• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Rantai Pasok

Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengahantarkan suatu produk ke tangan akhir. Perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau retail, serta perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Sedangkan manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan untuk pengelolaan rantai pasok. Manajemen rantai pasok mencakup pengembangan produk (product development), bagian pembelian (procurement), perencanaan dan pengendalian (planning and control), operasi atau produksi, dan pengiriman atau distribusi.

Menurut Anatan dan Lena (2008), manajemen rantai pasok merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasok menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen-komponen yang disebut chanel yang terdiri atas pemasok, perusahaan, distribution center, wholesaler, dan retailer yang semuanya bekerja memenuhi konsumen akhir. Struktur rantai pasok menurut Anatan dan Lena (2008) dapat dilihat pada Gambar 1.

Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi

Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008) Pemasok Perusahaan Distribution

center

Wholesaler Retailer Konsumen

(2)

Menurut Heizer dan Render (2005), rantai pasokan mencakup seluruh interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor, dan pelanggan. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit, dan tunai serta transfer bahan baku antar pihak-pihak yang terlibat.

2.2 Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasok

Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penelitian, ukuran keberhasilan perusahaan selama 1 (satu) periode tertentu dapat diketahui. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Van der Vorst, 2004 dalam Setiawan).

Salah satu aspek fundamental dalam SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk : i) melakukan monitoring dan pengendalian; ii) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok; iii) mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai; dan iv) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.

Pujawan (2005) mengatakan bahwa, pengukuran dimensi kinerja aktivitas terdiri dari:

1. Biaya yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Biaya muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Biaya ini terkait dengan tenaga kerja, bahan baku, peralatan, dan sebagainya. Biaya ini diukur dalam bentuk absolut maupun dalam ukuran relatif terhadap suatu nilai acuan.

2. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam konteks manajemen rantai pasok terutama untuk rantai pasok

(3)

yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun prosen dalam rantai pasok.

3. Kapasitas adalah ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh sistem atau bagian dari rantai pasok pada suatu periode tertentu. 4. Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu rantai pasok untuk

melakukan aktivitas.

5. Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada rantai pasok digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output.

6. Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan rantai pasok.

7. Outcome yang merupakan hasil suatu proses atau aktivitas. Pada proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan.

SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 (lima) proses inti yaitu :

1. Plan

Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman.

2. Source

Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Jenis proses dapat berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk barang untuk persediaan (stocked), barang untuk pemesanan (make to order). 3. Make

Proses mentransformasi bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan oleh pelanggan. Kegiatan produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi persediaan atau untuk memenuhi pesanan.

4. Deliver

Merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa. Meliputi order management, transportasi, dan distribusi.

(4)

5. Return

Proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian.

2.3 Diagram Sebab-Akibat

Diagram sebab-akibat ditemukan oleh orang Jepang yang bernama Kaoru Ishikawa, sehingga sering disebut sebagai diagram Ishikawa. Selain itu, diagram ini sering disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fish Bone Diagram). Menurut Muhandri dan Darwin (2006), diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Penyusunannya dilakukan dengan teknik Brainstorming (sumbang saran). Meskipun tiap perusahaan dapat menentukan sendiri faktor-faktor utama dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun secara umum terdapat 5 (lima) faktor yang umum berpengaruh yaitu: (1) lingkungan; (2) manusia; (3) metode; (4) bahan; (5) mesin dan peralatan. Diagram sebab akibat menurut Muhandri dan Darwin (2006) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram sebab akibat (Muhandri dan Darwin, 2006)

MASALAH

Manusia Metode Lingkungan

Mesin dan Peralatan Peralatan

(5)

2.4 Structural Equation Modeling (SEM) 2.4.1 Definisi SEM

Menurut Solimun (2002), Structural Equation Modeling (SEM) merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural, dan analisis PART. Di dalam SEM peneliti dapat melakukan kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan realiabilitas instrumen (setara dengan faktor analisis konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan (setara dengan model struktural atau analisis regresi).

SEM atau model persamaan struktural merupakan suatu hubungan causal dan dinilai dapat mengatasi kelemahan dalam model regresi maupun jalur path (path model). Salah satu kelebihan SEM tersebut yakni dapat mengukur suatu hubungan yang tidak bisa diukur secara langsung (Ghozali dalam Wijayanto 2008).

2.4.2 Model SEM

Model persamaan struktural terdiri dari dua komponen model yaitu model variabel laten atau model struktural dan model pengukuran. Dalam model struktural digambarkan relasi antar variabel laten yang mencerminkan kerangka analisis pokok.

