• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi formula sedia gel uv protection filtrat perasan umbi wortel [Daucus carota, L.] : tinjauan terhadap sorbitol dan gliserol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi formula sedia gel uv protection filtrat perasan umbi wortel [Daucus carota, L.] : tinjauan terhadap sorbitol dan gliserol."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini tentang optimasi formula sediaan gel UV protection filtrat perasan umbi wortel (Daucus carota, L.) dengan menggunakan gliserol dan sorbitol sebagai humektan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh profil campuran yang optimum dari humektan yang digunakan.

Penelitian ini termasuk rancangan eksperimental menggunakan metode simplex lattice design 2 komponen dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula UV protection filtrat perasan wortel yang dapat diterima masyarakat (acceptable). Tiap formula diuji untuk mengetahui respon daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. Analisis persamaan yang diperoleh menggunakan analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95%. Dibuat contour plot untuk masing-masing uji fisis, kemudian digabungkan semua contour plot untuk menghasilkan satu contour plot superimposed yang menunjukkan komposisi optimum humektan gliserol dan sorbitol.

Daya sebar optimal berkisar pada diameter penyebaran ditentukan sebesar 4 - 5 cm. Viskositas optimal ditentukan antara 290 dPa s sampai 300 dPa s. Stabilitas gel ditunjukkan dengan pergeseran viskositas kurang dari 5%. Dari penelitian tidak diperoleh komposisi optimum contour plot superimposed tetapi diperoleh formula V dengan komposisi gliserol 100% sebagai formula optimum yang memenuhi persyaratan sediaan gel, memiliki diameter daya sebar 4,18 cm, viskositas 295,83 dPa s, dan pergeseran viskositas sebesar 3,50 %. Profil sifat fisis daya sebar campuran humektan membentuk kurva melengkung terbuka ke atas, profil sifat fisis viskositas dan % pergeseran membentuk kurva melengkung terbuka ke bawah.

(2)

ABSTRACT

This research was about formula optimization of carrot filtrate UV protection gel dosage form by using glycerol and sorbitol as humectant. The research was aimed to obtain optimum mixture profile from used humectant. The research was included as experimental design using explorative 2 component’s simplex lattice design method, which was searching UV protection gel with acceptable appearance in the society.

Each formula was tested to search for spreadability, viscosity, and viscosity shift. Equity analysis which was obtained by using F test analysis with confidence level 95%. It was made contour plot for each physical properties test, then it was combined all contour plot to produce one contour plot superimposed which showed optimum area of sorbitol and glycerol composition.

Optimum diameter spreadability was determined around 4-5 cm. Optimum viscosity was determined around 290-300 dPa s. Gel stability was shown with the viscosity shift which is less than 5%. From the research it was not obtained optimum contour plot superimposed composition but it was obtained formula V (five) contain 100% glycerol as optimum formula which fullfills the requirement of high quality gel with diameter spreadability 4,81 cm, viscosity 295,83 d Pa s, and viscosity shift 3,50 %. Profile of spreadability curves formed concave line. Profile of viscosity and viscosity shift curves formed convex lines.

Keywords :

(3)

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN GEL

UV PROTECTION

FILTRAT PERASAN UMBI WORTEL (

Daucus carota

, L.) :

TINJAUAN TERHADAP SORBITOL DAN GLISEROL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Budiaji Suryawijaya Pranata

NIM : 048114128

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN GEL

UV PROTECTION

FILTRAT PERASAN UMBI WORTEL (

Daucus carota

, L.) :

TINJAUAN TERHADAP SORBITOL DAN GLISEROL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Budiaji Suryawijaya Pranata

NIM : 048114128

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

!

"##$

%

!

"##$

%

!

"##$

%

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Penulis sungguh bersyukur kepada Bapa Yang Kekal atas penyertaan dan pemenuhan segala kebutuhan dalam pelaksanaan penelitian skripsi berjudul Optimasi Formula Sediaan Gel UV Protection Filtrat Perasan Umbi Wortel

(Daucus carota, L.) : Tinjauan terhadap Sorbitol dan Gliserol dari awal

sampai selesainya penelitian. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm) Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kepercayaan penuh, bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Rina Kuswahyuning, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran.

5. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran.

(10)

7. Tim Wortel Miracle: Deci, Cipi, Deka, Ella, Ine, Finza dan Ian atas kebersamaan melewati siang dan malam di laboratorium.

8. Segenap Staf Laboratorium: Pak Yuwono, Pak Musrifin, Pak Sigit, Pak Wagiran, Pak Agung, Pak Iswandi, Pak Otto, Pak Heru, Pak Sarwanto, Pak Parlan, Pak Kunto dan Pak Andri atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Pak Satpam: Mas Tri, Mas Agus, Mas Sani dan semua penjaga keamanan saat lembur kerja malam hari.

10.Tim SWF Paingan : Ko Frankie, Ko Yudi, Ko Andryan, Ko Yanuar, Mas Dwi, Bang Alex, Ko Daud, Andri kecil atas kebersamaan kita. 11.Bapak Gembala Obaja Sigit dan segenap rekan – rekan GKN untuk

motivasi yang diberikan.

12.Teman kos Paingan: Brother Ronald Sihombing, Robert, Dudy, Fredy, Boby, Icha dan Rico, Rei dan Mario, Bang Arnold dan Mas Setiya Adhi Nugraha.

13.Seluruh mahasiswa angkatan 2004 atas perjuangan bersama kita. 14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk

(11)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak kesalahan dan kekurangan yang ditemukan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca

(12)
(13)

INTISARI

Penelitian ini tentang optimasi formula sediaan gel UV protection filtrat perasan umbi wortel (Daucus carota, L.) dengan menggunakan gliserol dan sorbitol sebagai humektan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh profil campuran yang optimum dari humektan yang digunakan.

Penelitian ini termasuk rancangan eksperimental menggunakan metode

simplex lattice design 2 komponen dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula

UV protection filtrat perasan wortel yang dapat diterima masyarakat (acceptable).

Tiap formula diuji untuk mengetahui respon daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. Analisis persamaan yang diperoleh menggunakan analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95%. Dibuat contour plot untuk masing-masing uji fisis, kemudian digabungkan semua contour plot untuk menghasilkan satu contour plot

superimposed yang menunjukkan komposisi optimum humektan gliserol dan

sorbitol.

Daya sebar optimal berkisar pada diameter penyebaran ditentukan sebesar 4 - 5 cm. Viskositas optimal ditentukan antara 290 dPa s sampai 300 dPa s. Stabilitas gel ditunjukkan dengan pergeseran viskositas kurang dari 5%. Dari penelitian tidak diperoleh komposisi optimum contour plot superimposed tetapi diperoleh formula V dengan komposisi gliserol 100% sebagai formula optimum yang memenuhi persyaratan sediaan gel, memiliki diameter daya sebar 4,18 cm, viskositas 295,83 dPa s, dan pergeseran viskositas sebesar 3,50 %. Profil sifat fisis daya sebar campuran humektan membentuk kurva melengkung terbuka ke atas, profil sifat fisis viskositas dan % pergeseran membentuk kurva melengkung terbuka ke bawah.

(14)

ABSTRACT

This research was about formula optimization of carrot filtrate UV protection gel dosage form by using glycerol and sorbitol as humectant. The research was aimed to obtain optimum mixture profile from used humectant. The research was included as experimental design using explorative 2 component’s simplex lattice design method, which was searching UV protection gel with acceptable appearance in the society.

Each formula was tested to search for spreadability, viscosity, and viscosity shift. Equity analysis which was obtained by using F test analysis with confidence level 95%. It was made contour plot for each physical properties test, then it was combined all contour plot to produce one contour plot superimposed which showed optimum area of sorbitol and glycerol composition.

Optimum diameter spreadability was determined around 4-5 cm. Optimum viscosity was determined around 290-300 dPa s. Gel stability was shown with the viscosity shift which is less than 5%. From the research it was not obtained optimum contour plot superimposed composition but it was obtained formula V (five) contain 100% glycerol as optimum formula which fullfills the requirement of high quality gel with diameter spreadability 4,81 cm, viscosity 295,83 d Pa s, and viscosity shift 3,50 %. Profile of spreadability curves formed concave line. Profile of viscosity and viscosity shift curves formed convex lines.

