• Tidak ada hasil yang ditemukan

i Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN KERAPU HIBRID DI KJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "i Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN KERAPU HIBRID DI KJA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | ii

KATA PENGANTAR

Kerapu hibrid pada saat ini telah tersebar hampir ke seluruh wilayah potensial pengembangan budidaya ikan laut pada Karamba Jaring Apung (KJA). Laju pertumbuhan yang cepat dan daya tahan terhadap penyakit memberikan harapan besar pada komersialisasi budidaya kerapu sebagai salah satu komoditas unggulan dengan harga jual yang cukup tinggi.

Tujuan penulisan buku petunjuk teknis budidaya kerapu hibrid di KJA adalah memberikan bekal pengetahuan bagi calon pelaku usaha dan meningkatkan kompetensi bagi pembudidaya kerapu terutama pada pemeliharaan dalam KJA. Tulisan ini disusun berdasarkan hasil perekayasaan dan pengalaman serta kegiatan pengamatan di lapangan pada berbagai lokasi budidaya karamba jaring apung.

Kami sangat berharap agar buku petunjuk teknis yang telah berhasil kami susun ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha pembesaran kerapu hibrid, untuk meningkatkan keberhasilan, mengurangi resiko kegagalan dan menambah pendapatan usaha. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku petunjuk teknis ini.

Situbondo, November 2017

Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

(4)

iii| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

I. PENDAHULUAN ...1

II. MORFOLOGI DAN BIOLOGI KERAPU HIBRID ...4

2.1. Morfologi ...4

2.2. Biologi ...7

III. KOMODITAS KERAPU HIBRID ...9

3.1. Jenis Kerapu Hibrid ...9

3.2. Ketersediaan Benih ...10

IV. PRASARANA DAN SARANA BUDIDAYA DI KJA ...12

4.1. Syarat Pemilihan Lokasi ...12

4.1.1. Syarat Fisik Perairan ...12

4.1.2. Syarat Kimia Perairan ...14

4.1.3. Syarat Biologi Perairan ...17

4.2. Konstruksi KJA ...18 4.2.1. Rakit ...19 4.2.2. Pelampung ...20 4.2.3. Pengikat ...20 4.2.4. Sistem Penjangkaran ...20 4.2.5. Wadah Budidaya ...21 4.3. Sarana Pendukung ...23

(5)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | iv

5.1. Pengadaan Benih ... 27

5.2. Manajemen Pemberian Pakan ... 30

5.3. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 34

5.3.1. Hama ... 35

5.3.2. Penyakit ... 36

VI. PANEN DAN PASCA PANEN ... 40

6.1. Panen ... 40

6.2. Pasca Panen ... 40

VII. ANALISA USAHA ... 42

7.1. Analisa Usaha ... 42

7.2. Pemasaran ... 42

VIII. PERMASALAHAN ... 44

8.1. Ketersediaan Benih... 44

8.2. Serangan Hama dan Penyakit ... 44

(6)

v| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Beberapa Jenis Kerapu Hibrid Komersial yang Siap untuk Dibudidayakan...5

Gambar 2. Konstruksi KJA ...18

Gambar 3. Bingkai Rakit KJA ...19

Gambar 4. Perahu Jukung untuk Sarana Transportasi ...23

Gambar 5. Freezer Penyimpanan Pakan ...24

Gambar 6. Mesin Penyemprot Jaring ...24

Gambar 7. Hiblow/Blower ...25

Gambar 8. Generator Set ...25

Gambar 9. Cacat Operculum ...28

Gambar 10. Cacat Tulang Punggung ...28

Gambar 11. Cacat Ekor Tidak Berkembang ...28

Gambar 12. Pengepakan Benih Kerapu...29

Gambar 13. Penebaran Benih Kerapu pada KJA ...29

Gambar 14. Pemotongan Ikan Rucah...31

Gambar 15. Pakan Ikan Segar (rucah) ...31

Gambar 16. Pelet Komersial protein < 35% ...32

Gambar 17. Kegiatan Penggantian Jaring di KJA ...34

Gambar 18. Beberapa Hama pada KJA...35

Gambar 19. Beberapa Parasit yang Sering Menyerang Ikan Kerapu yang Dibudidayakan ...38

(7)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Morfologi antara Kerapu Hibrid Cantang dan Tetuanya

(Kerapu Macan dan Kerapu Kertang) ... 5

Tabel 2. Deskripsi Ikan Kerapu Hibrid Cantang ... 9

Tabel 3. Konsentrasi Logam Berat untuk Usaha Budidaya Perikanan ... 16

Tabel 4. Sistem Penilaian Kelayakan untuk Lokasi KJA... 16

Tabel 5. Hubungan antara ukuran mata jaring dengan ukuran ikan yang dipelihara . 22 Tabel 6. Panjang Ikan dan Ukuran Pelet untuk Pembesaran Kerapu ... 33

Tabel 7. Rasio dan Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Harian ... 33 Tabel 8. Analisa Usaha Kerapu Hibrid di KJA 1 Unit 20 Lubang Ukuran 3x3x3 Meter . 42

(8)

1| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

I. PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam pengembangan budidaya perikanan yang didukung dengan potensi lahan yang sangat luas, dengan total 17,9 juta Ha terdiri dari 12,12 juta Ha potensi budidaya laut, 2,96 juta Ha potensi budidaya air payau, dan 2,83 juta Ha potensi budidaya air tawar (DJPB, 2015). Berdasarkan data Statistik Perikanan Indonesia (2015), pemanfaatan potensi lahan budidaya perikanan masih rendah, yaitu 24,15% pemanfaatan potensi lahan tambak, 11,32% pemanfaatan lahan budidaya air tawar dan potensi pemanfaatan budidaya laut 2,36%.

Prospek pengembangan budidaya laut khususnya pada wilayah pantai dan lepas pantai mempunyai peluang besar sebagai alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat pesisir. Di antara jenis ikan konsumsi yang telah dibudidayakan dan mempunyai nilai jual tinggi meliputi ikan kerapu, bawal bintang dan kakap putih. Tiga komoditas ikan laut tersebut merupakan komoditas ekspor dan banyak diminati oleh konsumen luar negeri.

Usaha budidaya ikan kerapu pada saat ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari meningkatnya produksi benih dalam jumlah yang cukup besar pada sentra-sentra produksi benih kerapu. Di samping itu berdirinya beberapa perusahaan baru yang bergerak dalam bidang budidaya ikan kerapu di beberapa daerah menjadi bukti bahwa peluang usaha kerapu masih sangat menjanjikan.

Produktivitas kerapu menjadi aspek yang sangat penting pada kegiatan budidaya. Hal ini disebabkan kegiatan pemeliharaan kerapu harus memberikan keuntungan bagi pelaku usaha dan sangat diharapkan dapat dicapai suatu tingkat efisiensi yang tinggi. Komoditas kerapu hibrid memberikan harapan sebagai salah satu komoditas andalan budidaya laut karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan kerapu non hibrid.

Kerapu hibrid adalah jenis ikan kerapu baru yang merupakan hasil pemuliaan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. Sebagai komoditas unggulan baru dalam perikanan budidaya khususnya budidaya laut, diharapkan dapat menunjang

(9)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 2 peningkatan produksi perikanan budidaya serta pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya ikan.

Sesuai dengan Kepmen Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.38/MEN/2012 telah dilakukan pelepasan ikan kerapu cantang hasil pemuliaan, dan merupakan turunan antara kerapu macan dan kerapu kertang.

Kerapu cantang hasil pemuliaan ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1. Pertumbuhan:

a. Pertumbuhan benih dari 1 inchi sampai dengan 3 inchi lebih cepat;

b. Dalam 20 hari bisa mencapai berat 100 gram, sedangkan kerapu lainnya dalam waktu yang sama sebesar 80 gram;

c. Pertumbuhan ikan pada proses pembesaran (Grow Out) dari berat 100 gram menjadi 1000 gram hanya memerlukan waktu 5 bulan;

d. Pertumbuhan ikan pada proses pembesaran (Grow Out) pada berat 2 - 3 kilogram hanya memerlukan waktu 1 tahun.

2. Daya tahan terhadap penyakit:

a. Cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit (survival rate) dibandingkan dengan Ikan Kerapu Macan maupun Ikan Kerapu Kertang; b. Tahan terhadap Viral Nervous Necrosis/VNN maupun Vibrio, berdasarkan

uji Polymerase Chain Reaction (PCR) tidak terdeteksi adanya penyakit yang diakibatkan oleh VNN pada benih ukuran 4 cm.

3. Toleransi terhadap lingkungan:

a. Dapat hidup di air payau sampai air laut dengan pertumbuhan optimum pada salinitas 15 – 33 ppt (part per trilliun) di padat penebaran yang tinggi; b. Dapat dibudidayakan pada lingkungan tambak maupun karamba jaring

apung laut.

