• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU HAMIL DENGAN TANDA GEJALA HEPATITIS C PADA BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU HAMIL DENGAN TANDA GEJALA HEPATITIS C PADA BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU HAMIL DENGAN TANDA GEJALA HEPATITIS C PADA BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi

STIKes ‘Aisyiyah Bandung ummahatgia@gmail.com ABSTRAK

Hepatitis C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi baru lahir pun terjadi. Hal ini dapat terjadi karena penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C terhadap bayi. Tanpa disadari, hepatitis C ini dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi, sehingga akan mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat terdapat kasus terjadinya hepatitis C pada bayi pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provisi Jawa Barat Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan

cross-sectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh bayi dan ibu bayi dengan teknik random sampling sejumlah 74 orang ibu dan bayi. Analisis data menggunakan analisis univariat dan

bivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian kecil (25,7%) ibu dengan perilaku kesehatan yang kurang baik di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 2014, sebagian kecil (20,3%) bayi memiliki gejala hepatitis B. Terdapat hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi. Hasil uji chi-square diperoleh p value 0,022. Nilai OR diketahui sebesar 5,484 (95%CI: 1,136-26,476) yang berarti ibu hamil dengan perilaku kesehatan kurang dan cukup baik berpeluang sebesar 5,484 kali lebih besar memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C. Saran yang dapat disampaikan yaitu ibu hendaknya menjaga pola hidup dan perilaku sehat agar dapat meminimalisir kejadian hepatitis C yang dapat terjadi pada ibu dan menularkan pada bayinya. Oleh karena itu ibu dapat berinisiatif sendiri untuk memeriksakan hepatitis C terlebih jika direkomendasikan untuk memeriksakan hepatitis C di pelayanan kesehatan tertentu.

Kata kunci: hepatitis C, perilaku kesehatan Abstract

Hepatitis C does not just happen to adults only, to the newborn is also occurs. This can result from transmission from mothers who have hepatitis C to the baby. Unwittingly, hepatitis C can cause morbidity and even mortality of infants, so it will affects maternal mortality and infant mortality. At Al Ihsan Hospital in West Java province, an occurrence of hepatitis C in infants in 2014. The aim of this study was to determine the relationship between behavior of pregnant women with signs and symptoms of hepatitis C to the baby at the General Hospital of Al Ihsan Provision of West Java in 2014. This research is a quantitative study using cross-sectional approach. The population used are all babies and mothers of infants with a random sampling of 74 mothers and babies. Analyzed using univariate and bivariate. The results of this study show that a small proportion (25.7%) of mothers with poor health behaviours in hospitals Al Ihsan West Java Province in 2014, a small proportion (20.3%) infants had symptoms of hepatitis B. There is a relationship between the behavior of pregnant women with signs and symptoms of hepatitis C in infants. Results obtained chi-square test p value 0.022. OR unknown value of 5.484 (95% CI: 1.136 to 26.476), which means pregnant women with poor health behaviors and pretty good chance of 5.484 times more likely to have babies with signs and symptoms of hepatitis C. The advice can be given that the mother should keep the pattern life and health behaviors in order to minimize the incidence of hepatitis C that can occur in the

(2)

LATAR BELAKANG

Tingginya angka kejadian hepatitis C diduga kuat berhubungan erat dengan perilaku masyarakat yang kurang baik, sehingga berdampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan hepatitis C sangat mudah di jumpai dan hal tersebut dapat mempengaruhi terhadap kehidupan selanjutnya, terlebih lagi pada seorang wanita yang akan mendapati fase kehamilan, jika sudah terkena penyakit hepatitis C maka akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup janin di kandungan, saat kelahiran, bahkan kehidupan bayi selanjutnya.

Di Jawa barat sendiri beberapa penyakit yang disertai dengan hepatitis C seperti HIV dan infeksi menular seksual lainnya cukup tinggi. Terlebih lagi di Bandung, penduduk Bandung yang heterogen yang juga merupakan kota jasa dan kota wisata sehingga objek kunjungan penduduk dari penjuru Indonesia yang berdampak pada kehidupan sosial warganya. Oleh karena itu Bandung tidak lepas dari permasalahan penyebaran penyakit menular seksual, salah satu nya adalah hepatitis C. Menurut Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DinKes Kota Bandung sebanyak 1.278 kasus IMS, dan salah satu nya adalah Hepatitis C (Dinkes,2011).