Keywords :

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Karya ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

A. Wortel ... 6

1. Morfologi tanaman ... 6

2. Kandungan kimia dan kegunaan... 6

B. Beta Karoten... 7

C. Gel ... 8

D. Carbomer... 9

E. Humektan ... 10

F. Radikal bebas dan Antioksidan karotenoid... 11

G. Sunscreen dan SPF ... 12

H Spektrofotometri UV ... 13

I. Metode Simplex Lattice Design... 14

J. Keterangan Empiris ... 15

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 16

1. Variabel Penelitian... 16

2. Definisi Operasional ... 17

C. Bahan dan Alat ... 18

D. Tata Cara Penelitian... 19

1. Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.)... 19

(17)

3. Optimasi pembuatan gel UV Protection... 20

4. Uji sifat fisis formula ... 22

E. Analisis Data ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Preparasi Wortel dan Ekstraksi Beta Karoten ... 24

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Filtrat Perasan Wortel ... 25

1. Penetapan kadar beta karoten dan nilai SPF dalam filtrat perasan wortel sebelum membuat gel ... 26

2. Penetapan kadar beta karoten dan nilai SPF dalam gel ... 30

C. Pembuatan Sediaan Gel ... 32

D. Sifat Fisis dan Stabilitas Sediaan Gel ... 33

1. Uji Daya Sebar... 34

2. Uji Viskositas ... 36

3. Uji Stabilitas ... 37

E. Optimasi Formula Sediaan Gel ... 38

1. Perkiraan Formula Optimum berdasar Daya Sebar ... 38

2. Perkiraan Formula Optimum berdasar Viskositas... 40

3. Perkiraan Formula Optimum berdasar % Pergeseran Viskositas ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …... 43

(18)

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design... 21

Tabel II. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer Genesis 10.... 27

Tabel III. Jumlah beta karoten dalam 1 gram filtrat perasan wortel dengan dengan Spektrofotometer Genesis 10... 27

Tabel IV. Hasil pengukuran SPF ... 29

Tabel V. Kurva baku beta karoten dengan Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20... 30

Tabel VI. Jumlah beta karoten dalam 1 gram filtrat perasan wortel dengan Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20... 31

Tabel VII. Hasil pengukuran SPF dalam 200 gram gel. ... 31

Tabel VIII. Hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas gel UV Protection... 34

Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar gel UV Protection... 35

Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada viskositas gel UV Protection... 36

Tabel XI. Hasil perhitungan uji F pada pergeseran viskositas gel UV Protection... 37

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur molekul beta karoten ... 7

Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten... 8

Gambar 3. Rumus molekul carbopol ... 10

Gambar 4. Struktur molekul gliserol ... 10

Gambar 5. Struktur molekul sorbitol ... 11

Gambar 6. Hasil scanning beta karoten dengan pelarut kloroform...28

Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan beta karoten ... 30

Gambar 8. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon daya sebar gel UV Protection...35

Gambar 9. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon viskositas gel UV Protection...37

Gambar 10. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon % pergeseran viskositas gel UV Protection...38

Gambar 11. Grafik hubungan antara humektan dengan respon daya sebar yang menunjukkan range optimum humektan... 39

Gambar 12. Grafik hubungan antara humektan dengan respon viskositas yang menunjukkan range optimum humektan... 40

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Filtrat Perasan Wortel... 47

Lampiran 2. Data Sifat Fisis, Persamaan Simplex Lattice Design, Uji F... 53

Lampiran 3. Data Nilai pH Gel ... 66

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap orang terpapar oleh radiasi ultraviolet dari matahari, sejumlah kecil

radiasi UV memberikan keuntungan untuk kesehatan dan berperan penting dalam

produksi vitamin D. Apabila kita terlalu banyak terpapar oleh radiasi UV maka

akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama munculnya kanker kulit

(Anonim, 2006a). Banyak studi epidemiologi menemukan bahwa radiasi UV

menyebabkan kanker pada manusia berkulit terang atau dapat menimbulkan efek

yang lebih ringan seperti sunburn hal ini dikarenakan lapisan ozon yang semakin

menipis dari tahun ke tahun (Anonim, 2007a). Radiasi UV menghasilkan proses

fotooksidasi yang bertanggung jawab dalam berbagai macam kerusakan jaringan

kulit ini (Sies dan Stahl, 2004). Radiasi UV sendiri didefinisikan merupakan

bagian dari spektrum elektromagnetik yang berada antara sinar X dan sinar

tampak. Sinar UV dibagi menjadi vacuum UV(40-190nm), Far UV (190-220nm),

UV C (220-290nm), UV B (290-320nm) dan UV A (320-400nm). Vacuum UV,

Far UV, dan UV C hampir tidak ditemukan dalam alam karena secara total

diserap oleh atmosfer. UV B adalah bentuk radiasi UV yang paling berbahaya

karena memiliki energi cukup untuk menembus dan merusak pada DNA seluler.

Individu yang beraktivitas memiliki resiko besar terpapar oleh efek UV B, terlebih

lagi lapisan ozon semakin menipis (Zeman, 2007). Sistem pertahanan tubuh

(23)

melanin yang dihasilkan oleh melanosit. Sistem ini sebagai sistem yang memblok

penetrasi UV dan mencegah kerusakan pada jaringan kulit rentan yang ada

sebelah dalam (Anonim, 2007b).

Sunscreen adalah senyawa kimia yang mampu mengabsorpsi dan atau

memantulkan sinar UV sebelum mencapai kulit (Stanfield, 2003). Sunscreen

dapat digunakan untuk mengurangi efek merusak radiasi UV, tetapi sekarang ini

sunscreen berbahan aktif sintetik di pasaran dilaporkan terbukti memiliki resiko

kurang aman ketika digunakan. Bahan aktif sintetik berukuran sangat kecil

mampu untuk terabsorpsi ke dalam kulit dan dapat tereksitasi menjadi radikal

bebas menyerang sel DNA. Penyerangan sel DNA ini dapat menyebabkan efek

yang lebih buruk daripada terpapar oleh UV secara langsung (Hanson, K.M.,

Gratton, E., Bardeen, C.J., 2006). Oleh karena itu penelitian menggunakan zat

aktif dari bahan alam yang lebih aman dalam penggunaannya.

Penelitian ini membuat sediaan UV Protection menggunakan zat aktif dari

bahan alam beta karoten berasal dari filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.).

Beta karoten sebagai golongan karotenoid merupakan antioksidan yang berperan

dalam proses fotoproteksi, menangkap radikal bebas akibat proses fotooksidasi

yang dihasilkan oleh radiasi UV (Siems dan Stahl, 2004). Bentuk sediaan topikal

yang mungkin untuk dibuat adalah cream, lotion, dan gel. Namun bentuk sediaan

cream dan lotion memiliki kekurangan yaitu tidak nyaman ketika digunakan.

Kandungan minyak dalam cream menjadi masalah pada orang dengan produksi

kelenjar sebasea berlebihan karena dapat merangsang timbulnya jerawat. Lotion

(24)

kulit. Oleh karena itu perlu dikembangkan bentuk sediaan gel yang mempunyai

sifat fisis lebih baik dan nyaman dalam penggunaannya, memiliki viskositas

cukup dan dapat dirancang sediaan hidrogel yang tidak berminyak dan mudah

untuk dibersihkan.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menyumbangkan inovasi

dalam memformulasi gel. Sediaan topikal yang dibuat harus memiliki sifat fisis

yang nyaman dan mudah untuk diaplikasikan, salah satunya yaitu memiliki daya

sebar yang baik (Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002). Dalam

penelitian ini digunakan agen pengental gel carbopol dan 2 humektan yaitu

sorbitol dan gliserol. Humektan menempati posisi yang penting dalam formula

untuk memberikan proteksi terhadap kehilangan air pada gel karena evaporasi air

yang sangat cepat mempengaruhi daya sebar sediaan. Gliserol memiliki

higroskopis tinggi namun daya ikat air total tidak berbeda jauh dengan

higroskopisnya, sedang sorbitol walaupun memiliki higroskopis lebih rendah

daripada gliserol tapi memiliki daya ikat air total 21 kali daripada nilai

higroskopisnya. Dengan kombinasi sifat ini maka diharapkan formula memiliki

daya sebar dan stabilitas yang baik, yaitu memiliki kemampuan higroskopis tinggi

dan daya ikat total air besar, sehingga evaporasi secara maksimal dapat dicegah

dan mampu mempertahankan konsistensi. Kombinasi sorbitol dan gliserol

diharapkan pula dapat membentuk gel dengan sifat yang nyaman untuk

digunakan.

