• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN TANAMAN DAN RESPON PENGGUNA TERHADAP VARIETAS UNGGUL NASIONAL KRISAN DI KABUPATEN MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN TANAMAN DAN RESPON PENGGUNA TERHADAP VARIETAS UNGGUL NASIONAL KRISAN DI KABUPATEN MAGELANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN TANAMAN DAN RESPON PENGGUNA TERHADAP

VARIETAS UNGGUL NASIONAL KRISAN DI KABUPATEN MAGELANG

Performance of SeveralVarieties of Chrysanthemum and User Response to

Those Varieties in Magelang District

Yayuk Aneka Bety1)dan Suhardi2)

ABSTRACT

C

hrysanthemum is considered as a new prospective commodity to cultivate in Magelang. Introduction of several varieties of Chrysanthemum was aimed to know the performance of such ornamental plants and respon of user to those varieties in Magelang. The study was carried out in Banyuroto village, Sawangan sub district, Magelang district at 1100 above sea level in July to November 2006. Six varieties introduced were Dewi ratih, Puspita nusantara, Puspita kencana, Puspita arum, Cut Nya' Dien and Sakuntala which were generated in Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI)(Indonesian: Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung-Cianjur). The colour of flower was varied from yellow, deep yellow, pink, deep pink, and white, and the flower type was single and spray. The result of study showed that the six varieties developed less normal as microclimate was not favourable for plant to grow optimally, the plant height ranged from 44 to 89 cm. There was different respons among six varieties to white rust. Puspita arum was very resistant while Sakuntala was very susceptible. Generally, user gave good appreciation to those six varieties introduced, however Dewi ratih and Puspita nusantara were the most favourite one.

Key words : chrysanthemum, user preferences

PENDAHULUAN

1) Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung-Cianjur 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Di Indonesia, banyak terdapat areal pertanian yang sebenarnya potensial untuk pengembangan tanaman hias tetapi masih ditanami komoditas lain. Di Jawa Tengah, krisan menduduki posisi penting diantara jenis tanaman hias yang diusahakan berdasarkan luas panen dan jumlah tangkai yang dihasilkan. Pada tahun 2003 luas panen krisan mencapai lebih dari 44.984 m2 dengan jumlah tangkai yang dihasilkan sebesar 155.324 tangkai (BPS, 2003). Pada tahun 2004 terjadi penurunan luas panen, menjadi hanya 25.199 m2 dan naik sedikit pada tahun 2005 menjadi seluas 26.599 m2 (BPS, 2006). Di Jawa Tengah, krisan sebagian besar diusahakan oleh petani kecil dan hanya sebagian kecil saja yang diusahakan oleh perusahaan florikultura. Keadaan ini menyebabkan, meskipun memiliki area pertanaman yang

cukup luas tetapi produktifitasnya lebih rendah dari rata-rata produktifitas nasional yang sebesar 13 tangkai/m2 (BPS, 2006).

Desa Banyuroto, kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang terletak pada ketinggian + 1100 m d.p.l., memiliki suhu harian berkisar antara 18-250 C, kelembaban udara 80-98% dan tanahnya berpasir. Daerah ini secara agroklimat sesuai dengan pertumbuhan tanaman krisan yang pada fase vegetatifnya membutuhkan suhu harian 17-28oC pada siang hari dan tidak melebihi 26oC pada malam hari (Khattak dan Pearson, 1997) serta ideal untuk perkembangan generatifnya yang membutuhkan suhu harian antara 16-18oC (Wilkins et al., 1990). Desa Banyuroto berjarak hanya + 2 km dari lokasi wisata Gardu pandang Ketep sehingga diharapkan akan mempermudah pemasarannya,

(2)

Keragaan Tanaman Dan Respon Pengguna Terhadap Varietas Unggul Nasional Krisan terutama bila dijual dalam bentuk krisan pot. Berdasarkan

survey pasar secara informal yang dilakukan di kota Magelang, Jogyakarta dan Bandungan (sentra perdagangan bunga hias potong di Jawa Tengah), daerah-daerah tersebut masih memerlukan pasokan bunga krisan dari luar daerah. Alasan penting lainnya adalah komoditas sayuran yang selama ini mereka budidayakan harganya sangat fluktuatif, sehingga petani sering mengalami kerugian. Sedangkan usaha tani krisan merupakan usaha tani yang sangat menguntungkan. Di daerah Sleman, DI Jogyakarta, petani mendapatkan keuntungan bersih yang lebih tinggi dari total biaya produksi, dengan B/C ratio sebesar 1,05 (Hanafi et al., 2005)