Hepatitis C merupakan masalah kesehatan yang sangat besar. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) swkitar 150 juta orang didunia terinfeksi Virus Hepatitis C (VHC) kronis dan diantaranya 350.000 orang meninggal setiap tahunnya. Sementara di Indonesia dari data Depkes RI dapat diperkirakan sekitar 6,6 – 7 juta orang mengidap penyakit Hepatitis C dari 21 Provinsi (Depkes, 2104)

Berdasarkan hasil Surveilans Hepatitis C oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan pada tahun

2010-2011 yang dilaksanakan di 21 Propinsi, 53 Rumah Sakit, 49 Laboratorium dan 26 Unit Tranfusi Darah PMI, dengan jumlah 1.825.823 sampel, kasus positif 29.480 orang, jumlah kasus terbanyak didapatkan pada golongan umur 20-40 tahun, sedangkan proporsi menururt jenis kelamin menunjukan bahwa pada kelompok laki-laki 83% dan 17% pada perempuan. (Kemenkes,2012)

Prevalensi VHC pada beberapa donor di Indonesia berkisar 0,5-3,4%. Prevalensi Anti-VHC pada virus Hepatitis akut 9,5%-20%, prevalensi Anti-VHC pada sirosis hati berkisar 30,8-89,2%. Data koinfeksi diperoleh dari beberapa penelitian Rino S Gani (FKUI, RSCM) Penderita dengan HIV (IVDU), ko infeksi 80%, penderita koinfeksi dengan Hepatitis B berkisar 10-19%. Suryanto Sidik (RS Mintoharjo) pada penderita dengan HIV, 31,6% ko infeksi dengan VHC (Kemenkes,2012).

Diketahui bahwa resiko tertinggi terhadap hepatitis C yaitu pada pengguna jarum suntik tidak steril (tato, tindik), pengguna obat-obatan terlarang dengan cara injeksi, pekerjaan yang berhubungan dengan darah dan produk darah penderita HCV, penderita HIV dan bayi yang lahir dari ibu penderita VHC. (Kemenkes,2012).

Seperti yang kita ketahui, bahwa hepatitis C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi baru lahir pun terjadi. Hal ini dapat terjadi karena penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C terhadap bayi. Tanpa disadari, hepatitis C ini dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi, sehingga akan mempengaruhi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

Berdasarkan informasi awal yang di peroleh pada peneliti pada tanggal 10 Juli tahun 2014 saat melakukan studi pendahuluan di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat terdapat kasus terjadinya hepatitis C pada bayi pada tahun 2014, hal ini terungkap berdasarkan hasil pendokumentasian dalam catatan rekam medis

(3)

pasien terdapat 4 kasus heptitis C di Rumah Sakit Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Berkaitan dengan data-data tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda gejala Hepatitis C pada bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.

METODOLOGI

Rancangan Penelitian

Jenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Beberapa jenis penelitian diantaranya, penelitian menurut pendekatan analitik, menurut tujuan, menurut waktu, menurut rancangan, dan menurut beberapa catatan (Badriah,2006).

Jenis penelitian ini adalah penelitian

Analitik yaitu penelitian yang menggali bagaimana

dan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, dan dilanjutkan melakukan analisis hubungan antara faktor efek dan resiko (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan Cross

Sectional yaitu penelitian dengan melakukan

pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Variabel independen pada penelitian ini adalah perilaku ibu hamil yang berisiko menimbulkan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah terdapatnya tanda dan gejala hepatitis C pada bayi.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah kelahiran hidup di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 486 jumlah kelahiran hidup. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportional Random

Sampling dengan cara diundi, sebesar 15% dari

jumlah populasi, yaitu sebanyak 74 orang. Instrumen Penelitian

Kuesioner digunakan oleh peneliti dalam mengukur variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Analisa Data Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan jawaban kuesioner penelitian ke dalam bentuk tabel (distribusi frekuensi) dan grafik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen/ bebas dan variable dependen/terikat. Analisis Univariat bertujuan untuk melihat gambaran dari setiap variabel. Hasil jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga memiliki hubungan. Untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, penelitian dengan menggunakan uji Chi kuadrat. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Berikut akan dipaparkan hasil penelitian dalam tabel berdasarkan karakteristik responden

(4)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Responden di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Karakteristik Kunjungan Klinik n=20 Kunjungan Rumah n=21 Total N=41 % p Usia < 25 10 5 15 36,60 0,185 25-35 9 13 22 53,70 >35 1 3 4 9,70 Paritas Primipara 12 7 19 46,30 0,204 Multipara 7 11 18 43,90 Grandemultipara 1 3 4 9,80 Pendidikan SD 3 4 7 17,07 0,704 SMP 8 6 14 34,14 SMA 8 8 16 39,02 Perguruan Tinggi 1 3 4 9,75

Tabel 1 menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 20-35 Tahun yaitu sebanyak 39 responden (52,70%), responden yang berusia <20 Tahun sebanyak 19 responden atau (25,68%), dan usia >35 Tahun sebanyak 16 responden atau (21,62%).

Berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Responden

Berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun

2014

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 8 10,82 SMP 14 18,92 SMA 29 39,18 D3 11 14,86 S1 12 16,22 Total 74 100

Pada tabel 2 didapatkan data bahwa sebagian besar jenjang pendidikan terakhir responden SMA yaitu sebanyak 29 responden atau 39,18%, jenjang pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 14 responden atau 18,92%, jenjang pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak

12 responden atau 16,22%, jenjang pendidikan terakhir D3 sebanyak 11 responden atau 14,86%, dan jenjang pendidikan terakhir SD yaitu 8 responden atau 10,82%.

Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden di

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Bekerja 22 29,73

Wiraswasta 19 25,68

Pegawai Swasta 21 28,38

PNS 12 16,22

Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan sebagian besar responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 responden atau (29,73%), responden yang bekerja sebagai wiraswasta 19 responden atau (25,68%), responden yang bekerja sebaga Pegawai Swasta sebanyak 21 orang atau (28,38%) dan responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12 responden atau (16,22%).

(5)

Berdasarkan Penghasilan Bulanan

Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Penghasilan Responden di RSUD

Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Penghasilan Frekuensi Persentase (%)

>2.000.000 28 37,84

500.000 - 2.000.000 24 32,43

< 500.000 22 29,73

Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan sebagian besar responden berpenghasilan >2.000.000 yaitu sebanyak 28 responden atau (37,84%), responden yang berpenghasilan antara 5.00.000 – 2.000.000 sebanyak 24 responden atau (32,43%) dan berpenghasilan <5.00.000 sebanyak 22 responden atau (29,73%).

Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi yang Dilahirkan

Tabel 5. Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi yang Dilahirkan Responden di RSUD Al Ihsan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 33 44,59

Perempuan 41 55,41

Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan sebagian besar bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 bayi atau (55,41%), dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 responden atau (44,59%).

Berdasarkan Usia Bayi

Tabel 6. Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Balita yang Dilahirkan Responden di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa

Barat Tahun 2014

Usia Frekuensi Persentase (%)

17 Bulan 8 10,81 16 Bulan 8 10,81 15 Bulan 4 5,41 14 Bulan 3 4,05 13 Bulan 3 4,05 12 Bulan 8 10,81 11 Bulan 9 12,16 10 Bulan 8 10,81 9 Bulan 5 6,76 8 Bulan 4 5,41 7 Bulan 5 6,76 6 Bulan 5 6,76 5 Bulan 4 5,41 Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan sebagian besar bayi responden berusia 17 bulan yaitu sebanyak 8 responden atau (10,81%), bayi responden yang berusia 16 bulan sebanyak 8 responden atau (10,81%), bayi responden yang berusia 15 bulan sebanyak 4 responden atau (5,41%), bayi responden yang berusia 14 bulan sebanyak 3 responden atau (4,05%), bayi responden yang berusia 13 bulan sebanyak 3 responden atau (4,05%), bayi responden yang berusia 12 bulan sebanyak 8 responden atau (10,81%), bayi responden yang berusia 11 bulan sebanyak 9 responden atau (12,16%), bayi responden yang berusia 10 bulan sebanyak 8 responden atau (10,81%),

(6)

bayi responden yang berusia 9 bulan sebanyak 5 responden atau (6,76%), bayi responden yang berusia 8 bulan sebanyak 4 responden atau (5,41%), bayi responden yang berusia 7 bulan sebanyak 5 responden atau (6,76%), bayi responden yang berusia 6 bulan sebanyak 5 responden atau (6,76 %), Dan bayi responden yang berusia 5 bulan sebanyak 4 responden atau (5,41%),

