• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interview with mr: Sarmidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Interview with mr: Sarmidi"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Royal Institute for Southeast Asian and Caribbean Studies Reuvensplaats 2 2311 BE Leiden Netherlands

tel: (+)31 71 - 527 2295; email: kitlv@kitlv.nl

Interview with mr: Sarmidi

Transcriptic summary (00:00)

Lahir di suriname. Orangtua, bapak asli Jogja, ibu Solo. Aku 12 bersaudara, aku nomer 6, laki-laki 6, perempuan 6. Semua lahir di Suriname.

Kalo ini menurut cerita maaf ya, itu khan saya masih kecil, ini cuman cerita dari orang tua. Kalo bapak itu dulunya itu kemungkinan itu dijual kok. Kan Indonesia kan dijajah belanda. Kemungkinan itu ya tho orang Indonesia ini kan semua itu orang belanda itu kadang-kadang orang Jawa itu ikut sama belanda soale belanda itu duitnya banyak. Misalnya begini, maaf, terus ketemu sama orang Jawa terus ditodong di mana, itu kan dijajah namanya ya tho. Sekarang kamu mau ikut kerja sama aku? Lho, ya mau aja lah, karena apa ndak mau, ya tho. Oke. Terus ikut, kalo ikut ini duit. Lho terima? Pokoknya pegang aja duit. Nah, sekarang kamu carilah sebanyak-banyak orang itu, ditanya aja orang itu, mau kerja? Kalo bilangnya ya mau umpamanya, kasih duit. Kalo ditanya ini mau kemana, pokoknya pegang aja duit. Dicatat apa namanya. Jadi, orang itu mencari orang banyak-banyak itu, sampai kira-kira satu kapal seratus orang, entah berapa orang. Itu misalnya, ya tho? Nah itu, sudah itu, dipanggilin semua, itu menurut ceritanya, lho, ibu. Panggil, kamu sudah ngambil duit ini ini ini ini? Oh, ya pak, ya pak. Kalau begitu, besok kamu ikut sama ini. Jadi, mau kemana? Pokoknya ikut aja. Nah, ceritanya berangkat.Berangkat itu, kalau bapak kesana itu 3 bulan kalau ndak salah itu 100 hari.

(2)

Perjalanannya, sama kapal kecil, khan. Kesana tep, turun dap, kamu kontrak 5 tahun. Sudah selama 5 tahun ya itu, kerjanya kerja paksa itu, bukan diapa, ya dipaksa. Gajinya cuma sedikit, ada kali nggak sedikit mungkin hanya pas-pasan aja. Kalo males, kalo sakit, memang betul sakit diperiksa, diobati tapi kalo dia itu ngapusi umpamanya, ya itu ya dipenjara atau gimana, khan itu. Lama, lama, lama sampai 5 tahun, itu menurut cerita bapak, 5 tahun kontrak selesai tapi ndak punya duit karena duit ndak ada jadi mau kemana. Terus bapak gini, orang itu begini, kalo mau sekarang ini mau pulang silahkan kalo bisa pulang. Tapi kalo kamu ndak pulang, saya kasih untuk kebon satu apa untuk gawe mangan. Ya itu, bapak saya ceritanya begitu, lha, maka terus dikasih kebon itu.Terus, saiki neng kono ya maklumlah dewasa2 trs kawin, anak beranak sampai 12 anaknya situ. Termasuk saya ini nomer 6, ya tho. Lha, terus sampai situ, tapi lahirku, saya lahir ini lahir terus dibawa orang. Misale kowe hamil, terus aku bilang, bapakku bilang, nanti kalo, ya aku bilang, kalo anak nanti lahir kasihin ke aku. Boleh, ya ndak pa-pa.

Itu emang orang lain, orang jawa juga. Begitu lahir, langsung lahir langsung dibawa. ndak ditunggu, sampai kapan sampai 5 hari ndak. Lahir dibawa maka aku ndak minum tetek ibu aku, ndak minum.

(05:00)

Itu dibawa terus saya ikut sama bapak angkat. Gede ... gede, kita tahu kalo kita punya saudara. Pokoknya dalam satu minggu itu paling ndak sampai satu kali dua kali terus ketempat bapak saya sama adik-adikku main-main sebabnya ndak jauh cuma 4 kilo.

Ora ngerti kapan dikandhani, tapi mesti gede gede khan ya diomongi tho, bahwa kae-kae kuwi sedulurmu, kuwi sedulurmu. Sudah aku inget saudaraku, aku terus sampai 2 kali 3 kali main ke tempat adik.

Lucunya ini ya aku mau kemari kemarin ini, nah ini, pulang 3 bulan aku lupa sama sekali sama bapak ibu sama saudara ndak tahu sama sekali. Padahal seminggu sebelumnya mau ke berangkat seminggu sebelumnya aku masih kesitu main-main sama adik-adik, tapi kurang 3 bulan sama sekali ndak kesitu lagi pun ndak tahu kalo itu ibu saya bapak saya atau adik saya ndak tahu. Nah ini, aku kurang tahu siapa permasalahannya ke aku sampai dilupakan sampai begini. Aku berangkat naik perika, ibu saya ada dibelakang saya tahu tapi aku ndak bisa ngejar. Bu, maaf ayo opo kepiye, ndak ada. Adikku Sangadi, lupa sama sekali. Nah ini.