Pendekatan yang digunakan pada optimasi formula gel UV Protection

(25)

design diaplikasikan untuk melihat profil campuran bahan, sekaligus dapat

memperkirakan sifat campuran lain yang tidak dicobakan dalam penelitian.

Pendekatan ini juga memungkinkan mendapatkan area optimum campuran 2

humektan dengan sifat fisis dan stabilitas yang dikehendaki (Amstrong, 1996.,

Bolton, 1997).

B. Perumusan Masalah

1.Apakah ada range optimum gel UV Protection filtrat perasan wortel (Daucus

carota, Linn.) bila dilihat dari sifat fisis dan stabilitas gel menggunakan

metode simplex lattice design?

2.Berapa jumlah humektan sorbitol dan gliserol dalam formula gel UV

Protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.) yang menghasilkan

formula optimum?

3.Bagaimana profil sifat fisis gel UV Protection dengan campuran humektan

sorbitol dan gliserol yang terbentuk?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

optimasi formula gel UV Protection filtrat perasan umbi wortel (Daucus carota,

L.) tinjauan terhadap sorbitol dan gliserol metode Simpleks Lattice Design belum

(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi bagi perkembangan ilmu kefarmasian mengenai

penggunaan bahan alam dalam sediaan UV Protection.

2. Manfaat Praktis

Mengetahui area komposisi optimum dari sifat fisis gel UV Protection filtrat

perasan wortel (Daucus carota, L.) dengan humektan sorbitol dan gliserol.

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah ada range optimum bila dilihat dari sifat fisis dan

stabilitas gel UV Protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.) pada

variasi komposisi humektan sorbitol dan gliserol.

2. Mendapatkan jumlah humektan yang menghasilkan formula optimum gel UV

Protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.).

3. Mendapatkan profil sifat fisis gel UV Protection filtrat perasan wortel (Daucus

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wortel

1. Morfologi tanaman

Terna musiman, tinggi 1-1,5 m, tumbuh di daerah sejuk bertemperatur

200C. Jenis wortel cukup banyak, tumbuh baik pada ketinggian 500-1000 m atau

1000-2000 m dpl. Untuk tumbuhnya, wortel memerlukan tanah geluh berpasir

yang kaya bahan organik dan sinar matahari yang cukup.

Wortel berbatang pendek, basah, merupakan sekumpulan tangkai daun

yang keluar dari ujung umbi bagian atas. Daun majemuk berganda, pangkal

tangkai melebar menjadi upih, lonjong, tepi bertoreh, ujung runcing, pangkal

berlekuk, panjang 15-20cm, lebar 10-13cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau.

Bunga berkumpul dalam payung majemuk, mahkota berbentuk bintang, halus,

berwarna putih.

2. Kandungan kimia dan kegunaan

Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu,

nutrisi anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa, dan

maltosa), pektin, glutanion, mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium,

magnesium, kromium), vitamin (beta karoten, B1, dan C) serta asparagine.

(Dalimartha, 2001). Secara umum dalam 122 gram wortel, terdapat beta karoten

10,108 mg, vitamin B1 0.081 mg, dan vitamin C 7,2 mg (Anonim, 2007)

(28)

Wortel berwarna orange oleh karena kandungan beta karoten, yang mana

dalam tubuh manusia untuk diubah menjadi vitamin A. Wortel juga kaya akan

serat, mineral dan dikenal sebagai antioksidan (Anonim, 2007c).

B. Beta Karoten

Beta karoten merupakan golongan karoten. Beta karoten digunakan oleh

tubuh untuk membuat retinol, yang mana dibutuhkan untuk kesehatan

penglihatan. Walaupun konsumsi vitamin A berlebih adalah berbahaya, tetapi beta

karoten adalah supplement yang aman karena tubuh akan mengubah beta karoten

menjadi vitamin A sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu tidak meracuni

tubuh. Beta karoten adalah antioksidan dan melindungi tubuh dengan menangkap

radikal bebas mencegah oksidasi (Anonim, 2006b).

Rantai terkonjugasi dalam golongan karotenoid menunjukkan bahwa

mereka menyerap dalam area visible dan memberikan warna. Spektrum dibawah

menunjukkan beta karoten menyerap kuat antara 400-500 nm, beta karoten

tampak orange karena merefleksikan warna merah atau kuning (Anonim, 2006b).

(29)

Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten

After Vetter et al. in Karotenoids (ed. O. Isler), Birkhauser Verlag, 1971 , p194 (Anonim, 2007d).

C. Gel

Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995). Gel adalah sistem semi rigid

yang pergerakan medium pendispersinya dibatasi oleh jaringan tiga dimensi dari

partikel atau makromolekul yang terdispersi. Beberapa sistem gel merupakan

sistem yang jernih – transparan seperti air; tetapi ada yang memiliki tampilan

keruh – buram karena bahan-bahan penyusun tidak terdispersi secara keseluruhan

atau gel tersebut membentuk aggregat. Konsentrasi dari gelling agent kurang dari

10%, biasanya dalam rentang 0.5 % sampai 2 %. Gel dapat digunakan secara oral,

topikal, intranasal, vaginal, dan rektal (Allen dan Loyd, 2002).

Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer

(30)

menyimpan air dalam strukturnya. Salah satu alasan disukainya hidrogel sebagai

komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan obat adalah kompatibilitasnya

yang relatif baik dengan jaringan biologis (Zatz and Kushla, 1996).

D. Carbomer

Carbomer (Carbopol) pertama kali dideskripsikan dalam literatur

professional pada tahun 1955 dan sampai sekarang digunakan dalam berbagai

sediaan farmasetika, misalnya dalam tablet lepas terkontrol, suspensi, dan gel

topikal. USP 25 menetapkan nama umum untuk carbopol adalah carbomer (Allen

dan Loyd, 2002). Carbopol didispersikan ke dalam air membentuk larutan asam

yang keruh yang kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium

hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa inorganik lemah seperti amonium

hidroksida, sehingga akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan

(Barry,1983). Ketika ditambahkan air, maka memungkinkan tumbuhnya jamur

dan mikroorganime yang lainnya. Ketika diformulasikan dengan sistem berair,

0,1% metilparaben atau propilparaben dapat ditambahkan sebagai agen pengawet

dan tidak mempengaruhi efisiensi dari resin carbomer (Allen dan Loyd, 2002).

Carbomer yang digunakan dalam penelitian ini adalah carbomer 940 NF, memiliki

kekentalan 40.000-60.000 cP, memiliki efisiensi membentuk gel dengan

viskositas tinggi dan memiliki kejernihan sangat baik (Allen dan Loyd, 2002).

Dalam bentuk netral, carbopol larut dalam air, alkohol, dan gliserin serta akan

membentuk gel yang jernih dan stabil. Pada larutan asam (pH 3,5-4,0) dispersi

(31)

akan menunjukkan viskositas yang optimal. Pada pH di atas 10, struktur gel rusak

dan viskositas menurun (Anonim, 2001).

H2

C HC

COOH n

Gambar 3. Rumus molekul carbopol (Anonim, 2001)

Carbopol merupakan polimer asam akrilat dengan n >1

E. Humektan

Humektan dalam formula mencegah kehilangan air dan menghindari

penyusutan produk karena evaporasi. Humektan dalam formula dimaksudkan

meningkatkan kenyamanan penggunaan produk pada kulit dan melembutkan kulit

(Nairn, 1997). Dalam kelembapan yang tinggi, humektan dapat menarik air dari

lingkungan sehingga stratum korneum tidak kekurangan air dan memiliki fungsi

biologis yang baik, selain itu kulit menjadi tidak kering (Rawlings, Harding,

Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002).