Gambaran Perilaku Ibu Hamil terhadap Perilaku Kesehatan yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Hamil terhadap Perilaku Kesehatan yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis C

pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

No Perilaku f %

1 Kurang baik 19 25,7

2 Cukup Baik 28 37,8

3 Baik 27 36,5

Jumlah 74 100

Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa perilaku kesehatan ibu dengan ketgori kurang baik sebanyak 19 orang (25,7%), 28 orang (37,8%) cukup baik, dan 27 orang (36,5%) baik. Dengan demikian sebagian kecil (25,7%) ibu dengan perilaku kesehatan yang kurang baik di RSUD AL Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Gambaran Tentang Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Tabel 8. Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

No Hepatitis C f %

1 Terdapat tanda dan gejala Hepatitis C 15 20,3 2 Tidak terdapat tanda dan gejala Hepatitis C 59 79,7

Jumlah 74 100

Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa 15 orang bayi (20,3%) dengan tanda dan gejala hepatitis C, 59 bayi (79.7%) bayi tidak terdapat tanda dan gejala hepatitis C. Dengan demikian sebagian kecil (20,3%) bayi memiliki tanda dan gejala hepatitis C di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat

Gambaran Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Hasil analisis data menggunakan tabel 3 x 2 diketahui terdapat sel dengan nilai ekspektasi kurang dari 5 maka selanjutnya menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 dengan Fisher Exact sebagai berikut:

(7)

Tabel 9. Gambaran Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Kecemasan hari ke-3 Kecemasan hari ke-6 Kecemasan hari ke-14

r p r p r p

Regulasi diri hari ke-3 0,433 0,050

Regulasi diri hari ke-6 -0,295 0,194

Regulasi diri hari ke-14 0,019 0,935

Uji Pearson

Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa ibu dengan perilaku kesehatan kurang baik dan dan cukup baik bayinya terdapat tanda dan gejala hepatitis C sebanyak 13 orang (28,9%), sedangkan ibu hamil dengan perilaku kesehatan baik sebanyak 2 orang (7,4%). Dengan demikian proporsi ibu dengan perilaku kesehatan kurang baik dan cukup baik serta memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C lebih tinggi dibandingkan dengan ibu dengan perilaku kesehatan baik di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.

Perbedaan proporsi tersebut menandakan adanya hubungan yang bermakna, hasil uji chi

square diperoleh rvalue = 0,022 (<0,05) sehingga

hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.

Berdasarkan nilai OR diketahui sebesar 5.484 (CI: 1.136 - 26.476) yang berarti ibu hamil dengan perilaku kesehatan kurang dan cukup baik berpeluang sebesar 5.484 kali lebih besar memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C. Gambaran tentang Perilaku Ibu Hamil terhadap Perilaku Kesehatan yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis C pada

Hasil analisis data diketahui bahwa sebagian kecil (25,7%) ibu dengan perilaku kesehatan yang kurang baik di RSUD AL Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Hal tersebu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan. Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku beraryi perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Septo dan Wardle (2004) mendefinisikan perilaku beresiko terhadap kesehatan atau Health

Risk Behavior sebagai berbagai aiktivitas yang

dilakukan oleh orang-orang dengan frekuensi atau intensitas yang meningkatkan resiko penyakit atau cidera (Baban & Craciun, 2007). Istilah perilaku kesehatan harus dibedakan dengan perilaku beresiko (risk behavior) yang berarti perilaku yang berhubungan dengan peningkatan kerentangan terhadap penyakit tertentu (Nursalam & Efendi, TT). Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan gagal dan pengambilan risiko sering didefinisikan sebagai keterlibatan dalam perilaku berilaku berisiko mungkin memiliki konsekuensi berbahaya (Sales & Erwin,2009).

(8)

terhadap perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penanganannya diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

Selain itu, Hardywinoto (2007: 187) menyatakan bahwa pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa sebagian kecil (21,2%) ibu hamil dengan perilaku kesehatan yang kurang baik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa masih adanya ibu hamil dengan perilaku kesehatan yang kurang baik. Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan yang komprehensif, yaitu dengan cara melakukan penyuluhan untuk menjaga pola hidup sehat, terutama pada ibu hamil.

Gambaran tentang Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Hasil analisis data diketahui bahwa sebagian kecil (20,3%) bayi memiliki tanda dan gejala hepatitis C di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Masih adanya bayi dengan tanda dan gejala hepatitis c diantaranya disebabkan oleh

masih rendahnya kesadaran ibu dalam menjaga kesehatannya.