Aku pulang kesini sama bapak angkat, sama ibu angkat. Tempatku, Hamptoncourtpolder, di distrik Nickerie. Distrik Nickerie itu tempat pertanian terus disitu itu dibikin dam untuk pertanian

(3)

tadi, yang bikin dam itu namanya Mr. Hamptoncourt. Polder itu kan dam, jadi artinya dam yang dibikin Hamptoncourt. Sekarang jadi nama desa itu jadi Hampton courtpolder. Aku dibesarkan sama bapak angkatku itu. Sampai aku berangkat kemari. Pekerjaan bapak angkatku tani. Kalo di sana di namanya suriname, nickerie itu tani, tanam padi. Aku pulang sekolah khan bantu lagi. Padahal aku sekolah waktu itu emang aku agak maju sedikit tapi karena aku kurang kayak gimana aku jadi males lagi. Betul itu. Aku heran kok. Ya, bodo sih bodo, tapi ndak begitu bodo lah. Tapi ndak usah takut kalo ndak sekolah, ini yang saya maksud. Bapakku ya seneng seneng aja aku ndak sekolah. Kok ndak dikejar, harus.. harus sekolah, ndak ada. Bantu bapak diladang, ya seneng aja bapak itu. Tapi aku sudah tahu bahwa bapakku itu yang meliharaku kecil itu. Aku sudah inget ini, bapak itu bawa apa itu, nggone padi dipanggul itu, saya inget. Khan sudah gede namanya itu, dan ibuku dulu waktu ndak ada mesin padi itu ndak ada itu, ndak ada. Itu numbuk padi sama apa, ya lesung. Saya digendong sama ibu, saya inget saya digendong. Maka itu kalo saya inget-inget sampai sekarang ini, kalo orang itu ndak tau sama ibu-bapaknya itu orang keliru.

(00:10)

Kalo saya yang bilang, ya tho. Soalnya dipelihara dari kecil sampai bisa bales orang tua sampai lunas, siapa? Di mana orangnya? Ndak akan bisa lunas sampai kapan pun. Maka aku ditinggal sama istriku ini, bukan aku berkelahi bukan atau cemburu segala macem tidak ada. Cuman aku dajak karena aku hidup sama istriku yang sudah yang dulu, 13 tahun, anakku tujuh. Sampai meninggal 3 tinggal 7 anakku, ndak ada kok perubahan itu anak itu bisa sampai ningkat gimana ndak ada, ya tho. Jadi istri saya bilangnya, pak ayo kita pindah tempat kita rubahlah nasib kita gimana. Tapi saya inget bapak saya ibu saya, ya tho. Jadi kalo aku sampai kesana aku ndak dapat kerja, umpama untuk makan bapak-ibuku apa? (kesana itu maksudnya ke pekanbaru) terpaksalah dia berangkat, sendiri, pergi. Kalo anak ninggal aku gampang, aku bilang gampang itu. Kamu masih muda bisa khan ninggal aku, situ nikah bisa. Kalo memang kamu mau ninggal anak kamu. Anakku meninggal 3 masih 4. ditinggal sama aku 3, yang 2 belum sekolah. Sarmidjan kelas 3. terus sampai 7 tahun menderita, aku merantau kemana-mana. Bukan merantau di kota itu, enak itu. merantaunya di rimba2. 7 tahun sudah itu aku bilang anak-anak itu mau saya carikan untuk gantinya mamak, mau. Ya ini, gantinya ini. Sampai sekarang ini aku walaupun bagaimana caranya ndak akan saya tinggal. Walaupun caranya gimana caranya apa sebabnya, ya tho. Melihara aku kecil-kecil sampai sekolah, sampai sd smp sma, bilangnya kok di bis. Kalo tak

(4)

tinggal dosalah aku. Ketemu ibu di sini. Asli Suriname juga, satu kapal juga.Begitu ceritanya, sampai sekarang.

Waktu sampai Tongar, sampai kemari 3 tahun aku bener-bener lupa ga kelingan, lupa sama sekali. Disana 3 bulan, baru kemari disini 3 tahun. Baru 3 tahun aku inget, aku punya saudara. Jadi gimana caranya aku harus bertemu saudara waktu itu. waktu itu hape belum ada, surat menyurat. Pernah aku kirim surat tahun 1959, saya kirim kesana. Tahun 1961 surat itu kembali. 2 tahun surat itu kembali. Aku pikir ndak sampai surat itu kesana. Tapi aku pikir apa sebabnya kenapa ndak sampai mungkin alamatnya kurang atau gimana. Saya usahakan karena saya sekolah. Saya kirim-kirim lagi baru ketemu, terus surat menyurat. Sekarang ini ada hape ini. Tapi aku ndak bilang saudaraku disana itu gimana aku harus ketemu sama adik-adik, kakak, ndak ada. Soale saya tahu Suriname-Indonesia bukan dekat. Naik kapal saja 1 bulan. Ndak deket itu, gimana aku harus kesana. Terus itu hape ini, terus omong-omongan ama hape khan. Pernah adikku bilang ini, “kang kakang ini saya jemput ya kang?”. Aku pikir halah jemput? jemput itu mana? uangnya mana? apa sedikit uangnya? Kok mau dijemput aku kesana? Aku belum nanya, sudah beberapa kali itu bilang gitu.

(00:15)

Akhirnya gini adikku, kakang jangan takut, saya jemput, saya kembalikan. Aduh lho kok enak, jemput kembalikan berapa duitnya, belum ada, belum ada ini. Baru-baru ini, maaf ya, di meja ini kira-kira jam segini jam 8, bunyi dia. Dering kan. Halo siapa ini? Aku. Aku, siapa? Aku Tukiman. Tukiman siapa ora kenal kok? Aku Tukiman Saimbang. Aku sing ngetoke visa sampeyan, aku entuk informasi seko Holland nek pak Sarmidi arep mulih arep bali neng Suriname pak, ngoleki aku pak nomere iki-iki. Omahku neng duwur, neng duwur kantor. Ora suwi pak, 2 jam. Visa bapak saya usahakan. Tapi ndak cara jawa. Gampang tak gawekke 2 jam. Anakku ada itu, ibu juga ada. Anak saya ada, lah pripun. Berunding, besok berangkat. Langsung entuk mbengi iki, sesok berunding, hari kamis berangkat ke jakarta. Naik bis 2 hari 2 malam, 48 jam. Ke Bogor pagi-pagi. Pagi kamis subuh aku berangkat, sabtu pagi subuh sampai di Bogor ke rumah saiun, rumah anakku. Istrinya orang munggur.

