• Tidak ada hasil yang ditemukan

JIMVET E-ISSN : Maret 2018, 2(1):

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JIMVET E-ISSN : Maret 2018, 2(1):"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

161

ISOLASI Escherichia coli PADA TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) YANG GAGAL MENETAS DI PETERNAKAN DESA GAROT KECAMATAN DARUL

IMARAH ACEH BESAR

Isolation of Escherichia coli from Failed to Hatch Quail’s Eggs (coturnic coturnix japonica) in Garot, Darul Imarah Subdistrric, Aceh Besar

Chairul Saputra Siregar1, Erina2, Mahdi Abrar3

1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Corresponding author: E-mail: chairulsrg@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengisolasi bakteri Escherichia coli pada telur puyuh yang gagal menetas di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Sebanyak 30 butir telur puyuh yang gagal menetas diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Sampel diisolasi berdasarkan metode Carter yang dimodifikasikan. Telur dibuka, diambil embrionya dan diswab dengan swab steril. Selanjutnya dimasukkan dalam media Nutrien Broth (NB) dan inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Kemudian dengan menggunakan ose steril, biakan dipindahkan ke media

Eosin Methilen Blue Agar (EMBA). Bakteri yang tumbuh diamati morfologi koloninya dan

dilakukan pewarnaan Gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 dari 30 sampel (10%) telur burung puyuh yang diteliti positif terinfeksi Escherichia coli . Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Escherichia coli merupakan salah satu penyebab kegagalan menetas pada telur puyuh dipeternakan Desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Kata Kunci: Burung Puyuh(coturnix-coturnix japonica), telur, Esherichia coli

ABSTRACT

This study aimed to isolate Escherichia coli from quail eggs that were not hatched in a farm at Garot village, Darul Imarah subdistrict, Aceh Besar District. Thirty unhatched quail eggs were examined in microbiology laboratorium of Veterinary Faculty of Syiah Kuala University, Banda Aceh. The eggs opened and the embrio were swabbed, and put into Nutrien Broth (NB) and incubated at 37o C for 24 hours. The culture were then transfered onto Eosine Methilen Blue Agar (EMBA). Grown bacteria were observed for it’s colony morphology and stained with Gram stain. The result showed that 3 out of 30 unhatched samples (10%) were positively infected by Escherichia coli. Based on this study, it can be concluded that Escherichia coli was one of many factors that caused quail eggs failed to hatch in a farm of Garot village, Darul Imarah subdistrict, Aceh Besar District.

Keywords: Qual, eggs, Escherichia coli

PENDAHULUAN

Ternak di Indonesia memiliki arti yang sangat penting, karena komoditi peternakan mempunyai serangkaian peranan dan nilai tambah tersendiri baik bagi peternak, masyarakat maupun negara. Peranan dan nilai tambah tersebut perlu terus dikembangkan sejalan dengan dengan pembangunan lainnya dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait. Tujuan umum dari bidang peternakan dan pemeliharaan kesehatan hewan dalam menunjang pembangunan adalah untuk penambahan produksi, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan untuk dapat memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil, merata dan cukup (Pambudi dan Sudardjat, 2000).

(2)

162

Usaha peternakan unggas semakin diminati masyarakat, disebabkan usaha peternakan unggas dapat dilakukan dalam skala usaha kecil dan besar. Salah satu usaha atau kegiatan peternakan yang dilakukan masyarakat adalah beternak Puyuh (Coturnix coturnix japonica), karena puyuh memiliki keunggulan untuk memproduksi telur dengan cepat dan banyak. (Listiyowati dan Roospitasari, 2007).

Menurut Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) pertumbuhan populasi ternak unggas meningkat, yaitu : ayam buras 13,87%, ayam ras petelur 35,37%, ayam ras pedaging 39,42%, itik 8,50%, dan itik manila mencapai 22,78%. Bahkan burung puyuh dan merpati meningkat signifikan masing-masing 65,85% dan 141,91%.

Hasil pemeriksaan bakteriologik yang telah dilakukan terhadap embrio itik yang mati dari telur yang gagal menetas ditemukan beberapa bakteri seperti Salmonella sp, Escherichia coli, Enterobactersp, Citrobactersp, dan Serratia sp (Darmono dan Darminto,2001). Bakteri Escherichia coli sering menyerang telur tetas sehingga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan menetas atau terjadinya kematian awal padaa anak ayam (Krisnaningsih dkk., 2005).

Hasil penelitian Elvioleta dkk. (2015), ditemukan adanya infeksi bakteri Salmonella sp pada induk puyuh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan sanitasi dan higiene kandang, peralatan dan lingkungan peternakan serta fumigasi penetasan telur untuk mengurangi keberadaan bakteri patogen dalam pengeraman di peternakan. Hasil Penelitian Suryandari dkk. (2016), Salmonella sp merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan menetas pada puyuh. Hasil dari Penelitian Rapi dkk. (2017), bakteri Pseudomonas sp dapat diisolasi dari telur puyuh yang gagal menetas.

Spesies-spesies bakteri koliform fekal seperti Escherichia coli dan Salmonella

typhimurium dapat menembus pori-pori cangkang dan masuk ke dalam telur. Telur memiliki

cangkang yang berpori dan sangat mudah retak atau pecah, sehingga sering terjadi kontaminasi oleh bakteri. Kontaminasi pada telur oleh bakteri patogen dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio telur (Jamila dkk., 2009).

Kejadian cemaran Escherichia coli pada telur telah banyak dilaporkan baik pada tingkat peternakan, pada telur konsumsi maupun pada produk olahan yang menggunakan telur sebagai bahan baku (Botka dkk., 2000). Namun laporan tentang pencemaran bakteri

Escherichia coli pada telur puyuh belum banyak dilaporkan. oleh sebab itu perlu dilakukan

penelitian mengisolasi bakteri Escherichia coli sebagai salah satu bakteri penyebab kegagalan menetasnya telur burung puyuh di peternakan Desa Garot, Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Sampel telur puyuh yang fertile namun gagal menetas diambil dari Peternakan Puyuh di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunaan pada penelitian ini antara lain: ose sengkelit, inkubator (Memmert), mikroskop (Olympus), gelas objek, kapas, pipet tetes, pinset, tabung reaksi (Pyrex), rak tabung, Erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur, kertas label, spidol, spatula, pinset, autoclave (ALP), sterilisator, cawan Petri (Pyrex), lampu spiritus, tissue, timbangan digital,

hot plate, refrigator, swab steril, aluminium foil, termos es.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 butir telur burung puyuh yang gagal menetas. Medium yang digunakan untuk isolasi bakteri Escherichia coli adalah Eosine

(3)

163

Methilen Blue Agar (EMBA), Nutrien Broth (NB), indol, reagenkovacs, alcohol 70%, Kristal

violet, lugol, safranin, alcohol 96%, dan minyak emersi. Metode Penelitian

Sampel telur burung puyuh yang gagal menetas dibawa ke lab mikrobiologi FKH UNSYIAH. Telur dibersihkan dengan Alkohol dan dibuka, isi telur dituang ke dalam cawan petri. Swab sisa kuning telur yang tidak diserap embrio, kemudian swab tersebut dimasukan ketabung reaksi yang berisi Nutrien Broth (NB), lalu diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Selanjutnya dengan menggunakan ose steril biakan dipindahkan ke media Eosine

Methilen Blue Agar (EMBA). Koloni yang tumbuh diamati morfologinya secara makroskopis

yang meliputi ukuran, elevasi, warna dan pinggiran. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis dengan melakukan pewarnaan Gram. Bakteri yang berwarna pink dan berbentuk cocobacilus dipindahkan ke Nutrien Agar miring sebagai Stock Colony. Uji tersebut sesuai dengan metode Carter (1987).

Prosedur Penelitian Persiapan Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya swab, tabung reaksi dan cawan petri harus disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi bakteri dari sumber lain.

Pengambilan Sampel

Penelitian menggunakan 30 butir telur burung puyuh yang gagal menetas dari peternakan di desa Garot kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Pengambilan sampel dilakukan selama 3 minggu , setiap minggu akan dilakukan pemeriksaan terhadap 10 butir telur puyuh yang gagal menetas setiap minggunya. Sampel yang sudah diambil dimasukkan ke dalam plastik, yang kemudian dimasukkan ke dalam termos es, kemudian sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala.

