secara terus menerus dengan amalan zikir.29

Abah Anom mengatakan, kedua macam zikir harus dilakukan terus menerus, sebab “tujuan zikir adalah agar hati senantiasa bersama Tuhan”.30

Ia mengatakan bahwa manfaat zikrullah hadir dalam membentuk kepercayaan (Iman) dan karakter mulia (Akhlaq al-karimah), seperti dicontohkan Ali‟ r.a ketika bertanya kepda Nabi Muhammad SAW, untuk menunjukan kepadanya jalan yang paling pendek menuju Tuhan. Jawabanya adalah bahwa seseorang harus melaksanakan zikrullah secara terus menerus (Mudawamah zikrullah). Abah Anom menjelaskan, zikir dawam itu adalah ingat kepada Tuhan terus menerus dan bisa dilakukan dengan zikir yang diucapkan (zikir jahr), dan juga dengan zikir yang ditanam dalam hati dan fikiran (zikir khafi), dalam rangka melindungi semua yang diluar dan didalam batin dari semua godaan setan.31

Abah Anom mengutip sabda Nabi SAW, “zikrullah adalah sebuah karakteristik iman yang kuat hingga sanggup menghancurkan kemunafikan dan berfungsi sebagai benteng pertahanan kita dari godaan setan, menjadi perisai dari panas hukuman neraka” (sebuah hadist dari Abu Hurayra, seperti diriwayatkan oleh Tabrani). Ketika hati selalu diisi dengan zikrullah, pikiran dihubungkan ketuhan; oleh karena itu, pengaruh zikir akan tampak dalam sikap batin seseorang dan akan

29

Abah Anom, Akhlak al-Karimah, 17. Ada beberapa Syaikh Sufi yang mengembangkan beberapa praktik yang khas, termasuk variasi „2 ketuk „3 ketuk, dan „4 ketuk zikir. Semenjak dikembangkan dalam konteks ajaran Tasawuf, tipe zikir spesial ini merupakan salah satu yang membedakan antar satu tarekat dengan tarekat lain. Untuk variasi ini, lihat Al-Qusyasyi dikaryanya Al-Simt al-Majid, hlm. 147-157.

30

Abah Anom, Miftah al-Shudur, dalam Thariqat Qadariyah Naqsyabandiyah, diedit oleh Harun Nasution, hlm. 307.

31

(14)

melahirkan tindakan kebaikan, sebagimana diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya.

Nilai keagungan yang disandarkan kepada praktik ini melahirkan pertanyaan: mengapa mengingat Tuhan, yang ringan di lidah dan lebih mudah diamalkan, adalah lebih berfaedah ketimbang ibadah lainnya. Abu Hamid al-Ghozali mengatakan bahwa; “anda perlu mengetahui bahwa pengertian dari pertanyaan ini harus sesuai dengan kadar ilmu penegtahuan „tersingkap‟ („ilm al-mukasafah)”. Zikrullah bermanfaat dan efektif jika dilakukan terus menerus dan dilaksanakan dengan kehadiran Tuhan dalam pikiran. Jika lisan dan hati sibuk bermain-main dalam kesenangan dunia, zikir hanya bermanfaat sedikit.32

1. Zikir dengan suara keras (Jahr)

Dalam literatur Sufi, menyuarakan zikir disebut zikir jahr atau jali, atau zikir yang dinyatakan oleh lidah, keluar nyaring. Beragam rumusan digunakan dalam tarekat-tarekat sufi yang berbeda-beda. Namun, dalam konteks TQN, menyuarakan zikir berisi sebagian besar dalam bacaan la ilaha illa Allah, menurut praktik berikut:

Orang yang berzikir itu memulai dengan ucapan la dari bawah pusat dan diangkatnya sampai keotak dan kepala. Sesudah itu diucapkan ilaha dari otak dengan menurunkanya perlahan-lahan kebahu kanan. Lalu memulai lagi mengucapkan ila Allah dari bahu kanan dengan menurunkan kepala kepada pangkal dada sebelah kiri dan berkesudahan pada hati sanubari dibawah tulang rusuk lambung. Dengan menghembuskan lafadz nama Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh badan seakan-akan diseluruh bagian badan amal yang rusak itu terbakar dan memancarkan Nur Tuhan. Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya “tidak ada yang dimaksudkan melainkan Allah”. Kalimat nafi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru dari pada pandangan dan ibarat, lalu berubah

32

(15)

menjadi pandangan fana dari kalimat itsbat ditegakanlah dengan tegak dalam hati dan kepada zat yang maha besar, lalu memandang wujud zat