Jadi berhenti hari sabtu langsung naik kereta api, langsung ngoleki pak Tukiman Saimbang. Ada penjagaan itu. Terus masuk, terus dia nelpon. Ndak ada 5 menit. Terus, mari pak masuk. Barulah masuk baru ketemu. Itulah. Aku niat kesana itu ndak ada itu, ndak sama sekali itu. tapi

(5)

alhamdulillah. Kalo gunung itu sama gunung ndak bisa ketemu. Tapi kalo orang sama orang, kalo Tuhan itu mengijinkan pasti ketemu, itu saya jamin lho.

Wah, pak Sarmidi teko tenan iki. Ini paspor pak, ta’ stempelke 2 dina pak ta’ gawe. Ak salut karo pak Tukiman. Tak kek’e. Terus aku neng pak maaf loh pak, aku ra neng Holland tok, aku ndak Suriname. Anakku sing jipuk Holland loh. Holland ta’ tinggal langsung Suriname ya ra iso toh. Kalo bapak mau ke Holland, bapak carilah visa di kantor Holland. 5 kali aku masuk kantor Holland. Bukan sedikit loh, bukan enak itu. Tapi kalo duit banyak memang enak. Tapi kalo setua seperti saya, angel loh. Masuk sana, lah itu akhirnya gini, orang khan banyak juga khan cari visa. Dipakai kaca besar, orangnya sana, sini situ, diwakili oleh Saiun, ndak boleh harus bapak sendiri. Bapak mau ke holland? iya. Tempat siapa? Adik. Adik mana? Adik kandung. Ya laki-laki atau perempuan? Laki-laki ya perempuan. Tahu gajinya berapa 1 hari atau 1 bulan? Ndak tahu. Kalau ndak tahu, ndak bisa berangkat. Berarti gimana ini gimana? bapak harus cari informasi. Kalau bapak sudah tahu nanti bapak dateng lagi. Pulang ke Bogor. Ke Bogor itu 1 agustus sampai 4 september aku bisa berangkat, 1 bulan kan, habis uang berapa itu untuk mencari paspor, visa, makan di jalan-jalan itu 7 juta seratus habis. Makannya itu di restoran. Masuk makan seratus ribu, bayar... nah itu jalannya sampe ke Suriname.

(00:20)

Lucunya lagi aku bukannya malu, bagaimana aku ndak terlalu susah. Saiun bawa barangku masuk-masuk itu, aku ikut di belakang-belakang. Ada orang entah sopo iku nanya ”Bapak mau kemana pak?”. Anakku dekat, “bapak saya ini mau ke holland tapi belum pernah”. Terus orangnya deketin aku, “Bapak mau ke holland ya pak? Kalau bapak mau ke holland, bapak mau naik kursi roda?” Mau. Aku mau. Kalau bapak mau naik kursi roda, bapak keluar ta’ tunggu pintu nomer 5. Aku keluar, rupanya orang ini langsung nelpon karo wong pintu nomer 5. Aku belum sampai, aku dah dipanggil. Bapak mau ke Holland? Ya. Sini pak. Enak toh, ndak payah-payah. Tenan iki. Langsung paspor, bapak tunggu sana pak. Tunggu kereta dorong. Surung. Khan enak tuh. Masuk ke sana ndak tahu sama sekali, ndak ditanya sama sekali. Ndak malu-malu. Langsung pintu ruang tunggu. Orang itu nanya, “Bapak masih kuat kenapa naik kursi roda?” Mas maaf ya, memang saya masih bisa tapi baru sekali ini gimana... belum pernah. Santai saja pak, nanti aku masukkan ke pesawat. Ini pesawatnya, diterima sama org Belanda, thank u thank u. Langsung duduk. Kursi saya 3 baris, orang masuk-masuk, saya pertama kali. Orang satu masuk, orang holland tapi bisa bahasa indonesia. Istrinya orang manado. “Bapak mau kemana

(6)

pak?”. “Saya mau ke holland, mau ke belanda”. Oh sama-sama pak. Duduk. Sudah beragkat lah. Lalu, mas aku minta tolong, karena aku belum pernah gimana caranya. jangan kuatir pak, jangan kuatir. Aku terus dibantu sampai belanda. Turun, sampai barang saya di bagasi itu perempuannya itu. jadi barang saya nomer 18. orang itu yang ngoleki. Jalan terus mau keluar, di pagar banyak orang. Lalu orangnya bilang gini, Coba pak cari anak bapak yang mana? Anakku yang mana, ndak kenal ini.

(00:25)

Ya gimana, aku tengok. Tapi disitu ada orang 2, laki-laki 1 perempuan 1 itu foto aku. Aku ndak habis pikir apa-apa, aku ndak tau bahwa itu orang lain atau apa. Langsung saya rangkul. Nek salah, saya mesti malu. Yang foto itu pasti familiku, mesti saudaraku. Kalau orang lain foto, mana mau ada toh. “Kowe tukiyem?” Iyo. Seneng tenan aku. Itu ceritanya.

Di Holland itu kalau orang Jawa bilang anak adik. Lima, 2 laki-laki 3 perempuan. Kalau di Suriname tinggal 6 orang. Adik. Tapi kalau dihitung anak beranak sampai cucu, lebih dari seratus. Sedangkan adikku sama istrinya, anaknya 9, cucunya 17. anak cucu 7 sudah berapa itu? itu 1 orang. Padahal ada anaknya situ ada yang 4 ada yang 5.

Dulu, aku masih 20 tahun waktu aku belum kemari itu, namanya paramaribo aku belum ngeliat. Waktu kita pulang ke Indonesia ndak liat paramaribo, mbakyuku juga di Paramaribo. Tapi kemarin 6 bulan sampai ujung lah albina sampai aldrin. Kalau kesitu paspornya sudah ganti. Dulu 20 tahun.

Waktu pulang usianya sudah 20 tahun tapi belum nikah, nikahnya disini. Orang Tongar. Bapak saya kontan ndak pergi keIndonesia. Jadi tetangganya, dia bilang gini, punya anak perempuan, namanya pak Yatin. Aku titip anakku, titip anak lanang. Terus kau punya anak perempuan, kalau kau sudah sampai sana kawinkanlah anak ini. Tapi aku belum tahu, tidak dikasih tahu. Sampai kemari, macem-macem tapi ndak tahu kok. Kurang kira-kira 3 bulan, bapakku bilang itu calon istri kamu. Orang itu bilang juga, itu suami kamu nanti. Sana mau kemari saya mau kesana ketemu. Digatokke. Zaman sekarang harus ketemu dulu, kalo zaman dulu ndak ada. Maka itu kalau dijodohne sama orang tua itu umpamane terus cerai ya itu wajar, harus terpaksa harus kawin terus cerai wajar. Tapi kenapa kalau sekarang mencari sendiri terus cerai? Wis seneng kok iso cerai? Lah iki. Kalo aku wajar. Ini ceritanya. Sampai kapanpun ga bisa melepas janji. Kamu ketemu org lain ga bisa itu, kalo bener ya bener, jangan sembarangan.

(7)

Kemajuan di Suriname sekarang ini lebih maju. Jalan-jalan sekarang diaspal segala macem. Suriname saya tinggalkan waktu zaman itu namanya nigeri, jam 7 pagi saya pakai sepeda dayung 2 orang sama kawanku, jam 7 berangkat jam 2 sore ndak ada jalan. Ngerti toh? Pagi jam 7 berangkat dari rumah sampai jam 2 sore jalannya ndak ada. Ini sudah laut, kesana lagi laut, kesana lagi laut ndak ada jalan, entek jalane entek iku. Tapi sekarang, namanya Nickerie itu mungkin kalau sama sepeda ini mungkin 1 hari saja tidak kemput. Jalan sudah segitu.

Pertanian masih banyak. Sekarang semua padi. Nickerie itu padi, kalau lainnya Nickerie seperti Coronie tidak ada sawah. Ada tapi tidak sebanyak itu. jadi palawija. Nickerie ini gudang beras di Suriname. Ndak ada orang punya kebon 3 hektar, ndak ada. Paling ndak 5 hektar. Sekarang orang perempuan ndak masuk kebon tanem, ndak ada. Sekarang ditabur sawur tinggal, (pakai) pesawat terbang. Soalnya aku punya kebon 10 hektar, disitu khan ada perusahaan punya orang-orang kaya, punya helikopter. Masukkan saja ntar ke pesawat, tabur. 10 hektar itu 1 hari itu cukup, ndak ada 1 hari itu. kalau ditabur khan tumbuhnya seperti disamnai, kayak disebar. Kalau kamu nyiang itu atau kamu semprot itu, kepijak-pijak itu. karena ndak tumbuhnya jarang-jarang, rapat. (pakai) Helikopter nyemprotnya. Semprot sekali padi hidup, rumput mati.

Anak adik saya bilang, siwo wedhok dijupuk, siwo mau saya kasih kebon 4 hektar, saya bikinkan rumah. ngurus pemerintah untuk pensiun ndak lama. Kalau siwo lahir sini 2 bulan selesai keluar. Aku bilang, ya aku ndak bisa lah, gimana lah aku punya anak cucu, istri saya tinggal. Kalau siwo ndak mau, ndak pa-pa. Terus aku pulang. Jadi terpaksa aku pulang.

Paramaribo sama Jakarta ya jauhlah, Jakarta orangnya sudah berapa. Pasaman aja sama Suriname besaran Pasaman. Ndak sampai 1 juta orangnya. Disini berapa juta? Disana 1 juta ndak ada orangnya.

(00:35)

Disana mengeluarkan pensiun untuk 60 tahun, kalau di jakarta kena pensiun untuk 60 tahun bankrut pemerintah. 60 tahun adikku tadi masih kerja masih bisa, pensiun ya seneng. Adikku kebanyakan juga tani tapi adikku tani sekarang ini ndak masuk kebon. Dulu waktu kita tinggal kebon cuma 3 hektar, saya punya 3 hektar, adik-adikku punya 3 hektar. Tapi sekarang ini paling ndak 10 hektar. Adikku punya 12 hektar yang 3 hektar di tanam di belakang rumah. Ia tak pernah ke kebon ditanam atau ndak, ia terima upahnya 130 goni besar. 1 goni 70 kilo. Satu tahun 130. Ndak ditengok itu, ini tanem itu aja. Bayangkan itu. apa ndak enak. Kalau enaknya enak sana. Aku di Indonesia 54 tahun, disini aku seneng di indonesia. Aku sudah 54 tahun disini gimana

(8)

ndak seneng. Walaupun org segitu banyak ndak ada orang di Indonesia ndak makan, semua makan.

Waktu pertama masuk Tongar ya jelas, belum pertama turun mobil nangis. Masuk rimbo besar, disana padi menguning, ga tau berapa itu, semua ditinggal pokoknya bisa balik.

Jadi ada kumpulan namanya PBIS (Pergerakan Bangsa Indonesia-Suriname). Propagandanya ndak tanggung itu. Ketuanya pak Hardjo. Tapi aku kadang-kadang ikut rapat, kadang-kadang ndak juga. Pernah dia bilang begini, kamu disini makan satu piring, di Indonesia makan 5 piring. Jangan bawa emas, emas disana banyak. Jangan bawa, disana banyak. Pulang ke Indonesia, tapi aku ga tau dijatuhkan ke Sumatra, bapak saya kan Jogja. Tapi sampai disini betul, aku punya cincin dua dijual untuk sangu. Sudah habisan yang penting bisa pulang. Sampai disini yg punya emas, dsini katanya jatah 5 hektar tanah, disini mana siapa yang ngasih 5 hektar? Tidak ada. Ak sama bapak nebas sana, nebas sana dapet 5 hektar. Aku sama bapakku, masih belum menikah. Arep njaluk laying (karo pak hardjo). Nggo Ngopo? Babat wae. Karena bapak tua itu, sebisanya, ini 3 tahun terus tinggal, terus babat ladang baru lagi.

(00:40)

Ada orang sini mau beli tanah tapi ndak ada suratnya, ya ndak mau. Pembagian yayasan 1 hektar, ndak ada orang yang dikasih 5 hektar, ndak ada. Orang yang punya 5 hektar 6 hektar itu beli karena bawa emas. Emas dijual biar bisa beli. Dapat sawah 1 hektar. Tapi sudah sampai disini ya itu yang dikerjakan, pokoknya kita kerja terus. Bertani sambil kita bekerja. Maka itu saya bilang, kerja kayu. Kalau harian cuma cukup untuk makan. Tapi kalau ngeraji itu lebih boleh dikatakan 5 kali lipat sama harian. Hasilnya dijual. Hasil ngergajinya (papan). Di Simpang Empat jualnya. Ada orang yang memang ngambil entah papan itu. terus dibawa kemana ndak tahu. Ada yang nampung. 15 lembar sudah pernah itu. papan 15 lembar dipikul 4 kilo. Orang sini kalo liat orang Tongar, o.. karbo ini. Orang sini paling-paling bisa bawa 4, tapi bukan orang Tongar loh. seluruhnya orang tongar paling ndak 10 lembar. Dapet ketrampilan disini, di sana (Suriname) ga ada.

Yang ngajari, kawan-kawan, ada juga yang sama belajar. Kalo ngergaji deket-deketin orang sini. Awalnya orang Minang, lama..lama..orang jawa termasuk nomer satu. Betul itu. Kalo orang minang sini kalo ngraji, aku dateng situ, dia pergi. Ndak mau situ, malu bilangnya.

Dulu di Suriname punya tanah 3 hektar. Disana tani desa bisa untuk beli pakaian, beli sepeda tani loh. Ndak ada ternak. Penghasilan untuk di suriname sudah cukup, 3 hektar itu cukup untuk beli

(9)

sepeda, untuk beli pakaian. Waktu kita masih di sana, uang 1 rupiah dikantong ini sudah nampaknya kantongnya sudah tebel. 1 hari kita di nickeri dikotanya itu, beli roti saja sebesar ini cuman 10 sen kok. Zaman kita di sana. Panen padi disana waktu itu 1 kali, 1 tahun. Kalau sekarang ini 2 kali. Cukuplah pokoknya. Kerja 1 hari misalnya kerja sama orang india, orang keling, 1 hari cuman 6 ketip, 60 sen. Kita tanam padi 60 sen 1 hari, jam 8 masuk jam 5 sore keluar, 60 sen.

(00:45)

60 sen sudah segini itu, zaman itu. lah kalau sekarang ini di suriname itu uangnya srd namanya, suriname dollar. Kalau kerja satu hari kalau dibandingkan uang Indonesia sekitar 150 ribu 1 hari, sekarang. Tapi 1 SRD ke indonesia 3000. Kalo kita mencari kerja sehari 50 SRD, 150 ribu rupiah, tapi kalo uang mencari orang 70 srd per hari, 200 ribu rupiah sehari . Celana ini Cuma 100 SRD, kalau disana. Kerja 2 hari cukup, kalau disini kerja berapa hari?

Dulu, ibu-ibu ga ikut ke lading, tapi sawah. Juga ikut manen. Kalau sekarang ibu-ibu di rumah, semua ndak ada orang masuk kebon ndak ada satupun ndak ada sekarang. Kebon kabeh wis karo mesin kabeh seluruhnya.

Kegiatan adik-adikku, kalau adikku kerjanya nukang seperti kita, bikin perabot, bikin rumah, bikin segala. Itu adik-adikku sekarang. Tapi aku wis senang, aku wis seperti orang apalah seperti orang gede. Saban hari ndak pernah ndak naik mobil. Dan lagi kalau aku bilang ayo kesana ndak ada bilang ndak ada. Jadi adik-adik aku yang ngasuh aku lebih dari apa ngopeni anakke. Anake bilang, Pak ayo pak kesana? Ah bapak capek. Tapi kalau aku bilang, ayo kesana? Ndak ada bilang capek, berangkat. Khan enak. Aku sampai holland ke suriname diantar sama anak adik sampai ke suriname. Dari suriname 3 minggu dia pulang. Aku mau pulang balik kemari dijemput di suriname. Kan seperti org gede.

Dulu aku sekolah sampai kelas 4. Sekolah di Steinfelles School, itu kristen kalau ndak salah katholik, soale kadang-kadang dalam 1 tahun datang pastur. Kalau sekolah pada zaman itu masuk halaman sekolah belanda itu bahasanya, jawa itu ndak boleh, harus belanda. Kecuali kalau sudah keluar, itu lain. Tapi kalo masuk halaman sekolah, belanda itu. Maaf ya, kalau adik-adikku memang jarang lah, seperti aku lah jarang sekolah sampai tamat, jarang. Entah gimana emang sudah apanya mungkin, aku kurang tahu.

(10)

Orangtua ga bisa bahasa Belanda. Itu letak permasalahan orang-orang jawa disana. Bapaknya nggak bisa bahasa belanda, anaknya yang sekolah kelas 4 sd, itulah dalam segi bahasa orang jawa itu paling jelek. Dibandingkan di india negro dalam segi bahasa. Padahal sekolahnya zaman itu, memang saya merasa bahwa saya ini bodoh tapi tak seberapa bodoh lah. Kalau sini taman kanak-kanak, disana freebel. 1 minggu aku naik kelas 1. 1 minggu aku masuk sekolah, aku disuruh hitung sampai hundred, sampai seratus. Itu sudah heran, gurunya sudah heran itu. 1 minggu coba kamu bisa hitung sampai berapa? Coba sebutkan semua anggota badan kamu? Langsung dipanggil kepala guru, langsung naik kelas 1, gempar itu. tapi kenapa aku ndak terus sekolah. Enak dolan, nek disana kmu mangkir dicari sama gurunya kenapa kamu ndak sekolah? Mister teko..mister teko... Disana itu padi bekas dirit, digepyok damennya setinggi ini, masuk njero. Diperkirakan berapa jam kira-kira. Itu kebodohan, betul itu. pak sastro, gurune sampai bilang, kamu kedua ini jangan sampai kamu mangkir, apa yang dipelajari dari orang itu langsung masuk. Tapi knp ga sekolah? Sastro sekolah terus sampe MULO. Aku SD kelas 4 keluar. Tapi penyesalan dikemudian hari ndak ada gunanya toh. Tapi aku ndak menyesal, walaupun saat ini aku menjadi bodoh, tapi anak-anakku menjadi oranglah. Orang gede ndak, tapi jadilah. Emang sudah nasib, nasibnya kayak begini.