Isolasi Escherichia coli

Telur yang gagal menetas dicuci dengan air kemudian dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya telur dibuka dan isi telur berupa embrio yang tidak menetas ditempatkan dalam cawan petri steril. Isolasi bakteri Escherichia coli dilakukan dengan mengambil swab sisa kuning telur yang tidak diserap oleh embrio, lalu dimasukkan ke dalam Nutrien Broth

(NB) dan diinkubasikan selama 24 jam pada temperatur 37oC. Selanjutnya biakan yang tumbuh pada media NB diinokulasi pada media dengan melakukan penggoresan pada media dengan metode T.Streak (goresan T) pada cawan Petri. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37oselama 24 jam diamati secara makroskopis yang meliputi bentukkoloni, ukuran koloni dan konsistensinya. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan melakukan pewarnaan Gram. Selanjutnya koloni yang tumbuh pada media Eosine Methilen Blue Agar (EMBA) dilakukan Uji Indol untuk mengidentifikasi isolat bakteri yang diperoleh.

Pewarnaan Gram

Pembuatan sediaan untuk pewarnaan Gram dilakukan dengan membersihkan gelas objek dengan alkohol 70%. Setelah bersih lalu diteteskan NaCl fisiologis pada gelas objek. Ose dipanaskan dengan cara dipijarkan pada lampu spiritus. Setelah itu koloni bakteri diambil dengan ose, kemudian dihomogenkan dengan NaCl fisiologis diatas gelas objek hingga suspensi bakteri berbentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 1 cm. Sediaan dibiarkan kering dengan cara dianginkan (air dry), kemudian difiksasi dengan cara melewatkan gelas objek diatas lampu spiritus sebanyak 2-5 kali. Preparat yang sudah difiksasi diberi kristal violet selama 1-2 menit. Kemudian preparat tersebut dicuci dengan air mengalir. Preparat

(4)

164

kemudian digenangi lugol selama 1 menit. Setelah itu, preparat dicuci dengan alcohol 96% selama 5-10 detik. Selanjutnya preparat digenangi dengan safranin dan dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya, preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering, preparat ditetesi minyak emersi dan diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. Apabila bakteri termasuk kedalam kelompok Gram Negatif maka koloni bakteri akan berwarna Pink selanjutnya bakteri tersebut akan disimpan dalam NA miring (Stock colony) dan dilakukan Uji Indol.

Parameter penelitian

Parameter yang diamati adalah ada atau tidaknya pertumbuhan koloni bakteri

Escherichia coli.

Analisis Data

Data hasil dari penyebab terjadinya kegagalan menetas pada Peternakan Puyuh di Desa Garot kecamatan darul imarah dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil isolasi Escherichia coli pada telur burung puyuh yang gagal menetas di Desa Garot, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.

Sampel Jumlah sampel yang diperiksa Positif Escherichia coli Negatif Escherichia coli Periode 1 10 - 10 Periode 2 10 - 10 periode 3 10 3 7

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa Escherichia coli merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan menetas pada telur puyuh di peternakan puyuh desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 3 dari 30 sampel yaitu (10%) telur puyuh yang gagal menetas dapat diisolasi bakteri Escherichia coli.

Pada umumnya Escherichia coli dapat dikatakan mikroflora normal pada usus hewan, tetapi beberapa galur bersifat patogenik (Gyles, 1983). (Bisping dan Amtsberg, 1998) mengatakan bahwa infeksi Escherichia coli pada unggas umumnya bersifat sistemik dan menimbulkan bakterimia. Pada peristiwa colibasilosi unggas umumnya disebabkan avian pathogenic Escherichia coli (APEC), didominasi tiga serogroup, yaitu O1, O2, dan O78 (Mellata dkk., 2003). Bakteri E.coli mampu menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada organ seperti ooforitis (Lafont.,dkk 1987) selain itu dilaporkan bahwa infeksi bakteri Escherichia coli pada embrio unggas dapat menyebabkan radang pusar (omfalitis) (Bernes dan Gross, 1997).

Telur yang kotor juga merupakan salah satu faktor kematian embrio. Para ahli melaporkan bahwa sekitar 0,5% - 6% telur yang berasal dari ayam sehat mengandung

Escherichia coli dan sekitar 1,75% dari embrio yang mati mengandung Escherichia coli

serotype patogen. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor dengan kualitas kerabang yang tipis akan mudah kemasukan Escherichia coli dan dapat mencapai yolk sac. Sumber infeksi lain adalah ovarium atau oviduk yang terinfeksi oleh bakteri tersebut (Tabbu, 2000). Hasil penelitian Aini dkk. (2017), bakteri Esherichia coli dapat diisolasi dari ruang kandang burung puyuh di desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, semakin tinggi plate media maka jumlah koloni Escherichia coli semakin banyak

(5)

165

Tabel 2. Persentase kegagalan menetas pada telur puyuh di peternakan puyuh Desa Garot, Kec. Darul

Imarah, Aceh Besar.