Gliserin atau gliserol digunakan sebagai emollient dan humektan yang

sudah terdaftar pada FDA digunakan dalam konsentrasi 0,2-65,7% (Smolinske,

1992).

(32)

Sorbitol diklasifikasikan sebagai humektan, pemanis, dan pembawa

pemberi rasa dalam formula (Smolinske, 1992).

Gambar 5. Struktur molekul sorbitol

Higroskopisitas dan kemampuan humektan mengikat air (250C, 50% RH)

Humektan Higroskopisitas

(H20 mg/100mg)

Kapasitas Ikat Air Total

(H20 mg/100mg)

DPG 12 8

Sorbitol 1 21

PEG 200 20 22

Glyserin 25 40

Na – PCA 44 60

Na - laktat 56 84

(Rawlings dkk, 2002).

F. Radikal bebas dan Antioksidan karotenoid

Radikal bebas adalah molekul dengan satu atau lebih elektron tidak

berpasangan di orbit terluarnya. Molekul tidak stabil ini berinteraksi dengan cepat

dengan molekul yang ada didekatnya, memberikan, menarik, atau bahkan saling

melengkapi elektron terluar mereka. Reaksi ini tidak hanya mengubah molekul

(33)

yang lain. Karena kereaktifan dari ROS maka terjadi reaksi yang

berkesinambungan. Reaksi ini memiliki efek yang mengubah struktur dan fungsi

dari jaringan hidup. Bila tubuh kita secara terus menerus terpapar radikal bebas

dan ROS yang lain, jaringan yang dirusak oleh ROS dapat semakin parah

berkembang menjadi sejumlah penyakit, salah satunya kanker kulit (Gregory,

2002).

Aktivitas fotoproteksi dari karotenoid dihubungkan dengan sifat

antioksidan yang dimilikinya, secara efektif menetralkan reaksi radikal bebas

seperti oksigen singlet. Pengatasan reaksi radikal bebas dilakukan oleh karotenoid

secara fisika, dengan penghantaran energi eksitasi oksigen singlet ke karotenoid,

sebagai hasilnya oksigen akan kembali stabil (ground state), energi dilepaskan

oleh karotenoid sebagai energi panas (Sies dan Stahl, 2004).

G. Sunscreen dan SPF

Sunscreen adalah senyawa kimia yang mengabsorbsi dan atau

memantulkan sinar UV sebelum berhasil mencapai kulit. Biasanya sunscreen

merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Jika hanya digunakan satu zat

aktif, sunscreen tersebut hanya mampu mengabsorbsi energi UV pada spektrum

yang terbatas (Stanfield, 2003).

Sun Protective Factor adalah tingkat perlindungan produk sunscreen

terhadap sinar matahari yang dapat menyebabkan eritema (sunburn). SPF

(34)

yang terlindungi oleh sunscreen dengan MED tanpa perlindungan sunscreen

(Stanfield, 2003).

Meskipun pengukuran SPF dapat dilakukan secara alami, namun juga

diketahui hubungan yang sederhana antara SPF dan absorbansi sebagai berikut :

− =

Io I A log10

SPF SPF

A=−log10 1 =log10

(Walters, Keeney, Wigl, Johnston, dan Cornelius, 1997).

I sebagai intensitas sinar dengan pemakaian sunscreen dan A merupakan

absorbansi. Suatu produk dikatakan mempunyai harga SPF 2 apabila seseorang

menggunakan sunscreen tersebut dia tinggal di bawah sinar matahari tanpa

terbakar dua kali lebih lama tanpa menggunakan sunscreen tersebut (Walters dkk,

1997).

H. Spektrofotometri UV

Spektrofotometri ultraviolet adalah anggota analisis spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan

instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrofotometri UV dapat melakukan penentuan terhadap sampel berupa

larutan, gas atau uap (Mulja dan Suharman, 1995). Pada analisis kuantitatif,

pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Panjang

gelombang serapan maksimum merupakan panjang gelombang dimana suatu

(35)

maksimum, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi paling besar

sehingga akan didapat kepekaan analisis yang maksimal (Mulja dan Suharman,

1995).

J. Metode Simplex Lattice Design

Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari obat dan eksipien.

Setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen dalam campuran akan merubah

sedikitnya satu atau bahkan lebih fraksi eksipien lain. Jika Xi adalah fraksi dari

komponen i dalam campuran maka:

0 ≤ Xi 1 i = 1, 2, …. , q (1)

Campuran akan mengandung sedikitnya satu komponen dan jumlah fraksi

semua komponen adalah seragam, ini berarti :

X1 + X2 + …… + Xq = 1 (2)

Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari

komponen-komponen dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar

dengan q titik sudut dan q – 1 dimensi (Van Kamp et al., 1987; Amstrong &

James, 1996; Huismandkk, 1984).

Dalam pelaksanaan penelitian dengan simplex lattice design dapat dibuat

formulasi dengan kombinasi yang berbeda dari bahan tambahan. Kombinasi

tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon dalam simplex space secara

(36)

Keterangan Empiris

Semakin hari lapisan ozon semakin menipis, semakin besar radiasi UV

mampu mencapai bumi yang menginduksi timbulnya kanker kulit. Dalam keadaan

seperti ini diperlukan sebuah penemuan adanya sediaan UV Protection yang

memilliki tingkat kenyamanan yang baik dalam penggunaannya.

Golongan karetonoid seperti beta karoten telah terbukti sebagai

antioksidan yang baik secara oral, tetapi belum diketahui bagaimana secara

topikal. Zat aktif dari bahan alam diketahui pula memberikan tingkat keamanan

yang lebih baik bagi kulit daripada zat aktif sintetik. Penelitian ini merupakan

sebuah upaya untuk menemukan formula optimum gel UV Protection dengan zat

aktif alami sebagai antioksidan yaitu beta karoten yang terkandung dalam filtrat

perasan wortel (Daucus carota, L.).

Dalam penelitian dilakukan optimasi formula gel dengan filtrat perasan

wortel (Daucus carota, L.) menggunakan gliserol dan sorbitol sebagai humektan

dengan metode simplex latticce design. Humektan ditambahkan karena bersifat

menahan air pada sediaan gel untuk mengurangi penguapan dengan demikian

diharapkan sifat fisis gel tetap terjamin. Formula optimum merupakan formula

yang memiliki sifat fisis gel terbaik yaitu daya sebar gel, viskositas gel dan

stabilittas gel yang ditunjukkan dengan pergeseran viskositas setelah

penyimpanan selama 1 bulan. Nilai SPF invitro menunjukkan bahwa gel memiliki

aktivitas sebagai pelindung terhadap radiasi UV (antioksidan). Nilai SPF invitro

didapatkan melalui pengukuran serapan filtrat perasan umbi wortel menggunakan

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental semu menggunakan

metode simplex lattice design 2 komponen dan bersifat eksploratif, yaitu mencari

formula UV Protection filtrat perasan wortel yang dapat diterima masyarakat

(acceptable).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a) Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi humektan, yaitu

sorbitol dan gliserol.

b) Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis gel (daya sebar

gel, viskositas gel) dan uji stabilitas viskositas gel (setelah penyimpanan

selama satu bulan).

c) Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama

pengadukan, kecepatan pengadukan, cahaya penyimpanan, dan wadah

penyimpanan.

(38)

d) Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu

penelitian dan kelembapan.