Menurut Bollen 1989 dalam Wijayanto (2008), faktor adalah sebutan lain untuk variabel laten atau variabel tak teramati (unobserved) atau tidak dapat diukur (unmeasured) secara langsung seperti kekuatan, kepuasan, kebahagiaan dan sebagainya. Variabel laten biasanya diukur oleh beberapa indikator. Indikator tersebut dapat langsung diobservasi. Terdapat tiga komponen pada model persamaan struktural yaitu analisis jalur, konsep variabel laten dan model pengukuran serta penguraian pengaruh variabel laten. Pada diagram jalur dipresentasikan sebuah persamaan simultan. Salah satu keuntungan dari penggunaan diagram lintas adalah dapat menggambarkan hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan melalui diagram lintas seperti pada Gambar 4.

(6)

ξ γij λ2 λ1 Y2 Y1 ε1 η ε2 ζ X2 X1 δ1 δ2 β1 β2

Gambar 4. Model teoritis diagram lintas (Bollen, 1989) Keterangan:

η = variabel dependen ( laten tak bebas)

i

ξ = variabel independen (laten bebas )

ij

γ = besar muatan faktor ξ dalam membentuk ηi j

ζ = tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan variabel η

Dalam model pengukuran digambarkan relasi antara variabel laten dengan variabel indikator. Variabel laten tak bebas dan variabel laten bebas mempunyai hubungan linear structural sebagai berikut (Joreskog dan Sorbom, 1996 dalam Wijatanto, 2008) : ζ Bη Γξ η= + + ………...………..……(1) Keterangan :

η = vektor dari variabel endogen berukuran m x 1

ξ

= vektor dari variabel eksogen berukuran n x 1 Γ = matriks koefisien dari ξ berukuran m x n

B = matriks koefisien dari η berukuran m x m

ζ = vektor kesalahan bagi persamaan struktural tersebut berukuran m x 1

Model pengukuran dirumuskan sebagai berikut:

ε Λyη y = + ………...………(2) δ Λxξ x = + ………...………...………(3) Keterangan :

Y = vektor indikator bagi variabel endogen berukuran p x 1 X = vektor indikator bagi variabel eksogen berukuran q x 1

(7)

y

Λ = matriks koefisien regresi y terhadap η berukuran p x m x

Λ = matriks koefisien regresi x terhadap ξ berukuran q x n

ε = vektor kesalahan pengukuran dari y berukuran p x 1

Pada model pengukuran ini dapat dilihat berapa kontribusi dan bagaimana signifikansi dari masing-masing variabel indikator terhadap variabel laten. Secara umum, tahap-tahap yang dilakukan dalam penyusunan model persamaan struktural adalah: mengembangkan model berdasarkan teori, membangun diagram lintas (path diagram), konversi diagram lintas ke persamaan, mengidentifikasi model, penetapan kriteria kesesuaian model, dan interpretasi dan modifikasi model.

2.4.3 Ukuran Kesesuaian Model

Menurut Hair et al., dalam Solimun (2002), dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model sehingga digunakan beberapa fit indeks untuk mengukur kebenaran-kebenaran model. Alat-alat yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mendapatkan model yang sesuai antara lain :

1. Chi-Square (X2)

Chi-square digunakan untuk mengukur overall fit, semakin kecil nilainya maka semakin baik model yang diuji. Uji chi-square ini biasanya dibandingkan dengan nilai derajat bebas (degree of freedom) untuk memperoleh nilai chi-square relatif. Model yang baik membutuhkan nilai chi-chi-square yang lebih kecil daripada nilai derajat bebasnya.

2. P-value

Nilai p-value diharapkan untuk lebih besar dari 0,05 atau 0,1 yaitu uji tidak signifikan. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan, yang berarti matrik input dan matrik estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan cocok. P-value berkisar antara 0 sampai 1 dan model persamaan struktural akan semakin baik jika p-value mendekati 1.

(8)

3. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA).

Ukuran kesesuaian lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian model ialah RMSEA. Ukuran ini mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi. RMSEA menunjukkan kecocokan model yang dikatakan baik apabila nilainya kurang dari 0,05; reasonable jika lebih kecil dari 0,08; cukup apabila kurang dari 0,1 dan buruk apabila lebih dari 0,1.

4. Goodness-of-Fit Index (GFI)

Ukuran GFI merupakan ukuran seberapa besar model mampu menerangkan keseragaman data. Semakin besar nilai ini berarti model semakin baik. Batas minimal 0,9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak.

5. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)

Ukuran ini merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai AGFI sebesar 0,9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak.

Indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Uji kecocokan model

Goodness of Fit Index Cut Off Value

Derajat bebas (DF) Positif

Chi-Square (X2) Diharapkan kecil

Significance Probability ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CFI ≥ 0,95 TLI ≥ 0,90 Sumber : Ferdinand (2005) 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan distribusi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

(9)

No. Nama Peneliti Judul

Penelitian Tujuan

Metode analisis yang digunakan Hasil 1. Irmawati Pengaruh Manajemen

Rantai Pasok Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor

1).Untuk mengkaji sistem manajemen rantai pasokan (MRP) PTPN VIII Gunung Mas Bogor

2).Untuk mengkaji pengaruh MRP terhadap kinerja perusahaan PTPN VIII Gunung Mas Bogor

3).Untuk memberikan solusi penerapan MRP di PTPN VIII Gunung Mas Bogor

SEM Strategi manajemen pemasok

berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap strategi MRP sebesar 30%, strategi hubungan pelanggan berpengaruh positif dan nyata terhadap strategi MRP sebesar 90%, dan strategi MRP berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja perusahaan sebesar 84%.

Untuk variabel respon cepat terhadap permintaan darurat memberikan pengaruh terbesar pada strategi MRP sebesar 2.10. Variabel strategi perusahaan terhadap pengaduan pelanggan mempunyai kontribusi terbesar dalam membentuk strategi hubungan pelanggan sebesar 1.47. Variabel perencanaan pemasaran yang melibatkan semua anggota rantai pasokan memberi pengaruh terbesar pada strategi MRP perusahaan sebesar 1.46, dan variabel kepuasan pelanggan memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja perusahaan sebesar1.65.

(10)

2. Alfredo Febriano

Analisis Hubungan Sistem Transportasi Armada Operasional Dengan Ketepatan Waktu Pengiriman Barang Pada

PT. FIN Logistics Jakarta 2008

1).Untuk mengetahui tingkat ketepatan waktu pengiriman barang pada PT.FIN Logistics

2).Untuk mengetahui kelengkapan jenis kendaraan operasional yang ada di PT. FIN Logistic

3).Untuk mengetahui hubungan antara sistem transportasi armada operasional dengan ketepatan waktu pengiriman barang

Analisis Regresi Sistem Transportasi armada pada PT FIN Logistics belum optimal sebesar 78,33%. Ketepatan waktu pengiriman belum optimal yaitu sebesar 49%, dan adanya pengaruh positif antara sistem transportasi armada operasional dengan ketepatan waktu pengiriman barang pada PT FIN Logistics. 3. Ni Ketut Ayu Budiani Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Keberangkatan Pesawat Milik PT. Malaysia Airlines di Bandara Internasional Soekarno Hatta tahun 2008

1).Untuk mengetahui tingkat perkembangan jumlah keterlambatan pelaksanaan keberangkatan pesawat milik PT. Malaysia Airlines di bandara internasional Soekarno Hatta tahun 2008

2).Untuk menganalisis faktor penyebab

keterlambatan pelaksanaan keberangkatan pesawat milik PT

Malaysia airlines di bandara internasional Soekarno Hatta tahun 2008

Diagram Fishbone

Keterlambatan yang paling banyak disebabkan oleh penumpang dan bagasi sebesar 44,3% atau sebanyak 62 kali keterlambatan dalam setahun. Pada tingkat kedua yaitu wewenang bandara sebesar 35,7% atau sebanyak 50 kali keterlambatan dalam setahun, dan yang ketiga yaitu teknikal pesawat sebesar 10,7% atau sebanyak 15 kali keterlambatan dalam satu tahun (2007-2008)

Gambar

Diagram sebab-akibat ditemukan oleh orang Jepang yang bernama Kaoru  Ishikawa, sehingga sering disebut sebagai diagram Ishikawa
Gambar 4. Model teoritis diagram lintas (Bollen, 1989)  Keterangan:
Diagram  Fishbone

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan blokade tersebut merupakan salah satu bentuk nyata dari gejolak perpolitikan yang kerap kali terjadi di Timur Tengah, Abdullah Baabood, seorang guru

Model yang dibuat terdiri dari model perhitungan kebutuhan bahan, model penugasan mesin, dan model penjadwalan untuk semua workstation yang ada, sedang pengujian

Kesimpula n ya ng diperoleh da la m penelitian metode Weighted product (WP) da pa t membantu da la m menga mbil keputusa n da la m pemilihan pega wa i terba ik di

sifat gaya pegas. (nilai yang ditanamkan: Jujur,  (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa

Pada Gambar 4 hasil yang didapatkan pada proses Flowchart tersebut ialah laporan akhir yang membandingkan tiket penumpang, setoran bank dan laporan harian apakah sudah sesuai

Sebagai salah satu program studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Muhammadiyah Gorontalo, prodi ini berusaha menyediakan Jurnal Ilmiah bagi semua pihak

Istilah ekstradisi menunjukkan kepada proses dimana berdasarkan traktat atau atas dasar resiprositas suatu negara menyerahkan kepada negara lain atas permintaannya seseorang

Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam menganalisa dan memonitor