Allah dengan pandangan yang baqa.33

Sehubungan dengan tradisi tasawuf klasik, Abah Anom lebih lanjut menjelaskan bahwa ada “syarat-syarat tertentu dalam melakukan zikir yakni orang harus memiliki wudhu yang sempurna (wudhu‟ tamm), berzikir dengan pukulan gema yang kuat, dan dengan suara keras agar menghasilkan cahaya zikir (anwar al-zikir) dalam ruang batin seseorang, hingga hati seseorang tampak hidup dengan cahaya kehidupan abadi surgawi (wa tashiru qulubuhum ahya‟an bihadzihi‟l anwar hayatan abadiyatan ukhrawiyyatan), seperti diuraikan oleh Allah dalam Qur‟an (surat al-Dukhan 44:56). Abah anom mengutip sejumlah hadist untuk penjelasan tentang konsep “cahaya” (anwar). Beliau menunjuk kepada sabda Nabi SAW. “Seorang Mu‟min melihat cahaya Allah (nur Allah) dari yang ia telah diciptakan. Sebuah hadist dari „Umar r.a “Jiwaku melihat Tuhanku dengan cahaya Tuhan.34

Menurut Abah Anom, melihat Allah secara langsung tidak bisa dicapai di dunia ini, namun yang dapat kita capai adalah melihat sifat Allah dalam cermin dari hati seseorang . firman Allah SWT:

33

Abah Anom, Miftah al-Shudur, dalam Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah, editor. Harun

Nasution, hlm. 319.

34

(16)

Artinya: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa

yang kamu kerjakan”. (al-Baqarah/2:74).35

Abah Anom kemudian mengutip Abu al-Mawahib al-Syadzili, yang menerangkan bahwa berbagai kebaikan bisa dicapai melalui amalan zikir yang bersuara dan zikir diam (zikir sirr): “mereka berbeda pendapat mengenai pertanyaan: „mana yang lebih istimewa, zikir jahran atau zikir sirran? Kita mengatakan: zikir jahran (zikir yang disuarakan) lebih baik bagi pemula (ahl al-bidayah), untuk menambah kebulatan tekad, kuat menghadapi segala pengaruh makhluk (liman ghalabat „alayh al-quwwah). Zikir sirran (zikir tak bersuara) lebih baik bagi mereka yang telah mencapai tingkatan rohani (jam‟iyyah) diantara murid-murid tingkat atas (ahl al-nihayah).36

2. Zikir diam (sirr)

Dalam literatur Sufi, zikir diam terkadang dikenal sebagai zikir sembunyi (al-zikir al-khafi), zikir rahasia (zikir sirr) atau zikir hati (al-zikir al-qalbi). Dalam pengamalanya, bagaimanapun semua zikir mengacu pada tindakan mengingat Tuhan dalam hati atau menyebutkan Allah dalam hati tanpa kata dan tidak bersuara. Zikir diam dalam TQN dibaca setelah zikir yang disuarakan, dan setelah shalat wajib. Dengan pengamalan zikir ini, seseorang diharapkan untuk menahan nafasnya semampunya, ketika lafadz al-jalalah (Allah) di bayangkan dari seperti melintas lima latha‟if dalam tubuh. Sepanjang zikir, bibir dan mata seseorang

35

Al-Qur‟an Digital 2: 74. 36

Abah Anom, Miftah al-Shudur, dalam Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah, editor. Harun

(17)

tertutup, dan lidah seseorang dilipat dan menyentuh atap mulut.37 Zikir diam juga diamalakan sepanjang hari secara terus menerus, baik saat duduk, berjalan atau bahkan beristirahat. Seberapa sering perlu lakukan yang belakangan tidak secara rinci ditentukan, meskipun demikian, TQN Suryalaya mengharapkan bahwa orang harus melaksanakan zikir diam setelah sholat wajib dan sepanjang siang malam sebanyak mungkin.

Seseorang harus selalu mengingat Tuhan, bahkan saat bernafas, dan ini merupakan salah satu unsur khas zikir Naqsbandi, yakni memerhatikan napas (hush dar dam). Orang harus memelihara kehadiran Tuhan dihatinya, sebab tujuan zikir adalah untuk tetap memastikan kehadiran hati (dawam hudur al-qalb) dihadapan Tuhan. Abah Anom menjelaskan bahwa ketika melaksanakan sholat, seseorang itu sedang berzikir. Dengan cara yang sama, membayar sedekah adalah zikir, puasa adalah zikir, haji adalah zikir, belajar untuk memahami agama (tafaqquh fi al-din) adalah zikir, menyumbangkan fatwa-fatwa atas dasar hukum Tuhan adalah zikir, membaca Al-Qur‟an adalah zikir, sholawat kepada Nabi SAW adalah zikir, dan memerintahkan kebaikan dan mencegah sifat buruk dari menghalangi (al-amr bi al-ma‟ruf wa al-nahy‟ an al-munkar) adalah zikir juga dan lain-lain.38

