PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN PENGGUNAAN
WATERGLASS TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL
DARI BAGASE SORGHUM
SKRIPSI
OLEH:
DITA SARI PRABUNINGRUM 111201048
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN PENGGUNAAN
WATERGLASS TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL
DARI BAGASE SORGHUM
SKRIPSI
OLEH:
DITA SARI PRABUNINGRUM
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Ukuran Partikel dan Penggunaan Waterglass
terhadap Kualitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum
Nama : Dita Sari Prabuningrum
NIM : 111201048
Minat : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Irawati Azhar, S.Hut, M.Si. Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si. Ketua Anggota
Mengetahui,
i
ABSTRACT
DITA SARI PRABUNINGRUM : Effect of Particle Length Size and Water Glass Post-Treatment on Quality of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised IRAWATI AZHAR and APRI HERI ISWANTO
In the previous research, the problem of particleboard made from sorghum bagasse with Urea Formaldehyde resin were low value in dimensional stability,modulus of elasticity (MOE) and internal bond (IB). This research will give the solution to overcome of that problems. The objective of this research were to (1) evaluate the effect of length size particle on physical and mechanical properties of particleboard. (2) Evaluate water glass post-treatment on particleboard properties. The first research: Sorghum bagasse was cutted into 3, 5, and 7 cm length size. Furthermore, the particles were dried until approximately of 4% moisture content. Amount of 10% UF resin used for binding. Hot pressing process was conducted in 1300C temperature for 10 minute and 30 kg cm-2 pressure. For water glass post-treatment, 3 cm particle was used in this research. The manufacturing process of particleboard was similar with the first research. Board sample was immersed in waterglass on several concentration 0%, 30%, 50%, 70%, and 100% for 10 minute. Therefore, sample were oven dried at 800C for 24 hours. The result showed that, for the first research: the thickness swelling (TS) and internal bond (IB) did not fulfill of requirement JIS A 5908 (2003). According to all the test parameter, 3 cm length size of particle were resulting of the best properties compared with 5 and 7 cm length size. For the second research: WG post- treatment able to reduce of thickness swelling almost 30%. However, the thickness swelling did not fulfilled yet of standard. The mechanical properties showed that negative trend in MOR, MOE and IB parameter. Waterglass post-treatment and drying after treatment were suspected as the one factor in reducing of mechanical properties.
ii
ABSTRAK
DITA SARI PRABUNINGRUM : Pengaruh Ukuran Partikel Dan Penggunaan
Waterglass Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Bagase Sorghum. Di bawah bimbingan IRAWATI AZHAR dan APRI HERI ISWANTO.
Pada penelitian sebelumnya, permasalahan yang terdapat pada papan partikel yang terbuat dari batang sorghum dengan menggunakan perekat UF adalah rendahnya nilai stabilitas dimensi,MOE, dan IB. Penelitian ini akan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahn tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan menganalisis pengaruh perlakuan post-treatment waterglass terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel Sorghum. Pada penelitian mengenai pengaruh ukuran partikel : batang sorghum dipotong menjadi ukuran panjang 3 cm, 5 cm, dan 7 cm. Selanjutnya, partikel dikeringkan hingga menjapai KA 4%. Kadar perekat UF yang digunakan sebesar 10%. Pengempaan panas dilakukan pada suhu 1300C selama 10 menit dengan tekanan sebesar 30 kgcm-2. Sementara untuk perlakuan waterglass, ukuran partikel yang digunakan adalah panjang 3 cm. Proses pembuatan papan partikel sama seperti sebelumnya, hanya saja contoh uji kemudian direndam dengan larutan waterglass pada konsentrasi 0%, 30%, 50%, 70%, dan 100% selama 10 menit. Kemudian contoh uji di oven pada suhu 800C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ukuran partikel, semua nilai pengembangan tebal (PT) dan internal bond (IB) papan yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003). Berdasarkan hasil rekapitulasi seluruh parameter pengujian, papan partikel dengan ukuran partikel 3 cm memiliki nilai yang terbaik dibandingkan partikel 5 cm dan 7 cm. Pada pengaruh penggunaan waterglass, perlakuan post treatment waterglass mampu menurunkan nilai pengembangan tebal sebesar 55% dibandingkan papan tanpa perlakuan. Walaupun demikian, seluruh nilai pengembangan tebal papan yang dihasilkan belum memenuhi standar. Pada pengujian sifat mekanis, menunjukkan tren negatif untuk nilai parameter MOR, MOE, dan IB. Perlakuan post-treatment waterglass dan pengovenan setelah perlakuan waterglass merupakan salah satu faktor yang menurunkan nilai mekanis papan.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Prabumulih pada 07 Desember 1993 dari Ayah
Arif Budianto dan Ibu Masnita. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 07
Brebes dan lulus tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 05 Prabumulih dan lulus tahun 2008.
Pada tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 02
Medan, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebaga mahasiswa Program
Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur
ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Selama mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Silva (HIMAS) USU dan menjadi penerima beasiswa Djarum
angkatan 29. Penulis juga menjadi asisten Dendrologi tahun 2013 dan menjadi
koordinator asisten Dendrologi tahun 2014, asisten Hasil Hutan Bukan Kayu,
asisten Silvikultur, asisten Dasar Pengolahan Kayu Solid, asisten Hidrologi Hutan,
asisten Sifat Fisis dan Mekanis Kayu tahun 2014 dan menjadi koordinator asisten
Sifat Fisis dan Mekanis Kayu tahun 2015, asisten Praktik Pengenalan Ekosisten
Hutan (P2EH).
Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
di Tahura, Sibolangit dari 22 sampai 31 Agustus 2013. Penulis juga telah
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Wakatobi,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ―Pengaruh Ukuran Partikel dan Penggunaan Waterglass
terhadap Kualitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum‖
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
kepada kedua orang tua penulis yang telah mendidik, membesarkan, dan
mendoakan penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Irawati
Azhar S.Hut., M.Si., dan Dr. Apri Heri Iswanto S.Hut., M.Si. selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah memberikan semangat, membimbing,
mengarahkan, dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga berterimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai
Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Maret 2015
v
Pengujian sifat fisis dan mekanis... 10
Perlakuan Waterglass... 11
Analisis Data ... 11
Pengaruh ukuran partikel ... 11
Pengaruh perendaman waterglass ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Ukuran Partikel Kerapatan dan Kadar Air ... 15
Pengembangan Tebal dan Daya Serap Air ... 17
Sifat Mekanis Ukuran Partikel
vi
Modulus of Ruptur (MOR), Modulus of Elasticity (MOE), dan Internal Bond
(IB).. ... 30 KESIMPULAN DAN SARAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Geometri partikel Sorghum ... 10
Tabel 2 Sidik ragam kerapatan dan kadar air pada papan partikel Sorghum ... 15
Tabel 3 Sidik ragam terhadap pengembangan tebal dan daya serap air pada papan partikel Sorghum ... ... 17
Tabel 4 Sidik ragam terhadap MOE,MOR, dan IB pada papan partikel Sorghum . .. 19
Tabel 5 Rekapitulasi skoring papan partikel hasil penelitian (Ukuran partikel) ... 23
Tabel 6 Sidik ragam kerapatan dan kadar air pada papan partikel Sorghum ... 24
Tabel 7 Sidik ragam terhadap pengembangan tebal dan daya serap air pada papan partikel Sorghum ... ... 28
Tabel 8 Sidik ragam terhadap MOE,MOR, dan IB pada papan partikel Sorghum . .. 31
Tabel 9 Rekapitulasi skoring papan partikel hasil penelitian (Konsentrasi
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pola Contoh Uji ... 11
Gambar 2 Pengaruh ukuran partikel terhadap kerapatan papan ... 16
Gambar 3 Pengaruh ukuran partikel terhadap kadar air papan ... 17
Gambar 4 Pengaruh ukuran partikel terhadap pengembangan tebal papan ... 18
Gambar 5 Pengaruh ukuran partikel terhadap daya serap air papan ... 19
Gambar 6 Pengaruh ukuran partikel terhadap MOR papan ... 20
Gambar 7 Pengaruh ukuran partikel terhadap MOE papan ... 21
Gambar 8 Pengaruh ukuran partikel terhadap IB papan ... 22
Gambar 9 Pengaruh waterglass terhadap kerapatan papan ... 25
Gambar 10 Pengaruh waterglass terhadap kadar air papan ... 27
Gambar 11 Pengaruh waterglass terhadap pengembangan tebal papan ... 29
Gambar 12 Pengaruh waterglass terhadap daya serap air papan ... 30
Gambar 13 Pengaruh waterglass terhadap MOR papan ... 32
Gambar 14 Pengaruh waterglass terhadap MOE papan ... 33
i
ABSTRACT
DITA SARI PRABUNINGRUM : Effect of Particle Length Size and Water Glass Post-Treatment on Quality of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised IRAWATI AZHAR and APRI HERI ISWANTO
In the previous research, the problem of particleboard made from sorghum bagasse with Urea Formaldehyde resin were low value in dimensional stability,modulus of elasticity (MOE) and internal bond (IB). This research will give the solution to overcome of that problems. The objective of this research were to (1) evaluate the effect of length size particle on physical and mechanical properties of particleboard. (2) Evaluate water glass post-treatment on particleboard properties. The first research: Sorghum bagasse was cutted into 3, 5, and 7 cm length size. Furthermore, the particles were dried until approximately of 4% moisture content. Amount of 10% UF resin used for binding. Hot pressing process was conducted in 1300C temperature for 10 minute and 30 kg cm-2 pressure. For water glass post-treatment, 3 cm particle was used in this research. The manufacturing process of particleboard was similar with the first research. Board sample was immersed in waterglass on several concentration 0%, 30%, 50%, 70%, and 100% for 10 minute. Therefore, sample were oven dried at 800C for 24 hours. The result showed that, for the first research: the thickness swelling (TS) and internal bond (IB) did not fulfill of requirement JIS A 5908 (2003). According to all the test parameter, 3 cm length size of particle were resulting of the best properties compared with 5 and 7 cm length size. For the second research: WG post- treatment able to reduce of thickness swelling almost 30%. However, the thickness swelling did not fulfilled yet of standard. The mechanical properties showed that negative trend in MOR, MOE and IB parameter. Waterglass post-treatment and drying after treatment were suspected as the one factor in reducing of mechanical properties.
ii
ABSTRAK
DITA SARI PRABUNINGRUM : Pengaruh Ukuran Partikel Dan Penggunaan
Waterglass Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Bagase Sorghum. Di bawah bimbingan IRAWATI AZHAR dan APRI HERI ISWANTO.
Pada penelitian sebelumnya, permasalahan yang terdapat pada papan partikel yang terbuat dari batang sorghum dengan menggunakan perekat UF adalah rendahnya nilai stabilitas dimensi,MOE, dan IB. Penelitian ini akan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahn tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan menganalisis pengaruh perlakuan post-treatment waterglass terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel Sorghum. Pada penelitian mengenai pengaruh ukuran partikel : batang sorghum dipotong menjadi ukuran panjang 3 cm, 5 cm, dan 7 cm. Selanjutnya, partikel dikeringkan hingga menjapai KA 4%. Kadar perekat UF yang digunakan sebesar 10%. Pengempaan panas dilakukan pada suhu 1300C selama 10 menit dengan tekanan sebesar 30 kgcm-2. Sementara untuk perlakuan waterglass, ukuran partikel yang digunakan adalah panjang 3 cm. Proses pembuatan papan partikel sama seperti sebelumnya, hanya saja contoh uji kemudian direndam dengan larutan waterglass pada konsentrasi 0%, 30%, 50%, 70%, dan 100% selama 10 menit. Kemudian contoh uji di oven pada suhu 800C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ukuran partikel, semua nilai pengembangan tebal (PT) dan internal bond (IB) papan yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003). Berdasarkan hasil rekapitulasi seluruh parameter pengujian, papan partikel dengan ukuran partikel 3 cm memiliki nilai yang terbaik dibandingkan partikel 5 cm dan 7 cm. Pada pengaruh penggunaan waterglass, perlakuan post treatment waterglass mampu menurunkan nilai pengembangan tebal sebesar 55% dibandingkan papan tanpa perlakuan. Walaupun demikian, seluruh nilai pengembangan tebal papan yang dihasilkan belum memenuhi standar. Pada pengujian sifat mekanis, menunjukkan tren negatif untuk nilai parameter MOR, MOE, dan IB. Perlakuan post-treatment waterglass dan pengovenan setelah perlakuan waterglass merupakan salah satu faktor yang menurunkan nilai mekanis papan.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri setiap tahunnya mengalami
peningkatan, sementara ketersediaan kayu setiap tahunnya mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Prahasto et al. (2001) yang menyatakan bahwa tahun 1995 sampai 1999 produksi kayu yang dihasilkan oleh hutan alam tidak
seimbang dengan besarnya permintaan kayu oleh industri pengolahan kayu, hal
ini menyebabkan permasalahan bagi industri perkayuan. Dalam rangka mengatasi
permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya alternatif pemanfaatan yang berasal
dari jenis material bukan kayu untuk dijadikan sebagai bahan baku pengganti
kayu terutama pada industri komposit seperti industri papan partikel.
Maloney (1993) menyatakan bahwa papan partikel merupakan papan
komposit atau panel kayu yang terbuat dari kayu atau bahan berlignoselulosa
lainnya dalam bentuk potongan-potongan kecil atau partikel yang dibedakan dari
serat dan dikombinasikan dengan perekat sintetis atau perekat lainnya serta di
kempa dengan kempa panas.
Permasalahan yang sering terjadi pada papan partikel adalah beberapa
parameter pengujian sifat fisis dan mekanis khususnya nilai pengembangan tebal,
MOE, dan MOR papan partikel yang masih belum memenuhi standar. Hal ini
sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian mengenai sifat fisis dan mekanis
papan partikel yang telah dilakukan dimana nilai pengembangan tebal, MOE, dan
MOR dari pengujian papan partikel yang terbuat dari sekam padi, sabut kelapa,
2
belum memenuhi standar ( Muhdi et al., 2013; Amelia, 2009; Wahyuningsih, 2011; Fauziah et al., 2014; Iskandar dan Supriadi, 2013)
Sorghum (Sorghum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk keperluan pangan, pakan, energi, dan industri. Kelebihan dari
tanaman sorghum adalah mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada
lahan kering, lahan yang kurang subur, dan tidak terdapat banyak air. Selain itu,
tanaman sorghum juga tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif karena
sorghum toleran terhadap genangan air, salinitas, dan kekeringan
(Irawan dan Sutrisna, 2011; Supriyanto, 2010).
