• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP

TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN

(2)

i

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal

Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman

Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”adalah benar hasil karya tulis saya sendiri

yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara j0elas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 - 2013.

Jenis penelitian adalah asosiatif kausal. Populasi penenlitan berjumlah 18 perusahaan. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling, dengan demikian sampel diperoleh sebanyak 30 perusahaan, dengan observasi sejumlah 14 data dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel working capital turnover adalah 22,917, yang berarti setiap peningkatan working capital turnover sebesar 1 kali akan meningkatkan current ratio sebesar 22,917 %. Working capital turnover berpengaruh signifikan terhadap current ratio dimana t hitung sebesar 5,112 > t tabel 5 % 1,684. Koefisien determinasi (R Square) 0,395, artinya diperoleh sebesar 39,50 % dari perubahan current ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh perubahan variabel working capital turnover, sedangkan sisanya 60,50 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

(4)

iii

ABSTRACT

WORKING CAPITAL TURNOVER EFFECT ON THE LEVEL OF LIQUIDITY IN THE FOOD AND BEVERAGE REGISTERED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The research objective was to determine the effect of rotation of working capital to the level of liquidity in the company and the food and drinks that are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2011-2013. This type of research is associative causal. Penenlitan population amounted to 18 companies. The sampling based on purposive sampling, sample thus obtained as many as 30 companies, with observation number 14, the data were analyzed using simple linear regression.

The results showed that the regression coefficient of variable working capital turnover was 22.917, which means that any increase in working capital turnover amounted to 1 times the current ratio would increase by 22.917%. Working capital turnover significantly influence the current ratio which amounted to 5.112 t count> t table 1.684 5%. The coefficient of determination (R Square) 0.395, meaning obtained by 39.50% of the current ratio changes in food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange can be explained by changes in working capital turnover variable, while the remaining 60.50% is explained by other variables not included as a variable in research.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

penulis tepat pada waktunya dengan judul “ Pengaruh Perputaran Modal

Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan

Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”, sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara Medan.

Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada

pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepa6da:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc., Ak, CA selaku pelaksana tugas Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua

Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM., Ak selaku Wakil

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi., Ak selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program

(6)

v

4. Bapak Drs. Hasan Sajtu Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan

waktu, perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi

Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama

pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

(7)

vi

2.1.4. Pentingnya Modal Modal Kerja ... 11

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 15

2.1.6. Sumber Modal Kerja ... 16

2.1.7. Penggunaan Modal Kerja ... 19

(8)

vii

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 53

5.3. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 3.1. Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan ... 31

Tabel 4.1. Work Capital Turnover (WCT) Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2013 (kali) ... 41

Tabel 4.2. Current Ratio Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2013 (Persen) .. 42

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 27

Gambar 4.1. Normal P-P Plot ... 45

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

(12)

ii

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 - 2013.

Jenis penelitian adalah asosiatif kausal. Populasi penenlitan berjumlah 18 perusahaan. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling, dengan demikian sampel diperoleh sebanyak 30 perusahaan, dengan observasi sejumlah 14 data dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel working capital turnover adalah 22,917, yang berarti setiap peningkatan working capital turnover sebesar 1 kali akan meningkatkan current ratio sebesar 22,917 %. Working capital turnover berpengaruh signifikan terhadap current ratio dimana t hitung sebesar 5,112 > t tabel 5 % 1,684. Koefisien determinasi (R Square) 0,395, artinya diperoleh sebesar 39,50 % dari perubahan current ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh perubahan variabel working capital turnover, sedangkan sisanya 60,50 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

(13)

iii

ABSTRACT

WORKING CAPITAL TURNOVER EFFECT ON THE LEVEL OF LIQUIDITY IN THE FOOD AND BEVERAGE REGISTERED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The research objective was to determine the effect of rotation of working capital to the level of liquidity in the company and the food and drinks that are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2011-2013. This type of research is associative causal. Penenlitan population amounted to 18 companies. The sampling based on purposive sampling, sample thus obtained as many as 30 companies, with observation number 14, the data were analyzed using simple linear regression.

The results showed that the regression coefficient of variable working capital turnover was 22.917, which means that any increase in working capital turnover amounted to 1 times the current ratio would increase by 22.917%. Working capital turnover significantly influence the current ratio which amounted to 5.112 t count> t table 1.684 5%. The coefficient of determination (R Square) 0.395, meaning obtained by 39.50% of the current ratio changes in food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange can be explained by changes in working capital turnover variable, while the remaining 60.50% is explained by other variables not included as a variable in research.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan

adalah masalah efektivitas modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat

penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam

mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat

atau terhenti sama sekali sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan

sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini,

kemudian hal tersebut dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi

pada masa mendatang.

Perputaran modal kerja atau working capital turnover (WCT) yaitu rasio

yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian

penjualan (Riyanto, 2001:335). Semakin besar modal kerja yang dimiliki suatu

perusahaan mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena

perusahaan memiliki sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk

membiayai kegiatan operasio sehari-hari. Namun kondisi ini berbanding terbalik

dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebih menunjukkan

perputaran modal kerja yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran

persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya

dana yang tidak produktif dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang

tersedia tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya

(15)

2

disebabkan tingginya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang

terlalu kecil sehingga jumlah aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar,

hal inilah yang akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk

memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas

penjualan dan meningkatkan produksinya. Inilah yang menjadi pokok

permasalahan bagi pihak manajemen selama ini, seberapa besar sebaiknya modal

kerja yang harus ditetapkan oleh perusahaan dan bagaimana seharusnya

perputaran modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan.

Penetapan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda

begitupun dengan perputaran modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan,

salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu

sendiri. Kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah modal kerja secara tepat

akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan

sedangkan akibat penetapan modal kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan

kerugian. Kegiatan penetapan modal kerja tersebut bersifat dinamis sehingga

harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja

merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan

masalah likuiditas perusahaan.

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang

lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Hanafi,

2003:77). Secara umum hutang lancar dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

hutang jangka pendek, hutang dagang, dan hutang akrual (accrued liabilities),

(16)

3

dan setara kas, sekuritas yang dapat diperdagangkan, piutang, persediaan dan

biaya dibayar dimuka (White, 2002:126). Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu rasio yang membandingkan sumber-sumber kas dengan total

hutang lancar dan rasio yang membandingkan arus kas dengan hutang lancar

(White, 2002:127). Semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu menunjukkan

kondisi yang baik dari suatu perusahaan.

Rasio likuiditas idealnya bagi perusahaan idealnya adalah 200%, dan

apabila likuiditas kurang dari 200% maka dianggap kurang baik karena apabila

aktiva lancar turun maka jumlah aktiva lancar tidak cukup untuk menutupi

kewajiban jangka pendeknya. Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil, maka

akan menimbulkan likuid, sedangkan apabila jumlah aktiva lancar terlalu besar

akan berakibat timbulnya aktiva lancar atau dana yang menganggur, semua ini

akan berpengaruh kepada jalannya operasi perusahaan.

Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien sangatlah penting bagi

perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya yang sangat berperan

dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja yang akan digunakan

perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan oleh perusahasan.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya

berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” artinya perusahaan tersebut

mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada

hutang lancar. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran

pada saat ditagih atau kewajibannya pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan

(17)

4

Penjualan dan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat. Bila

volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang juga

meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja,

penganalisa menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover),

yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran modal kerja ini

menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh dari setiap rupiah

modal kerja (Djarwanto, 2001:140).

Perputaran modal kerja yang semakin cepat berarti semakin efisien

penggunaan total aktiva tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan

mempengaruhi perputaran modal kerja perusahaan. Seyogianya, semakin banyak

penjualan yang dilakukan, berarti semakin tinggi pula jumlah kas atau piutang

yang diperoleh. Itu berarti akan semakin tinggi jumlah total aktiva lancar. Jika

total aktiva lancar bertambah tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikipun akan

semakin tinggi, atau dengan kata lain semakin tinggi pula tingkat likuiditas

perusahaan tersebut.

Berdasarkan teori yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa perputaran

modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Fenomena

sehubungan dengan hal ini terjadi pada industri perbankan nasional saat krisis

moneter yang terjadi mulai tahun 1997 dimana banyak bank yang tingkat

likuiditasnya turun karena perputaran modal kerjanya tidak efektif. Untuk

mengatasi hal tersebut maka pemerintah mengambil langkah penyehatan

(18)

5

sehingga modal kerjanya bertambah dan efisiensi perputaran modal kerja bisa

dilakukan dengan baik. Namun penelitian yang ada menunjukkan hasil berbeda.

Penelitian Farhan menunjukkan bahwa perputaran modal kerja tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian Syahputra juga

menunjukkan bahwa perputaran modal kerja tidak dapat memprediksi likuiditas

perusahaan.

Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kelompok

perusahaan yang tergabung ke dalam industri makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai perusahaanyang diteliti dengan

mempertimbangkan persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja

perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan, baik bersaing

dengan perusahaan yang telah go public maupun yang belum go public.

Disamping itu, industri ini menyediakan kebutuhan primer manusia sehingga tetap

dapat menjadi prioritas utama konsumen meskipun kondisi perekonomian kurang

mendukung. Bagaimanapun buruknya kondisi kehidupan ekonomi konsumen,

mereka masih tetap membutuhkan makanan dan minuman untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh

Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan

(19)

6

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis

merumuskan masalah yaitu ”apakah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap

tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah

perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada peruashaan

makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. bagi penulis, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai

pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan

makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan

penelitian selanjutnya yang sejenis.

3. bagi para praktisi, sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan

mengenai pengaruh perputaran modal terhadap tingkat likuiditas pada

perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Weston dan Brigham (1990)

dalam Sawir (2005:129), “modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam

(20)

7

dan persediaan”. Menurut Harahap (2001:228), “modal kerja adalah aktiva lancar

dikurangi utang lancar”. Modal kerja juga bisa dianggap ebagai dana yang

tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar

utang tidak lancar.

Burton A. Kolb (1983) dalam Sawir (2005:129) menyatakan “modal kerja

adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di

dalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan dan dalam beberapa perusahaan

biaya di bayar dimuka”.

Menurut Riyanto (2001:335), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja,

yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep financial.

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam

unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali

berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di

dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian

modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau

sering juga disebut modal kerja kotor (gross working capital).

b. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang

benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa

Bertambahnya modal saham, adanya keuntungan dari operasi perusahaan.

Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh

(21)

8

berkurangnya utang jangka panjang, berkurangnya modal saham, pembayaran

dividen tunai, kerugian dalam organisasi perusahaan.

2.1.8. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat.

Apabila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat,

ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan

modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working

capital turnover). Working capital turnover (WCT) yaitu rasio yang

memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan.

Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk menghitung working capital

turnover (WCT) sebagai berikut:

Sales

WCT =

Total Current Assets – Total Current Liabilities

Jika rasio perputaran modal kerja tinggi akan mengindikasikan likuiditas yang

rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah

menunjukkan likuiditas yang tinggi. Perputaran modal kerja ini menunjukkan

jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari

hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat dikethui juga

apakah perusahaan bekerja dengan modak kerja yang tinggi atau bekerja dengan

(22)

9

berarti semakin besar likuid suatu perusahaan, untuk menghitungnya, dapat

dilakukan dengan rumus:

Total Cash + Total Marketable Securities

Cash ratio = x 100% Total Current Liabilities

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh suatu

variabel bebas perputaran kerja terhadap variabel terikat tingkat likuiditas.

Adapun tinjauan penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(23)

10

2.4. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Sumber: Disusun Penulis, 2014.

Perputaran modal kerja yang semakin cepat berarti semakin efisien

penggunaan total aktiva tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan

mempengaruhi perputaran modal kerja perusahaan. Seyogianya, semakin banyak

penjualan yang dilakukan, berarti semakin tinggi pula jumlah kas atau piutang

yang diperoleh. Itu berarti akan semakin tinggi jumlah total aktiva lancar. Jika

total aktiva lancar bertambah tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikipun akan

semakin tinggi, atau dengan kata lain semakin tinggi pula tingkat likuiditas

perusahaan tersebut.

Semakin besar modal kerja yang dimiliki suatu perusahaan

mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan

memiliki sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk membiayai kegiatan

operasio sehari-hari. Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan perputaran

modal kerja, modal kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja

yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau

Perputaran Modal Kerja (X)

(24)

11

adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana yang tidak produktif

dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan

secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya kekurangan modal kerja

menunjukkan perputaran modal kerja yang tinggi yang disebabkan tingginya

perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu kecil sehingga

jumlah aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar. Dengan demikian

semakin tinggi nilai likuiditas berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk

melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga semakin kecil resiko likuidasi

yang dialami perusahaan atau ditanggung oleh pemegang saham.

2.5. Rumusan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari sebuah

pertanyaan atau pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan melalui suatu

penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis yang

diajukan oleh penulis adalah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat

likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek

(25)

12

model, yaitu kombinasi antara cross section dan time series data. Penelitian ini

menggunakan data yang diambil dari sebuah perusahaan makanan dan minuman

(section) selama periode waktu 3 tahun (series) yang masing listing di BEI.

3.5. Variabel Penelitian

1. Klasifikasi Variabel

a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat

mempengaruhi perubahan dalam variabel independen (Kuncoro,

2003:191). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perputaran modal kerja.

b. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dijelaskan

atau dipengaruhi oleh variabel dependen (Kuncoro, 2003:191).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah

dipilih. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalahL:

a. Variabel bebas (independent variable)

Perputaran modal kerja (working capital turnover) yaitu rasio yang

memperlihatkan adalah keefektifan modal kerja dalam pencapaian

penjualan. Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk

menghitung perputaran modal kerja (working capital turnover) sebagai

berikut:

Sales

WCT =

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Namun, penggambaran keduniaan menjadi bias, karena penulis menjelaskan bahwa kesempurnaan berkaitan erat dengan surga, yang terdapat dalam kutipan:.. “Dan sorga yang

Cara terbaik memahami karakter dan pemikiran seseorang adalah melalui otobiografi maupun tulisan yang bersangkutan. Untuk mengetahui biografi Fatimah Mernissi tidaklah sulit

Penskoran pertama yang dilakukan adalah penskoran Right Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Penskoran ini dilakukan

Korupsi yang terjadi di kalangan perempuan parlemen menjadi suatu keresahan masyarakat di atas ekpektasi mereka yang meyakini bahwa perempuan dapat lebih baik dalam

Sehubungan dengan surat penawaran Saudara untuk paket pekerjaan Konsultan Pengawasan Pembangunan Trestle Tempat Sandar Kapal Kantor SAR Kupang, berdasarkan

Apabila ditemukan hal-hal dan/atau data yang kurang jelas maka Pokja ULPD Kepulauan Riau dapat meminta peserta untuk menyampaikan klarifikasi secara tertulis namun

Sehubungan dengan surat penawaran Saudara untuk paket pekerjaan Konsultan Pengawasan Pengembangan Gedung Operasional Kapal Kantor SAR Kupang, berdasarkan hasil

Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Kelompok Kerja Provinsi Kepulauan Riau.. Ali Prakoso