Sampel

Telur Puyuh Jumlah Telur

Dieramkan Gagal Menetas

Persentase (%)

Periode I 200 62 31

Periode II 200 44 22

Periode III 100 23 23

Berdasarkan data pada tabel 2 diatas dapat diperoleh persentase rata-rata telur puyuh yang gagal menetas di peternakan desa garot kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar setiap minggunya adalah sebesar 25,3 %. Terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi daya tetas berupa faktor external yaitu sistem manajemen dari petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi udara) serta faktor internal yaitu induk yang digunakan sebagai bibit (Djanah (1984), yang disitasi oleh Sa’diah., 2015).

Telur yang kotor juga merupakan salah satu faktor kematian embrio. Para ahli melaporkan bahwa sekitar 0,5% - 6% telur yang berasal dari ayam sehat mengandung

Escherichia coli dan sekitar 1,75% dari embrio yang mati mengandung Escherichia coli

serotype patogen. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor dengan kualitas kerabang yang tipis akan mudah kemasukan Escherichia coli dan dapat mencapai yolk sac. Sumber infeksi lain adalah ovarium atau oviduk yang terinfeksi oleh bakteri tersebut (Tabbu, 2000). Hasil penelitian Aini dkk. (2017), bakteri Esherichia coli dapat diisolasi dari ruang kandang burung puyuh di desa Garot Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, semakin tinggi plate media maka jumlah koloni Escherichia coli semakin banyak.

Pada penanaman bakteri yang diperoleh dari sampel telur puyuh yang gagal menetas pada media EMBA dapat terlihat koloni berwarna hijau metalik yang merupakan salah satu ciri ada bakteri Escherichia coli yang tumbuh pada salah satu bagian media sedangkan bagian lain tidak terdapat. Hal ini sesuai dengan gambar 1, koloni yang bukan Escherichia coli tidak menghasilkan warna hijau metalik, sedangkan koloni yang berwarna hijau metalik adalah koloni bakteri Escherichia coli.

Gambar 1. Pertumbuhan bakteri yang didisolasi pada media EMBA a) Pertumbuhan

Escherichia coli pada media EMBA menunjukkan adanya warna hijau metalik, b)

Pertumbuhan bakteri non Escherichia coli.

Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi koloni Escherichia coli yang tumbuh di media EMBA pada pengambilan minggu ke 3

(6)

166

Sampel Ukuran Bentuk Permukaan Aspek Tepi Elevasi Warna

S1M3 - - - - - - -

S2M3 Sedang Bulat Halus Mengkilat Rata Cembung Hijau

S3M3 - - - -

S4M3 - - - - -

S5M3 - - - -

S6M3 Kecil Bulat Halus Mengkilat Rata Cembung Hijau S7M3 Kecil Bulat Halus mengkilat Rata Cembung Hijau

S8M3 - - - -

S9M3 - - - -

S10M3 - - - -

Menurut Cheeptham. (2012), EMBA juga mengandung karbohidrat laktosa, dengan adanya karbohidrat ini, bakteri gram negatif terdiferensiasi berdasarkan pada kemampuan bakteri tersebut. Warna sebelum pemupukan bakteri pada media EMBA adalah merah keunguan. Perubahan warna menjadi hijau metalik pada media ini dikarenakan bakteri

Escherichia coli dapat memfermentasikan laktosa yang meningkatkan kadar asam dalam

media. Kadar asam yang tinggi dapat mengendapkan methylen blue dalam EMBA. Pada media selektif EMBA ditemukan 3 sampel positif berwarna hijau metalik yaitu pada pemeriksaan minggu ke-3, sampel tersebut adalah S2M3, S6M3, S7M3 dengan karakteristik koloni bulat, cembung, pinggiran rata dan berwarna hijau metalik (gambar 1). Pada pemeriksaan sampel minggu 1 dan 2 tidak diperoleh ciri-ciri bakteri E.coli pada media selektif EMBA.

Hasil pewarnaan Gram pada sampel S2M3, S6M3, dan S7M3 terlihat bakteri berwarna merah muda, berbatang pendek. Bakteri ini digolongkan ke dalam bakteri gram negatif (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil pewarnaan Gram terhadap koloni yang tumbuh pada media EMBA

No Sampel Warna Bentuk sel Kesimpulan

S2M3 Merah muda Kokobasilus Gram negatif

S6M3 Merah muda Kokobasilus Gram negatif

S7M3 Merah muda Kokobasilus Gram negatif

Hal ini dikarenakan bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis dan memliliki lapisan polisakarida yang tebal sehingga memliliki permeabilitas yang tinggi maka mudah melepas zat warna kristal violet (ungu). Bakteri tersebut kemudian menyerap zat warna safranin sehingga berwarna pink. Hasil pewarnaan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada gambar 2.