Sorghum merupakan bahan baku yang potensial untuk dikembangkan
dalam pembuatan papan partikel. Sesuai dengan hasil penelitian Corredor et al. (2009) yang menyatakan bahwa komposisi kimia sorghum adalah 24-38%
selulosa, 12-22% hemiselulosa, 17-20% lignin, 1-22% pati, dan jumlah komposisi
karbohidrat berkisar 59-66%. Salah satu syarat material bukan kayu dapat
dijadikan sebagai papan partikel adalah berlignoselulosa, yaitu memiliki lignin
dan selulosa.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam rangka pemanfaatan potensi limbah
batang sorghum sebagai bahan baku papan partikel maka dilakukan penelitian
3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh ukuran partikel sorghum terhadap sifat fisis dan
mekanis papan partikel
2. Menganalisis pengaruh post treatment waterglass terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel sorghum
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah batang
sorghum.
2. Diharapkan papan partikel sorghum ini dapat menjadi alternatif material untuk
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Papan Partikel
A.1. Definisi papan partikel
Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan
perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan
penggunaan konstruksi kayu lainnya. Kayu komposit yang berkualitas tinggi
biasanya digunakan untuk bangunan seperti rumah prefabrikasi (prefabricated house) (Athanassidou, 2000 ).
Maloney (1993) mendefinisikan bahwa papan partikel merupakan papan
komposit atau panel kayu yang terbuat dari kayu atau bahan berlignoselulosa
lainnya dalam bentuk potongan- potongan kecil atau partikel yang dibedakan dari
serat dan dikombinasikan dengan perekat sintetis atau perekat lainnya serta di
kempa dengan kempa panas. Berdasarkan kerapatannya, papan partikel dibedakan
menjadi: :
1. Papan partikel kerapatan rendah yaitu papan partikel yang mempunyai
kerapatan kurang dari 0,59 gcm-3.
2. Papan partikel kerapatan medium yaitu papan partikel yang
mempunyai kerapatan antara 0,59 gcm-3 dan 0,80 gcm-3.
3. Papan parikel kerapatan tinggi yaitu papan partikel yang mempunyai
kerapatan lebih dari 0,80 gcm-3.
Pada tahun 1973, Asosiasi Papan Partikel Nasional menetapkan standar untuk
papan partikel kerapatan medium, NPA 4-73 menyatakan dasar definisi standar
papan partikel kerapatan medium adalah produk panel kering kayu yang terbuat
5
lainnya. Panel kayu di kempa sampai kerapatannya 0,496 g/cm3-0,80 g/cm3
menggunakan kempa panas.
A.2. Perekat Urea Formaldehida (UF)
Sebanyak 1 juta ton resin UFdihasilkan setiap tahunnya, dimana 70% dari
total tersebut resin UF digunakan pada produk industri bidang kehutanan untuk
berbagai macam penggunaaan (Conner 1996). Resin UF merupakan salah satu
dari kelas resin thermosetting yang paling banyak digunakan, resin ini biasa disebut sebagai resin amino. Penggunaan UF sebagai perekat untuk industri papan
partikel (61%), papan serat (27%), kayu lapis (5%), dan sebagai perekat dalam
laminasi sebesar (7%) dimana peruntukan penggunaannya adalah untuk perabot
rumah tangga, lapisan panel, dan pintu – pintu interior (Conner,1996).
Kelebihan dari perekat UF adalah harganya lebih murah, waktu untuk
perekat UF bereaksi saat dikempa dengan kempa panas lebih cepat, dan perekat
UF mudah digunakan dalam penggunaannya. Sedangkan kelemahan dari perekat
UF adalah tidak cocok digunakan untuk keperluan kepentingan eksterior
(Maloney, 1993).
Semakin tinggi kadar UF pada papan partikel maka nilai kadar air, daya
serap air, dan pengembangan tebal semakin menurun. Sedangkan nilai Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR), Internal Bond (IB), dan kuat pegang sekrup semakin meningkat. Khusus untuk kerapatan, nilainya tidak
dipengaruhi oleh peningkatan kadar resin UF (Alghiffari, 2008).
A.3. Proses pembuatan papan partikel
Pembuatan papan partikel dimulai dari persiapan partikel kayu, pengujian
6
pengempaan, pengkondisian, dan pemotongan contoh uji. Setelah itu, dilakukan
pengujian papan partikel yang meliputi parameter sifat fisis papan partikel
(kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, dan daya serap air) dan parameter sifat
mekanis papan partikel (keteguhan lentur, keteguhan patah, keteguhan rekat
internal, dan kuat pegang sekrup) (Putra, 2011).
B. Ukuran Partikel
Pada pembuatan papan partikel, telah banyak didapatkan hasil penelitian
mengenai pengaruh ukuran partikel terhadap kualitas papan partikel yang
dihasilkan. Setyawati et.al. (2006) menyatakan bahwa ukuran partikel sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas papan partikel yang dihasilkan,
sehingga ukuran partikel yang digunakan harus efisien dan efektif. Ukuran
partikel yang berbahan baku serabut kelapa yang paling optimum adalah ukuran 5
cm. Putri (2009) juga menyatakan bahwa ukuran partikel tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap hasil pengujian kerapatan pada papan partikel.
Ukuran partikel berpengaruh terhadap sifat konduktifitas papan partikel
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyadi et al. (2010) yang menyatakan bahwa semakin kecil ukuran partikel sekam padi yang digunakan
maka semakin baik digunakan sebagai isolator panas. Ukuran partikel sekam padi
yang memiliki sifat isolator panas yang lebih baik adalah yang berukuran lebih
kecil dari 1 mm.
Ukuran partikel memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil
pengujian kadar air (KA), daya serap air (DSA), pengembangan tebal (PT), MOE,
7
fisis papan, dimana semakin kecil ukuran partikel maka KA semakin menurun
sementara kerapatan dan PT semakin meningkat. Untuk sifat mekanis, semakin
kecil ukuran partikel maka kuat lentur dan kuat tekan papan semakin meningkat.
Rasio perbandingan antara ukuran partikel dan perekat juga
mempengaruhi kualitas papan partikel yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Widyanto (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh ukuran serbuk
limbah kayu dan rasio perekat pada papan partikel berbanding lurus, dimana
semakin tinggi rasio antara perekat dan ukuran serbuk limbah kayu maka akan
semakin stabil papan partikel yang dihasilkan.
C. Stabilitasi Dimensi
Pemberian parafin pada papan partikel berpengaruh terhadap jumlah kadar
air pada papan, dimana parafin akan menyebabkan sifat higroskopis pada kayu
berkurang. Sementara nilai MOE, MOR, dan kekerasan kayu tidak berpengaruh,
sehingga papan partikel yang telah diberi parafin tetap bisa digunakan sebagai
bahan bangunan (Syahidah dan Cahyono, 2007).
Fungsi lain dari penambahan parafin dalam pembuatan papan komposit
adalah membuat karakteristik lapisan permukaan papan menjadi tampak lebih
halus atau licin, mengurangi kecenderungan papan dalam penyerapan air, dan
mempermudah proses pengerjaan baik dalam pemotongan papan maupun
pengolahan dengan mesin (Maloney, 1993).
Perlakuan asetilasi merupakan mekanisme stabilitas dimensi yang
dihasilkan dari proses mengeliminasi gugus hidroksil dan menambahkan gugus
asetil pada dinding sel kayu, dimana semakin banyak gugus asetil pada kayu akan
8
lebih stabil dimensinya dan kayu akan lebih tahan terhadap serangan organisme
perusak kayu (Rowell, 2006). Kayu yang telah mengalami proses asetilasi akan
menyerap uap air lebih sedikit dibandingkan dengan kayu yang tidak diasetilasi.