Dalam pengenalan komoditas krisan, kegiatan introduksi varietas unggul nasional sangat penting mengingat jenis yang ada di pasaran memiliki warna dan bentuk bunga yang agak seragam dan monoton. Kebanyakan warna bunga yang ada di pasaran adalah kuning dan putih dengan tipe bunga spray. Sampai saat ini telah banyak dikenal varietas unggul krisan di Indonesia baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun introduksi dari luar negeri. Dari tahun 1995-1997 Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan 19 kultivar krisan dan diterima dengan baik oleh petani, floris maupun pembeli/pengguna. Dari 15 kultivar yang dilepas 8 diantaranya tahan terhadap karat maupun penggerek.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keragaan beberapa kultivar unggul nasional krisan dan tingkat penerimaan kultivar-kultivar tersebut oleh pengguna di desa Banyuroto, kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang.

BAHANDANMETODE

Dalam kegiatan pengenalan komoditas dan varietas unggul krisan di desa Banyuroto, Magelang, enam varietas yang diperkenalkan ditanam di dalam rumah plastik yang berlokasi di jarak + 2 km dari Gardu Pandang Ketep. Rumah plastik berukuran lebih kurang 60 m2, kerangka terbuat dari bambu dan dilengkapi dengan instalasi listrik. Atap plastik yang digunakan berwarna putih dan mengandung UV, sedangkan. dindingnya terbuat dari paranet hitam dengan maksud untuk mencegah masuknya hama, dan menahan angin serta debu gunung Merapi. Tanah diolah dan dibuat bedengan dengan ukuran masing-masing bedengan lebar 1 m, panjang 6 m dan tinggi 25 cm. Untuk mencegah

munculnya jamur tular tanah, bersamaan dengan pemberian pupuk dasar SP36 diberikan fungisida Basamide. Bedengan kemudian ditutup plastik selama 2 minggu. Kemudian plastik dibuka, tanah diolah ringan dan diberi pupuk kandang yang sudah matang (difermentasi dengan menggunakan Orgadek), humus bambu, urea, KCl, dan Furadan. Selanjutnya satu hari sebelum tanam, bedeng di leb sampai kapasitas lapang. Sebelum tanam, diatas bedengan dipasang jaring penegak tanaman dengan ukuran lubang jaring sama dengan jarak tanam, yaitu 12,5 cm x 12,5 cm. Jaring penegak berfungsi untuk mengatur jarak tanam dan menahan bibit agar tidak rebah. Bibit ditanam 1 bibit per lubang. Selain pupuk dasar, untuk memacu pertumbuhan tanaman, diberikan pupuk urea dan KNO3 sebanyak 3 kali dengan interval 2 minggu sekali dan yang terakhir diberi pupuk urea, TSP, dan KNO3. Pengendalian hama penyakit dan gulma dilakukan sesuai dengan hama penyakit yang muncul dan kecepatan gulma tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara menyiram sebanyak satu kali sehari pada pagi atau sore hari. Agar tanaman mencapai pertumbuhan vegetatif yang cukup atau sesuai dengan panjang tangkai bunga yang dikehendaki, diberikan pertambahan panjang hari dengan memberikan cahaya tambahan berupa lampu TL 20 watt jarak pasang 2 m posisi bersilang, tinggi 2 , di atas tajuk tanaman dari pukul 22.00-02.00 setiap hari selama 30 hari. Untuk mengetahui daya adaptasi masing-masing varietas terhadap lokasi pertanaman dan ketahanan terhadap penyakit utama dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman, ketahanan terhadap penyakit karat putih, dan performa tanaman secara keseluruhan. Intensitas serangan karat diperoleh dengan menentukan indeks penyakit skala 0-4 (Jatnika, 1994) dan pengelompokan ketahanan berdasarkan metode Norman et al. (1999) yang telah dimodifikasi. Penerimaan komoditas oleh pengguna dilakukan dengan memberikan angket dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Keragaan tanaman krisan

Tanaman krisan yang diperkenalkan secara umum dapat tumbuh dengan baik, meskipun tidak optimal. Pertumbuhan tanaman mengalami gangguan karena terbatasnya ketersedia an air dan adanya debu yang melapisi bagian-bagian tanaman. Debu yang menempel pada daun menghalangi cahaya yang dapat menurunkan kapasitas fotosintesa. Fenomena terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman terlihat pada tinggi

(3)

tanaman yang rata-rata lebih rendah dari rata-rata tinggi tanaman pada deskripsi pelepasan varietas, kecuali Dewi ratih yang lebih tinggi 12,5 % (Tabel 1). Penurunan kapasitas fotosintesa akan menghambat pertumbuhan tanaman. Pada pengujian iodium terbukti bahwa daun-daun yang tertutup sepanjang hari tidak mengandung amilum (Dwijoseputro, 1981). Meskipun demikian penurunan tinggi tanaman tidak berpengaruh terhadap harga jual, karena panjang tangkainya masih memenuhi kriteria permintaan konsumen.

Enam varietas unggul nasional krisan yang telah dikenalkan di desa Banyuroto adalah Dewi ratih, Puspita nusantara, Puspita kencana, Puspita arum, Cut Nya' Dien dan Shakuntala. Berdasarkan diskripsi varietas : Dewi ratih (Gambar 1a) memiliki warna bunga ungu, jenis bunga spray, tipe bunga tunggal, diameter bunga + 6 cm, umur panen 104-109 hari, tinggi tanaman + 80 cm, agak tahan karat, dan masa kesegaran bunga + 14 hari, Puspita nusantara (Gambat 1b) memiliki warna bunga kuning, jenis bunga spray, tipe bunga tunggal, diameter bunga + 6 cm, umur panen 104-109 hari, dan tinggi tanaman + 84 cm, tahan karat, dan masa kesegaran bunga + 14 hari, Puspita kencana (Gambar 1e) memiliki warna bunga kuning, jenis bunga spray, tipe bunga tunggal, diameter bunga + 6 cm, umur panen 102-110 hari, dan tinggi tanaman + 81 cm, tahan karat, dan masa kesegaran bunga + 15 hari, Cut Nya' Dien (Gambar 1f) memiliki warna bunga putih, jenis bunga spray, tipe bunga tunggal, diameter bunga + 5,60 cm, umur panen 95-109 hari, dan tinggi tanaman + 80 cm, agak tahan karat, dan masa kesegaran bunga + 14 hari,, dan Shakuntala (Gambar 1c) memiliki warna bunga kuning, jenis bunga standar, tipe bunga dekoratif, diameter bunga + 13 cm, umur panen 99-111

Tabel 1. Tinggi tanaman enam varietas unggul nasional krisan di Desa Banyuroto, Kabupaten Magelang dan berdasarkan diskripsi varietas, Juli -November 2006.

Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT taraf 5%.

hari, dan tinggi tanaman + 86 cm, kurang tahan karat, dan masa kesegaran bunga + 14 hari. (Balithi, 2004; Balithi, 2001).

Penyakit karat putih yang disebabkan oleh jamur Pucciana horiana merupakan penyakit utama pada pertanaman krisan di Banyuroto. Uji adaptasi krisan di Banyuroto menunjukkan bahwa setiap varietas yang diuji memiliki tingkat ketahanan yang berbeda terhadap serangan karat dan terjadi perubahan daya ketahanan bila dibandingkan dengan pada deskripsi varietas (Tabel 2). Sebagai contoh Puspita kencana dan Cut Nya' Dien yang terdiskripsi tahan dan agak tahan berubah menjadi peka. Varietas Shakuntala yang terdiskripsi kurang tahan berubah menjadi sangat peka, dengan intensitas serangan mencapai 80%. Di Banyuroto, varietas Puspita arum menunjukkan sifat sangat tahan terhadap karat karena sampai menjelang panen tidak ditemukan becak karat putih pada varietas tersebut. Serangan karat selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas bunga dengan adanya becak-becak putih dan benjolan-benjolan pada permukaan daun. Terdapat fenomena yang menarik bahwa untuk varietas yang memiliki tinggi tanaman lebih pendek terserang penyakit karat pada intensitas yang lebih tinggi Terdapat korelasi yang negative nyata (r = -0,837) antara tinggi tanaman dengan intensitas serangan karat (Bety dan Sarwana, 2007). Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa semakin rendah tinggi tanaman, maka kepadatan pustul per satuan luas pada daun di bagian bawah, tengah dan atas semakin tinggi karena pada tanaman yang pendek luasan jaringan tanaman sehat yang tersedia lebih sedikit. Pada tanaman yang tinggi, jaringan tanaman sehat yang tersedia lebih luas, sehingga kepadatan pustulpun berkurang. Beberapa

Va rietas Tinggi tana man (cm)di Banyuroto Tinggi tanama n (cm) pada diskripsi varietas

Dewi ratih 89,4 a ± 80

Puspita kencana 68,4 b ± 81

Shakuntala 44,0 d ± 86

Puspita arum 86,4 a

(4)

Keragaan Tanaman Dan Respon Pengguna Terhadap Varietas Unggul Nasional Krisan

Gambar 1. Keragaan enam varietas unggul nasional krisan di desa Banyuroto, kabupaten Magelang. Juli-November 2006.

pengujian ketahanan krisan terhadap karat telah dilakukan. Hanudin et al. (2004) dan Jatnika et al. (1994) telah mengidentifikasi beberapa klon dan varietas yang tahan karat putih.

Tabel 2. Intensitas penyakit karat putih enam varietas unggul nasional krisan di Desa Banyuroto, Kabupaten Magelang dan berdasarkan diskripsi varietas, Juli-November 2006.

Va rietas Intensitas serangan (%) di Banyuroto

Intensitas serangan (cm) pada diskripsi varietas

Dewi ratih 26,67 d Agak tahan T ahan

Puspita kencana 50,67 c Peka TAhan

Shakuntala 80,00 a Sangat peka Kurang tahan

Puspita arum 0,00 e Sangat tahan

-Cut Nya’ Dien 57,63 b Peka Agak tahan

Puspita nusantara 30,67 d Agak tahan T ahan

Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT taraf 5%.

b. Respon pengguna

Respon pengguna yang terdiri dari petani, pedagang bunga, ibu rumah tangga dan petugas Pertanian pada umumnya menyatakan menyukai

jenis-jenis krisan yang diperkenalkan. Hasil wawancara memberikan indikasi bahwa pengguna menyukai warna, bentuk, ukuran, produktivitas, paska panen, dan ketahanan hama penyakit varietas yang diperkenalkan (Tabel 2). Untuk warna bunga, warna pink keunguan lebih disukai, tetapi bagi pedagang warna kuning dan putih lebih disukai. Sedangkan bentuk dan ukuran bunga dan jumlah bunga per tanaman sudah memenuhi keinginan pengguna. Yang perlu menjadi catatan bahwa

Puspita arum

Puspita nusantara

Dewi ratih

Puspita arum

Puspita kencana

Cut Nya’ Dien

Shakuntala

Puspita nusantara

(5)

DAFTARPUSTAKA KESIMPULAN

UCAPANTERIMAKASIH

varietas Sakuntala yang berbunga tunggal dan berwarna kuning diterima dalam hal warna, bentuk dan ukuran bunga, tetapi kurang disukai karena tidak tahan terhadap karat dan jumlah bunga/tanaman rendah. Hal ini disebabkan petani mengkhawatirkan bahwa varietas yang peka akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman atau varietas lain. Selain itu krisan berbunga tunggal dihargai lebih murah oleh pedagang karena ukuran ikatan bunga krisan tipe tunggal lebih kecil dari ukuran ikatan bunga krisan bunga tipe spray, meskipun jumlah tangkai per ikatnya sama, yaitu 10 atau 20 tangkai/ikat. Kekokohan tangkai bunga juga menjadi kriteria penting karena angin yang melewati daerah Banyuroto memiliki kecepatan yang cukup besar. Varietas Puspita arum dinilai memiliki tangkai bunga yang mudah patah meskipun sangat tahan karat.

Tabel 3. Tingkat kesukaan konsumen (petani, pedagang bunga, ibu rumah tangga dan petugas Pertanian) terhadap enam varietas unggul nasional krisan yang diperkenalkan di desa Banyuroto, kabupaten Magelang, Juli-November 2006. Varietas Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Jml bunga/ tanaman Vase life Ketahanan hama penyakit Kekokohan tangkai bunga P. nusantara 2 2 2 2 2 2 2 Dewi ratih 1 2 2 2 2 2 2 P kencana 2 2 2 2 3 2 3 Sakuntala 2 2 2 2 3 4 2 Puspita arum 2 2 2 2 3 2 3

Cut Nya Dien 2 2 3 2 3 3 2

Puspita arum

Puspita nusantara

Dewi ratih

Tingkat kesukaan : 1= sangat suka 2 =suka 3= agak suka 4= tidak suka 5= sangat tidak suka

1.

Secara umum ke enam varietas yang diuji diterima dengan baik oleh masyarakat, tetapi varietas Dewi ratih dan Puspita nusantara paling banyak diminati. 2. Dari segi ketahanan terhadap penyakit karat, varietas Puspita arum, Dewi ratih, dan Puspita nusantara sangat tahan dan agak tahan terhadap penyakit karat. 3. Varietas krisan yang diuji mengalami hambatan pertumbuhan tinggi tanaman kecuali Dewi ratih bila dibandingkan dengan diskripsi varietas sebagai akibat kondisi lingkungan yang kurang mendukung

Terima kasih saya sampaikan kepada kelompok tani tanaman hias desa Banyuroto, kabupaten Magelang dalam upaya membantu terselenggaranya pengujian ini.

Badan Pusat Statistik . 2003. Statistik tanaman

obat-obatan dan hias. BPS. Jakarta, Indonesia. Hal.

23.

Badan Pusat Statistik . 2006. Statistik Indonesia 2005/

2006. BPS. Jakarta, Indonesia. Hal. 196-197.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2004. Monograf varietas

baru tanaman hias No. 8. Ed. : Effendy K. Balai

Penelitian Tanaman Hias. Hal. 4 - 5.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2001. Monograf varietas

unggul krisan, mawar, anyelir, gladiol. Ed. :

Marwoto B., Darliah, Badriah, D.S., dan Effendy K. Balai Penelitian Tanaman Hias. Puslitbanghorti, Badan Litbang Pertanian. Hal. 7-12.

Bety, Y. A. dan Sarwana, R.T. 2007. Ketahanan beberapa

varietas unggul nasional krisan (Chrysanthe-mum sp.) terhadap penyakit karat. Prosiding

(6)

Keragaan Tanaman Dan Respon Pengguna Terhadap Varietas Unggul Nasional Krisan Buku II Inovasi Teknologi Produksi. Semarang,

8 November 2007. BP2TP, Badan Litbang Pertanian. Hal. 239-243.

Djatnika, I., Dwiatmini, K., Sanjaya, L. 1994. Ketahanan beberapa kultivar krisan terhadap penyakit karat.

Bull. Penel. Tan. Hias (11)2:19-25.

Dwijoseputro, D. 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta. Hal. 6-21.

Hanafi, H., Martini, T., Masyhudi, MF. 2006. Analisis

finansial bunga potong krisan di kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, DI Jogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Pedesaan. Malang, 13 Desember

2005. BP2TP, Badan Litbang Pertanian. Hal. 197-202.

Hanudin, Kardin, K., Suhardi. 2004. Evaluasi ketahanan klon-klon krisan terhadap terhadap penyakit karat putih. J. Hortikultura 14: 430-435.

Khattak, A.M. and Pearson, S. 1997. The effect of light quality and temperature on the growth and de-velopment of Chrysanthemum cvs. Bright Golden Anne and Snowdown. Acta Hort. 435:63-69.

Norman, D.J., Henny, R.J., Yuen, I.M.F. 1999. Resistant levels of post anthurium cultivars to Xanthomonas campestris pv. dieffenbachiae.

Hort. Sci. 34:721-722.

Wilkins, H.F., Heally, W.E., Grueber, K.L. 1990. Tem-perature regimes at various stages of produc-tion influences growth and flowering of Dendranthema x grandiflorum. J. Amer. Soc.

Gambar

Gambar 1. Keragaan enam varietas unggul nasional krisan di desa Banyuroto, kabupaten Magelang

Referensi

Dokumen terkait

Megaluh dengan judul “ Analisis Faktor – Faktor Pelayanan, Fasilitas dan Administrasi Terhadap Kepuasan Siswa di MA Mambaul Ulum Megaluh Jombang “. 1.2

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Indah Ilmiyati, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan

Dar i hasil kajian ini menunjukkan bahw a pember ian jer ami padi baik dalam bentuk setengah melapuk maupun dalam bentuk kompos jer ami yang telah matang

Pipet 10 ml larutan baku 100 µg/ml Nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Tambahkan 2,5 ml pereaksi sulfanilamida, dan aduk.

Saran bagi pekerja yaitu untuk menyesuaikan posisi membungkuk saat melakukan bercocok tanam sehingga posisi bekerja lebih nyaman sehingga dapat meminimalisir resiko

David Hoglund and their Perkins Eastman colleagues—all experts in senior living design—share firsthand knowledge to guide you through all aspects of the design of senior

39 Pada Perancangan rangkaian keypad sebagaimana Gambar 3.10 menggunakan metode scanning baris yang dilakukan oleh perangkat lunak, dimana pada proses tersebut

Matakuliah ini membahas tentang ruang lingkup formasi hutan topika, hubungan antara sistem silvikultur tropika dengan pengelolaan hutan lestari (SFM), perumusan teknik