19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Kata Matematika berasal dari kata Latin mathematika yang pada mulanya diambil dari kata Yunani mathematika yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempuyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike juga berhubungan dengan kata mathein atau mathenein yang artinya berpikir. Jadi, kata matematika dapat diartikan sebuah ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan cara berpikir. Menurut Reys dkk. (1998:35) matematika dapat diartikan menjadi beberapa makna yaitu ;
a. Mathematics is a study of patterns and relationships.Matematika tidak
lepas dari pola dan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siswa perlu untuk mengetahui hubungan antara pola dalam matematika itu sendiri.
b. Mathematics is a way of thinking. Matematika menyediakan strategi
untuk mengorganisir, mengumpulkan data, sebagian besar tidak berupa angka-angka. Setiap orang yang merasa nyaman dengan matematika menggunakan strategi untuk menyelesaikan suatu masalah.
c. Mathematics is an art.
d. Mathematics is a language. Beberapa definisi-definisi termologi dan
simbol-simbol pada materi tertentu tercantum dalam pembelajaran matematika. Hal ini meningkatkan dapat kemampuan komunikasi dalam ilmu pengetahuan, situasi dalam kehidupan nyata, dan ilmu matematika itu sendiri.
e. Mathematics is a tool. Matematika digunakan sebagai alat untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Beth dan Piaget dalam Runtukahu (2014:28) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
20
berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Sementara Kline dalam Runtukahu (2014:28) berpendapat matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang tidak hanya berupa angka seperti pada umumnya, namun matematika merupakan ilmu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang pada dasarnya sebagai alat dan cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Fehr dan Phillips (1967:2-3) ada tiga tujuan utama pendidikan matematika di Sekolah Dasar yaitu :
a. Siswa dapat membaca dan memahami konsep dasar matematika. Siswa juga belajar menyatakan konsep tersebut melalui kata-kata kemudian simbol-simbol dan dapat melihat hubungan diantara konsep-konsep dalam matematika.
b. Siswa dapat menerapkan ilmu matematika dan mengembangkan kemampuan dalam menerapkan simbol-simbol matematika.
c. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah menggunakan ilmu matematika.
Berdasarkan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (BNSP, 2006:148) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
21
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.3 Ruang Lingkup Matematika
Adapun ruang lingkup matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi beberapa aspek yaitu (BNSP, 2006:148) :
a. Bilangan
b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data
2.1.4 Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Gagne dalam Suprijono (2013:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dimyati dan Mudjiono (2009:7) mengungkapkan belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Skinner yang dikutip oleh Dimyanti dan Mudjiono (2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Berdasarkan pendapat para ahli
22
mengenai pengertian belajar, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aksi atau tindakan seseorang yang menghasilkan perubahan tertentu dalam sebuah kegiatan atau aktivitas.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Suprijono (2013:7) mengungkapkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang diungkapkan oleh beberapa para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan serta perubahan yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti dan melakukan proses pembelajaran. Kemampuan-kemampuan serta perubahan yang didapat oleh siswa tergantung pada proses pembelajaran. Misalnya saja siswa belajar tentang bagaimana cara menghitu8ng penjumlahan pada bilangan bulat, hasil belajar yang akan diterima siswa adalah kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat. Jadi hal ini tergantung pada proses yang dialaminya. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2013:5-6), hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
23
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunan konsep dan hadiah dalam memecahkan masalah
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2013:17)cooperative
learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Menurut Roger, dkk. (Huda, 2011:29) menyatakakan
cooperative learning is a group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others. Menurut Suprijono (2013:54) pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Roger dan David Johnson dalam Lie (2002:30-34) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bica dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah
24
salingketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
a. Saling Ketergantungan Positif
Salingketergantungan positif dimaksudkan bahwa setiap anggota kelompok memiliki usaha untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Setiap anggota memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Pengajar juga perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan kelompok. Setiap siswa akan bertanggung jawab melakukan yang terbaik agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu dengan anggota kelompoknya. Hal ini akan membentuk sinergi agar dapat menhargau perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Hasil pemikiran dari beberapa orang akan lebih kaya daripada hanya satu orang saja. Para anggota kelompok diberikan kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu dengan yang lain dalam kegitan tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
berkelompok. Mengutarakan pendapat dengan bijak dan
mendengarkan pendapat dengan seksama akan menimbulkan komunikasi yang efektif. Sebelum memberikan arahan dalam kerja kelompok, pengajar juga sebaiknya memberikan informasi dan mengajarkan tentang cara-cara berkomunikasi yang baik dan efektif.