Sekarang, satu jengkal tanah pira, ndak punya. Punya kebon 1 hektar itu anakku yang di duri, sukamdi namanya. “Pak kebonnya dijual, pak?”. “Lho kalau kebonnya dijual bapak sama emakmu bagaimana?” “Bapak jangan takut”. “Bapak kalau kebonnya ndak dijual, bapak sama ibu terus menerus ke ladang, aku ndak mau. Jadi, jual saja pak?” Jual. Sekarang kegiatannya warung. Jual (tanah) aku dikasih warung ini sama anakku iki. Pak ini bukan saya kasih uang, tapi kalau saya kasih uang ini, ndak lama pak 2 bulan uang ini habis. Barang ini, dibelikan segala macem. Bapak jaga ini, sambil bapak bikin-bikin kursi segala macem, bapak khan bisa bikin. Sampai sekarang ini hampir 20 tahun.

(00:55)

Nggak berladang lagi selama 20 tahun. Sudah tak berladang lagi, jadi pedagang sekarang, pedagang kelontong. Saya ini pensiun, memang ya pensiun tapi bukan pensiun dari pemerintah, tapi pensiun dari anak saya, saban bulan dateng. Walaupun sedikit cukup untuk makan. Ada 2 orang yang kasih saya pensiun, anak laki-laki. Cukup. Saiun, kadang-kadang. Jadi sudah gede... gede... ini aku sudah mau sholat, mau segala macem. Pikiran saya sudah agak apalah, jadi aku

(11)

pikir-pikir apalah ngejar-ngejar apa. Yang penting kita ini makan, cukup sudah. Ndak perlu kita ini sudah payah. Ikut makan, badan sehat. Tapi alhamdullilah sekarang ini, saya akui lah. Kalau anakku 7 orang, tapi 3 meninggal tinggal 4. yang besarnya itu tinggal di dumai, ngajar itu. Ngajar sekolah, STM kok. Udah lama ngajar juga. Sudah diakui sama kepala gurunya. Yang laki-laki kerja di caltex, sudah kerja juga itu. sampai sekarang ini dari tahun 91 masuk itu, sampai sekarang. Sukamdi. Itu wakil guru juga itu, dia ini ndak ngajar tapi kerjanya di kantor, dia itu psikologi. Yang perempuan, Sumini di medan. Kebanyakan kalau orang jawa kalau perempuan ikut laki-laki ndak boleh kerja. Itu yang banyak. Satu lagi, Lusi, yang bungsu di duri juga ikut laki suami ndak boleh kerja juga, suaminya kerjanya caltec. Cukup ngasuh anaknya. Anak-anak semua lahir di Tongar. Masih fasih bahas Jawa. Kalau cucu ini, kalau jawa itu agak kurang, bahasa indonesia sekarang. Kalau di suriname ya, nanti kalau kesana. Kalau anak kecil-kecil itu aku sudah pernah bilang. Kadang-kadang kita ke mesjid khan, bapak coba ngekei wawancara opo piye? Ya aku sitik-sitik yo... padahal ndak pernah. Tapi aku yo omong2. Tapi aku bilang gini, maafkan lah. Besok 10 tahun kira-kira 15 tahun mungkin orang jawa ini ndak ada, orangnya ada tapi bahasa jawanya ndak ada. Lho kok ngono? Lho iyo toh, kalo aku karo kowe sudah ndak ada, tinggal anak-anak kecil-kecil nanti kalau gede itu bahasa jawa ndak iso, belanda, negro, ya itu. bukannya aku ngomongke orang lain, aku neng adikku kalau aku ndak kesana ndak ngomong bahasa jawa. Eh kowe wanna go? (ngomong bahasa negro). Ak kesana baru ngomong bahasa Jawa. Kalau orangnya masih ada, jawa tapi ... anak-anak nanti, belanda, negro semuanya. Di belanda itu sudah gitu, jadi yang tinggal di belanda boso londo. Di kota memang ada yang ngajarin tapi kalau dipelosok-pelosok apa ada? Arep piye. Ya itulah.

Orang tua bapak khan aslinya dari Jogja, aku pernah ke Jogja. Aturannya memang aku sudah mencari-cari apalah supaya jangan sampai, bahasa jawanya, jangan pedot obor. Tapi waktu itu omongnya dicari sama anakku itu bilangnya begitu, jadi aku terus aku koyone koyo putus asa gitu loh.

(1:00)

Aku mencari itu bener itu bapak saya, tapi bapak saya ndak pernah bilang kalau punya saudara di suriname. Trus pikirku, ndak aku ... Tapi aku, dalam hatiku, misalnya kalau aku dateng sama ... kalau begitu bapakmu punya waris 1 apa ... coba di apa ... kalau aku apalah kita-kita ambil berapa juta umpamanya, taruhlah kita 10 juta, kita kasih 10 juta 1 tahun ndak sampai habis, kita putus sama kamu. Tapi kalau ya memang bener usahakanlah biar adik keponakan kerja, aku

(12)

sampai mati sama kamu tetep saudara. Kalo bahasa Jawanya jgn sampai pedot obor. Tapi alhamdulillah sampai sekarang dia udah mulai berdekatan gitu loh.