Perilaku penyerapan uap air pada kayu yang diasetilasi juga tergantung pada jenis
kayu yang digunakan dalam pembuatan papan (Krisdianto, 2012).
Ekstraktif bukan merupakan bagian dari struktur kayu. Ekstraktif pada
kayu terdiri atas tanin dan polifenol lainnya, pewarna, miyak esensial, resin, lilin,
pati, dan hasil metabolisme sederhana. Zat ekstraktif dan variasinya dapat
menyebabkan beberapa permasalahan pada papan partikel seperti sifat ketahanan
air yang buruk pada papan, serta terhadap nilai MOE dan MOR papan. Sifat zat
ekstraktif yang seperti ini tentu akan merugikan dalam pembuatan papan komposit
( Maloney, 1993). Selain permasalahan tersebut, beberapa tipe ekstraktif tertentu
yang terkandung dalam kayu dari beberapa jenis juga mungkin akan melemahkan
kekuatan ikatan dari perekat (Putra, 2011).
Zat ekstraktif dapat menyebabkan cacat pada papan, kelembaban yang
tidak merata, menimbulkan warna yang tidak diinginkan pada kayu, serta tekstur
permukaan yang tidak diinginkan. Ekstraktif mengalami perubahan setelah
terpapar sinar matahari menjadi warna terang atau gelap. Perubahan warna pada
permukaan disertai dengan perubahan lain yang mempengaruhi keterbasahan dan
sifat kimia permukaan kayu, dengan demikian akan mempengaruhi interaksi kayu
9
METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai September 2014 di
Workshop (WS) Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengujian sifat fisis papan dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara dan pengujian sifat mekanis papan dilaksanakan di Laboratorium
Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
B.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bagase Sorghum yang
diperoleh dari SEAMEO BIOTROP Bogor, perekat UF (tipe UA 140) dengan SC
63%. Kadar perekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%. Perekat
diperoleh dari PT. Palmolite Adhesive Industry Probolinggo (PT. PAI), dan
Waterglass sebagai bahan peningkatan stabilisasi dimensi diperoleh dari Toko Kimia Bratachem.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, alat blending, mesin kempa, mesin amplas, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
C.
Metode Penelitian C.1 Persiapan partikelBagase sorghum dipotong ukuran 3 cm, 5 cm, dan 7 cm. Setelah itu
10 Tabel 1. Geometri partikel Sorghum
Keterangan 3 cm* 5 cm* 7 cm*
Panjang 3,08 ± 0,20 5,03 ± 0,07 7,12 ± 0,30
Lebar 1,05 ± 0,20 1,03 ± 0,30 0,95 ± 0,13
Tebal 0,16 ± 0,05 0,17 ± 0,07 0,16 ±0,04
SR 19,25 29,60 44,50
AR 2,93 4,88 7,49
Gambar Partikel
Keterangan : *jumlah sampel adalah 10 sampel
C.2 Pembuatan papan
Papan partikel dibuat dengan ukuran 25 cm (panjang), 25 cm (lebar), dan
1 cm (tebal) dengan target kerapatan papan sebesar 0,70 gcm-3. Papan partikel
dibuat berdasarkan ukuran partikel sebagai perlakuan (3 cm, 5 cm,7 cm). Partikel
dicampur dengan perekat menggunakan alat blending, selanjutnya adonan dicetak dalam cetakan berukuran 25 cm x 25 cm. Setelah dicetak dilakukan pengempaan
panas dengan suhu 130 oC, tekanan 30 kgcm-2 dan waktu kempa selama 10 menit
(Iswanto, 2014).
C.3 Pengujian sifat fisis dan mekanis
Setelah melalui tahap pengkondisian selama 7 hari, tahapan berikutnya
adalah pemotongan papan menjadi contoh uji dengan berbagai ukuran
masing-masing sesuai dengan standar JIS A 5908 (2003). Parameter pengujian papan
partikel terdiri dari kerapatan dan kadar air (KA), daya serap air (DSA),
pengembangan tebal (PT), internal bond (IB), Modulus of Elasticity (MOE), dan
11
mekanis antara lain kerapatan dan KA (10 cm x 10 cm), DSA, PT dan IB
(5 cm x 5 cm), MOE dan MOR (20 cm x 5 cm), dan uji rayap (20 cm x 5 cm).
Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel mengacu pada standar JIS A 5908
(2003).
Gambar 1. Pola Contoh Uji
Keterangan gambar :
1 = Ukuran 20cm x 5 cm sampel uji MOE dan MOR 3 = Ukuran 10cm x 10cm sampel uji kerapatan dan KA 4 = Ukuran 5cm x 5cm sampel uji DSA dan PT
5= Ukuran 5cm x 5cm sampel uji IB
C.4 Perlakuan waterglass
Papan yang sudah dibuat contoh uji direndam dalam waterglass pada konsentrasi 0%, 30%, 50%, 70%, dan 100% selama 2 menit. Setalah direndam,
papan dioven pada suhu 80oC selama 24 jam. Selanjutnya contoh uji siap untuk
diuji.
D.Analisis Data
D.1 Pengaruh ukuran partikel
Penelitian ini menggunakan analisis dengan rancangan acak lengkap
(RAL). Perlakuan terhadap partikel terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga jumlah papan yang dibuat sebanyak 9 papan. Model statistik linier dari
12
Yij = μ + αi +
ɛ
ijKeterangan:
Yij = Respon pengamatan pada ukuran partikel taraf ke–i dan ulangan ke-j
μ = Nilai rata-rata umum
αi = Pengaruh perlakuan ukuran partikel taraf ke-i
ɛ
ij = Sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang dikenai perlakuan ukuran partikel taraf ke-iPerlakuan yang digunakan adalah :
A = Ukuran partikel 3 cm
B = Ukuran partikel 5 cm
C = Ukuran partikel 7 cm
Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Ukuran partikel tidak berpengaruh nyata terhdap sifat fisis dan mekanis papan
H1 : Ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan
D.2 Pengaruh perendaman waterglass
Penelitian ini menggunakan analisis dengan rangcangan acak lengkap
(RAL). Perlakuan terhadap partikel terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga jumlahpapan yang dibuat sebanyak 15 papan. Model statistik linier dari
rancangan percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Yij = μ + αi +
ɛ
ijKeterangan:
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan perendaman papan taraf ke–i dan ulangan ke-j
13
αi = Pengaruh perlakuan perendaman papan taraf ke-i
ɛ
ij = Sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang dikenai perlakuan perendaman papan taraf ke-iPerlakuan yang digunakan adalah :
I = Konsentrasi waterglass 0% (Kontrol) II = Konsentrasi waterglass 30%
III = Konsentrasi waterglass 50% IV = Konsentrasi waterglass 70% V = Konsentrasi waterglass 100%
Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Perendaman papan dengan waterglass tidak berpengaruh nyata terhdap sifat
fisis dan mekanis papan
H1 : Perendaman papan dengan waterglass berpengaruh nyata terhadap sifat fisis
dan mekanis papan
Untuk keterangan pengaruh terhadap masing-masing perlakuan ukuran
terhadap sifat fisis dan mekanis papan dan perendaman waterglass, maka dilakukan analisis keragaman (Analysis of Variance). Analisis keragaman tersebut menggunakan kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika Fhit.< Ftab. maka H0 diterima atau perlakuan tidak memberikan
pengaruh pada suatu selang kepercayaan
b. Jika Fhit.< Ftab. maka H0 ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh
pada suatu selang kepercayaan.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing perlakuan
maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji wilayah berganda Duncan
(DMRT). Setelah data hasil pengujian untuk setiap respon yang diuji dianalisis,
14
untuk mengetahui apakah sifat-sifat papan yang dihasilkan telah memenuhi
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIFAT FISIS UKURAN PARTIKEL
A.1 Kerapatan dan Kadar Air
Nilai pengaruh ukuran partikel terhadap kerapatan dan kadar air papan
partikel masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Nilai rata-rata
kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,59 sampai 0,63 gcm-3.