25 e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok merupakan kegiatan menilai kekurangan dan kelebihan apa saja yang telah dilakukan selama proses kegiatan kelompok. Evaluasi ini dilakukan agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif .
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang
dilaksanakan dalam bentuk kerja kelompok yang saling ketergantungan antara satu anggota dengan anggota yang lain dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan ataupun dalam pemecahan suatu masalah dengan mengikuti arahan dan bahan informasi yang telah dipersiapkan oleh guru.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) a. Pengertian TGT
Teams Games Tournaments (TGT) merupakan salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang ditemukan oleh David DeVries dan Keith Edwards di Johns Hopkins University (2015:4). Slavin (Huda, 2013:197) menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda. Slavin (Slavin, 2005:163) berpendapat bahwa TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Menurut Huda (2013:197) didalam TGT siswa mempelajari materi ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota-angotanya, barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik. Berdasarkan
pendapat-26
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan sebuah tipe model pembelajaran kooperatif yang memiliki tingkat kemampuan berbeda disetiap kelompoknya dimana setiap kelompok akan bertanding dengan mengikuti turnamen yang dibimbing oleh guru.
b. Komponen TGT
Menurut Robert E. Slavin (Slavin, 2005:166-167) ada beberapa kompenen yang termasuk dalam TGT yaitu penyajian materi, tim, game, dan turnamen.
1. Presentasi Kelas. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang buat kesalahan. Tim adalah fitur yagn paling penting dalam
27
TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
3. Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevanyang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakkan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
4. Turnamen. Turnamen adalah sebuah sturktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen-tiga siswa berprestasi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor tertiggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan.” Dengan cara ini, jika pada
28
awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.
Berikut tahapan-tahapan pembelajaran TGT dan perlakuan guru menurut Mulyatiningsih (Mulyatiningsih, 2011:229-230). Tahapan-tahapan tersebut tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Sintak Model Pembelajaran TGT
No Langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penjelasan Guru. Guru menjelaskan materi dalam TGT. Guru menjelaskan materi Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai materi yang belum dipahami 2 Tim (Pembentukkan kelompok. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 Guru membagi siswa dalam kelompok yang sudah dipilih dan ditetapkan oleh guru Siswa bergabung dalam kelompok Guru mengarahkan siswa untuk berkumpul bersama teman kelompoknya
29 sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan 3 Game. Guru menyiapkan pertanyaan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh dari peserta didik dari pernyajian kelas dan belajar kelompok
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
Siswa merencanakan tugas yang akan mereka pelajari, kemudian berdiskusi mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan Guru menarik perhatian siswa agar terpacu untuk menjawab pertanyaan Siswa berdiskusi dengan efektif 4 Turnamen. Guru menyiapkan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda
Guru memberikan arahan tentang tata cara bertunamen
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Guru memanggil siswa daris setiap kelompok yang berkemampuan sama untuk mengikuti turnamen, dilakukn secara berulang kali sampai semua
Siswa menempatkan diri sesuai posisi yang telah
ditetapkan oleh guru dalam tournament
30
anggota kelompok terpanggil
5 Rekognisi tim. Guru
melakukan perghitungan skor dan mengumumkannya serta memberikan penghargaan pada tim yang mengumpulkan skor tertinggi Guru melakukan penghitungan skor dari lembar penilaian yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mengumpulkan skor tertinggi Siswa menerima penghargaan
c. Keunggulan dan Kelemahan TGT
Keunggulan dan kelemahan model kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) (C.P, 2012:10)adalah sebagai berikut :
1. Keunggulan
a. Siswa lebih terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar. b. Siswa menjadi lebih antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Siswa mendapatkan pengetahuan tidak hanya semata-mata dari guru saja, melainkan dari konstruksi siswa itu sendiri.
d. Menumbuhkan sikap-sikap positif dari siswa dalam hal tanggung jawab, toleransi, serta dapat menerima pendapat dari orang lain.
e. Siswa dapat berlatih mengenai cara menyampaikan gagasan atau pendapat.
2. Kelemahan
31
b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung proses berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar.
c. Dapat menimbulkan keributan dan kegaduhan di dalam kelas.
d. Siswa menjadi ketergantungan dan terbiasa dengan adanya hadiah sebagai reward.
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Pengertian NHT
Numbered Head Together merupakan metode pembelajaran diskusi
kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan. Kelompok memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Guru memanggil nomor secara acak untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Peserta didik dari kelompok lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang melaporka. Setelah satu peserta didik selesai melapor kemudian dilanjutkan dengan nomor peserta didik dari kelompok yang lain (Mulyatiningsih, 2011:232). b. Komponen NHT
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dikembangkan oleh Kagen dalam Lie (Lie, 2002:58) adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajarandengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembalajaran tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok, dalam pembentukkan kelompok
disesuaikan dengan model pembelajaran NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukkan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
32
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah, guru membagikan LKS pada setiap siswa sebagaian bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifata umum .