Infeksi Virus Hepatitis C merupakan infeksi sistemik dimana hati merupakan organ target utama dengan kerusakan berupa inflamasi dan atau nekrosis hepatosit serta infiltrasi panlobular oleh sel molekuler (Diane Yusri, 2014;2) Hepatitis C merupakan penyakit yang penting karena bertanggung jawab atas sekitar 90% hepatitis pasca transfusi dan di duga 3% populasi dunia telah terinfeksi hepatitis C yang mempunyai masa inkubasi sekitar 7 minggu (Braatmadja,2005:13)

Hepatitis C merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC), sebelum ditemukannya Virus Hepatitis C dikenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : Virus Hepatits A dan Virus Hepatitis B (VHB). Terdapat juga hepatitis bukan disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat dikenal sehingga dinamakan hepatitis non-A non-B (hepatitis NANB) yang pada akhirnya setelah diindentifikasi virus baru ini dinamakan virus hepatitis C (VHC). Berdasarkan teori para ahli tersebut di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C yang menyerang organ hati dalam tubuh yang memiliki masa inkubasi selama ±7 minggu.

Infeksi VHC merupakan masalah yang besar, karena pada sebagian kasus dapat menjadi hepatitis kronis yang dapat menyebabkan terjadinya sirosis hati dan kanker hati. Hampir semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu : hepatitis A,B,C,D dan E. Perjalanan alamiah infeksi HCV dimulai sejak virus hepatitis C masuk ke dalam darah dan terus beredar dalam darah menuju hati, menembus dinding sel dan masuk kedalam sel, lalu berkembang biak. Hati menjadi meradang dan sel hati mengalami kerusakan dan terjadi gangguan fungsi hati dan mulailah perjalanan infeksi virus

(9)

hepatitis C yang panjang. Ada 2 mekanisme bagaimana badan menyerang virus. Mekanisme pertama melalui pembentukan antibodi yang menghancurkan virus dengan menempel pada protein bagian luar virus. Antibodi ini sangat efektif untuk hepatitis A dan B, tetapi sebaliknya antibodi imun tubuh yang diproduksi imun tubuh terhadap HCV tidak bekerja sama sekali (Sulaiman HA, Julitasari, 2007 ; 17)

Sekitar 15% pasien yang terinfeksi virus hepatitis C dapat menghilangkan virus tersebut dari tubuhnya secara spontan sayangnya, mayoritas penderita penyakit ini menjadi kronis. Dienstag telah meneliti 189 kasus hepatitis HAHB ternyata dari jumlah tersebut 34% penderita hepatitis kronik pensisten atau hepatitis kronik lobuler, 40% hepatitis kronik aktif dan 18% penderita sirosis hati (Dienstag,2005 ; 85)

Salah satu konsekuensi paling berat hepatitis adalah kanker hati, hepatitis C kronis merupakan salah satu bentuk penyakit hepatitis paling berbahaya dan dalam waktu lain dapat terjadi komplikasi. Penderita hepatitis kronis beresiko menjadi penyakit hati tahap akhir dan kanker hati, penyakit hati terutama hepatitis C penyebab utama pada tranplantasi hati sekarang ini. Saat hati menjadi rusak, hati tersebut memperbaiki sendiri membentuk fibrosis, yang menunjukan semakin parahnya penyakit, sehingga hati menjadi sirosis.

Hampir semua mortalitas hepatitis C berhubungan dengan komplikasi sirosis hati dan kanker hati, dan hampir tidak pernah terjadi klierns spontan virus hepatitis C pada hepatitis kronik. Sepertiga dari pasien terinfeksi hepatitis kronik tidak pernah menjadi sirosi. Sepertiga dari kasus hepatitis kronik menjadi sirosis hati dalam waktu 30 tahun dan sebagian dapat berkembang

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa sebagian kecil (61,9%) bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa masih adanya bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan yang komprehensif, yaitu dengan cara memeberikan penyuluhan pada ibu hamil untuk selalu menjaga pola hidup yang sehat. Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Hasil analisis data diketahui bahwa ada hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014, hasil uji chi square diperoleh pvalue = 0,022 (<0,05). Secara yang dimaksud denga perilaku ibu hamil dalam penelitian ini adalah reaksi atau tanggapan ibu hamil yang dapat menimbulkan terjadinya sebuah akibat yang ditinjau dari, faktor yang mempengaruhi perilaku, perubahan perilaku kesehatan, perilaku beresiko, faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko, dan bentuk perilaku berisiko.