2. Definisi Operasional

a.Filtrat perasan wortel adalah cairan hasil dari wortel yang telah dijuice,

disaring tiga kali dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15

menit, dipisahkan dengan endapan perasan wortel.

b.Gelling agent adalah bahan pembentuk sediaan gel yang akan membentuk

matriks tiga dimensi. Pada penelitian ini digunakan carbopol 1% b/v.

c.Humektan adalah bahan yang membantu mempertahankan kelembaban pada

permukaan kulit dengan cara menarik lembab dari lingkungan. Pada

penelitian ini digunakan sorbitol dan gliserol.

d.Sifat fisis adalah sifat gel yang dapat dilihat kenampakan fisisnya dan dapat

diukur secara kuantitatif meliputi daya sebar, viskositas dan perubahan

viskositas selama penyimpanan.

e.Daya sebar optimum adalah daya sebar sediaan gel dengan diameter

penyebaran dengan range diameter 4 – 5 cm.

f. Viskositas optimum adalah viskositas yang mempunyai nilai antara 290 -

300 d Pa s.

g.Pergeseran viskositas optimum adalah selisih viskositas gel setelah disimpan

selama 1 bulan pada suhu kamar dengan viskositas segera setelah pembuatan

(39)

pembuatan. Pergeseran viskositas yang optimum dalam penelitian ditentukan

sebesar 5 %.

h.Contour plot adalah profil respon daya sebar, viskositas, dan pergeseran

viskositas gel UV protection.

i. Contour plot superimposed adalah gabungan dari semua contour plot yang

dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya prediksi komposisi formula

optimum gel UV protection.

j. Komposisi optimum adalah range komposisi humektan yang menghasilkan

gel dengan daya sebar 4–5 cm, viskositas 290-300 d Pa s, dan pergeseran

viskositas 5%.

C. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah filtrat perasan wortel

(Daucus carota, L.), n-heksan (kualitas p.a), aseton (kualitas p.a), gliserol

(kualitas farmasetis), sorbitol (kualitas farmasetis), carbopol (kualitas farmasetis),

triethanolamine (TEA), metil paraben (kualitas farmasetis), aquadest.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (PYREX),

mixer, Viscotester seri VT 04 (Rion-Japan), Spectrophotometer UV GenesisTM 10,

Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20, lemari pendingin (Refrigerator

(40)

D. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus

carota.L)

1.1 Ekstraksi beta karoten dalam wortel

a. Preparasi Wortel

Wortel segar dibersihkan dan dipotong – potong, lalu ditimbang

kurang lebih 1 kg wortel yang telah dibersihkan kemudian dijus menggunakan

juicer. Hasil jus disaring tiga kali. Kemudian hasil saringan dipisahkan

dengan menggunakan sentrifuge kecepatan 4000 rpm selama 15 menit

sehingga didapatkan filtrat wortel dan endapan wortel. Kemudian filtrat dan

endapan dipisahkan. Bagian filtrat yang digunakan sebagai zat aktif gel UV

Protection.

b. Ekstraksi beta karoten

Sampel filtrat perasan wortel yang didapat kemudian ditimbang

secara seksama 0,50 gram. Kemudian sampel dicuci dengan 2 x 25 ml

aseton, kemudian dengan 25 ml heksan. Fase aseton dihilangkan dari ekstrak

dengan 5 x 100 ml aquadest. Kemudian lapisan paling atas (fraksi heksan)

diambil, lalu masukkan dalam labu ukur 25 ml kemudian ditambahkan

pelarut (aseton : heksan = 1: 9) sampai tanda. Replikasi dilakukan sebanyak

3 kali.

1.2 Pembuatan kurva baku beta karoten

(41)

Scaning max dengan menggunakan 3 seri larutan baku (2, 6, 10 ppm).

Kemudian dari ketiga seri larutan baku dibandingkan kurva serapannya.

b. Pengukuran absorbansi larutan seri baku

Tiap – tiap larutan seri baku 2; 4; 6; 8; 10 ppm diukur aborbansi pada

max yang didapat. Kemudian dibuat persamaan regresi linier antara

konsentrasi dengan absorbansi.

1.3 Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel

Absorbansi sampel filtrat diukur pada max. Kadar beta karoten dalam

filtrat perasan wortel dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang

didapat.

2. Memprediksi nilai SPF filtrat perasan wortel (Daucus carota, L.)

Scanning serapan pada panjang gelombang 365 nm

Timbang sejumlah filtrat perasan wortel yang memberikan SPF 10 –

15, larutkan dalam kloroform hingga 25 ml, kemudian diukur serapannya

pada panjang gelombang 365 nm.

Penentuan dan pengukuran serapan filtrat perasan wortel

Dari hasil scanning serapan pada 365 nm, serapan yang didapat

dihitung sebagai nilai SPF, menggunakan rumus:

A = log 10 SPF

(Walters dkk, 1997).

3. Optimasi pembuatan gel UV Protection

(42)

Clear Aqueous Gel dengan Dimetikon

Aquadest 59,8 gram

Carbomer 0,5 gram

Triethanolamin 1,2 gram

Gliserol 34,2 gram

Propilene Glikol 2,0 gram

Dimetikon copoliol 2,3 gram

Komposisi Formula baru setelah dilakukan modifikasi untuk sediaan (100 gram)

sebagai berikut :

Aquadest 47 gram

Carbomer 1 gram

Triethanolamin 0,5 gram

Gliserol 0-48 gram

Sorbitol 0-48 gram

zat aktif (filtrat perasan wortel) 3,5 gram

Rancangan formula Simplex Lattice Design dengan komposisi sorbitol dan

gliserol yang berbeda dalam penelitian :

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design

Formula I II III IV V

Gliserol 0 g 12 g 24 g 36 g 48 g

Sorbitol 48 g 36 g 24 g 12 g 0 g

Carbopol 1 g 1 g 1 g 1 g 1 g

Trietanolamin 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g

Aquadest 47 g 47 g 47 g 47 g 47 g

(43)

Prosedur :

Carbopol ditambah aquades kemudian dimixer 400 rpm selama 10 menit.

Campuran komponen humektan dimixer selama 200 rpm selama 5 menit.

Kemudian campuran carbopol, campuran humektan dan filtrat dimikser dengan

kecepatan 200 rpm selama 5 menit. Langkah terakhir ditambahkan TEA pada

campuran, dimixer sampai terbentuk massa yang kental dan homogen.

4. Uji Sifat Fisis Formula

a. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar sediaan gel UV Protection filtrat perasan wortel

dilakukan setidaknya 48 jam setelah pembuatan, dengan cara: gel ditimbang

seberat 1 gram, diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Di atas gel

diletakkan kaca bulat lain ditambah dengan pemberat sehingga total berat

diatas gel 125 gram. Setelah didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat

penyebarannya (Garg dkk, 2002).

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04

dengan cara : gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable

viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum

penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1) segera setelah gel

(44)

E. Analisa Data

Data uji fisis diolah dengan pendekatan Simplex Lattice Design untuk

menghitung koefisien A, B, AB sehingga didapatkan persamaan Y= A(XA) +

B(XB) + AB(XA) (XB).

Tiap persamaan diuji validitasnya secara statistik menggunakan uji F

dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila valid maka dapat dilakukan prediksi

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi Wortel dan Ekstraksi Beta Karoten

Proses ekstraksi beta karoten dimulai dari pemilihan wortel yang segar dan

memiliki bentuk dan umur seragam. Langkah selanjutnya secara berurutan adalah

memotong, menimbang dan mencuci wortel kurang lebih sebanyak 1 kg.

Pemotongan wortel menjadi bagian-bagian yang kecil perlu dilakukan untuk

mempermudah proses penyarian dengan juicer. Berdasarkan orientasi penelitian,

wortel yang diperlukan untuk menghasilkan filtrat digunakan dalam lima formula

(masing-masing formula 200 gram gel) kurang lebih sebanyak 1 kilogram. Setelah

pencucian, proses selanjutnya adalah pengambilan sari wortel dengan juicer,

penyaringan dan sentrifuge. Proses penyarian dengan juicer diulang lebih dari

satu kali apabila masih ada bagian wortel yang belum halus menjadi ampas,

pengulangan ini dapat menambah volume filtrat yang dihasilkan. Proses

penyaringan dilakukan tiga kali memiliki tujuan untuk menyaring ampas kasar.

Apabila tidak dilakukan penyaringan maka akan ditemukan endapan ampas

setelah selesai disentrifuge. Proses sentrifuge sendiri menggunakan alat sentrifuge

empat tabung, hasil penyaringan disentrifuge dalam volume sedikit demi sedikit,

proses satu kali sentrifuge dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan 4000

rpm. Pada saat proses sentrifuge, hasil saringan dimasukkan kedalam tabung

sentrifuge ditutup kencang dengan membran film supaya cairan tidak tumpah.