37

Cara Zikr ini diajarkan oleh Nabi kepada Ali, berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Al-Thabrani dan Baihaqi. Tujuanya adalah untuk melatih lidah untuk melakukan zikir. Oleh karena itu, zikirdilakukan dengan menutup/memejamkan mata, maka mata batin akan terbuka. Muhammad Amin Al-Kurdi mengutip dari perkataan Khalid ibn Ma‟dan “Hamba Allah mempunyai dua tipe mata, bagian luar dan bagian dalam”, lihat karyanya Tanwir al-Qulub fi

Mu‟amala „Alam al-Ghuyub, hlm. 524.

38

Abah Anom, Miftah al-Shudur, dalam Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah, editor. Harun

(18)

Abah Anom menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Sri Mulyati dalam buku Peran Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah Referensi utama Suryalaya,39 bahwa zikrullah menciptakan prilaku kebaikan, karena ada satu kesatuan antara zikir yang diucapkan dan zikir yang di ingat dalam hati. Kesatuan ini akan menghadirkan kebulatan tekad dan keyakinan kuat pada keesaan (tawhid), ketundukan dan kesadaran kearah Tuhan. Untuk memperkuat hal ini Beliau kemudian merujuk pada surat al-Imran/3:15, firman Allah SWT:

Artinya: “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (Qs. Al-Imran/3: 15).

Abah Anom menyatakan bahwa manusia adalah lemah, mereka tidak bisa menghindari kekeliruan dan hati mereka keras, dan hanya mereka yang mengharapkan kemurahan hati Tuhan dan mengamalkan zikir dalam mengingat-Nya itulah yang dapat berjuang melawan kecenderungan ini.40

Harus dicatat juga, bahwa berzikir membutuhkan kepatuhan dari tata cara tertentu (kayfiyyah) dan etiket (adab al-zikir), yang berlaku pada kedua variasi zikir tersebut. Tata cara itu sesuai dengan ajaran dan amalan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan etiket lebih menggunakan rumusan Sufi, seperti Muhammad

39

Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama

Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 326.

40

(19)

Amin Kurdi (yang menyebut sebelas adab, termasuk seseorang harus dalam keadaan suci (al-taharah) dan berwudhu, harus melaksanakan sholat dua raka‟at dan menghadap ka‟bah).41

Abah Anom tidak pernah secara spesifik menyatakan bahwa satu bentuk zikir adalah lebih utama ketimbang bentuk zikir lainya, dan beliau merujuk pendapatnya ini kependapat al-Syadzili, seperti telah dikutip diatas. Sikap ini mempunyai implikasi bagi latihan rohani sehari-hari ikhwan dan kurikulum Inabah, seperti penjelasan dalam bukunya Ibadah sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahbunaan Narkotika dan kenakalan Remaja. Telah berperan dalam menterapi kecanduan Narkotika.42 Hal ini merupakan bentuk pangersa Abah Anom dari pemanfaatan zikir dalam penyembuhan kecanduan Narkotika. Di pondok Inabah suryalaya inilah zikir dijadikan sebagai santapan para pasien yang sedang dalam penyembuhan kecanduan Narkotika.

41

Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Mu‟amalah „Allam al-Ghuyub, 525-527. Ahmad Naqsabandi, Jami‟ al-Ushul fi al-Awliya‟, vol 1, hlm. 61.

42

Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama

Referensi

Dokumen terkait

Toko suku cadang (spare part) mobil sebagai bagian dari subyek peneLitian dalam mendapatkan data harga-harga suku cadang yang sekiranya diperlukan untuk melengkapi

0HQJLQWHJUDVLNDQ+$0 GDODP.HELMDNDQGDQ 3UDNWLN3HQJHORODDQ 6XPEHU'D\D$ODP.DVXV

Paparan mengenai relevansi manajemen “boarding school” dengan melihat konsep manajemen pendidikan Islam pada sistem boarding school dalam mencapai tujuan pendidikan secara

kesadaran wajib pajak tinggi yang datang dari motivasi untuk membayar pajak,. maka kemauan untuk membayar pajakpun akan tinggi dan

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan

1) Sampel yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sehingga eksternal validitas sampel masih rendah yang mengakibatkan hasil

Berapa besar keuntungan, rentabilitas dan break even point (BEP) pada usaha agroindustri minuman jahe instan,(2). Berapa besar efisiensi usaha pada produk minuman jahe

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan praktis remaja dalam pembuatan bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) melalui penyuluhan