Sedangkan yang dimaksud dengan Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C yang menyerang organ hati dalam tubuh yang dapat disebabkan oleh perilaku bersiko yang dilakukan sebelumnya, meliputi tanda dan gejala hepatitis C. Diketahui bahwa resiko tertinggi terhadap hepatitis C yaitu pada pengguna jarum suntik tidak steril (tato, tindik), pengguna obat-obatan terlarang dengan cara injeksi, pekerjaan yang berhubungan dengan darah dan produk darah penderita HCV, penderita HIV dan bayi yang lahir dari ibu penderita VHC.

(10)

kuesioner yang dibagikan kepada responden didapatkan hasil yang cukup banyak, diantaranya fenomena sosial seperti berteman dengan orang-orang yang bertato, berprofesi sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial) dan para mantan pengguna narkoba. Jika melihat pada konteks sosial hal ini sangat baik, mengingat bahwa kita sebagai manusia harus saling bahu-membahu dan tidak dapat hidup sendiri, bagaimanapun kondisi dari rekan kita itu sendiri. Tapi tanpa disadari ini merupakan jalan yang dapat memicu terjadinya suatu dampak penyakit jika kita berinteraksi kurang baik dengan mereka.

Selain fenomena sosial tersebut diatas, beberapa responden pernah bekerja di tempat yang beresiko memicu timbulnya penyakit menular seksual. Telebih lagi didukung dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dari berbagai macam kalangan, profesi dan latar belakang yang berbeda yang tentu nya tidak diketahui sebelumnya.

Kejadian hepatitis C dapat ditularkan dari beberapa sumber, seperti kontak seksual. Dari data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh responden, sebanyak 55,4% responden pernah melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan 67,6% pernah melakukan hubungan sesama jenis. Sungguh sangat disayangkan, angka ini cukup besar untuk ukuran responden yang berjumlah 74 responden. Mengingat kemungkinan mereka tidak mengetahui kondisi tubuh pasangan masing-masing, atau bahkan sudah mengetahui tetapi mengabaikannya. Ini sangat mempengaruhi terhadap kejadian hepatitis C yang dapat ditularkan kepada keturunannya kelak.

Selain dari kontak seksual, dari penerimaan donor darah yang tidak terjaga kualitasnya dengan baik, dapat menyebabkan hepatitis C, terlebih lagi jika tidak dilakukan pemeriksaan darah lengkap sebelumnya pada darah pendonor

yang sebenarnya menderita hepatitis C. Hal ini akan berujung pada tertularnya penerima donor darah dengan penyakit hepatitis C.

Dari kuesioner yang diberikan didaptkan 77% responden menerima donor darah dikarenakan masalah tertentu yang berhubungan dengan medis baik pada saat proses persalinan atau sebelum dan sesudah bersalin. Dalam hal ini tidak ditemukan virus hepatitis C yang disebabkan karena donor darah pada responden.

Kita tidak boleh meremehkan beberapa hal kecil yang dapat menimbulkan terjadinya suatu akibat yang berdampak besar. Seperti alat-alat yang banyak dijumpai di sekitar kita, pencukur rambut, gunting kuku dan sebagainya yang merupakan alat-alat pribadi tidak untuk dipinjamkan kepada orang lain, karena mungkin saja orang yang meminjam peralatan tersebut sebelumnya sudah terjangkit hepatitis C. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan memberikan pengertian kepada rekan kita atau orang-orang di sekitar kita yang akan meminjam peralatan pribadi milik kita.

Untuk para tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan peralatan medis, dengan berbagai macam cairan tubuh harus berhati-hati dalam melayani pasien terutama di rumah sakit, beberapa pasien tertentu yang terjangkit virus atau penyakit yang cukup berbahaya harus diperhatikan pemenuhan kebutuhannya serta pencegahan infeksinya.

Seperti yang kita ketahui, bahwa hepatitis C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi baru lahir pun terjadi. Hal ini dapat terjadi karena penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C terhadap bayi. Tanpa disadari, hepatitis C ini dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi, sehingga akan mempengaruhi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

(11)

ibu hamil maka angka kejadian hepatitis C pada bayi akan menurun atau bahkan tidak ada sama sekali, sebaliknya jika perilaku ibu hamil kurang baik maka akan muncul angka kejadian hepatitis C pada bayi sangat tinggi. Sering kali orang yang menderita hepatitis C tidak menunjukan gejala walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Gejala-gejala dibawah ini mungkin samar, misalnya lelah, perasaan tidak enak pada perut kanan atas, hilang selera makan, sakit perut, mual, muntah, pemeriksaan fisik seperti normal atau menunjukan pembesaran hepar sedikit. Beberapa pasien didapatkan spidernevi atau eritema palmaris (Bell B, 2009).

Hasil laboratorium yang menyolok adalah peninggian SGOT dan SGPT yang terjadi pada kurun waktu 2 sampai 26 minggu setelah tertular. Masa inkubasinya diantara hepatits akut A dan hepatitis akut B, dengan puncaknya diantara 7 sampai 8 minggu setelah terkena infeksi (Sulaiman HA, Julitasari 2007 ;17).

Penderita infeksi HCV biasanya berjalan sublini, hanya 10% penderita yang dilaporkan mengalami kondisi akut dengan ikterus. Infeksi HCV jarang menimbulkan hepatits fulminan, namun infeksi HCV akut yang berat pernah dilaporkan pada penderita resipien transplantasi hati, penderita dengan dasar penyakit hati menahun dan penderita dengan konveksi HBV (Hernomo K, 2003;21). Meskipun kondisi akutnya ringan, sebagian besar akan berkembang menjadi penyakit hati menahun (Harrison’s 1998; 149). Infeksi HCV dinyatakan kronik jika deteksi RNA HCV dalam darah menetap sekurang-kurangnya 6 bulan. Secara klinik hepatitis C mirip dengan heptitis B. Gejala awal tidak spesifik dengan gejala gastrointestinal diikuti dengan ikterus dan kemudian diikuti perbaikan pada kebanyakan kasus (PPHI, 2007 ; 21).

infeksi hepatitis B. Kedua virus infeksi ini dapat menimbulkan gangguan kualitas hidup, meskipun masih dalam stadium presirotik dan sering mengakibatkan komplikasi ekstra hepatik (Hernomo K, 2003 ; 23). Pasien dengan hepatitis C kronik dengan manifestasi gejala ekstrahepatik yang biasanya disebabkan respon imun seperti gejala rematoid, karatoconjungtivis sicca, lichen planus, glomerulonefritis, limfoma dan krioglobulinemia esensial campuran. Krioglobulin telah dideteksi pada serum sekitar separuh pasien dengan hepatitis C kronik (Mauss S, et al , 2009 ;45).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara perilaku kesehatan ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C. Oleh karena itu ibu hamil hendaknya menjaga pola hidup sehat dan berperilaku sehat agar dapat meminimalisisr kejadian hepatitis C yang dapat terjadi kapanpun. SIMPULAN DAN SARAN

Perilaku kesehatan ibu dengan ketgori kurang baik sebanyak 25,7%, 37,8% cukup baik, dan (36,5%) baik. Dengan demikian sebagian kecil (25,7%) ibu dengan perilaku kesehatan yang kurang baik di RSUD AL Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Terdapat tanda dan gejala hepatitis C yang terjadi pada bayi sebanyak 20,3% dan tidak terdapat tanda dan gejala hepatitis C pada bayi sebanyak 79.7%. Dengan demikian sebagian kecil 20,3% bayi memiliki tanda dan gejala hepatitis C di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Ada hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun

(12)

dengan perilaku kesehatan kurang dan cukup baik berpeluang sebesar 5.484 kali lebih besar memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C.

Diharapkan untuk membuat struktur atau petugas pelayanan penanggulangan hepatitis C di RSUD Al Ihsan Bandung provinsi Jawa Barat, mengingat telah diketahuinya beberapa kasus hepatitis C yang terjadi diwilayah kerja RSUD Al Ihsan Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Melakukan kegiatan pemeriksaan Hepatitis C pada seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit terutama ibu hamil yang sudah di curigai atau di rekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan Hepatitis C oleh pihak-pihak tertentu, seperti rujukan dari bidan atau Puskesmas. Saran bagi ibu hamil Ibu hendaknya menjaga pola hidup dan perilaku sehat agar dapat meminimalisir kerjadian hepatitis C yang dapat terjadi pada ibu dan menularkan pada bayi nya. Oleh karena itu ibu dapat berinisiatif sendiri untuk memeriksakan Hepatitis C terlebih jika direkomendasikan untuk memeriksakan Hepatitis C di pelayanan kesehatan tertentu. Bagi warga masyarakat diharapkan warga masyarakat dapat menyaring informasi yang lebih banyak lagi mengenai perilaku apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya hepatitis C, karena hal ini menyangkut pada upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Terakhir untuk institusi pendidikan pendidikan di bidang kesehatan, diharapkan dalam proses pembelajaran di kampus harus lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hepatitis c, yang selanjutnya dapat di aplikasikan pada saat Praktik Kerja Lapangan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi, karena hal ini merupakan tugas bidan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Anonim. Ackogtg.Hepatits.Wordpress.com diakses

pada 19 Juni 2015.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

_________, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arini. 2013. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta: Flashbook

Baban. A. Craciun C. 2007. Changing

health-Risk Behaviours : a review of Theory and Evidance-Based Interventions in Health Psychology. Journal of Cognitive and

Behavioral psychotheraphies. Voll. VII. No 1, 2007.

Badriah. 2006. Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu

Kesehatan. Bandung : PT.MULTAZAM

Depkes. 2014. Kejadian Hepatitis C di Indonesia. Jakarta

Dienstag JL.2003. Non A Non B Hepatitis

Recognition, Epidemiology and Clinical Gastroentenologi..

Dinkes. 2011. Profil Kesehatan Kota Bandung 2011 Eaton, Andrew, et al. 2011. Standard Methods for

Examination of Water and Wastwater. 21st

Edition. Marryland-USA: American Public Health Association

Hernomo,K.2006. Pandangan Terkini Hepatitis

Virus B dan C dalam Praktek Klinik.

Surabaya

Hidayat, Azis Alimul. 2011. Metode Penelitian

Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika

Kemenkes RI. 2012. Pedoman pengendalian

(13)

Mauss. S. Et al. 2009. Hepatology A Clinical

Textbook. Germany

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

_________, Soekidjo.2008. Promosi Kesehatan & Ilmu

Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

_________, Soekidjo.2005. Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

_________, Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam & Effendi. 2011. Manajemen

Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba

Medika

PPHI. 2007. Konsensus Penatalaksanaan Hepatitis

C Kronik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bima Pustaka

Sacher, RA. Mc.Pherson, RA. 2009. Widman’s

Clinical Interpretation of Laboratory Test.

Philadelphia : FA Davis Company

Subanada.2010. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: UII Pres

Sugiono. 2013. Metode Peneltian Kualitatif dan

R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono . 2013. Metode penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

_________ .2011. Statistika Untuk Penelitian Cetakan

Kedua Belas Revisi Terbaru. Bandung:

Alfabeta.

Sulaiman, HA. Julitasari. 2007. Selayang Pandang

Hepatitis C. Jakarta : Salemba Medika

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian

Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Wardle,J.,Haase,A.M,Steptoe,A.,Nillapun,M. ,Jonwutiwes,K.,&Bellisle,F.,(2004).

Gender Differences in Food Choice : The Contrubytion of Health Belief and Dieting. Annals of Behavioural Meicine. 27 (2) :

107-116

Warner, Saverin J, James W, Tankard,Jr. 2011.

Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Edisi Ke 5.

(14)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Responden di RSUD Al- Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Responden  Berdasarkan Penghasilan Responden di RSUD
Tabel 8. Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa  Barat Tahun 2014
Tabel 9. Gambaran Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C pada  Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

VirtualBOX yaitu aplikasi virtual mesin Open source yang di rancang untuk menjalankan OS lain di dalam satu sistem operasi misal : windows yang saya pakai saat ini yaitu windows xp,

Sehingga dalam operasi penangkapan ketiga alat tangkap tersebut dan kehidupan sehari-haripun tidak pernah terjadi konflik yang besar, tetapi ada kemungkinan

(2009), menyatakan bahwa sikap terhadap pemalsuan dan niat beli konsumen secara positif ditentukan oleh kesadaran akan nilai barang karena keuntungan harga rendah dari

Cara yang dilakukan polisi jika dana bensin dari sumber yang tersedia tidak.. mencukupi

Penggunaan media dalam berbagai platform, terus meningkat secara global. Seiring hal tersebut, berbagai masalah muncul, seperti peningkatan kejahatan siber, jumlah

Kencana, 2010), h.. 1) Data tentang kemampuan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014 dalam membaca Alquran berdasarkan makharijul hurufnya. 2) Data

Pelaksanaan sasi sebagai bagian dari pelestarian sumber daya alam di Negeri Administratif Hatuhenu, ternyata tidak dilakukan oleh semua masyarakat yang juga merupakan

Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) dan Darwis (2012) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak memoderasi