Nilai kerapatan tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan yang
terbuat dari partikel berukuran 5 cm dan 3 cm. Nilai kerapatan masih berada
dibawah target, dimana target kerapatan yang ditetapkan sebesar 0,70 gcm-3. Hal
ini disebabkan karena ketebalan papan Sorghum yang dihasilkan lebih dari
1 cm sehingga mengakibatkan terjadinya pengembangan papan kembali setelah
dikempa. Maloney (1993) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kerapatan papan partikel diantaranya adalah jenis bahan yang
digunakan, berat jenis bahan yang digunakan, ukuran partikel, proses pengeringan
bahan baku, perekat yang digunakan, peralatan yang digunakan, dan proses
pengempaan.
Tabel 2 Sidik ragam kerapatan dan kadar air pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 Kerapatan 1,15 0,38 TN
2 Kadar air 0,30 0,75 TN
Keterangan: TN = tidak berpengaruh nyata
Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak
berpengaruh nyata terhadap kerapatan. Nilai kerapatan yang dihasilkan telah
memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai kerapatan berkisar
16
Gambar 2. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Kerapatan Papan
Nilai rata-rata kadar air papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 5,42
sampai 5,56 %. Nilai kadar air tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan
oleh papan yang terbuat dari partikel berukuran 7 cm dan 5 cm. Menurut
Maloney (1993), variasi kadar air awal bahan baku jadi lebih penting yang
menentukan hasil akhir kadar air papan partikel. Nilai kadar air papan partikel
dipengaruhi oleh jenis spesies yang digunakan, daerah tempat bahan baku
diperoleh, bagian bahan baku yang dipakai, spesies bahan baku yang digunakan,
dan cara penyimpanan bahan baku.
Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar air. Nilai kadar air papan yang dihasilkan telah
memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai kadar air berkisar
17
Gambar 3. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Kadar Air Papan
A.2 Pengembangan Tebal (PT) dan Daya Serap Air (DSA)
Nilai pengaruh ukuran partikel terhadap PT dan DSA papan partikel
masing-masing ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5. Nilai rata-rata PT papan
partikel yang dihasilkan berkisar antara 32,80 sampai 33,03 %. Nilai PT tertinggi
dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan yang terbuat dari partikel
berukuran 7 cm dan 3 cm. Nilai pengembangan tebal yang terjadi tinggi karena
perekat yang digunakan adalah UF, dimana perekat ini digunakan untuk
penggunaan interior. Selain itu, nilai PT yang tinggi dikarenakan oleh nilai
Internal Bond (IB) dari papan sorghum yang dihasilkan masih dibawah standar. Perlu diketahui bahwa nilai IB yang rendah menyebabkan PT tinggi dan daya
serap airnya juga akan semakin tinggi.
Tabel 3. Sidik ragam terhadap pengembangan tebal dan daya serap air pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 Pengembangan tebal 0,03 0,97 TN
2 Daya serap air 12,85 0,01 N-99%
Keterangan: N = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%; TN = tidak berpengaruh nyata
Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak
18
Gambar 4. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Pengembangan Tebal Papan
Nilai rata-rata DSA papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 102,68
sampai 122,74 %. Nilai DSA tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan
oleh papan yang terbuat dari partikel berukuran 5 cm dan 3 cm. Daya serap air
yang dihasilkan masih cukup tinggi, hal ini dikarenakan dalam pembuatan papan
tidak menggunakan bahan aditif penolak air. Selain itu, DSA yang dihasilkan
masih cukup tinggi dikarenakan bahwa perekat yang digunakan dalam pembuatan
papan partikel adalah UF, dimana UF merupakan perekat untuk penggunaan
interior. Rowell (1998) mengemukakan bahwa hemiselulosa yang paling
berpengaruh terhadap penyerapan air, tetapi selulosa, lignin, dan permukaan dari
selulosa kristal juga berpengaruh. Kandungan hemiselulosa yang terdapat pada
batang sorghum sebesar 12 sampai 22%, selulosa 24 sampai 38%, dan lignin
sebesar 17 sampai 20% (Corredor et al.,2009).
Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ukuran partikel
berpengaruh nyata terhadap DSA. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa hanya
19
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 5. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Daya Serap Air Papan
SIFAT MEKANIS UKURAN PARTIKEL
A.3 Modulus of Rupture (MOR), Modulus of Elasticity (MOE), dan Internal Bond (IB)
Nilai pengaruh ukuran partikel terhadap MOR, MOE, dan IB papan partikel
masing-masing ditunjukkan pada Gambar 6, 7, dan 8. Nilai rata-rata MOR papan
partikel yang dihasilkan berkisar antara 95,90 sampai 125,10 kgcm-2. Nilai MOR
tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan yang terbuat dari
partikel berukuran 7 cm dan 3 cm.
Tabel 4 Sidik ragam terhadap MOE, MOR, dan IB pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 MOR 1,24 0,36 TN
2 MOE 1,14 0,38 TN
3 IB 45,54 0,00 N-99%
Keterangan: N = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%; TN = tidak berpengaruh nyata
Hasil sidik ragam ada Tabel 4 menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai MOR. Maloney (1993) menjelaskan nilai MOE
dan MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan,
daya ikat perekat, dan panjang serat. Selain itu, salah satu faktor yang
20 sehingga kekuatan papan yang dihasilkan akan meningkat serta memerlukan
sedikit perekat per-luasan permukaan untuk mengikat partikel. SR yang baik
adalah sebesar 150, Selain slenderness ratio, untuk memperoleh orientasi papan yang bagus maka besarnya nilai aspect ratio minimal tiga (Maloney 1993). Nilai SR papan partikel terbesar dihasilkan oleh papan dari ukuran partikel 7 cm yaitu
sebesar 44,50. Sementara nilai SR papan partikel ukuran 3 cm dan 5 cm
masing-masing adalah 19,25 cm dan 29,60 cm Semua papan partikel yang dihasilkan telah
memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai MOR minimal 80
kgcm-2 (JSA, 2003).
Gambar 6. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap MOR Papan
Nilai rata-rata MOE papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 17241,70
sampai 20661,10 kgcm-2. Nilai MOE tertinggi dan terendah masing-masing
dihasilkan oleh papan yang terbuat dari partikel berukuran 7 cm dan 5 cm.
Hasil sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai MOE. Nilai MOE yang dihasilkan untuk ukuran
partikel 7 cm telah memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai
21
Gambar 7. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap MOE Papan
Nilai rata-rata IB papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,34
sampai 0,72 kgcm-2. Nilai IB tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan
oleh papan yang terbuat dari partikel berukuran 3 cm dan 7 cm.Hasil sidik ragam
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap
nilai IB. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa antar perlakuan
berpengaruh nyata.Nilai IB yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908
(2003) yang mensyaratkan nilai IB minimal 1,50 kgcm-2 (JSA, 2003).