Bapak saya dalang, tau dalang khan? Dalang gawe wayang. Bapak kandung, bapak kandung aku. Dan bahkan mbah Kamsi adiknya dijogja itu dalang juga ngawe wayang. Pak Kamsi mati itu anaknya pak Sukardi namanya itu juga dalang juga ngawe wayang. Khan keturunan itu. Bapak jadi dalang dari masih di Jawa. Sering ditanggap, bapak saya itu khan anaknya 12. Kalo ndalang ndak ada orang lain ndak ada, anaknya semua. Cuma saya banyak malu, jadi aku ndak mau deketi. Tapi aku disini juga ikut banyak, ikut. Kalau di Suriname ramai lah, tapi kalo zaman dulu itu, kalo zaman sekarang ini lain. Sekarang cengkoknya banyak, banyak macem khan. Kalo zaman dulu cuma lugu. Khan belum ada apa-apanya, sampai kepinteran sampai kemana zaman dulu itu umpamanya, zaman sekarang khan banyak apanya. Bapak saya ngebikin wayang gini loh (acungkan jempol), Jogja, Solo, Jawa tengah ngene loh nek wayange. Nek bapakku Jawa tengah, ganteng-ganteng wayange. Bapak angkat kalo ndalang sama orang belum tapi kalo ndalang bisa. Kadang-kadang kalo bapak saya yang bapak kontan yang ndalang, sebelumnya dia mulai nyucuki nek orang jawa, itu bapak saya bapak angkat. Pak Kadi. Itu yang paling saya ingget aku anak kesayangan, satu aku anak yang paling disayangi.

Anak angkatnya cuma saya, minta lagi sama orang. Ndak mau saya, seneng-seneng itu. Maka aku ndak bisa melupakan ibu saya bapak saya. Sampai gimana ... ak tinggal istri, silahkan. Ini cerita ini. Kalo istri umpamanya istri ditinggal itu kalo mau nikah khan bisa tapi alhamdulilah saya ditinggali anak 3 ini. Ini lho dalam kepalaku. Kalo aku iki imanku iki ndak kuat umpamanya hancur, anakku mungkin ndak jadi orang. Ndak percaya?

Anakkku ditinggal semua sama istriku, cuma satu ikut sama ibu, yang bungsu, Lusi itu yang 3 ikut sama aku, yang satu sd itu masih kelas 3 itu yang besar sarmijan sama yang di dumai itu, lainnya itu masih kecil-kecil belum sekolah, itu yang tinggal sama aku. Saya pelihara itu sama ngopeni orang tuaku. Ini aku bukan ngomong sombong, ditinggal istri aku 3 bulan aku dikejar gadis kalo ndak percaya, tapi saya stop. Ndak sampai disitu itu pikiran saya itu, pikiran saya cuman anak saya. Iki tenan iki. Merantau lagi 3 tahun. Dikejar-kejar sama itu, saya stop. Lagi aku ke Sumatra utara itu, masih ngergaji sudah dikumpulkan sama-sama datuknya itu, ini sudah ditengok ini sama orang sama datuk khan namanya.

(13)

Nama kamu sarmidi ini calon kamu sukiyem kalo kamu mencari nafkah ini ayo? Maaf pak? Tenan pak tak stop maaf. Loh kok ... kok gitu kenapa? Lha iya toh pak, aku punya anak lho? Anak khan gampang? Bukan gampang anak pak. Ak ngomong ngono tenan. Wis garek kawin. Maaf. Aku isih inget anakku, jangan sampai sia-sia anakku. Aku wis bilang sama istriku, kalo kamu ndak bisa melihara anak kamu yang satu itu, bawa kemari aku sing ngompeni kowe ra ngopo-ngopo. Tapi alhamdulilah sampai sekarang ini memang anakku ndak ada melupakan aku, ndak ada sampai sekarang. Maka itu kebanyakan itu kadang-kadang dia itu lupa sama anak-anak, anak-anak kok masa bodo? Anak moso bodo dipelihara saja susah kok, apalagi masa bodo. Anaknya mau kemana? Ya kebanyakan kalo anak-anak masa bodo ya jadi orang tho, anaknya wong pangkat gede2.anaknya jg rusak, ada kok. Tapi aku sayang karo anakku.

Waktu pertama ke Tongar ak ga bisa bahasa Indonesia. Kan denger-denger orang ngomong itu khan, kok ada omongan gitu toh, ikut ... ikut ... ikut ... maklum lah pergaulannya orang itu ke itu. sedangkan orang minang aku tahu, bahasa minangkabau, ya tahu. Pergaulannya, lingkungannya lah kita ndak tau sedikit-sedikit nanti lama lama ya tau. Seperti orang sekolah saja. Maka itu, tapi kalo aku dulu sekolah bahasa Indonesia mungkin lebih pinter lagi. Tapi maaf lah memang sudah apanya begini. Itu khan, kita lahir ini sudah ditulis, kamu nanti gini ... gini ... sudah Allah yang menentukan.

Sistem pertanian di Suriname lebih maju, sana tanahnya datar ndak ada gunung. Seneng lah. Sini tanahnya gunung-gunung begitu kadnag gimana lah. Kalo sini saya tanam tani sini belum ada puas belum ada cukup dimakan satu tahun itu susah. Kalo di Suriname ya bisa toh, tanahnya dua hektar kok, tenan iki.

Maka itu saya sampai kemari waktu zaman itu masuk bedeng belum masuk turun dari apa sudah banyak yang nangis. Masuk bedneg ini sama aku, bedeng N. Ini nomer satu. Tetangga bedeng. Sampai situ pintunya belum dibikin jendelanya, pagarnya itu. dateng orang itu, kalo nanti sore jangan kamu keluar-keluar ya, banyak harimau. Memang betul, harimau banyak kalo jam sekian ini, meraung itu tapi ndak ada orang Tongar itu takut harimau ndak ada. Ini maaf ini, bahkan waktu zaman situ, harimau dimakan itu. aku ikut makan kok. Betul itu. tenan. Dimakan itu harimau. Kalo punya kudis-kudis itu hilang. Malah jadi obat. Kira-kira satu tahun deh dua tahun ada orang tongar dua situ punya kambing 5, 6. kemasukan harimau. Yang jantannya itu diasingkan tapi ada pintunya, tapi yang 5 dimasukkan, 5 itu mati semua. Harimau masuk situ.