Kegiatan budidaya kerapu selama ini mempunyai beberapa permasalahan, antara lain sintasan kerapu yang dibudidayakan terutama kerapu bebek, pada saat ini masih jauh lebih rendah daripada ikan laut lainnya, seperti seabream dan kakap putih. Untuk kerapu bebek pada umumnya sintasan hanya berkisar antara 10-30%, dan bahkan kadang-kadang yang terjadi gagal total. Pembudidaya umumnya menyampaikan bahwa kendala terbesar adalah wabah penyakit sebagaimana

(10)

3| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

informasi yang diperoleh dari wilayah budidaya Riau, Lampung, Jawa Timur dan Lombok. Pengetahuan yang cukup dan penguasaan teknologi yang sesuai diharapkan menjadi bekal bagi pembudidaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat serangan berbagai jenis penyakit.

(11)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 4

II.

MORFOLOGI DAN BIOLOGI KERAPU HIBRID

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan kerapu sangat ditentukan oleh pengetahuan tentang biologi ikan kerapu meliputi: morfologi, biologi, habitat, dan kebiasaan makan. Dengan mengetahui biologi dan morfologi ikan kerapu maka usaha pengembangan teknologi budidaya ikan kerapu di karamba jaring apung akan cepat berkembang.

Sejak tahun 2009, jenis kerapu yang dibudidayakan pada masyarakat pembudidaya bertambah dengan keberhasilan produksi benih kerapu hibrid cantang (kerapu macan x kerapu kertang), cantik (kerapu macan x kerapu batik), tiktang (kerapu batik x kerapu kertang) dan kustang (kerapu tikus x kerapu kertang). Dengan bertambahnya jenis kerapu yang dibudidayakan, jumlah masyarakat pembudidaya kerapu dan hasil produksi dari karamba jaring apung mengalami peningkatan. Keunggulan jenis kerapu hibrid adalah kecepatan tumbuhnya, sehingga jangka waktu produksi kerapu dapat diperpendek dan hasil produksinya dapat ditingkatkan. Meningkatnya jumlah masyarakat pembudidaya kerapu juga ditandai dengan semakin meningkatnya permintaan benih kerapu hibrid pada unit usaha pembenihan kerapu.

2.1. Morfologi

Klasifikasi ikan kerapu hibrid, sebagai berikut: Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichtyes

Sub class : Actinopterigi

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidea

Family : Serranidae

Genus : - Epinephelus

- Cromileptes Species :

1. Epinephelus fuscoguttatus >< Epinephelus lanceolatus (kerapu cantang) 2. Eepinephelus fuscoguttatus >< Epinephelus macrodon (kerapu cantik)

(12)

5| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

3. Epinephelus macrodon >< Epinephelus lanceolatus (kerapu tiktang) 4. Cromileptes altivelis >< Epinephelus lanceolatus (kerapu kustang)

Hibrid Kustang Hibrid Cantik

Hibrid Tiktang Hibrid Cantang

Gambar 1. Beberapa Jenis Kerapu Hibrid Komersial yang Siap untuk Dibudidayakan

Di antara keempat spesies kerapu hibrid tersebut laju pertumbuhan yang paling tinggi terdapat pada kerapu cantang, baik dari sisi panjang maupun berat tubuhnya. Ukuran konsumsi kerapu hibrid jenis ini dapat diperoleh pada masa pemeliharaan 5 - 6 bulan dalam KJA seberat 500 – 600 gram/ekor dari penebaran benih ukuran 100 gram.

Tabel 1. Perbandingan Morfologi antara Kerapu Hibrid Cantang dan Tetuanya

(13)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 6

Kerapu hibrid cantang Kerapu macan Kerapu kertang

Bentuk tubuh compres dan relatif membulat dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya

Bentuk tubuh compres sedikit membulat

Bentuk tubuh compres dan sedikit membulat

Warna kulit coklat kehitaman dengan 5 garis hitam melintang di bagian tubuhnya

Warna kulit

kecokelatan dengan 5 garis melintang di bagian tubuhnya

Warna tubuh abu-abu kehitaman dengan 4 garis melintang yang kurang begitu jelas (samar-samar) Semua sirip (pectoral,

anal, ventral, dorsal dan caudal ) bercorak seperti kertang dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam

Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna coklat dilengkapi dengan bintik-bintik hitam

Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam

Bintik hitam banyak tersebar di kepala dan di dekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu

Bintik hitam melebar di hampir semua bagian tubuh.

Bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan di dekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu

Sirip punggung semakin melebar ke arah belakang

Sirip punggung melebar ke arah belakang

Sirip punggung semakin melebar ke arah belakang Sirip punggung menyatu

yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari-jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.

Sirip punggung

menyatu terdiri atas 11 jari-jari keras dan 14 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 16 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 18 jari-jari lunak.

Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.

(14)

7| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Bentuk ekor rounded Bentuk ekor rounded Bentuk ekor rounded Bentuk mulut lebar,

superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)

Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)

Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas) Tipe sisik stenoid

(bergerigi)

Tipe sisik stenoid (bergerigi)

Tipe sisik stenoid (bergerigi) Bentuk gigi runcing

(canine)

Bentuk gigi runcing (canine)

Bentuk gigi runcing (canine) Panjang ikan 48 cm, Panjang ikan 25 cm, Panjang ikan 32 cm, Panjang usus 63 cm Panjang usus 34 cm Panjang usus 55 cm 2.2. Biologi

Ikan kerapu hibrid cantang membutuhkan habitat yang tidak berbeda dengan induk asalnya, yaitu kerapu macan dan kertang. Penyebaran Ikan kerapu hibrid harus tetap diawasi, dan dihindarkan agar tidak terlepas ke perairan umum. Hal ini dikarenakan kegiatan pembesarannya harus ditempatkan dalam wadah yang terisolir dan untuk tujuan produksi semata. Ikan kerapu hibrid dapat dipelihara pada bak beton, tambak maupun karamba jaring apung.

Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu temperatur berkisar 24 – 31 °C, salinitas berkisar 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0. Perairan dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada perairan terumbu karang (Nybakken, 1988).Beberapa spesies kerapu mempunyai toleransi terhadap air tawar seperti kerapu kertang dan kerapu lumpur yang sering ditemukan pada daerah muara sungai. Demikian juga kerapu macan sebagai tetua dari kerapu hibrid cantang juga masih toleran terhadap air tawar.

Sebelum dilakukan pemeliharaan kerapu hibrid di Karamba Jaring Apung, tempat pendederan kerapu dapat berupa tangki di lokasi pantai dengan air laut, atau dalam karamba yang ditempatkan pada petakan tambak air payau. Umumnya juvenil kerapu yang dideder di tambak berwarna lebih gelap dari pada yang didederkan dalam tangki.

(15)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 8 Ikan kerapu merupakan hewan karnivor, sebagaimana jenis-jenis ikan kerapu lainnya. Ikan kerapu dewasa adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan juvenilnya memangsa moluska kecil dan krustasea kecil. Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air.

Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang hari dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari. Kerapu biasa mencari makan dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Sebagai ikan karnivora, kerapu bersifat kanibalisme. Kanibalisme biasanya terjadi pada saat ukuran ikan di bawah 10 cm, dimana pada saat itu juvenil cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.

(16)

9| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

III. KOMODITAS KERAPU HIBRID

3.1. Jenis Kerapu Hibrid

Kerapu hibrid cantang merupakan salah satu jenis hibrid yang pada saat ini paling banyak dibenihkan dan dibesarkan baik di tambak maupun karamba jaring apung. Pemilihan jenis kerapu hibrid ini berdasar pertimbangan tingkat pertumbuhannya lebih cepat sehingga dalam waktu tidak lama dapat dicapai ukuran konsumsi. Jenis kerapu hibrid lain yang sudah cukup tersebar secara meluas pada masyarakat pembudidaya adalah kerapu hibrid cantik dan kustang.