Nilai IB yang rendah diduga karena bahan baku batang sorghum yang
digunakan juga meliputi kulit dari batang sorghum itu sendiri, sehingga
menyebabkan lemahnya ikatan permukaan antar partikel sorghum karena
permukaan kulit batang sorghum licin. Batang sorghum memiliki tingkat
keasaman yang rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Iswanto et al. (2011) yang menyatakan bahwa batang sorghum memiliki pH sebesar 6,98 (mendekati
netral). Sementara itu, perekat yang digunakan dalam pembuatan papan partikel
adalah UF, dimana UF optimum bekerja pada kondisi asam. Hal ini sesuai dengan
22 c
b
a
0 0,5 1 1,5
A=3cm B=5cm C=7cm
IB
(
kg
cm
-2)
Ukuran Partikel
perekatannya. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap suhu dan waktu
pematangan perekat saat pengempaan. Malanit et al. (2009) menyatakan bahwa waktu pematangan perekat UF berubah-ubah sesuai kondisi pH partikel. Batang
sorghum juga bersifat volumeus. Kondisi tersebut akan menyebabkan nilai IB rendah.
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
23
REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL
Tabel 5. Rekapitulasi skoring papan partikel hasil penelitian (Ukuran Partikel)
Sifat Fisis, Mekanis
Skoring : 1 (rendah 2 (sedang) 3 (tinggi)
Standar JIS A 5908 (2003): Memenuhi= 1 Tidak memenuhi=0
Berdasarkan Tabel 5, hasil total skoring yang ditinjau dari nilai rata-rata
yang dihasilkan dan pencapaian standar dari sifat fisis dan mekanis papan
memperlihatkan bahwa papan partikel dengan ukuran partikel 3 cm
mendapatkan skor tertinggi dibandingkan papan partikel ukuran 5 cm dan
7 cm.
Selain itu, melihat dari segi efisiensi bahan baku papan partikel ukuran
3 cm dapat direkomendasikan sebagai papan dengan kualitas terbaik bila
24 SIFAT FISIS WATERGLASS
B.1 Kerapatan dan Kadar Air
Nilai pengaruh konsentrasi waterglass terhadap kerapatan dan kadar air papan partikel masing-masing ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10, Nilai rata-rata
kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,58 sampai 0,63 gcm-3.
Nilai kerapatan tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan
dengan perlakuan konsentrasi waterglass 100 % dan 30 %.
Tabel 6. Sidik ragam terhadap kerapatan dan kadar air pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 Kerapatan 3,47 0,05 N-95%
2 Kadar Air 109,20 0,00 N-99%
Keterangan: N = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dan 99%
Pada Gambar 9 menunjukkan tren peningkatan kerapatan akibat adanya
perlakuan waterglass. Peningkatan kerapatan yang terjadi diduga karena adanya penambahan berat sebagai akibat dari perlakuan post-treatment yang diberikan kepada papan partikel. Konsentrasi waterglass yang semakin besar menyebabkan semakin besar juga penambahan berat papan partikel. Hal ini dikarenakan adanya
ikatan adhesi antara WG dengan papan partikel. Effendi (2007) menyatakan
bahwa Natrium silikat atau yang sering dikenal dengan nama dagang waterglass
memiliki sifat adhesif yang kuat. Dengan adanya ikatan adhesi, maka WG
menempel pada papan partikel, sehingga berat papan partikel akan bertambah.
Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan waterglass
berpengaruh nyata terhadap kerapatan. Hasil uji Duncan menunjukkan nilai
kerapatan perlakuan 30% berpengaruh nyata terhadap perlakuan 100%, sementara
kontrol tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena
25
Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel sorghum yang
dihasilkan tergolong ke dalam kelas papan partikel berkerapatan sedang. Maloney
(1993) menggolongkan kelas kerapatan papan partikel menjadi tiga golongan
yaitu papan partikel berkerapatan rendah (< 0,40 gcm-3), papan partikel
berkerapatan sedang (0,40-0,80 gcm-3), dan papan partikel berkerapatan tinggi
(> 0,80 gcm-3). Nilai kerapatan yang dihasilkan memenuhi standar JIS A 5908
(2003) yang mensyaratkan nilai kerapatan berkisar antara 0,40 sampai 0,90 gcm-3
(JSA, 2003).
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 9. Pengaruh Waterglass Terhadap Kerapatan Papan
Nilai rata-rata KA papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 3,29
sampai 7,64%. Nilai KA tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh
papan dengan perlakuan konsentrasi waterglass masing-masing adalah 100% dan 50%. Berdasarkan tren pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa nilai KA papan
kontrol sampai kadar WG 50% mengalami penurunan, kemudian nilai KA
menjadi naik pada konsentrasi yang lebih tinggi dari 50%. Berdasarkan hal diatas,
26
kadar WG terus ditambahkan maka nilai KA menjadi meningkat. Kadar 50%
merupakan titik optimum untuk penggunaan WG.
Nilai KA papan partikel dengan konsentrasi WG 100% tertinggi
dikarenakan nilai kerapatan papan partikel kadar WG 100% nya tinggi. Dimana
semakin tinggi kerapatan maka nilai KA juga semakin meningkat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Abdurachman dan Hadjib (2011) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi kerapatan papan partikel maka jumlah rongga kosong akan sedikit
karena rongga yang terisi oleh air akan lebih banyak. Roza (2009) menyatakan
definisi kadar air partikel adalah jumlah air yang masih tersimpan di dalam
rongga sel, rongga intraseluler, dan antar partikel setelah proses pengempaan
panas dalam pembuatan papan partikel.
Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa konsentrasi waterglass
berpengaruh nyata terhadap KA pada selang kepercayaan 99%. Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata antara kontrol dengan
papan yang diberi perlakuan waterglass. Kemudian juga terdapat perbedaan nyata antara konsentrasi waterglass 100% terhadap konsentrasi 30%, 50%, dan 70%. Antara konsentrasi 30%, 50%, dan 70% tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Nilai kadar air papan yang dihasilkan memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang
27
Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 10, Pengaruh Waterglass Terhadap Kadar Air Papan
B.2 Pengembangan Tebal (PT) dan Daya Serap Air (DSA)
Nilai pengaruh ukuran partikel terhadap PT dan DSA papan partikel
masing-masing ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12. Nilai rata-rata PT papan
partikel yang dihasilkan berkisar antara 16,98 sampai 32,80%. Nilai PT tertinggi
dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan dengan perlakuan konsentrasi
waterglass masing-masing adalah kontrol dan 70%. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa dengan penambahan waterglass nilai PT semakin berkurang, hal ini disebabkan waterglass merupakan senyawa silika dimana sifat dari silika adalah memiliki daya adhesi yang kuat, mampu menahan difusi uap dengan baik, serta
tahan terhadap suhu (Effendi,2007). Sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan
WG mampu menurunkan nilai PT. Hal ini dapat dilihat tren pada Gambar 11 yang
menyatakan bahwa penggunaan WG mampu menurunkan PT sebesar 55%.
Nilai PT kontrol tertinggi dikarenakan karena pada papan kontrol tidak
diberikan WG. Selain itu nilai kerapatan papan partikel kontrol tinggi, dimana
28
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdurachman dan Hadjib (2011) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kerapatan papan partikel, maka sifat elastis
bahan papan partikel untuk kembali ke bentuk semula juga tinggi, dikarenakan air
yang terkandung di dalam papan partikel yang berkerapatan tinggi akan semakin
banyak mengisi rongga kayu sehingga pengembangan tebal menjadi tinggi.