(7)

167

Gambar 2. Hasil pewarnaan gram pada pembesaran 1000x terlihat bakteri berbentuk kokobasilus berwarna pink.

Perbedaan antara bakteri kelompok Gram positif dan Gram negatif adalah bakteri Gram positif merupakan organisme yang dapat mempertahankan komplek pewarna primer ungu kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel tampak biru gelap atau ungu). Pada bakteri kelompok Gram negatif bakteri akan kehilangan komplek warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol namun kemudian terwarnai oleh pewarnaan tandingan yaitu safranin sehingga sel kelihatan berwarna merah muda (Hadioetomo, 1985).

Untuk mendapatkan biakan murni (Pure Culture) koloni dipindahkan ke NA miring sebagai stock colony. Selanjutnya dilakukan Uji indol untuk mengidentifikasi kemampuan bakteri menghasilkan indol dengan menggunakan enzim trypthophanase (Hemraj dan Avneet 2013). Pada uji indol yang didapat hasilnya adalah positif hal ini ditandai dengan terdapatnya cincin merah pada bagian atas tabung reaksi setelah diteteskan reagen Kovacs sebanyak 3 tetes hal ini sesuai dengan yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil positif pada uji indol

Bakteri Escherichia coli dapat memproduksi indol dari pemecahan asam amino trypthopan dengan menggunakan enzim tryptophanase ( Sari dan Apridamayanti, 2014). Tryptopan adalah asam amino esensial, yang teroksidasi oleh bakteri E.coli yang mengakibatkan pembentukan Indol, asam pirivat dan amonia. Lapisan alkohol berkonsentrasi berwarna merah berbentuk cincin hal ini disebabkan karena indol bereaksi dengan aldehida (Sridhar, 2006).

(8)

168

KESIMPULAN

Escherichia coli dapat diisolasi dari telur puyuh yang gagal menetas dan merupakan

salah satu penyebab kegagalan menetas pada telur puyuh di Peternakan Desa Garot, Kecamatan darul imarah, Aceh besar.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H., Fakhurrazi, dan M. Abrar. 2017. Isolasi cemaran Escherichia coli pada ruang kandang burung puyuh ( coturnix coturnix japonica) di desa Garot Kecamatan Darul Imarah. Jimvet. 01(3):460-464

Barnes, H. J., and W. B. Gross. 1997. Colibacillosis, disease of poultry. Tenth Edition. Iowa State University Press, Ames. USA. Hal: 131-139

Bisping, W., G. A. Amtsberg. 1998. Color Atlas for The Diagnosis of Bachterial Pathogen in

Animals. Paul Parley Scientific Publisher, Berlin.

Botka, P.K., T. Petrak., H. Medic., and P. Novakovic. 2000. Bacteriological contamination of egg products after thermal preservation processes. Acta Aliment Hung. 29: 315-322 Carter, G.R. 1987. Essentials of veterinary bakteriology and micology. Lea and Febriger.

Philadelphia

Cheepthan, N. 2012. Eosin Methylen blue agar. Thomson Rivers University. Canada.

Darmono dan Darminto .2001. Permasalahan penyakit sebagai kendala usaha peternakan

itik. Lokakarya Nasional Unggas Air. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan RI. 2015. Laporan Kinerja Tahun 2014. Kementrian Pertanian, Jakarta

Elvioleta, I., Erina, F. Jamin, dan Darniati. 2015. Isolasi Salmonella sp pada burung puyuh

(Coturnix-coturnix japonica) di Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar. Jurnal medika veterinaria. 10(2).0853-1943.

Gyles, C.L. 1983. Escherichia coli. dalam Pathogenesis of Bacterial Infection in Animal.

Gyles, C.L. and Thoen, C.O (eds). Second Edition. Iowa State University Press,

Ames.

Hadioetomo dan Ratnasari.1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek; Tehnik dan Prosedur

Dasar Laboratorium, Gramedia, Jakarta

Hemraj, V., S. Diksha, and G. Avneet. 2013. A Review on Commonly Used Biochemical Test for Bacteria. Bhopal, India. Innovare Journal of Life Science,

1:1-7.