Tabel 2. Deskripsi Ikan Kerapu Hibrid Cantang

Deskripsi

Ukuran Panjang uk. Benih Sebar

(3-5cm)

uk. Benih Sebar (8-12cm)

Ukuran konsumsi

Karakter Morfologi

Jumlah jari-jari sirip dorsal

IX-15 XI-16 XI-18

Jumlah jari-jari sirip perut

I-4 II.5 VI

Jumlah jari-jari sirip dada

16 17 18

Jumlah jari-jari sirip dubur

II-6 II.9 III.9

Jumlah jari-jari sirip ekor

11 16 18

Jumlah Linea Lateralis 1 1 1

Lebar mata 3,5 mm 0,8 cm 1,2 – 1,7 cm

Umur 40 – 50 hari 85 - 90 hari 150 - 180 hari

Panjang total (cm) 5,6 cm 12,3 cm 28,6 – 30,3 cm

Panjang standar (cm) 4,2 cm 10,5 cm 23,7 – 26,3 cm

Tebal badan 16 mm 3,8 cm 5,1 – 5,9 cm

Warna Abu-abu bercak

hitam

Abu-abu bercak hitam

Abu-abu bercak hitam

Warna punggung Abu-abu bercak hitam

(17)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 10 Warna perut Putih kekuningan Putih bercak

hitam

Putih bercak hitam Warna overculum Abu-abu bercak

hitam Abu-abu bercak hitam Abu-abu bercak hitam Bobot minimal pendederan di bak

4 – 6 gram 50 - 75 gram 500 - 600 gram

SR (%) 31,2 ± 10,57 98,24 ± 5,34 43 – 56

FCR 5,3 – 5,6 5,1 – 5,2 2,1 – 2,6

3.2. Ketersediaan Benih

Produksi benih kerapu hibrid di Indonesia tersebar pada panti pembenihan di utara pulau Bali dan Kabupaten Situbondo. Tempat pembenihan kerapu umumnya membesarkan benih kerapu sampai ukuran panjang 2,5 - 3 cm, sementara pembudidaya yang membesarkan di tambak maupun karamba jaring apung membutuhkan ukuran benih diatas 10 cm. Diperlukan mata rantai berupa kegiatan pendederan untuk memproduksi benih siap tebar di tambak maupun kja untuk lebih menjamin tingkat kelulushidupan (SR) terutama pada saat adaptasi pada lingkungan baru dari kegiatan pembesaran.

Untuk memenuhi ukuran yang diperlukan sub sektor khusus pendederan ikan kerapu telah dikembangkan untuk membesarkan bibit ukuran 2,5 - 3 cm menjadi 10 cm atau lebih besar lagi. Juvenil kerapu yang dipelihara di tambak cenderung memiliki toleransi yang lebih baik terhadap variabel parameter lingkungan seperti salinitas dan lebih disukai untuk dibesarkan di karamba laut karena mereka sudah cukup beradaptasi untuk hidup di karamba.

Benih kerapu hibrid hasil pendederan didistribusikan pada kawasan budidaya kerapu yang sebagian besar tersebar di wilayah perairan luar Jawa. Sentra pembesaran kerapu untuk KJA di pantura Jawa terdapat di beberapa kabupaten meliputi: Kab Banyuwangi, Situbondo, dan Kepulauan Karimunjawa. Sedangkan untuk pengembangan tambak kerapu antara lain di Kab. Banyuwangi, Kab. Lamongan dan Kab. Tuban,

Penyebaran kawasan budidaya karamba jaring apung untuk budidaya kerapu terutama pada beberapa provinsi dominan sebagai penghasil utama, yaitu

(18)

11| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Bali, dan Maluku Utara.

Pada saat ini antara kebutuhan benih dari pembudidaya dengan produksi benih dari panti pembenihan dalam kondisi masih tercukupi. Keseimbangan harga telah terbentuk sehingga usaha pembenihan kerapu masih menguntungkan dan pembudidaya kerapu masih mampu untuk membeli benih kerapu walaupun membutuhkan biaya transportasi yang cukup besar akibat jauhnya lokasi asal bibit.

(19)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 12

IV. PRASARANA DAN SARANA BUDIDAYA DI KJA

4.1. Syarat Pemilihan Lokasi

4.1.1. Syarat Fisik Perairan

Pemilihan lokasi budidaya merupakan kunci awal keberhasilan suatu usaha budidaya. Dalam pemilihan lokasi budidaya harus mempertimbangkan dua faktor teknis penting yaitu kelayakan lahan budidaya dan daya dukung lahan budidaya. Kelayakan lahan budidaya secara fisik harus mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya adalah pasang surut, kedalaman (batimetri), keterlindungan, arus, gelombang, mutu air. Selain kelayakan fisik, suatu lahan budidaya juga harus mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi masyarakat.

Daya dukung lahan budidaya merupakan kemampuan suatu kawasan budidaya yang mampu menampung ikan untuk dapat hidup normal dan berkelanjutan. Dalam evaluasi daya dukung lahan kita harus mampu memprediksi secara ilmiah jumlah ikan serta jumlah keramba yang dapat dioperasionalkan untuk keberlanjutan usaha budidaya karamba jaring apung.

Lokasi yang paling cocok untuk penempatan karamba jaring apung apabila kondisinya sesuai dengan pertumbuhan dan kelangsungan dari jenis ikan kerapu hibrid. Kesalahan pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi sangat berpengaruh terhadap aspek teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan yang tentunya sangat menentukan keberlanjutan dari kegiatan budidaya ikan. Beberapa syarat fisik yang harus dipenuhi antara lain :

a. Kecepatan arus dan elevasi pasang surut

Kecepatan arus optimal, sebaiknya 30-50 cm/detik dengan elevasi pasang surut sebaiknya kurang dari 1 meter. Kecepatan arus > 50 cm/detik dengan elevasi pasang surut > 1 m dapat mempengaruhi posisi rakit/jaring dan jangkar. Kecepatan arus < 30 dapat menyebabkan berkurangnya sirkulasi air terutama di dalam jaring pemeliharaan yang dapat berpengaruh terhadap kandungan oksigen dalam air. Aliran air/arus juga harus dapat membuang sisa pakan dan kotoran dari areal budidaya secara periodik.

(20)

13| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

b. Kecerahan

Perairan yang memiliki kecerahan yang tinggi merupakan salah satu indikator kondisi perairan tersebut baik. Sedangkan tingkat kecerahan yang rendah menunjukkan kandungan bahan organik yang tinggi yang menjadi tempat subur bagi berkembangnya organisme penempel seperti lumut, cacing dan kekerangan. Kecerahan lokasi KJA sebaiknya lebih dari 5 meter.

c. Kekeruhan

Kekeruhan/turbiditas disebabkan oleh partikel tersuspensi yang terlarut dalam air seperti lumpur, jasad renik, zat organik dan zat lainnya yang tidak mudah mengendap. Kekeruhan dapat mempengaruhi proses respirasi pada ikan, fotosintesa dan produktivitas primer perairan. Dalam usaha budidaya ikan, nilai kekeruhan atau turbiditas sebaiknya berkisar antara 2 – 30 NTU (Nephelometric Turbidity Unit).

d. Kedalaman

Kedalaman perairan yang ideal untuk kegiatan budidaya kerapu di KJA minimal > 7 meter (3-4 m tinggi jaring keramba, >3 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan). Kedalaman yang kurang dari 7 meter akan berisiko, karena dasar jaring pemeliharaan akan bergesekan langsung dengan dasar perairan dan akan berakibat dasar jaring pemeliharaan mengalami sobek atau rusak.

Disamping kerusakan dasar jaring, kedalaman yang kurang dari 7 meter juga akan berisiko pada serangan ikan-ikan liar pada ikan yang di pelihara terutama ikan yang masih berukuran benih. Ikan liar yang biasa menyerang ikan peliharaan di KJA diantaranya adalah ikan baracuda dan ikan buntal. Serangan kedua jenis ikan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada jaring pemeliharaan dan pada akhirnya ikan-ikan peliharaan akan lepas ke perairan bebas.

e. Keterlindungan dan Gelombang

Badai dan gelombang besar akan merusak konstruksi keramba. Disamping itu badai dan gelombang yang terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan dasar perairan, sehingga menyebabkan zat-zat organik dan anorganik

(21)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 14 yang mengendap didasar perairan akan naik ke atas, dan ini tentunya akan menimbulkan dampak buruk terhadap perairan tersebut berupa menurunnya kualitas air. Kondisi tersebut akan menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang, sehingga dapat menurunkan produksi yang akan dipanen nantinya. Tinggi gelombang ideal tidak lebih dari 0,5 meter. Selain harus jernih, bebas dari bahan pencemar dan bebas dari arus balik (up-welling).

f. Suhu air

Suhu air yang optimal untuk pemeliharaan kerapu sebaiknya antara 27-32oC. Hal ini sangat penting bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Lokasi budidaya sebaiknya juga terhindar dari stratifikasi suhu. Stratifikasi suhu dapat memicu timbulnya terangkatnya massa air dasar ke permukaan (up-welling).

g. pH Perairan

Air laut memiliki pH yang relatif stabil biasanya berkisar antara 7,5 - 8,5. Nilai pH dapat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa, suhu serta buangan industri dan rumah tangga.

h. Salinitas

Perairan laut memiliki kestabilan salinitas yang relatif tinggi dibanding dengan perairan payau. Perubahan salinitas lebih banyak terjadi pada perairan dekat pantai yang dapat disebabkan karena masuknya air tawar melalui aliran sungai maupun “run off” terutama pada musim penghujan. Pada budidaya ikan kerapu salinitas optimal berkisar antara 30 - 34 ppt.

4.1.2. Syarat Kimia Perairan

Syarat kimia perairan pada lokasi karamba jaring apung berkaitan erat dengan upaya untuk mempertahankan kualitas air sebagai media hidup ikan kerapu yang ideal untuk memperoleh kesehatan ikan yang prima, pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan sintasan tinggi. Beberapa parameter kualitas air pada pemeliharaan kerapu hibrid meliputi :

(22)

15| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

a. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut merupakan parameter yang paling kritis dalam budidaya ikan. Oksigen dalam air berasal dari udara melalui proses difusi dan hasil samping fotosintesa tumbuhan akuatik. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air, ketinggian lokasi, tekanan udara dan salinitas. Untuk kepentingan budidaya ikan kandungan oksigen terlarut adalah 5 - 8 ppm.

b. Senyawa Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen dalam air laut bermacam-macam dan yang bersifat racun terhadap ikan dan organisme lainnya ada 3 senyawa, yaitu Amonia (NH3 -N), Nitrit (NO2 -N) dan Nitrat (NO3 -N). konsentrasi yang aman dan tidak berbahaya bagi ikan adalah < 0,1 ppm.

c. Fosfat

Kadar fosfat yang tinggi di perairan akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan akan merangsang tumbuhnya plankton. Jika kondisi plankton melimpah atau blooming dan terjadi kematian masal maka akan menyebabkan penurunan oksigen secara drastis yang akan menyebabkan kematian masal ikan dan organisme akuatik lainnya. Untuk keperluan budidaya ikan kandungan fosfat dalam perairan yang aman adalah 0,2 - 0,5 mg/l.

d. Logam Berat

Logam berat dalam perairan dalam konsentrasi tertentu dapat mematikan bagi ikan dan organisme akuatik lainya. Kematian bagi ikan dan organisme akuatik lainya dapat terjadi karena reaksi kation logam berat dengan fraksi tertentu dari lendir insang sehingga insang banyak mengandung lendir dan akhirnya ikan dapat mati lemas. Pada tabel berikut disajikan persyaratan logam berat bagi budidaya perikanan.

(23)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 16

Tabel 3. Konsentrasi Logam Berat untuk Usaha Budidaya Perikanan

Logam Berat Satuan Diperbolehkan Diinginkan

Merkuri (Hg) mg/l < 0,003 < 0,00001 Kadmium (Cd) mg/l < 0,01 < 0,00002 Seng (Zn) mg/l < 0,1 < 0,002 Timbal (Pb) mg/l < 0,01 < 0,00002 Kromium (Cr) mg/l < 0,01 < 0,00004 Selenium (Se) mg/l < 0.005 < 0.00045 Tembaga (Cu) mg/l < 0,06 < 0,001 Perak (Ag) mg/l < 0,05 < 0,003 Arsen (As) mg/l < 0,01 < 0,0026 Nikel (Ni) mg/l < 0,1 < 0,002

Suatu metode praktis untuk mengetahui suatu lokasi layak atau tidak digunakan untuk kegiatan budidaya, dapat digunakan beberapa parameter dan penilaiannya seperti tersaji pada tabel 2 berikut, lokasi yang terbaik akan dinyatakan dalam jumlah nilai tertinggi.

Tabel 4. Sistem Penilaian Kelayakan untuk Lokasi KJA

Parameter yang diukur Angka Penilaian Kredit Nilai Kenyamanan Baik 5 2 10 Cukup 3 6 Kurang 1 2 Faktor Ekologi 1. Tinggi air pasang (m) > 1,0 5 2 10 0,5 – 1,0 3 6 < 0,5 1 2 2. Arus(m/ detik) 0,2 – 0,4 5 2 10 0,05 - 0,2 3 6 0,4 – 0,5 1 2 3. Kedalaman air Dari dasar jaring (m)

> 10 5

2

10

4 – 10 3 6

(24)

17| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo 4. Oksigen Terlarut (ppm) 5 5 2 10 3 – 5 3 6 < 3 0 0 5. Kadar garam (ppt) > 30 5 2 10 20 – 30 3 6 < 20 1 2 6. Perubahan cuaca Jarang 5 2 10 Sedang 3 6 Sering 1 2 Faktor Pendukung 1. Sumber listrik Baik 5 1 5 Cukup 3 3 Kurang 1 1 2. Sumber pakan Baik 5 1 5 Cukup 3 3 Kurang 1 1 3. Tenaga kerja Baik 5 1 5 Cukup 3 3 Kurang 1 1 4.Ketersediaan benih Baik 5 1 5 Cukup 3 3 Kurang 1 1 5. Pencemaran Tidak ada 5 2 10 Sedikit 3 6 Ada 1 2 Evaluasi : ✓ 80 – 100 % dinyatakan baik ✓ 70 – 79 % dinyatakan layak

✓ 60 – 69 % layak, tetapi parameter yang bernilai rendah dapat diperbaiki dengan pendekatan ilmu pengetahuan

✓ < 60 % tidak dapat dipertimbangkan.

4.1.3. Syarat Biologi Perairan

(25)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 18 Hama dimaksud berupa burung pemangsa, ikan buntal dan penyu, yang menyebabkan ikan budidaya semakin berkurang.

b. Plankton yang merugikan

Beberapa jenis plankton dapat menyebabkan kematian pada ikan budidaya, bahkan kematian massal.

4.2. Konstruksi KJA

Konstruksi Rakit KJA Kayu Konstruksi Rakit KJA PVC

Konstruksi Rakit KJA Bambu

Gambar 2. Konstruksi KJA

(26)

19| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Keramba merupakan sarana pemeliharaan ikan atau biota lainnya yang mengapung diatas air dengan tujuan memproduksi benih, induk dan pembesaran untuk tujuan konsumsi. Karamba terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

4.2.1. Rakit

Konstruksi KJA, memiliki kriteria sebagai berikut:

 Kuat, ringan, murah, mudah didapat dan tahan lama (tidak mudah lapuk/keropos/karatan);

 Mempunyai ketahanan terhadap organisme pengganggu;  Bentuk dan ukuran KJA disesuaikan dengan kondisi perairan;  Ukuran rakit tidak terlalu besar;

 Peletakan jangkar tidak mengganggu terumbu karang.

Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat atau HDPE (High Density Poly Ethylene). Pilihan bahan rakit sebaiknya disesuaikan dengan tersedianya bahan di lokasi budidaya. Ukuran bingkai rakit biasanya 8 x 8 m atau 8 x 12 m. Bila menggunakan bahan kayu harus diusahakan dan kayu yang tahan terhadap pengaruh hujan, matahari dan air.

(27)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 20

4.2.2. Pelampung

Untuk mengapungkan satu unit rakit diperlukan pelampung yang berasal dan bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styrofoam dan drum fiber glass. Bila menggunakan drum besi sebaiknya dicat terlebih dahulu atau dibungkus plastik untuk memperlambat proses korosi dan menghindari tumbuhnya fouling (teritip, lumut dan kerang-kerangan lainnya). Pelampung dan bahan styrofoam sebaiknya dibungkus dengan plastik untuk menghindari fouling. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit berukuran 8 x 8 diperlukan sekitar 10 - 12 buah pelampung.

4.2.3. Pengikat

Bahan pengikat rakit bambu dapat menggunakan tali plastik PE berdiameter 4 - 5 mm. Pengikatan dengan tali plastik (PE) biasanya menjadi longgar akibat pengaruh cuaca dan goyangan ombak sehingga bentuk rakit tidak simetris lagi. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi pengikatannya biasanya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 6 - 8 mm.

4.2.4. Sistem Penjangkaran

Jangkar digunakan untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air. Bahan jangkar dapat terbuat dari besi atau semen blok, bahkan bisa juga dari bahan kayu. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat, berkisar antara 50 - 150 kg tergantung banyaknya rangkaian rakit yang menjadi beban jangkar. Sebelum kerangka rakit ditarik ke lokasi yang telah ditentukan, informasi mengenai dasar perairan dan arah arus perlu diketahui untuk menentukan jenis, berat dan posisi jangkar. Dengan demikian diharapkan posisi kerangka rakit akan sesuai dengan lokasi yang direncanakan. Jangkar beton dan besi sebaiknya digunakan pada dasar perairan yang berpasir, lumpur ataupun karang. Sedangkan jangkar kayu yang diberi beban hanya cocok digunakan pada dasar perairan berlumpur.

Pada daerah terlindung, satu unit rakit memerlukan 4 buah jangkar, dengan berat 50-75 kg/buah. Sedangkan pada daerah terbuka memerlukan jangkar yang lebih berat dan lebih banyak. Untuk pemasangan jangkar perlu dilengkapi dengan tali

(28)

21| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

jangkar yang berdiameter 18-20 mm dengan panjang tali jangkar minimal 2-3 kali kedalaman perairan pada saat pasang tertinggi.

4.2.5. Wadah Budidaya

a. Jaring

Kantong jaring merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk pemeliharaan ikan yang dibudidayakan. Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu umumnya terbuat dari bahan PE atau sering disebut jaring trawl, terdiri dari 2 jenis kantong jaring :

➢ Kantong jaring pendederan, yang berfungsi untuk memelihara benih kerapu ukuran 5-7 cm hingga mencapai ukuran 10-15 cm.

➢ Kantong jaring pembesaran, dipergunakan sebagai tempat pemeliharaan lanjutan benih 10-15 cm hingga mencapai ukuran konsumsi (500 gr). Ukuran kantong jaring biasanya bervariasi, dengan mempertimbangkan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya. Bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat kantong jaring pemeliharaan adalah sebagai berikut :

➢ Jaring PE dengan ukuran mata jaring (mesh size) + 5/8–3/4 inchi sebagai bahan jaring pendederan.

➢ Jaring PE dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 – 2 inchi (disesuaikan dengan besar ikan yang akan dipelihara) sebagai bahan jaring pembesaran. ➢ Tali PE berdiameter + 5 mm sebagai bahan tali ris jaring atas, bawah dan

samping. Selain itu diperlukan juga tali PE berdiameter + 2 mm sebagai bahan pengikat tali ris dengan jaring.

➢ Coban, sebagai alat merajut mata jaring.

➢ Gunting, pisau dan perlengkapan lainya yang diperlukan. Langkah-langkah pembuatan jaring karamba sebagai berikut :

1. Potong tali PE yang akan dipergunakan sebagai tali ris sepanjang yang telah ditentukan

(29)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 22 2. Potong jaring PE sebagai bahan jaring sesuai yang telah ditentukan.

Panjang sisi kantong jaring ditentukan dengan menghitung jumlah mata jaring (mesh size) untuk hang in ratio tertentu (biasanya + 30 %). Cara menentukan panjang jaring dan jumlah mata yang akan dipotong dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

𝑠 =𝐿−𝑖 𝐿 𝑥 100% ... (1) 𝑖 = 𝐿(𝐿 − 𝑠) ... (2) 𝑑 = 𝐷√2𝑠 − 𝑠2 ... (3) dimana : s = Hang in ratio

L = Panjang jaring sebelum hang in atau dalam keadaan tertarik (stretched) 𝑖 = Panjang jaring sesudah hang in atau panjang tali ris

D = Dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik atau stretched)

d = dalam kantong jaring sesudah hang in

3. Jaring yang akan dibuat dibentangkan dan dibuat pola seperti huruf L. 4. Masukkan tali ris yang telah tersedia pada tiap-tiap sisi jaring dan ikat

dengan tali PE 2 mm dengan menggunakan coban.

Tabel 5. Hubungan antara ukuran mata jaring dengan ukuran ikan yang dipelihara Ukuran Mata

Jaring Jenis / Ukuran Jaring

Ukuran Ikan Yang Dipelihara 5/8 – 0,5 inchi 0,75 - 1 inchi 1 - 1,5 inchi PE, 3 x 1,5 x 1,5 m PE, 3 x 3 x 3 m PE, 3 x 3 x 3 m Pendederan, 10 – 15 cm Pembesaran, 20 – 30 cm Pembesaran, > 1 kg/ekor

(30)

23| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

b. Bingkai/Frame Dasar

Untuk menjaga bentuk jaring karamba agar tetap berbentuk persegi, dapat juga digunakan bingkai yang diletakkan pada dasar jaring pemeliharaan. Bingkai dapat terbuat dari pipa PVC 1-1,5 inchi yang didalamnya sudah diisi pasir, atau pipa besi yang sudah di lapis cat anti karat. Apabila jaring tidak diberi frame, maka dapat diikat dengan pemberat. Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat dipasang pada tiap-tiap sudut karamba/jaring. Bahan pemberat dapat terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 5 kg per buah. 4.3. Sarana Pendukung

Selain sarana utama, usaha budidaya ikan dengan Karamba Jaring Apung juga memerlukan sarana pendukung, untuk kelancaran kegiatan harian pemeliharaan kerapu. Sarana pendukung yang dimaksud antara lain;

a. Perahu atau jukung

Perahu diperlukan sebagai sarana transportasi dari darat menuju karamba selama proses budidaya berlangsung seperti; mengangkut benih, mengangkut hasil panen ke darat (jika pengangkutan menggunakan kendaraan darat), mengangkut pakan, membawa jaring yang kotor dan bersih, untuk menarik rakit bila akan melakukan perbaikan yang cukup banyak di darat, mengangkut air tawar untuk pengobatan ikan yang sakit dan lain-lain.

(31)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 24

b. Freezer

Freezer atau kulkas digunakan untuk menyimpan pakan, obat-obatan, bahan aditif seperti vitamin dan multivitamin. Freezer dan kulkas umumnya disimpan di daratan (Base camp) untuk tempat mendukung kegiatan pemeliharaan kerapu di KJA. Jika pakan yang digunakan berupa pelet kering maka freezer tidak begitu diperlukan.

Gambar 5. Freezer Penyimpanan Pakan c. Mesin penyemprot jaring

Mesin ini sangat efektif untuk membantu pembersihan jaring yang kotor sehingga pembersihan jaring kotor dapat dilakukan secara maksimal. Jaring yang kotor oleh biofouling perlu segera dibersihkan, sehingga dapat segera digunakan kembali.

(32)

25| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

d. Blower/Aerator

Peralatan ini digunakan pada saat melakukan pengobatan ikan yang terserang penyakit di dalam wadah penampung air seperti bak fiber atau ember plastik. Sehingga treatment yang dilakukan dapat efektif dan efisien.

Gambar 7. Hiblow/Blower e. Generator/Jaringan instalasi Listrik (PLN)

Keberadaan instalasi listrik sangat diperlukan di KJA, diantaranya dipergunakan untuk; menggerakkan blower, pompa air dan lampu penerangan. Jaringan listrik di KJA umumnya diperoleh dengan menyambungkan jaringan listrik didarat dengan di KJA menggunakan jaringan kabel bawah laut.

(33)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 26

f. Instalasi Air tawar

Jaringan instalasi air tawar sangat diperlukan untuk keperluan perendaman ikan dan kebutuhan air tawar lainnya di KJA. Sama dengan jaringan listrik, jaringan air tawar diperoleh dengan memasang pipa air tawar dari darat hingga ke KJA.

Untuk mengalirkan air tawar dari darat menuju KJA diperlukan tower air tawar yang membantu penyaluran air tawar menuju KJA secara gravitasi. Tower air tawar dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan pipa berdiameter 8 inchi yang di pasang secara vertikal sedemikian rupa sehingga dapat mendorong aliran air tawar menuju KJA.

g. Paranet penutup jaring

Berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam jaring pemeliharaan. Untuk penutup ini bisa dipakai material yang lain.

h. Bak Penampung Air Tawar

Bak ini berfungsi untuk menampung air tawar, dan untuk mengobati ikan yang terkena infeksi. Bak ini biasa terbuat dari fiber atau plastik. Bentuk bak dapat berbentuk persegi atau bulat.

i. Peralatan lapangan

Peralatan lapangan meliputi peralatan kerja untuk melakukan sampling dan membantu pemindahan ikan seperti timbangan, scoop net, ember, pisau, gunting. Timbangan digunakan untuk menimbang pakan harian yang akan diberikan dan mengukur berat ikan sampel yang dipelihara untuk mengetahui pertumbuhannya. Scoop net terdiri dari dua jenis yaitu scoop net halus dan kasar. Scoop net halus digunakan untuk memindahkan ikan yang ukuran kecil. Sedangkan scoop net kasar digunakan untuk ikan yang lebih besar.

(34)

27| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

V.

TEKNOLOGI BUDIDAYA KERAPU DI KJA

Budidaya kerapu di KJA akan berhasil dengan baik dengan pertumbuhan yang cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila manajemen pemeliharaan yang dilakukan dengan benar. Pemilihan benih yang ditebar, penyediaan pakan yang cukup dan kepadatan penebaran sesuai akan menunjang keberhasilan budidaya kerapu.

5.1. Pengadaan Benih

a. Kriteria Benih Kerapu yang Baik

Usaha budidaya kerapu di karamba jaring apung harus memperhatikan beberapa hal antara lain ketersediaan dana, fasilitas pemeliharaan, sistem transportasi, kondisi lingkungan budidaya dan juga ukuran benih yang akan ditebar. Semakin kecil ukuran benih disamping susah menanganinya juga sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama penyakit virus VNN, dan pada ukuran ini ada kesulitan untuk mendeteksi adanya cacat pada tubuhnya.

Beberapa hal yang penting dalam pemilihan benih adalah (1) bebas penyakit, (2) bentuk badan normal (tidak cacat), warna cerah dan gerakan aktif, (3) ukuran seragam, dan (4) pertumbuhan cepat. Berdasarkan tes dengan membiarkan ikan tanpa air yang telah dicoba benih yang baik pada ukuran 5-6 cm dapat bertahan hidup tanpa air dalam kurun waktu 3- 3,5 menit. Ikan yang terserang virus, cacat dan kekurangan nutrisi akan mati saat dilakukan pengujian. Oleh karena itu dianjurkan sebaiknya melihat langsung kondisi ikan di hatchery sebelum dilakukan pembelian.

Sebagai pertimbangan, biasanya apabila pada suatu hatchery ikan terjadi banyak kematian benih, besar kemungkinannya terjadi serangan VNN. Pada kondisi yang normal benih di hatchery tidak banyak kematian akibat penyakit atau kanibalisme. Benih terserang VNN biasanya badan kehitaman dan selalu terdiam di dasar tangki.

Pada budidaya ikan selama pemeliharaan biasanya ikan yang cacat kondisinya lemah dan mudah terserang penyakit. Serangan penyakit pada ikan cacat akan berkembang secara intensif dan menular pada ikan yang sehat. Ikan yang cacat tampaknya juga mempunyai pertumbuhan yang lambat dan berat tubuh yang sama mempunyai harga yang lebih murah bila dibanding dengan ikan normal.

(35)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 28 Kebanyakan cacat tubuh yang dialami dari benih yang diperoleh dari hatchery diantaranya cacat pada mulut, mulut tidak simetris dan cacat lain seperti gambar di bawah ini;

Gambar 9. Cacat

Operculum

Gambar 10. Cacat

Tulang Punggung

Gambar 11. Cacat Ekor Tidak

Berkembang

b. Penebaran benih

Kualitas benih kerapu sangat ditentukan oleh cara transportasi dan perlakuan pada saat sampai di lokasi. Jika benih lemah selama transportasi maka akan mudah terserang parasit maupun penyakit. Selama transportasi benih mendapatkan banyak stres sehingga perlu penanganan secara hati-hati. Dari penanganan baru datang ke dalam rakit dan aklimatisasi/penyesuaian suhu waktu penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan perairan.

Pada KJA dengan skala usaha besar dipelihara ikan dengan berbagai umur/ukuran, dengan beberapa variasi jenis ikan tersebut merupakan sumber potensial penularan penyakit. Maka sebaiknya dibuat satu tempat pemeliharaan dengan umur/ukuran dan jenis ikan yang sama. Waktu penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari diharapkan pada sore ikan sudah bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum gelap/malam.

Untuk mengurangi stres dan menambah kekebalan benih kerapu yang baru ditebar disarankan untuk mencampur atau memperkaya pakan dengan vitamin C selama 5 – 7 hari. Jika terdapat luka-luka di badan pada benih maka harus segera dilakukan aplikasi antibiotik baik dengan cara pemberian melalui pakan maupun dengan cara perendaman.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperlakukan benih yang baru tiba di lokasi budidaya sebagai berikut:

(36)

29| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

• Waktu penebaran sebaiknya pagi atau sore hari atau saat cuaca teduh • Aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas untuk tujuan adaptasi benih • Sifat kanibalisme cenderung meningkat pada padat tebar yang tinggi.

Adapun cara aklimatisasi yang dilakukan pada benih dengan pengangkutan tertutup adalah sebagai berikut Kantong plastik dimasukkan ke dalam jaring karamba. Setelah beberapa saat kantong plastik dapat dibuka, air media pada karamba dimasukkan ke dalam plastik sedikit demi sedikit dan diukur suhu dan salinitasnya. Jika suhu dan salinitasnya sudah sama atau berbeda 1 - 2 angka, benih ditebar langsung ke dalam jaring pemeliharaan.

Gambar 12. Pengepakan Benih

Kerapu

Gambar 13. Penebaran Benih Kerapu pada KJA

c. Kepadatan tebar

Untuk mencapai hasil yang maksimal, faktor yang perlu diperhatikan adalah padat penebaran. Padat penebaran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang kita pelihara, hal ini berhubungan dengan persaingan makanan dan ruang.

Ikan-ikan dan hasil penggelondongan dengan panjang 18 - 20 cm atau 100 gr selanjutnya dipelihara dalam jaring pembesaran. Jaring pembesaran yang digunakan adalah jaring PE dengan mesh size 1 atau 1,5 inchi, dengan ukuran 3 x 3 x 3 m. Padat tebar pada pemeliharaan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan (FCR). Apabila padat penebaran tinggi maka produktivitas per unit bisa lebih besar dari biasanya, akan tetapi kemungkinan ikan akan tumbuh secara lambat, kelangsungan hidup rendah dan FCR menjadi tinggi dan kemungkinan

(37)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 30 terserang penyakit lebih besar. Padat tebar benih yang ideal pada jaring pembesaran adalah 25 ekor/m3 dengan masa pemeliharaan pembesaran antara 5 – 6 bulan. 5.2. Manajemen Pemberian Pakan

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbanyak dalam budidaya ikan kerapu dalam karamba jaring apung. Oleh karena itu pemilihan jenis pakan yang akan diberikan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Ikan kerapu memerlukan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan yang baik mempunyai komposisi protein, mineral dan vitamin yang sesuai dengan pakan yang dimakan secara alami. Pakan yang umum digunakan pada kegiatan pembesaran kerapu terdapat dua jenis yaitu pakan rucah dan pakan buatan (pelet komersial).

a. Pakan Rucah

Untuk pemeliharaan kerapu secara tradisional biasanya menggunakan pakan ikan rucah. Akan tetapi penggunaan ikan rucah mempunyai beberapa masalah yaitu keberadaan atau ketersediaannya tidak kontinu, memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan, mutu pakan tidak terjamin, mempunyai risiko tinggi terhadap penularan penyakit dan mudah menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

Untuk mencegah masalah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak dikarenakan kualitas pakan rucah yang tidak bagus, dianjurkan untuk menambah/ memberi vitamin mix pada ikan rucah secara terus menerus sebelum pemberian pakan. Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah beberapa ikan seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theamimase yang dapat merusak theamine (vitamin B1). Jika secara terus menerus pada pemeliharaan kerapu hanya memakai jenis ikan tersebut kerapu akan menderita kekurangan vitamin B1

Ikan rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah yang telah dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang langsung diberikan sebagai pakan mempunyai risiko yang tinggi sebagai sumber penularan bibit penyakit pada ikan budidaya. Feed Consumption Rate (FCR) untuk ikan rucah adalah 7 – 8, yang berarti untuk memproduksi ikan kerapu 1 kg dibutuhkan pakan

(38)

31| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

ikan rucah sebanyak 7 – 8 kg. Jenis ikan rucah yang biasa diberikan adalah tanjan, tembang dan lemuru.

Jika ikan rucah hanyalah satu-satunya pilihan pakan, maka berikan hanya ikan rucah yang berkualitas baik dengan kepala dan jeroan yang sudah dibuang. Ikan rucah dipotong menggunakan gunting dengan ukuran disesuaikan bukaan mulut ikan kerapu yang akan diberi pakan. Ikan rucah sebagai pakan harus dicampur dengan suplemen vitamin dan mineral 3 – 5 gram suplemen/kg ikan rucah. Kerapu harus diberi makan sampai kenyang setiap kali pemberian pakan. Setiap kelebihan pakan harus dibuang dari karamba untuk mencegah penurunan kualitas air. Pemberian pakan sesuai dengan prosentasi berat ikan (± 5% dari berat tubuh).

Gambar 14. Pemotongan Ikan Rucah Gambar 15. Pakan Ikan Segar (rucah) b. Pakan Pelet

Pakan pelet kering memungkinkan untuk dipakai sebagai pakan untuk mengembangkan budidaya ikan kerapu yang mantap dan berkesinambungan. Secara alami ikan kerapu mempunyai sifat penakut jika pakan pelet kerapu mempunyai sifat mengapung di permukaan air maka kerapu akan sulit untuk mengonsumsinya sehingga banyak pelet yang terbuang keluar jaring terbawa oleh angin, ombak dan arus yang akhirnya pertumbuhan ikan akan lambat dan FCR akan menjadi tinggi. Karena itu untuk budidaya kerapu dipilih pelet dengan sifat tenggelam secara pelan-pelan.

Untuk menjaga kesehatan ikan kerapu yang dipelihara, dalam pakan dapat diberikan multi vitamin atau vitamin C sebanyak 2 gram/kg pakan yang diberikan 2 kali seminggu.

(39)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 32

Gambar 16. Pelet Komersial protein < 35% c. Penyimpanan Pakan

Jika ikan rucah digunakan sebagai sumber pakan, ikan harus digunakan dalam beberapa jam saja atau dibekukan. Ikan rucah beku dapat disimpan pada suhu -300C

hingga 3 bulan. Pakan pelet harus disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi atau menurunnya kualitas pakan. Pakan harus disimpan dalam tempat yang terhindar dari masuknya hama, termasuk burung, serangga dan hewan pengerat. Pakan harus disimpan dalam kondisi sejuk, kering, bersih dan tidak menempel pada lantai, misalnya ditempatkan pada palet kayu. Ruang ventilasi harus diberikan di antara kantong pakan dan dinding untuk ventilasi. Suatu ruangan tertutup dan terisolasi yang dilengkapi dengan AC merupakan fasilitas penyimpanan yang ideal.

Pakan pelet dapat disimpan sampai satu tahun dalam kondisi ideal. Meskipun lebih baik jika pakan digunakan dalam waktu beberapa bulan saja. Jika pakan tersebut tidak dapat disimpan dalam kondisi ideal pakan harus habis digunakan dalam waktu 2 minggu. Perhatikan tanggal pembuatan pakan di setiap tumpukan pakan hal ini juga akan mempengaruhi tingkat keefektifan masa berlakunya pakan. Pakan harus dibeli dalam satu paket sehingga pakan dapat digunakan pada umur penyimpanan yang efektif. Kegagalan menyimpan pakan dengan baik berakibat menurunnya nilai nutrisi, termasuk hilangnya vitamin dan menurunnya kandungan asam lemak yang menyebabkan protein rusak. Kelembaban yang berlebihan dapat menyebabkan jamur tumbuh pada pakan, diantaranya menghasilkan mikotoksin yang dapat mempengaruhi kesehatan ikan dan berpotensi menimbulkan kematian massal jika diberikan pada ikan. Kekurangan nutrisi pada ikan sulit untuk didiagnosa metode terbaik untuk menghindari masalah ini adalah dengan memastikan bahwa hanya

(40)

33| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

pakan yang berkualitas baik yang digunakan serta pakan yang digunakan disimpan dengan benar.

d. Jumlah dan Frekuensi Pemberian pakan

Jumlah pakan yang diberikan pada ikan kerapu berbeda tergantung jenis pakan yang diberikan dan fase pertumbuhan ikan. Pakan ikan kerapu dalam bentuk ikan segar diberikan dengan persentase terhadap berat ikan yang lebih besar dibandingkan dengan pakan bentuk pelet. Semakin bertambah umur dan besarnya ikan persentase pemberian dan frekuensinya semakin sedikit. Dalam hubungannya dengan ukuran pakan, maka ukuran pakan bertambah besar menyesuaikan dengan bukaan mulut ikan baik untuk pakan pelet maupun pakan berupa ikan segar.

Tabel 6. Panjang Ikan dan Ukuran Pelet untuk Pembesaran Kerapu

Panjang total ikan Ukuran pelet (mm)

25-30 30-35 35-45 45-55 55-75 75-100 1,2 – 2,0 2,0 2,5 – 3,0 3,0 4,0 5,0

Tabel 7. Rasio dan Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Harian

Ukuran ikan (g) Rasio pakan (%) Frekuensi (kali/hari)

15-50 10-15 2-3

50-100 8-10 1-2

100-500 6-8 1

>500 4-6 1

Kerapu hibrid secara teratur disortir untuk mengurangi variasi dalam ukuran, guna mengurangi kanibalisme dan tingkat persaingan untuk memperoleh pakan. Penyortiran secara teratur mengurang distribusi ukuran yang berbeda. Tiap kali penyortiran diusahakan dengan interval tertentu. Penyortiran yang terlalu sering dapat menyebabkan kerusakan fisik pada ikan yang mengakibatkan rentan terhadap serangan penyakit dan penurunan nafsu makan ikan.

(41)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 34 Grading bertujuan memilah ukuran, sedangkan penggantian jaring bertujuan memperbesar sirkulasi air dalam jaring, karena selama satu bulan mata jaring sudah tertutup oleh biofouling.

Gambar 17. Kegiatan Penggantian Jaring di KJA

Jaring harus dalam keadaan selalu bersih untuk meminimalkan risiko mewabahnya penyakit. Ikan yang sudah disortir harus dipindahkan ke dalam jaring yang bersih, dan jaring yang telah kosong perlu dibersihkan. Frekuensi pembersihan jaring bervariasi tergantung pada ukuran jala (ukuran jala yang lebih kecil akan lebih mudah tersumbat dan karenanya perlu lebih sering dibersihkan. Perlengkapan budidaya keramba harus tersimpan dalam kondisi bersih dan kering untuk mengurangi kemungkinan penularan organisme penyakit.

Jaring harus dibersihkan secara teratur untuk melancarkan pertukaran air dalam karamba. Pembersihan/pencucian jaring biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyortiran sekitar 15-30 hari/sekali. Kerapu secara teratur disortir untuk mengurangi variasi dalam ukuran dan mengurangi kanibalisme. Juga melihat secara individu ikan kerapu yang sakit.

5.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian Hama dan Penyakit merupakan salah satu aspek kegiatan dalam budidaya kerapu hibrid yang tidak bisa dikesampingkan. Pembudidaya sebaiknya berupaya melakukan pencegahan dini terhadap serangan hama dan penyakit sehingga tidak menimbulkan kematian pada kerapu yang dipelihara dan

(42)

35| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

kerugian biaya produksi dapat dihindari. Aspek utama pengelolaan kesehatan ikan kerapu secara umum adalah :

1. Meminimalkan stres pada ikan terutama saat penyortiran;

2. Menyediakan pakan berkualitas baik dalam jumlah yang tepat untuk memastikan nutrisi yang memadai;

3. Menjaga kualitas air yang baik;

4. Mendeteksi dan memindahkan ikan kritis dan mati secepat mungkin; 5. Mempraktikkan kebersihan yang baik pada fasilitas dan peralatan.

Pengendalian beberapa jenis penyakit dan parasit yang sering menyerang ikan budidaya akan membantu peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan produksi budidaya kerapu. Pengendalian kualitas lingkungan secara cermat dapat membantu dalam pendugaan serangan penyakit secara dini. Padat penebaran yang tinggi, mutu pakan yang rendah dan mutu benih yang rendah merupakan faktor penyebab munculnya serangan penyakit terhadap ikan kerapu yang dibudidayakan.

5.3.1. Hama

Hama pada budidaya kerapu bersifat memangsa benih, pesaing pakan dan merusak jaring pemeliharaan serta dianggap merugikan karena mengurangi produktivitas budidaya.

Untuk menghindari serangan hama pada budidaya kerapu dapat dilakukan pemberian penutup atas pada jaring pemeliharaan dan pengontrolan sisa pakan pada dasar jaring pemeliharaan.

Burung Pemangsa Benih Ikan Buntal Penyu

(43)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 36

5.3.2. Penyakit

Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari suatu kondisi normal karena beberapa penyebab. Gejala-gejala umum ikan kerapu terserang penyakit :

• Warna kusam atau pucat • Sirip rontok/ekor gripis - patah • Sirip lepas dan kadang tidak rapi • Luka

• Pendarahan

• Produksi lendir berlebihan/berkurang

• Tutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucat • Benjolan pada insang/daging

• Mata menonjol

• Ukuran kepala dan badan tidak proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk

• Mulut merah/bengkak

• Gerakan ikan tidak beraturan (hilang keseimbangan), cenderung naik turun dan mengendap didasar jaring.

Ikan kerapu cantang yang sakit akan menunjukkan gejala klinis berupa perubahan warna menjadi gelap, nafsu makan menurun, pertumbuhan terhambat, perilaku berenang dan anatomi abnormal, serta ditemukannya luka dan perdarahan pada tubuh ikan.

a. Penyakit Viral

Patologi internal ikan kerapu terserang virus menunjukkan terjadinya pembesaran limpa atau ginjal anterior dan peradangan jantung. Virus ini dapat dideteksi dalam limpa, jantung dan ginjal ikan terinfeksi. Pada kasus yang parah, bagian histologi menunjukkan nekrosis pada limpa dan forskal. Virus ini juga dapat dilihat dengan mikroskop elektron menunjukkan partikel virus di limpa, jantung, anterior dan posterior sampel ginjal.

(44)

37| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Diagnosis Virus dilakukan dengan analisa PCR dan RT-PCR. Metode diagnosis dengan PCR merupakan salah satu metode yang paling cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain. Sampel dapat disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm), untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi.

Tidak ada jenis obat dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan melalui penyediaan benih bebas virus dan pembersihan karier dilingkungan pembenihan/budidaya, aplikasi imunostimulan dan pemeliharaan kualitas lingkungan.

b. Penyakit Bakterial

Bakteri menyerang ikan kerapu pada semua stadia baik ukuran benih, gelondongan, konsumsi maupun induk kerapu. Penyebaran penyakit bakteri pada kerapu meliputi transmisi melalui air, sehingga termasuk kategori “water borne disease”. Selain itu juga dapat melalui pakan rucah yang diberikan pada ikan kerapu Terjadinya infeksi dapat dipicu karena adanya parasit, luka akibat gesekan saat transportasi dan grading.

Gejala awal adalah turunnya nafsu makan, warna ikan menjadi gelap. berenang di permukaan air, hilang keseimbangan dan berenang abnormal, terdapat luka, ekor geripis, exsophthalmia dan kornea menjadi keruh serta rongga perut mengalami pendarahan.

Pengendalian serangan penyakit akibat bakteri dilakukan dengan :

- Penanganan yang kasar pada ikan selama penampungan, sampling, penggantian jaring, grading dan kepadatan yang terlalu tinggi harus dihindari;

- Manajemen kualitas air yang baik; - Penerapan vaksinasi pada ikan; - Penggunaan vitamin C;

(45)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 38

c. Penyakit Mikotik

Penyakit mikotik dapat dideteksi dengan pemeriksaan mikroskopis. Terhadap histologi jaringan yang terinfeksi. Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini dan pencegahannya melalui penggunaan pakan rucah yang segar.

d. Penyakit Parasitik

Penyakit parasitik mengakibatkan penampilan ikan menjadi tidak menarik dan tubuh ikan kerapu kelihatan seperti berlumut. Jenis parasit yang menyerang kerapu meliputi : protozoa, monogenea, didymozoid digenea, nematode, caligus, argulus, neurocilla, copepod, isopods dan leach. Sedangkan protozoa terdiri dari beberapa macam, meliputi Amyloodioniosis Cryptocaryonosis Trichodiniosis, Brooklynelliosis, Renal Sphaerosporosis dan Microsporidiosis

Caligus Benedenia Crustacea Argulus Neurocilla

Gambar 19. Beberapa Parasit yang Sering Menyerang Ikan Kerapu yang

Dibudidayakan

Infeksi parasit secara kronis dapat menyerang pada berbagai ukuran ikan di tambak. Walaupun jumlah parasit dapat diturunkan melalui perendaman dalam air tawar, akan tetapi tidak mungkin untuk memusnahkan semua parasit tersebut dari lingkungan budidaya. Karena itu treatmen secara berkala setiap 2 - 4 minggu sekali harus dilakukan.

Selain infeksi parasit, penyakit bakterial di KJA selalu terjadi dan dihubungkan dengan terjadinya infeksi parasit. Parasit biasanya pertama akan menyerang pada ikan selanjutnya infeksi bakteri akan dengan mudah berkembang. Jika tidak parah,

(46)

39| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

semua infeksi bakteri yang terjadi di KJA dapat diatasi dengan pemberian antibiotik secara oral (yang telah direkomendasikan oleh Pemerintah); akan tetapi, ikan yang terserang parasit secara serius dimana nafsu makannya berkurang maka metode ini tidak dapat diterapkan.

Pengobatan pada penyakit bakterial, sangat penting untuk memperhatikan kombinasi perendaman dalam air tawar dan pemberian antibiotik. Ikan yang dipelihara di KJA, sekali kehilangan nafsu makannya, maka tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa adanya infeksi parasit. Jika tingkat serangannya tinggi maka perendaman dalam air tawar dilakukan sebelum pemberian antibiotik secara oral. Jika tingkat serangan parasit rendah berarti penyakit bakterial pada ikan tersebut sudah parah, maka penyuntikan antibiotik secara intra-muskular atau perendaman dalam suspensi antibiotik harus dilakukan. Akan tetapi, metode pengobatan ini memerlukan banyak penanganan sehingga menyebabkan stress bagi ikan dan pada akhirnya infeksi virus, seperti iridovirus misalnya, tidak dapat lagi ditanggulangi. Karena itu disarankan untuk tidak melaksanakan metode ini secara kaku. Apa yang harus dilakukan untuk pengendalian penyakit bakterial adalah mendeteksi penyakit tersebut sebelum nafsu makan terganggu.

Perendaman air tawar secara berkala direkomendasikan untuk membasmi parasit eksternal. Tempatkan ikan dalam kelompok kecil di air tawar selama kurang lebih 15 menit. Lama perendaman dalam air tawar bervariasi tergantung pada toleransi spesies yang sedang diberi perlakuan.

(47)

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo | 40

VI. PANEN DAN PASCA PANEN

6.1. Panen

Ikan kerapu hibrid dipanen ketika sudah mencapai ukuran berat antara 500 – 600 gram yang umumnya diperoleh setelah dipelihara selama 5 – 6 bulan dalam karamba jaring apung dari ukuran penebaran benih 100 gram. Pada ukuran berat tersebut ikan kerapu mempunyai nilai jual yang tinggi dan pemanenan kerapu juga tergantung dari permintaan pasar. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah sehingga mengurangi stress akibat perlakuan panen dan transportasi. Sebelum dipanen ikan harus dipuasakan terlebih dahulu antara 1 sampai 2 hari untuk mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran media pengangkutan yang diakibatkan oleh kotoran ikan. Kumpulkan ikan kerapu dengan cara menarik jaring kemudian ditangkap menggunakan seser atau serok dengan segera dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengakibatkan luka. Ikan selanjutnya dimasukkan ke dalam jaring penampungan sementara sebelum diangkut atau di transportasikan. pada alat pengangkutan yang sudah dilengkapi dengan peralatan aerasi dan sirkulasi.

Panen kerapu di KJA Pengangkutan hasil panen

Gambar 20. Panen dan Pengangkutan Hasil Panen

6.2. Pasca Panen

Kerapu hibrid biasanya dipanen dan dipasarkan dalam bentuk hidup. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan dipasarkan dalam bentuk segar dan beku.

(48)

41| Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Transportasi kerapu hibrid hidup untuk sampai pada pasar harus dilakukan dengan hati-hati. Hal ini disebabkan karena kegagalan yang terjadi selama transportasi sampai tempat tujuan berakibat sangat merugikan. Perbedaan harga jual antara kerapu hidup dengan segar atau beku sangat besar.

Pada pengangkutan sistem packing harus memperhatikan perbandingan antara oksigen dan air laut, kepadatan packing, perlu tidaknya repack, dan suhu selama transportasi. Demikian halnya pada sistem pengangkutan dalam tangki dengan resirkulasi juga membutuhkan perencanaan dan perhitungan yang matang.

Pada ikan kerapu yang dipasarkan dalam bentuk segar dan beku, prosesing pasca panen juga harus memperhatikan kualitas dan kebersihannya selama proses, kesesuaian wadah yang dipakai, serta suhu yang harus dipertahankan selama proses penyimpanan maupun transportasi. Bahan kimia tidak diperbolehkan pemakaiannya untuk tujuan memperlama proses penyimpanan.

Gambar

Gambar 1. Beberapa Jenis Kerapu Hibrid Komersial yang Siap untuk Dibudidayakan    Di  antara  keempat  spesies  kerapu  hibrid  tersebut  laju  pertumbuhan  yang  paling  tinggi  terdapat  pada  kerapu  cantang,  baik  dari  sisi  panjang  maupun  berat  t
Tabel 2. Deskripsi Ikan Kerapu Hibrid Cantang  Deskripsi
Tabel 4. Sistem Penilaian Kelayakan untuk Lokasi KJA
Gambar 3.  Bingkai Rakit KJA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka disajikan hasil penelitian ini yang bertujuan untuk mendes- kripsikan efektivitas pembelajaran menggunakan LKS berbasis

 Walau outlook volume penjualan pada kuartal keempat 2020 yang cenderung lemah, Mimi meyakini kinerja INTP akan membaik pada tahun ini seiring periode terburuk sudah

Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan perusahaan salah satunya adalah

 Bridger (1995), melihat objek dari jarak dekat akan memberikan kelelahan mata yang jauh lebih besar daripada melihat objek jarak jauh.  Hal ini karena adanya

ABSTRAK : Perisian Sistem Pengurusan Pangkalan Data Ujian Standard Kecergasan Fizikal Kebangsaan Malaysia (SEGAK) merupakan satu sistem pengurusan pangkalan data yang digunakan

Pandangan Claessens ini sesuai dengan pendapat Hausman dan Arias (2000) yang mengatakan bahwa foreign direct investment adalah subsider bagi pengembangan pasar

 Mengenal dan memahami metode Sekan serta dapat menggunakanny a untuk mencari  Metode Newton- Raphson  Metode Sekan Blended Learning TM : 1x2x50’’ PT :

Para lansia tersebut mempertimbangkan kenyamanan fisik maupun psikologis dari anak anaknya, karena dengan perawatan cucu ditangani oleh mereka maka dapat sedikit