Tabel 7 Sidik ragam terhadap pengembangan tebal dan daya serap air pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 Pengembangan tebal 161,47 0,00 N-99%
2 Daya serap air 3,78 0,04 N-99%
Keterangan: N = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%
Hasil sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa konsentrasi waterglass
berpengaruh nyata terhadap PT pada selang kepercayaan 99%. Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa kontrol berbeda nyata dengan papan yang diberikan
waterglass. Antar papan yang diberikan waterglass tidak memberikan pengaruh yang nyata. Meskipun terjadi perbaikan stabilisasi dimensi, namun nilai PT yang
dihasilkan masih belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan
nilai pengembangan tebal maksimum 12 % (JSA, 2003).
Halligan (1970) dalam Rosid (1995) menyatakan bahwa faktor terpenting
yang mempengaruhi PT papan adalah kerapatan kayu pembentuknya. Papan
partikel yang terbuat dari kayu berkerapatan rendah akan mengalami pengempaan
yang lebih besar sehingga jika direndam dalam air akan terjadi pembebasan
tekanan yang lebih besar sehingga berakibat pada tingginya PT. Partikel sorghum
29
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 11. Pengaruh Waterglass Terhadap Pengembangan Tebal Papan
Nilai rata-rata DSA papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 87,89
sampai 100,92%. Nilai DSA tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan
oleh papan dengan perlakuan konsentrasi waterglass kontrol dan 100%. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
waterglass, DSA semakin menurun, hal ini disebabkan karena waterglass
(Sodium silikat) merupakan senyawa turunan silika, dimana sifat dari silika adalah hidrofobik sesuai dengan struktur dan morfologinya, sehingga waterglass dapat digunakan sebagai pelapis (Pramudityo dan Pertiwi, 2009).
Nilai rata-rata DSA yang dihasilkan oleh papan partikel sorghum yang
diberikan perlakuan post-treatment yaitu dengan pemberian waterglass masih tergolong tinggi yaitu berkisar antara 87,89 sampai 100,92%. Nilai DSA yang
dihasilkan oleh papan partikel sorghum lebih tinggi jika dibandingkan dengan
nilai DSA papan partikel yang terbuat dari ampas tebu dengan penambahan bahan
aditif berupa parafin 4% yaitu berkisar antara 52,27 sampai 75,96%
30
Hasil sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa konsentrasi waterglass
berpengaruh nyata terhadap DSA pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa hanya papan dengan perlakuan waterglass pada konsentrasi 100% yang berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan antar
konsentrasi waterglass menunjukkan bahwa hanya papan dengan waterglass 50% berbeda nyata dengan 100%. Hasil uji Duncan didapatkan bahwa papan dengan
daya serap air terbaik adalah papan partikel dengan konsentrasi WG 100%.
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 12. Pengaruh Waterglass Terhadap Daya serap Air Papan
SIFAT MEKANIS WATERGLASS
B.3 Modulus of Rupture (MOR), Modulus of Elasticity (MOE), dan Internal Bond (IB)
Pengaruh konsentrasi waterglass terhadap MOR, MOE, dan IB papan partikel masing-masing ditunjukkan pada Gambar 13, 14, dan 15. Nilai rata-rata MOR
31
MOR tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan dengan
perlakuan waterglass pada konsentrasi 0% dan 100%.
Tabel 8 Sidik ragam terhadap MOE, MOR, dan IB pada papan partikel Sorghum
No Parameter F-Hitung Probabilitas Keterangan
1 MOR 1,78 0,21 TN
2 MOE 12,48 0,00 N-99%
3 IB 6,49 0,01 N-99%
Keterangan: N = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%; TN = tidak berpengaruh nyata
Pada Gambar 13 menunjukkan adanya penurunan nilai MOR papan partikel
akibat perlakuan WG. Penurunan nilai MOR papan partikel ini diduga karena
adanya pengovenan setelah perlakuan perendaman WG, dimana papan dioven
selama 24 jam dengan suhu 80 oC yang menyebabkan papan partikel menjadi
lebih regas jika dibandingkan dengan papan partikel kontrol. Hal ini diakibatkan
karena waktu pengovenan yang terlalu lama, sehingga mengakibatkan proses
pematangan perekat telah melebihi batas optimum, sehingga ikatan antar partikel
menjadi lemah yang menyebabkan papan menjadi rapuh.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa konsentrasi waterglass
tidak berpengaruh nyata terhadap MOR.Nilai MOR untuk papan tanpa perlakuan
dan dengan perlakuan waterglass konsentrasi 70% telah memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai MOR minimal 80 kgcm-2 (JSA, 2003).
Tidak semua papan masuk ke dalam standar JIS. Kawai et al. (1985) menyatakan bahwa MOR yang masih di bawah standar dapat diatasi dengan menggunakan
bahan baku yang beratnya sama, menggunakan bahan baku yang tebal, dan
32
Nilai rata-rata MOE papan partikel yang dihasilkan berkisar antara
9064,40 sampai 18602,70 kgcm-2. Nilai MOE tertinggi dan terendah
masing-masing dihasilkan oleh papan dengan perlakuan waterglass pada papan kontrol dan kadar WG 30%.
Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada nilai MOE
papan partikel sorghum yang dihasilkan. Tren ini terjadi akibat penggunaan
waterglass yang menyebabkan penurunann nilai MOE yang dihasilkan.Selain itu, rendahnya nilai MOE diduga karena partikel yang digunakan memiliki nilai
slenderness ratio (SR) dan aspect ratio (AR) yang rendah, yaitu masing-masing sebesar 19,25 dan 2,93. Maloney (1993) menyatakan bahwa nilai SR minimum
sebesar 150 akan menghasilkan kekuatan papan partikel yang tinggi, sementara
untuk AR nilai minimumnya adalah 3. Rendahnya nilai MOE juga disebabkan
oleh pengovenan setelah perlakuan post-treatment dengan menggunakan
waterglass.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa konsentrasi
33
dengan kontrol. Hasil Duncan menunjukkan bahwa papan partikel yang
memberikan nilai MOE terbaik adalah kontrol.
Nilai MOE papan partikel belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003)
yaitu minimal 20000 kgcm-2.
Keterangan. a dan b.Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
Gambar 14. Pengaruh Waterglass Terhadap MOE Papan
Nilai rata-rata IB papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,38 sampai
0,72 kgcm-2 Nilai IB tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan
dengan perlakuan waterglass pada papan partikel kontrol dan kadar WG 30%. Penggunaan WG pada proses post-treatment menyebabkan penurunan nilai IB papan partikel yang dihasilkan. Selain itu nilai IB juga masih dibawah standar, hal
ini dikarenakan perekat yang digunakan adalah UF. Sesuai dengan pernyataan
Pan et al. (2007) bahwa partikel kondisi asam sesuai untuk perekat UF dan akan menghasilkan kualitas yang bagus dalam perekatannya. Sementara pH batang
sorghum itu sendiri sebesar 6,98 (mendekati netral) Iswanto et al. (2011). Hal ini dapat berpengaruh terhadap suhu dan waktu pematangan perekat saat
34
waterglass berpengaruh nyata terhadap IB pada selang kepercayaan 99%. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa papan konsentrasi 30% dan konsentrasi
waterglass 50% berpengaruh nyata terhadap kontrol. Konsentrasi waterglass 0% merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai IB terbaik Nilai IB yang
dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan nilai
IB minimal 1,50 kgcm-2.