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dibutuhkan.
Mulyatiningsih (2011:232-233) merincikan sintak-sintak pembelajaran NHT yang dijabarkan dalam tabel adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2
Sintak Pembelajaran NHT
No Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penomoran. Guru
membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang
Guru membagi siswa dalam
kelompokyang sudah ditentukan oleh guru sebelumnya Siswa menempatkan diri kedalam kelompok mereka Guru mengarahkan siswa untuk
33 berkumpul dengan kelompoknya 2 Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas diambil dari materi pelajaran tertentu yang sedang dipelajari
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
Guru memacu siswa untuk terdorong mendiskusikan pertanyaan dengan kelompoknya
Siswa memahami pertanyaan dari guru
3 Berpikir bersama. Siswa dalam
kelompok-kelompok tersebut berdiskusi menyatukan pendapat terhadap pertanyaan yang telah diajukan Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi Siswa mengidentifikasi masalah dan merencanakan tugas yang akan mereka pelajari, kemudian berdiskusi mengumpulkan informasi Siswa berdiskusi menyatukan pendapat mereka, setiap anggota kelompok harus paham dengan hasil jawabannya
Siswa menarik kesimpulan dari beberapa informasi yang telah didapat. Setiap siswa harus memahami jawaban akhir dari tim
34
4 Menjawab. Guru
memangil salah satu nomor terntentu
Guru memanggil nomor tertentu dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas
Siswa yang
dipanggil oleh guru kemudian menjawab pertanyaan dari gurusesuai dengan jawaban akhir tim
c. Keunggulan dan Kelemahan NHT
Menurut Anita Lie (2002:59), keunggulan dan kelemahan NHT adalah sebagai berikut :
Keunggulan NHT dijabarkan antara lain : 1. Memudahkan dalam pembagian tugas,
2. Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya, 3. Meningkatkan semangat kerja siswa,
4. Siswa dapat saling berbagi ide, Kelemahan NHT dijabarkan antara lain :
1. Kurang cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, dan
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.2 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dan Teams Games Tournaments (TGT). Beberapa penelitian
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Penelitian yang dilakukan Sri Minarsih (Minarsih, 2012) dengan judul “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments dan Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar
Matematika Kelas VIII SMP N 1 Srumbung Magelang”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa efektivitas model pembelajaran kooperatif Tipe
35
Teams Games Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT)
ditinjau dari prestasi matematika siswa pada mata pelajaran matematika tidak berbeda secara nyata.
b. Penelitian yang dilakukan Tri Wulaningsih (Wulaningsih, 2012) dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan
Numbered Head Together (NHT) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus
Abiyasa Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan TGT lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan NHT.
Berdasarkan kedua penelitian yang relevan mengenai perbedaan hasil belajar matematika yang diajar menggunakan TGT dan NHT, peneliti lebih setuju dengan hasil penelitian Tri Wulaningsih yang menyatakan bahwa TGT lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan NHT. Hal ini dikarenakan sintaks dari kedua model pembelajaran memiliki perbedaan.
2.3 Kerangka Berfikir
Kesulitan siswa dalam memahami serta menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penyelesaian soal matematika masih terbilang cukup tinggi. Tuntutan pendidik untuk berinovasi mengenai kreatifitas cara menyampaikan materi pembelajaran pada peserta didik juga sangat diharapkan. Hasil penelitian Minarsih yang mengatakan bahwa hasil belajar matematika yang diajar menggunakan TGT dan NHT tidak memiliki perbedaan secara nyata sedangkan hasil penelitian Wulaningsih menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan TGT lebih baik daripada NHT. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan Numbered Head Together
36
(NHT). Kedua model ini dikatakan mampu meningkatkan tanggung jawab serta interaksi antar siswa di dalam kelas serta berbagi pengetahuan antar anggota kelompok. Kedua tipe ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa untuk berbicara di depan teman sebaya. Terdapat hasil dari dua penelitian yang berbeda tentang perbedaan hasil belajar matematika pada siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) dan Numbered Head Together (NHT).
Siswa akan lebih mudah memahami dan menguasi materi pembelajaran matematika yang akan disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran akan menjadi students center dimana siswa akan lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Hasil belajar matematika siswa diharapkan dapat meningkat setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT. Peneliti ingin membandingkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT Berdasarkan uraian tersebut maka skema kerangka berfikir seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Skema kerangka berfikir
37 2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang diajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga.