LAPORAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI KRIYA TEKSTIL (KR40ZJ)
TENUNAN SUTRA TRADISIONAL GEDOGAN SULAWESI SELATAN,
STUDI KASUS: KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN
(1957-2007)
Oleh:
NILAM FIKRANI SIHAR 172 03 026
Pembimbing I: Kahfiati Kahdar S.Sn., M.A.
NIP. 132 319 607 Pembimbing II:
Drs. Yan-Yan Sunarya, S.Sn., M.Sn. NIP. 132 134 707
PROGRAM STUDI KRIYA TEKSTIL
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
LEMBAR PENGESAHAN
TENUNAN SUTRA TRADISIONAL GEDOGAN SULAWESI SELATAN
STUDI KASUS: KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN
(1957-2007)
SKRIPSI OLEH: NILAM FIKRANI SIHAR
172 03 026
Bandung, 24 Januari 2008, Disetujui dan disahkan oleh:
PEMBIMBING I,
Kahfiati Kahdar, S.Sn, M.A. NIP. 132 319 607
PEMBIMBING II,
Drs. Yan-Yan Sunarya, S.Sn, M.Sn. NIP. 132 134 707
KOORDINATOR,
Drs. Achmad Haldani Destiarmand, M.Sn. NIP. 131 933 272
ABSTRAK
Industri tenunan sutra merupakan sektor penyumbang devisa Indonesia, yang berasal dari unit-unit industri yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara. Sebagian besar unit industri tersebut terletak di Sulawesi Selatan, sehingga propinsi tersebut dikenal luas sebagai sentra terbesar kegiatan pertenunan sutra di Indonesia.
Pertumbuhan unit industri tenunan sutra di daerah Sulawesi Selatan berakar dari kegiatan tenunan Gedogan yang sudah dipraktekkan oleh masyarakat setempat sejak dahulu. Tenunan-tenunan sutra tradisional ini menjadi salah satu komoditi perdagangan di Makassar, yang terkenal sebagai bandar transit sekaligus gerbang wilayah Indonesia bagian timur, sehingga mulai dikenal luas. Industri ini semakin berkembang paska kemerdekaan Republik Indonesia, dengan digunakannya Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) serta Alat Tenun Mesin (ATM). Untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, ATBM dan ATM memang lebih efektif serta menguntungkan bagi para perajin dan pengusaha.
Namun perkembangan ini tidak sertamerta menghilangkan alat tenun Gedogan dari kegiatan pertenunan sutra Sulawesi Selatan. Di Kabupaten Wajo⎯sentra utama perajin tenunan sutra Sulawesi Selatan⎯masih ditemukan penggunaan alat tenun Gedogan oleh perajin-perajin setempat hingga saat ini.
Tenunan sutra Gedogan menunjukkan keberadaan nilai kriya yang kuat pada kegiatan pertenunan sutra di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi topik utama dalam penelitian Skripsi kali ini, yakni mencakup nilai estetika, nilai pakai, dan nilai teknik, dalam periode perkembangan industri sutra di wilayah tersebut.
ABSTRACT
The industry of woven silks is one of Indonesia’s profitably sectors in which industrial units were distributed along this archipelago. These units were mostly located at South Sulawesi that famed for the largest center of silk weaving activities in Indonesia.
South Sulawesi’s industrial units of woven silks were grown based on traditional weaving activities with Alat Tenun Tradisional (ATT) Gedogan that have been practiced by the inhabitants for centuries. These traditional woven silks became a trading commodity at international port in Makassar, the gateway to east Indonesia, and widely known since then. After the declarations of Republic of Indonesia (RI) in 1945, the weavers begun to used Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) and Alat Tenun Mesin (ATM). The use of these two looms did more profitable for weavers and entrepreneurs, as they more productive to cover markets’ quantity.
But the growth of woven silks’ industry with ATBM and ATM did not endangered the use of ATT Gedogan in South Sulawesi entirely. At Kabupaten Wajo, the major central of woven silks’ weavers in Sulawesi Selatan, we could find some weavers that still using the traditional loom until this day.
Because, woven silk products of ATT Gedogan have been valued for the existence of good craftsmanship among the silk weaving activities in Kabupaten Wajo, South Sulawesi. These values were the main topic of this research, included aesthetic, functional, and technical, during the period of grown industry of woven silks in Kabupaten Wajo.
PENGANTAR
Sulawesi Selatan ialah penghasil tenunan sutra terbesar di Indonesia. Tenunan sutra tradisional ini menjadi salah satu komoditi perdagangan di Makassar, yang terkenal sebagai bandar transit sekaligus gerbang wilayah Indonesia bagian timur. Dari sinilah tenunan sutra tradisional Sulawesi Selatan mulai dikenal luas.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, industri tenunan sutra di Sulawesi Selatan semakin berkembang sejak digunakannya Alat Tenun Bukan Mesin serta Alat Tenun Mesin di daerah tersebut. Namun perkembangan ini ternyata tidak sertamerta menghilangkan alat tenun Gedogan dari kegiatan pertenunan sutra di Kabupaten Wajo, sentra industri dan perajin sutra Sulawesi Selatan.
Skripsi berjudul Tenunan Sutra Tradisional Gedogan, Studi Kasus: Kabupaten Wajo,
Sulawesi Selatan (1957-2007) ini membahas mengenai nilai estetika, nilai pakai, dan nilai
teknik pada tenunan sutra tradisional Gedogan di Kabupaten Wajo, pada periode perkembangan industri sutra di wilayah tersebut, yang disusun untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir/Skripsi Kriya Tekstil (KR40ZJ), sebagai pelengkap untuk mencapai gelar Sarjana Desain dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Dalam pelaksanaan penelitian, hingga terselesaikannya laporan Skripsi ini, masih ditemukan kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Untuk itu kritik dan saran membangun dari pembaca tentunya akan sangat berguna sebagai acuan penelitian berikutnya.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Bandung, Januari 2008 Nilam Fikrani Sihar
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………... i
PENGANTAR………..…… ii
DAFTAR ISI………..….. iii
DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA………... viii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 01
2. Rumusan Masalah... 02
3. Tujuan... 02
4. Asumsi Dasar... 03
5. Ruang Lingkup Penelitian……... 03
6. Metode Penelitian dan Penulisan 1. Metode Penelitian... 04
2. Metode Penulisan... 04
7. Kerangka Penelitian... 05
BAB II TINJAUAN TEORI 1. Definisi 1. Definisi Tenun……… 06
2. Definisi Sutra………. 07
3. Definisi Tradisional……… 08
4. Definisi Modern………. 08
5. Definisi Tenunan Sutra……….. 09
6. Definisi Tenunan Tradisional……… 09
7. Definisi Tenunan Modern………. 09
8. Definisi Tenunan Sutra Tradisional Gedogan………. 09
2. Teori Dasar 1. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Format Penelitian Deskriptif……….. 10
2. Kualitatif………...………….. 11
3. Populasi Sasaran dan Sampel………. 12
4. Instrumen Penelitian………..……… 13
2. Nilai-Nilai Dalam Kriya………...……… 14
3. Estetika………...……… 15
1. Ragam Hias………...………. 16
2. Warna………...……….. 17
4. Strategi Kebudayaan……….. 17
BAB III TINJAUAN UMUM DAN SINGKAT 1. Monografi Kabupaten Wajo 1. Sejarah Singkat………...19
2. Lambang dan Slogan 1. Lambang………...……….. 19
2. Slogan………...……….. 20
3. Geografi 1. Peta………...……….. 21
2. Keadaan Geografis………. 22
4. Iklim, Tanah, dan Vegetasi……… 22
5. Sosial dan Budaya……….. 22
6. Ekonomi 1. Pertanian………..……….. 23 2. Hasil Hutan………..….. 23 3. Industri Kecil……….. 23 4. Pariwisata………...……… 24 7. Sistem Pemerintahan……….………... 24 2. Sutra 1. Serat Alam Sutra 1. Serat Alam………..………... 24
2. Serat Alam Sutra Spesies Bombyx mori Linnaeus………. 25
2. Sejarah Singkat Serat Alam Sutra……….. 31
3. Perkembangan Budidaya Sutra di Indonesia……… 32
4. Sutra Hasil Budidaya Lokal (Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo)………..…. 33
3. Tenunan Sutra 1. Sejarah Awal………..………... 34
2. Penggunaan Benang Sutra Pada Kegiatan Pertenunan Tradisional di
Indonesia………..………. 35
3. Sarung Sutra………..……… 37
4. Alat Tenun 1. Alat Tenun Tradisional Gedogan 1. Sejarah Singkat………..……… 38
2. Jenis………..………. 39
3. Material………..……… 40
2. Alat Tenun Bukan Mesin dan Alat Tenun Mesin 1. Alat Tenun Bukan Mesin………..………..……… 40
2. Alat Tenun Mesin………...………….. 40
5. Tenunan Sutra Gedogan Kabupaten Wajo……….. 41
1. Alat Tenun……….. 41
1. Struktur Konstruksi……… 41
2. Material dan Fungsi Masing-Masing Bagian………. 41
2. Jenis Tenun……….50
3. Proses Pengerjaan 1. Pengolahan Benang……...…………..……….. 51
2. Pewarnaan………..……… 52
3. Penghanian (Massau’) dan Pencucukan……… 53
4. Penenunan (Matennung)……… 54 5. Penyempurnaan.………. 55 4. Material 1. Benang.………...……… 55 2. Pewarna………...………... 56 5. Ragam Hias 1. Perkembangan…………...…….……… 56
2. Ragam Hias Dasar dan Ragam Hias Perkembangan………….. 57
6. Filosofi………...……… 60
7. Fungsi………..……….. 61
8. Biaya Produksi………..……… 61
9. Pemasaran………..………...………. 61
6. Tenunan Sutra ATBM Di Kabupaten Wajo.……… 61
7. Tenunan Sutra ATM di Kabupaten Wajo………. 64 8. Industri Tenunan Sutra Kabupaten Wajo
BAB IV ANALISA
1. Nilai Estetika Tenunan Sutra Gedogan……….. 70
2. Nilai Pakai Tenunan Sutra Gedogan……….. 72
1. Program Pemerintah DATI II Kabupaten Wajo………. 73
2. Program Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan……… 74
3. Program Pemerintah Pusat Republik Indonesia………. 75
3. Nilai Teknik Tenunan Sutra Gedogan……….. 76
BAB V SIMPULAN………...……… 78
DAFTAR PUSTAKA…….………... ix
UCAPAN TERIMAKASIH...………...…… xii
DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA
SKEMASkema I.7.1., Kerangka penelitian.………... 05 Skema II.2.1.2.5., Proses pengolahan serat filamen sutra secara umum………... 31 GAMBAR
Gambar III.1.2.1.1., Lambang Kabupaten Wajo.………..………..….. 19 Gambar III.1.3.1.1., Peta Kabupaten Wajo ………... 21 Gambar III.2.1.2.2., Sketsa telur, larva, kokon, dan ngengat Bombyx mori Linnaeus……….. 26 Gambar III.2.1.2.3., Diagram anatomi ulat sutra……….. 28 Gambar II.2.1.2.4., Penampang melintang serat alam sutra dibawah mikroskop…….. 29 Gambar III.2.1., Peta Jalur Sutra dan detailnya dalam bahasa Inggris………. 32 Gambar III.5.1.1.1., Alat tenun gedogan discontinuous warp……….. 42 TABEL
Tabel II.2.1.2.2.1., Perbedaan prinsip kuantitatif dan kualitatif.……… 12 Tabel III.2.1.1.1., Perkembangan penggunaan serat alam dan pewarna alam………….. 25 Tabel III.2.1.2.1., Identifikasi umum serat Bombyx mori Linnaeus………...…..……… 26 Tabel IV.1, Matrikulasi tenunan sutra tradisional Gedogan, dan komparasinya dengan tenunan ATBM dan ATM………. 70