Jamila, F., K. Tangdilintin, dan R. Astuti. 2009. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada Feses Ayam yang Difermentasi dengan Lactobacillus sp. Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Krisnaningsih, M. M.F., W. Asmara dan M.H. Wibowo. 2005. Uji sensitivitas isolate Escherichia coli pathogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotik . J saim vet. 1:13-18

Lafont, J.P., D. Maryvone, M.D. Elena, Hauteville, A. Breed, J.P. Sansonetti. 1987. Presence and Expression of Aerobactin Genes in Virulent Avian Strain of Echereichia coli. J

Infect immun 55: 1993-1997.

Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2007. Puyuh: Tata Laksana Budi Daya Secara

Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta

Mellata, M., M. D. Moulin, C.M. Dozois, M. Curtiss, P.K. Brown, P. Arne, A. Bree, C. Dasautels, J.M. Fairbrother, 2003. Role of Virulence Factors in Resistance of Avian Pathogenic Escherichia coli to serum and in Pathogenicity. J Infect Immun. 71: 536-540

(9)

169

Pambudi, R. dan S. Sudardjat. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan

Kesehatan Hewan Indonesia; Peduli Peternkan Rakyat.Yayasan Agroindo Mandiri,

Jakarta

Rapi, D.H., Erina, dan Darniati. 2017. Isolasi dan identifikasi pseudomonas sp pada telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang gagal menetas di Desa Garot Kecamatan darul imarah Aceh besar. Jimvet.01(1).019-023.

Sa’diah, I.N., D. Garnida, dan A. Mushawwir. 2015. Mortalitas embrio dan daya tetas itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas. Student

e-journal Vol 4, No 3.

Sari, R., dan P. Apridamayanti. 2014. Cemaran bakteri Escherichia coli dalam beberapa makanan laut yang beredar di pasar tradisional kota pontianak. Kartika jurnal ilmiah

farmasi. 2 (2), 14-19

Sridhar, R.P.N. 2006. Imvic reaction. JJMMC. http://www.microro.com/ micronotes/imvic.pdf. 20 maret 2017

Suryandari, L. 2016. Isolasi Salmonella sp pada telur burung puyuh (Coturnix coturnix

japonica) yang gagal menetas di desa Garot Kecamatan Darul Imarah. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Tabbu,C.R.2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius.Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil isolasi Escherichia coli pada telur burung puyuh yang gagal menetas di Desa  Garot, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar
Tabel 2. Persentase kegagalan menetas pada telur puyuh di peternakan puyuh Desa Garot, Kec
Tabel 4. Hasil pewarnaan Gram terhadap koloni yang tumbuh pada media EMBA  No Sampel  Warna  Bentuk sel  Kesimpulan
Gambar 2. Hasil pewarnaan gram pada pembesaran 1000x terlihat   bakteri  berbentuk   kokobasilus berwarna pink

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pasal 2 dapat diberikan sanksi disiplin tingkat berat sesuai dengan ketentuan Peraturan Pernerintah Nomor 53 Tahun }OLA tentang Disiplin Pegawai Negeri

This paper presents results from a Direct Mapping Solution (DMS) comprised of an Applanix APX-15 UAV GNSS-Inertial system integrated with a Sony a7R camera to produce highly

yang lebih aktif dalam proses pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui kemampuan menjawab pertanyaan dengan cara siswa spotlight berdiri di depan kelas menjawab pertanyaan

Saat ini komputer tidak hanya digunakan sebagai pengganti mesin ketik atau alat perhitungan biasa, namun lebih dari sekedar itu, komputer digunakan penyimpanan data. Salah

Berbeda dengan hasil kesimpulan pada hipotesis kedua yang menyimpulkan bahwa variabel otonomi tugas tidak dapat menjadi variabel moderating yang menguatkan pengaruh

• Penawaran (supply) adalah jumlah barang yang ingin dijual dengan harga tertentu.. Banyaknya kuantitas barang dan jasa yang bersedia dijual

Kesimpulan dari penelitian adalah hasil analisis data secara simultan diketahui bahwa pengaruh variabel bauran pemasaran (7P) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Subjek penelitian sejumlah 10 (sepuluh) informan pemustaka Layanan Remaja yang dibagi menjadi 3 kategori usia, yaitu usia anak-anak 8-12 tahun, remaja 13-20 tahun, dan dewasa