Proses sentrifuge ini menggunakan prinsip gravitasi dalam pengendapan partikel

(46)

kecil dengan kecepatan tinggi sehingga dapat diperoleh sejumlah massa partikel

endapan dibagian bawah tabung. Cairan filtrat dipisah dengan endapan, maka

didapat filtrat murni yang bebas dari endapan, kemudian ditambahkan metil

paraben 0,1% untuk mencegah pertumbuhan jamur yang dapat membusukkan

filtrat wortel. Sifat filtrat wortel ini selama orientasi mudah mengalami

pembusukan dalam waktu yang singkat tanpa pengawet. Pemilihan metil paraben

sebagai pengawet berdasarkan kecocokannya dengan gelling agent carbopol.

Filtrat inilah yang akan digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan UV

Protection.

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Filtrat Perasan Wortel

Langkah yang dilakukan mengikuti prosedur pengisolasian beta karoten

dari sayuran segar menurut AOAC dengan modifikasi. Pelarut yang digunakan

adalah campuran dengan perbandingan 1 bagian aseton dan 9 bagian heksan yang

bersifat non polar seperti beta karoten. Langkah awal adalah menimbang sampel

filtrat perasan wortel secara seksama 0,5 gram, sampel kemudian diekstrak

dengan 2 x 25 ml aseton, dilanjutkan dengan 25 ml heksan. Ekstraksi senyawa

beta karoten dari filtrat dilakukan dengan bantuan pengadukan menggunakan

magnetik strirer. Ekstraksi dengan aseton masing-masing distirrer selama 2,5

menit, hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring dan ditampung dalam

erlenmeyer. Ekstraksi dengan heksan distirrer selama 1 menit saja, setelah itu

disaring dan disatukan dengan hasil ekstraksi dengan aseton. Waktu yang

(47)

sesudah mengalami pencucian dengan aseton sudah memudar, diasumsikan

sebagai tanda bahwa kandungan beta karoten sudah banyak yang terlarut dalam

aseton. Hasil ekstraksi kemudian ditempatkan ke dalam corong pisah, fase aseton

dihilangkan dengan penambahan 100 ml aquadest dan penggojogan selama 2

menit. Setelah penggojogan akan tampak 2 fraksi dalam corong pisah, fraksi air

yang mengikat aseton dan fraksi heksan. Beta karoten dalam fraksi aseton terikat

pada fraksi heksan ketika fraksi aseton terikat pada molekul air. Fraksi heksan

yang telah didapat diekstraksi 4 kali lagi menggunakan 100 ml aquadest dengan

prosedur yang sama. Fraksi heksan yang didapat dikumpulkan pada labu ukur 25

ml lalu ditambahkan pelarut sampai tanda, penambahan pelarut ini bertujuan

untuk menyeragamkan volume dalam perhitungan kadar.

1. Penetapan kadar beta karoten dan nilai SPF sebelum membuat gel

Langkah awal yang dilakukan adalah scanning panjang gelombang

serapan maksimum larutan baku beta karoten. Panjang gelombang serapan

maksimum perlu dicari karena pada panjang gelombang tersebut senyawa

memberikan nilai serapan maksimum dibandingkan dengan panjang gelombang

yang lain. Sebagai baku digunakan beta karoten dari E Merck®. Scanning

dilakukan dengan konsentrasi 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm pada range panjang

(48)

Tabel II. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer Genesis 10

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

2,174 0,262 2,160 0,243 2,056 0,336

4,348 0,541 4,320 0,626 4,112 0,570

6,522 0,930 6,480 0,986 6,168 0,980

8,696 1,200 8,640 1,291 8,224 1,320

10,870 1,509 10,800 1,629 10,280 1,622

A = 0,0575 B = 0,14503 r = 0,99855

y = 0,14503 x + 0,0575

A = – 0,0761 B = 0,15912 r = 0,99915 y = 0,15912 x – 0,0761

A = -0,031 B = 0,16158 r = 0,99729 y = 0,16158 x - 0,0310

Semua persamaan diatas memiliki nilai regresi lebih besar daripada r tabel

(r tabel = 0,878) dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketiga persamaan linier.

Persamaan yang digunakan adalah persamaan yang memiliki nilai regresi

terbaik 0,99915. Semakin tinggi nilai regresi menunjukkan semakin baik

hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel tergantung, dalam

penetapan kadar ini hubungan yang dimaksud adalah perubahan nilai kadar

benar-benar mempengaruhi nilai absorbansi.

Persamaan yang digunakan adalah y = 0,15912 x – 0,0761. Hasil dari

pengukuran nilai absorbansi sampel sebagai berikut :

Tabel III. Jumlah beta karoten dalam 1 gram filtrat perasan wortel dengan dengan Spektrofotometer Genesis 10

filtrat absorbansi Σ beta karoten

dalam 1 g filtrat

x ± SD (mg) CV (%)

1 1,238 0,13764 mg

2 1,186 0,13220 mg

3 1,251 0,13900 mg

(49)

Nilai SPF diukur pada rentang panjang gelombang UV yaitu pada 365 nm

secara in vitro. Alasan pemilihan panjang gelombang tersebut berdasarkan bahwa

365 nm merupakan panjang gelombang dilakukan uji efikasi yang masuk dalam

range UV mengiritasi kulit. Pada pengukuran nilai SPF digunakan kloroform

sebagai pelarut. Hal ini disebabkan oleh karena kloroform bersifat relatif lebih

non polar dibanding pelarut yang lain. Gambar di bawah adalah perbandingan

antara kurva baku dengan sampel filtrat perasan wortel dilarutkan dalam

kloroform, kemiripan profil dua puncak yang dimiliki oleh kedua hasil scanning

membuktikan bahwa sampel dari wortel adalah beta karoten.

Kurva baku 10 ppm Filtrat perasan umbi wortel

Gambar 6. Hasil scanning beta karoten dengan pelarut kloroform Spectrophotometer UV GenesisTM 10

Nilai UV cut off dari kloroform rendah dan hal ini tidak mengganggu

tampilan kromatogram beta karoten. UV cut off merupakan panjang gelombang

spesifik senyawa memberikan serapan. Perhitungan nilai SPF menggunakan

rumus Walters yang mana menunjukkan hubungan antara absorbansi dan nilai

(50)

=

SPF 1 log

-A 10 = log10SPF

(Walters dkk, 1997)

Tabel IV. Hasil pengukuran SPF

Serapan (A) SPF

Replikasi Replikasi

Σ beta

karoten

(mg) 1 2 3 1 2 3

SPF

rata-rata

1,64043 1,152 1,038 1,028 14,191 10,914 10,666 11,924

Perhitungan Filtrat yang diperlukan dalam Formula

Absorbansi yang mendekati nilai SPF yang diinginkan berasal dari

endapan perasan wortel maka kadar filtrat disesuaikan untuk mencapai kadar beta

karoten yang setara dengan kadar beta karoten pada endapan perasan wortel.

Dalam perhitungan diperoleh jumlah filtrat perasan wortel yang diperlukan untuk

menghasilkan SPF 11, 924 adalah 96,2968 gram.

Formula yang dibuat sesuai perhitungan menghasilkan sediaan gel yang

berpenampilan buruk yaitu warna gel yang terlalu pekat seperti saos tomat

Penampilan fisis yang demikian jelas tidak bisa diterima oleh masyarakat dan

tidak mungkin membuat formula seperti itu lagi, oleh karenanya diperlukan

sebuah cara untuk dapat menghasilkan gel memiliki penampilan yang bisa

diterima secara luas. Langkah yang diambil adalah mengurangi konsentrasi filtrat

perasan wortel dalam pembuatan formula yang baru, setelah dicoba membuat gel

dengan zat aktif filtrat perasan wortel sejumlah 3,5 gram dalam 100 gram formula

(51)

2. Penetapan kadar beta karoten dan nilai SPF dalam gel

Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh adalah 452,2 nm.

Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan beta karoten 452,2 nm

Konsentrasi : 10 ppm, 6 ppm, dan 2 ppm Pelarut : Aseton : Heksan (1:9)

Instrumen : Perkin Lambda Elmer 20

Tabel V. Kurva baku beta karoten dengan Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

2,060 0,341 2,114 0,276 2,182 0,361

4,120 0,669 4,228 0,543 4,364 0,676

6,180 0,980 6,342 0,922 6,546 1,046

8,240 1,320 8,456 1,182 8,728 1,232

10,300 1,656 10,57 1,462 10,91 1,658

A = 0,00890

B = 0,15927

r = 0,99988

y = 0,15927 x + 0,00890

A = – 0,02630

B = 0,14240

r = 0,99812

y = 0,14240 x – 0,02630

A = 0,04960

B = 0,14436

r = 0,99510

y = 0,14436 x + 0,04960

Persamaan diatas memiliki nilai regresi lebih besar daripada r tabel (0,878)

(52)

persamaan linier. Setiap kali sebelum membuat formula perlu ditetapkan kadar

beta karoten terlebih dahulu untuk dapat menentukan jumlah filtrat perasan wortel

yang digunakan dalam formula. Hal ini dilakukan karena sangat besar

kemungkinan adanya perbedaan kadar beta karoten dalam wortel yang berbeda

Persamaan yang digunakan adalah persamaan yang memiliki nilai regresi

terbaik 0,99988. Semakin baik nilai regresi menunjukkan semakin baik hubungan

sebab akibat antara variabel bebas dan variabel tergantung, dalam penetapan kadar

ini hubungan yang dimaksud antara konsentrasi dan nilai absorbansi. Persamaan

yang digunakan adalah y = 0,15927 x + 0,00890.

Nilai absorbansi dan konsentrasi filtrat tiap 1 gram filtrat perasan wortel

sebagai berikut :

Tabel VI. Jumlah beta karoten dalam 1 gram filtrat perasan wortel karoten dengan Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20

filtrat absorbansi Σ beta karoten

dalam 1 g filtrat

x ± SD (mg) CV(%)

1 1,067 0,08304

2 1,056 0,08218

3 1,059 0,08241

0,08254 ± 0,00045 0,5392

Dari perhitungan diperoleh jumlah beta karoten dalam 200 gram sediaan

adalah 0,29 mg, memberikan nilai SPF sebesar 1,12.

Tabel VII. Hasil pengukuran SPF dalam 200 gram gel

Serapan (A) SPF

Replikasi Replikasi

Σ beta

karoten

1 2 3 1 2 3

SPF

rata-rata

(53)

Suatu sediaan memiliki nilai SPF lebih dari 2 akan digolongkan menjadi

sediaan sunscreen, apabila sediaan memiliki sifat melindungi terhadap radiasi UV

maka sediaan itu dapat digolongkan menjadi sediaan UV Protection. Perlindungan

terhadap radiasi UV tersebut ditunjukkan dengan memiliki nilai SPF, dengan

dasar demikian sediaan yang dibuat adalah sediaan UV Protection.

C. Pembuatan Sediaan Gel

Penelitian ini membuat 5 formula dengan komposisi gliserol dan sorbitol

yang berbeda. Tujuan dibuat 5 formula ini untuk mendapatkan komposisi

optimum melalui perhitungan simplex lattice design. Gliserol dan Sorbitol

berfungsi sebagai humektan dimana memberikan proteksi terhadap kehilangan air

pada gel karena evaporasi air yang cepat dapat mempengaruhi daya sebar sediaan

gel. Gliserol memiliki higroskopis tinggi namun daya ikat air total tidak berbeda

jauh dengan higroskopisnya, sedang sorbitol walaupun higroskopis lebih rendah

daripada gliserol tapi memiliki daya ikat air total 21 kali daripada nilai

higroskopisnya. Dengan kombinasi sifat ini maka diharapkan formula memiliki

daya sebar dan stabilitas yang baik, yaitu memiliki kemampuan higroskopis tinggi

dan daya ikat total air besar, sehingga evaporasi secara maksimal dapat dicegah

dan mampu mempertahankan konsistensi gel. Carbopol digunakan sebagai agen

pembentuk gel yang memiliki sifat larut dalam air, memiliki kelebihan cepat

mengembang ketika diformulasikan. Dalam formula ditambahkan trietanolamin

sebagai pengental yang bersifat basa yang akan meningkatkan konsistensi dan

(54)

kemungkinan tumbuhnya jamur dan mikroorganime yang lainnya, maka

ditambahkan metilparaben sebagai agen pengawet dan tidak mempengaruhi

efisiensi dari resin carbomer. Metil paraben telah ditambahkan pada awal

prosedur pembuatan filtrat perasan wortel karena sifat filtrat yang rentang

ditumbuhi jamur dan mikroorganisme lain dalam waktu singkat.

D. Sifat Fisis dan Stabilitas Sediaan Gel

Sifat fisis dan stabilitas merupakan unsur yang menjamin kualitas

farmasetis suatu sediaan. Sifat fisis yang diukur dari sediaan gel sunscreen ini

adalah daya sebar dan viskositasnya. Stabilitas sediaan dilihat dari pergeseran

viskositas yang terjadi setelah gel disimpan selama satu bulan. Pengukuran daya

sebar dilakukan dengan mengukur diameter penyebaran gel rata-rata pada 6 kali

pengukuran pada kaca bulat berskala. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan

gel saat diaplikasikan pada kulit. Nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk

sediaan semistiff yaitu 5 cm. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas

sediaan semipadat. Semakin besar daya sebar maka viskositas sediaan semipadat

semakin kecil (Garg dkk, 2002). Dalam penelitian ini direkomendasikan nilai

daya sebar yang lebih spesifik, yaitu antara 4 – 5 cm. Pemilihan nilai ini untuk

menghindari kemungkinan sebuah sediaan topikal memiliki daya sebar terlalu

rendah. Dalam penelitian ini kedua humektan baik sorbitol maupun gliserol yang

digunakan merupakan golongan alkohol yang menstabilkan sistem gel, jadi dapat

diprediksikan akan terbentuk sistem gel yang baik. Nilai viskositas yang

(55)

viskositas segera setelah pembuatan sediaan menunjukkan tingkat kekentalan gel,

sedangkan pengukuran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan

menunjukkan kestabilan gel. Apabila tidak terjadi pergeseran viskositas setelah

penyimpanan, dapat dikatakan gel memiliki stabilitas yang baik.

Nilai persen pergeseran maksimum yang direkomendasikan setelah 1

bulan adalah 5 % (Zats, Berry, dan Alderman, 1996), dimana nilai tersebut

merupakan suatu perubahan yang kecil menandakan kestabilan suatu sediaan.

Tabel VIII. Hasil pengukuran sifat fisis gel UV Protection

Daya sebar (cm) Viskositas (dPa s) Pergeseran Viskositas

F x ± SD x SLD x ± SD x SLD x ± SD x SLD

I 3,78±0,20 3,78 295,00±8,37 295,00 2,73±1,87 2,73

II 3,77±0,25 3,72 301,67±9,83 297,39 1,66±1,71 3,73

III 3,72±0,20 3,72 298,33±4,08 298,33 2,73±1,65 2,73

IV 4,07±0,18 3,92 288,33±7,53 297,81 0,96±0,94 4,11

V 4,18±0,06 4,18 295,83±21,08 295,83 3,50±1,85 3,50

Rata2 3,90±0,21 3,86±0,19 295,83±4,93 296,87±1,40 2,32±1,00 3,36±0,61

Keterangan :

F : Formula

x : data hasil pengukuran dalam percobaan

x SLD : data hasil perhitungan dengan persamaan SLD

Data dicetak tebal adalah nilai rata-rata ± SD antar formula, data dicetak biasa

adalah nilai rata-rata ± SD dalam formula

1. Uji Daya Sebar

Perhitungan persamaan berdasar metode simplex lattice design

menghasilkan persamaan Y = 3,78 (X1) + 4,18 (X2) – 0,87 (X1)(X2).