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%
35
REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL
Tabel 9. Rekapitulasi skoring papan partikel hasil penelitian (Konsentrasi Waterglass)
Sifat Fisis, Mekanis
Skoring : 1 (sangat rendah) 2 (cukup rendah) 3 (rendah) 4 (tinggi) 5 (sangat tinggi) Standar JIS A 5908 (2003): Memenuhi= 1 Tidak memenuhi=0
Berdasarkan Tabel 9, hasil total skoring yang ditinjau dari nilai rata-rata
yang dihasilkan dan pencapaian standar dari sifat fisis dan mekanis papan
memperlihatkan bahwa papan partikel dengn konsentrasi waterglass 70% mendapatkan skor tertinggi sehingga direkomendasikan sebagai papan dengan
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sifat fisis papan partikel (ukuran partikel) yaitu parameter kerapatan dan
kadar air telah memenuhi standar JIS A 5908 (2003), sedangkan pengembangan
tebal belum memenuhi standar. Sifat mekanis papan partikel (ukuran partikel)
untuk parameter MOR seluruh papan telah memenuhi standar, untuk parameter
MOE seluruh papan belum memenuhi standar, dan untuk parameter IB seluruh
papan tidak memenuhi standar. Berdasarkan hasil skoring (ukuran partikel), papan
partikel yang terbuat dari bagase sorghum ukuran 3 cm merupakan papan partikel
terbaik.
Sifat fisis papan partikel (konsentrasi waterglass) yaitu parameter kerapatan seluruh papan telah memenuhi standar, kadar air seluruh papan belum
memenuhi standar, dan pengembangan tebal seluruh papan tidak memenuhi
standar JIS A 5908 (2003). Sementara untuk sifat mekanis papan partikel
(konsentrasi waterglass) parameter MOR seluruh papan belum memenuhi standar, untuk parameter MOE dan IB seluruh papan tidak memenuhi standar.
Berdasarkan hasil skoring (konsentrasi waterglass), papan partikel yang terbuat dari bagase sorghum dengan konsentrasi waterglass 70% merupakan papan partikel terbaik.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan untuk meningkatkan stabilitasi dimensi
papan partikel terutama untuk daya serap air (DSA) dan pengembangan tebal (PT)
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Hadjib, N. 2011. Sifat papan partikel dari kayu kulit manis (Cinnamomum burmanii BL). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(2): 128-141.
Alghiffari, A.F. 2008. Pengaruh kadar resin perekat urea formaldehidaa terhadap sifat-sifat papan partikel dari ampas tebu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Amelia,S. 2009. Pengaruh perendaman panas dan dingin sabut kelapa terhadap kualitas papan partikel yang dihasilkannya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Athanassiadou, E. 2000. Formaldehyde free aminoplastic bonded composites. Proceedings. The 5th International Conference on Environmental Pollution. Aristotellan University. Thessaloniki. Greece. pp.770.
Berli, A.U., Darvina, Y., Yulkifli. 2013. Pengaruh pengukuran sifat fisis dan sifat mekanis papan partikel sampah daun kering berdasarkan ukuran butir.
Pillar of Physics. 1: 85-91.
Conner, A.H. 1996.Urea Formaldehyde Adhesive Resins. Forest Product Laboratory USDA Forest Service. CRC Press. Amerika.
Corredor DY, Salazar JM, Hohn KL, Bean S, Bean B, Wang D. 2009. Evaluation and Characterization of Forage Sorghum as Feedstock for Fermentable Sugar Production. Appl Biochem Biotechnol. 158: 164-179.
Effendi, A.H. 2007. Natrium silikat sebagai bahan penghabat api aman lingkungan.Jurnal Teknik Lingkungan 8(3): 245-252.
Fauziah, Wahyuni,D., Lapanporo, B.P. Analisis sifat fisik dan mekanik papan partikel berbahan dasar sekam padi. Positron 4(2): 60 – 63.
Forest Products Laboratory. 1999. Wood handbook—Wood as an engineering material. Gen. Tech. Rep. FPL–GTR–113. Madison, WI: U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Forest Products Laboratory. 463 p.
Irawan, B. dan Sutrisna, N. 2011. Prospek pengembangan sorghum di jawa barat mendukung diversifikasi pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(2): 99-113.
38
Iswanto, A.H. 2014. Karakterisasi kulit buah jarak (Jatropha curcas L) dan pemanfaatannya sebagai bahan baku papan partikel berkualitas. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iswanto, A.H., Coto, Z., dan Effendi,K. 2007. Pengaruh perendaman partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dari ampas tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Perennial, 4(1) : 6-9.
Iswanto, A.H., Sucipto, T., Febrianto, F. 2011. Analia bahan berlignoselulosa dan pengaruhnya terhadap optimalisasi daya ikat perekat sintesis dalam rangka menghasilkan produk komposit berkualitas. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Krisdianto. 2012. Pengaruh aset2ilasi terhadap penyerapan uap air pada dua jenis kayu tropis. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 30(2) : 94-99.
Larsson, R. dan Ringo, P. 1997.Particle board and Use Thereof. United States Patent. Amerika.
Malanit, P., Barbu, M.C., Fruhwald A. 2009. The gluability and bonding quality of an asian bamboo (Dendrocalamus asper) for the production of composite lumber. Jurnal Tropical Forest Science. 21(4): 361-368.
Maloney, T. M. 1993. Modern Paritcleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San fransisco.
Muhdi, I, Risnasari, dan L.A.P., Putri. 2013. Studi pembuatan papan partikel dari limbah pemanenan kayu akasia (Acacia mangium L.). Jurnal ilmu Hayati dan Fisik 15(1) : 14 – 19.
Mulyadi, S., Adril, E., Apriono, I. 2010. Pengaruh ukuran contoh uji terhadap beberapa sifat papan partikel dan papan serat. Jurnal Teknik Mesin. 7(1).
Pan, Z., Zheng, Y., Zhang, R., Jenkins, B.M. 2007. Physical properties of thin particleboard made from saline eucalyptus. Jurnal Industrial Crops and Products. 26: 185-194.
Prabudityo,E. dan Pertiwi, M.E. 2009. Sintesis silika aerogel berbasis waterglass untuk penyimpan hidrogen. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Prahasto, H dan Nurfatriani, F. 2001. Analisis kebijakan penyediaan kayu dalam negeri. Jurnal Sosial Ekonomi. 2(2).
39
Putri, D.R. 2009. Kualitas papan komposit berlapis finir dari sabut kelapa dan plastik polietilena daur ulang: variasi ukuran partikel sabut kelapa. Skripsi. Instritut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosid, I.K. 1995. Sifat-sifat papan partikel menggunakan perekat lateks alam iradiasi polistiren kopolimer. Skripsi. Institiut Pertanian Bogor. Bogor.
Rowell, R.M. 2006. Acetylation of wood. Journey from analytical technique to commercial reality. Forest Products Journal. 56(9):4-12.
Roza,I. 2009. Pengaruh perbedaan proses penyediaan serat dengan cara mekanis limbah tandan kosong sawit terhadap papan serat. Sainstek 12(1).
Setyawati, D., Hadi, Y.S., Massijaya, M.H., Nugroho, N. 2006. Kualitas papan komposit berlapis finir dari sabut kelapa dan plastik polietilena daur ulang: variasi ukuran partikel sabut kelapa. Jurnal Perennial. 2(2) : 5-11.
Supriyanto. 2010. Pengembangan sorghum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energi, dan industri. Institut pertanian bogor. Simposium Nasional. Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Bogor.
Syahidah dan Cahyono, T.D. 2007. Stabilisasi dimensi kayu dengan aplikasi parafin cair. Jurnal Perenial. 4(1) : 18-22.
Wahyuningsih, N.S. 2011. Pengaruh Perendaman dan Geometri Partikel terhadap Kualitas Papan Partikel Sekam Padi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.