(56)

Hipotesis :

H0 : Y = 3,78 (X1) + 4,18 (X2) – 0,87 (X1)(X2) tidak regresi

H1 : Y = 3,78 (X1) + 4,18 (X2) – 0,87 (X1)(X2) regresi

H0 ditolak bila : f hitung > f (2,27) α=0,05

Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar gel UV Protection

Sum of Square

Degree of Freedom

Mean of

Square F hitung

Regresi 0,92 2 0,46 11,48

Residu 1,09 27 0,04

Total 2,01 29

Gambar 8. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon daya sebar gel UV Protection dengan titik diluar garis sebagai

hasil perhitungan dengan Simplex Lattice Design.

Nilai F tabel = 3,35. Nilai F hitung =11,48. Kesimpulan : H0 ditolak, H1

diterima, maka persamaan valid digunakan untuk memprediksi sifat fisis daya

sebar dengan variasi komposisi sorbitol dan gliserol.

Grafik Daya Sebar

3,40000 3,50000 3,60000 3,70000 3,80000 3,90000 4,00000 4,10000 4,20000 4,30000

100%S:0%G 75%S:25%G 50%S:50%G 25%S:75%G 100%G:0%S

(57)

2. Uji Viskositas

Perhitungan persamaan berdasar metode simplex lattice design

menghasilkan persamaan Y = 295,00 (X1) + 295,83 (X2) + 11,67 (X1)(X2).

Pengujian Persamaan SLD Daya Sebar :

Hipotesis :

H0 : Y = 295,00 (X1) + 295,83 (X2) + 11,67 (X1)(X2) tidak regresi

H1 : Y = 295,00 (X1) + 295,83 (X2) + 11,67 (X1)(X2) regresi

H0 ditolak bila : f hitung > f (2,27) α=0,05

Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada viskositas gel UV Protection

Sum of Square

Degree of Freedom

Mean of

Square F hitung

Regresi 47,26 2 23,63 0,16

Residu 3956,90 27 146,55

Total 4004,17 29

Nilai F tabel = 3,35. Nilai F hitung = 0,16. Kesimpulan : H0 diterima, H1

ditolak, artinya tidak ada regresi maka persamaan tidak dapat digunakan untuk

memprediksi sifat fisis viskositas dengan variasi komposisi sorbitol dan gliserol.

Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena dalam penelitian tidak dilakukan

replikasi tetapi hanya dilakukan repitasi menggunakan bahan yang sama untuk

pengukuran. Waktu pendiaman dalam pengukuran yang tidak cukup bagi gel

untuk kembali ke struktur seperti semula mempengaruhi dihasilkan nilai

viskositas berbeda dengan pengukuran sebelumnya, perbedaan nilai viskositas ini

membuat nilai SD dalam formula menjadi besar (dapat dilihat pada Tabel XIII).

(58)

Gambar 9. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon viskositas gel UV Protection dengan titik diluar garis sebagai

hasil perhitungan dengan Simplex Lattice Design.

3. Uji Stabilitas

Perhitungan persamaan berdasar metode simplex lattice design

menghasilkan persamaan Y = 2,73 (X1) +3,50 (X2) + 4,30 (X1)(X2).

Pengujian Persamaan SLD Daya Sebar :

Hipotesis :

H0 : Y = 2,73 (X1) +3,50 (X2) + 4,30 (X1)(X2) tidak regresi

H1 : Y = 2,73 (X1) +3,50 (X2) + 4,30 (X1)(X2) regresi

H0 ditolak bila : f hitung > f (2,27) α=0,05

Tabel XI. Hasil perhitungan uji F pada % pergeseran viskositas gel UV Protection

Sum of Square

Degree of Freedom

Mean of

Square F hitung

Regresi 8,28 2 4,14 1,11

Residu 100,62 27 3,73

Total 108,90 29

Grafik Viskositas

280,00000 285,00000 290,00000 295,00000 300,00000 305,00000

100%S:0%G 75%S:25%G 50%S:50%G 25%S:75%G 100%G:0%S

(59)

Nilai F tabel = 3,35. Nilai F hitung = 1,11. Kesimpulan : H0 diterima, H1

ditolak, artinya tidak ada regresi maka persamaan tidak valid digunakan untuk

memprediksi sifat fisis. Penyebab ketidakvalidan data adalah karena data

viskositas awal yang diperoleh sudah memiliki SD dalam formula yang besar, hal

ini mempengaruhi hasil % pergeseran viskositas juga memiliki SD dalam formula

yang besar, dengan persamaan tidak valid.

Gambar 10. Grafik hubungan antara humektan sorbitol dan gliserol dengan respon % pergeseran viskositas gel UV Protection dengan titik diluar

garis sebagai hasil perhitungan dengan Simplex Lattice Design.

E. Optimasi Formula Sediaan Gel

Dalam penelitian ini tidak didapat contourplot superimposed tetapi dapat

diperoleh perkiraan formula yang optimum berdasar sifat fisisnya

1. Perkiraan Formula Optimum berdasar Daya Sebar

Daya sebar yang optimum ditentukan memiliki nilai antara 4 – 5 cm yang

berprofil sebagai sediaan semi stiff.

Grafik % Pergeseran Viskositas

0,00000 0,50000 1,00000 1,50000 2,00000 2,50000 3,00000 3,50000 4,00000 4,50000

100%S:0%G 75%S:25%G 50%S:50%G 25%S:75%G 100%G:0%S

(60)

Gambar 11. Grafik hubungan antara humektan dengan respon daya sebar yang menunjukkan range optimum humektan.

Formula optimum yaitu pada sebagian formula IV (75% Gliserol + 25%

Sorbitol) dan formula V (100% Gliserol). Bila dilihat dari hasil, diperoleh bahwa

daerah optimum adalah formula yang banyak mengandung gliserol. Pada grafik

terlihat bahwa formula yang mengandung lebih sedikit gliserol memiliki nilai

daya sebar yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu gliserol memiliki

higroskopisitas yang lebih tinggi daripada sorbitol, selain itu memiliki kapasitas

menarik air total lebih banyak daripada sorbitol. Suatu sediaan harus memiliki

daya sebar yang baik, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Apabila daya

sebar sediaan terlalu tinggi maka akan cepat hilang atau tidak nyaman untuk

digunakan karena sediaan akan mudah melebar ketika diaplikasikan pada kulit.

Apabila daya sebar sediaan terlalu rendah akan tidak nyaman pula digunakan,

(61)

karena bisa berkesan lengket dikulit. Titik kritis dalam sifat daya sebar bahwa

sifat tersebut penentu berhasil atau tidak UV Protection memberi perlindungan,

dimana daya sebar menentukan distribusi zat aktif UV Protection pada kulit.

Profil kurva yang terbentuk melengkung terbuka ke atas menunjukkan bahwa

interaksi antar gliserol dan sorbitol menurunkan respon daya sebar.

2. Perkiraan Formula Optimum berdasar Viskositas

Viskositas optimum ditentukan berada pada nilai 290-300 d Pa s

Gambar 12. Grafik hubungan antara humektan dengan respon viskositas yang menunjukkan range optimum humektan.

Formula optimum adalah semua formula. Viskositas merupakan salah satu

sifat penting yang harus diperhatikan, khususnya untuk kepentingan konsumen

ketika ak

Gambar

Gambar 1. Struktur molekul beta karoten (Anonim, 2006b)
Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten
Gambar 3. Rumus molekul carbopol (Anonim, 2001)
Gambar 5. Struktur molekul sorbitol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi lapang terungkap bahwa kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, yang antara lain disebabkan oleh : (1) Rendahnya rendemen pasokan

Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu

Caput nyamuk Anopheles betina (kiri) memperlihatkan antena tipe pilose (A) dan sepasang palpus maksilaris (C) yang hampir sama panjang dengan probosis, dan Anopheles jantan

RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman

Beberapa pokok kebijakan ekonomi makro yang akan dilaksanakan dalam tahun 2005 mencakup; ( i ) memaksimalkan implementasi Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk

Mikroskop cahaya yang biasa digunakan di laboratorium IPA/ Biologi yang pengamatannya menggunakan mata secara langsung, dengan sedikit sentuhan inovasi, diubah

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda.. 1. Foto copy