(14)

orangnya teriak, tolong..tolong... orang tongar ini kok bilangnya nanti dimana ndak cerita. Bawa obor, tau obor? Botol yang banyak obornya itu sama parang.

(1:10)

Ini umpamanya ini rumah kambing duduk seperti orang kenduri. Ngomong ngobrol itu ndak tahu harimau itu meraung, orang itu mau kemana. Tapi ndak pikir itu, pikirnya harimau itu koyo opo. Betul itu. sampai ditembak sama polisi-polisi, saya yang buka pintunya sama pak polisi. Duduk itu harimau tapi sudah diatas lantai. Tembak sama polisi dorrr, terus begini ... sekali lagi derrr. 2 meter panjangnya harimau itu. Dikeluarkan 2 meter. Terus dikasih apa itu ... seperti supaya dicagak itu, seperti barang hidup. Paginya, orang datuk2 itu dateng bawa beras kuning, beras apa namanya itu ... ini sudah makan orang 2 bilangnya. Apa tandanya dia makan 2? Taringnya itu retak itu 2. Ndak takut ama harimau itu, tak takut. Malah dimakan, nembak sikit makan dibagi. Siapa yang mau ngambil, ambil, makan. Ga ada yg bawa apa-apa. Enak tho. Penyakit-penyakit keluar semua loh. Waktu itu, sebelumnya itu, orang jualan pecel jualan apa itu dikampung laris loh. Waktu belum makan harimau, tapi sudah makan harimau jualan pecel, pecel ... pecel... jangan dibeli, pecel harimau. Ndak mau beli, ndak orang Tongar orang luar, ndak mau. Jangan dibeli itu, makan harimau orang Tongar itu, itu pecel harimau itu. 6 bulan ndak laku. Maaf saya iki. Tenan iki tenan, aku ini omong terang-terangan aku, apa adanya. Aku ndak nambahin, emang begitu. Tapi lama-lama laku juga.

Mitos tentang ular besar atau naga itu dengar dari orang tua, dulu. Ada begini ... begini ... begini .... aku mikir-mikir apa ya, tapi memang nampaknya koyo betul-betulan. Soalnya waktu itu kejadian di Suriname itu keluar penyakit itu namanya mosquito urung atau sika. Itu kamu jalan dikaki-kaki kamu itu ada itu seperti sika, masuk-masuk itu, merusak, bisa mati orang. Misalnya masuk sini, ini cuma jalannya segede jarum lah, cuma ketik2, tapi dalam makan nih, makan dalam. Lah, itu namanya mosquito urung. Nyamuk, aku juga pernah itu. nyamuk itu kalau disini itu ngiiinnng ndak nampak, ini nyamuk sampai item. Karena disana belom ada itu, memang ada itu.

Kalo orang kita ini, kalo saya denger ini gini caranya. Orang Suriname itu yang mau kerja itu khan orang jawa sama orang India. Jadi kalo kita ini berangkat orang jawa sekian paling tidak kemarin-kemarin itu berapa 300 orang? iya.. 300 orang berangkat pemerintah pikir kalo begini caranya kalo orang jawa ini berangkat semuanya hancur ini Suriname ini, ndak ada orang kerja.

(15)

Orang negro itu cuma jualan itu, kerja ndak mau, males. Nah ini gimana? kita berangkat sekali ndes ... terus ada informasi gini, dikumpul itu, sekarang begini jangan kamu ikut pulang ke indonesia, kamu diIndonesia khan kamu makan, kamu kerja. Disini juga kamu makan, kamu kerja ndak pa-pa. Sekaramg aku kasih kelonggaran kamu buka lahan, ndak beli buka aja. Kalo kamu ambil traktor ini, mesin ini, apa mobil ini, kredit. Di zaman kita masih disana ndak ada kredit, ndak ada itu. Makanya sekarang ini kebonnya itu ada yang 10 hektar, ada yang 15 hektar karena buka lahan tanpa beli. Itu ceritanya. Yang menawarkan pemerintah. Dia takut, kalo ndak begitu, dia ikut pulang, habis. Adik saya itu punya kebon sampai ... namanya yoyok itu ... 24 hektar, itu yang mau ngasih aku 4 hektar. Dia buka sendiri itu, 24 hektar. Di Henar. Buka dewe, tanpa beli. Pegawainya anak-anaknya. Ini kesempatan kita ndak beli tanah, opo ndak seneng? Adikku yang punya 3 hektar, sekarang punya 12 hektar, dapat.

Kalo dulu namanya Nickerie Paramaribo itu kalo mau kesana naik perahu, naik kapal. Kalo kapal ferika waktu itu, zaman itu 8 jam sampai 1 malam tapi kalo sekarang bisa pake mobil. Jadi gambarannya gini, ini Suriname tengah-tengah ini Paramaribo. Nickerie paling barat. Nah ini kalo kesini, lewat darat belom ada waktu itu, masih sungai lewat sungai pake perahu terus atau pake kapal tapi yang kecil. Nah terus lama kelamaan ada namanya kapal Perika lewat sini. Langsung pinggir. 8 jam itu. Jadi dulu kita waktu berangkat dari sini naik Perika itu. Jadi semua orang kenal Perika itu nama kapal yang rute Paramaribo ke Nickerie. Kapal kecil. Nah sekarang sudah jalan darat berapa jam sekarang? 5 jam. Sini sampai padang sama 5 jam. Tapi kalo orang Paramaribo kalo mau ke Paramaribo mungkin 10 menit atau seperempat jam itu ndak jumpa mobil. Soalnya kalo orang Paramaribo, itu khan yang ngeluarke sayur-sayur segala macem itu paramaribo, tapi kalo nigeri khan ndak ada. Jadi kalo orang Paramaribo mau belanja itu ndak akan belanja di Nickeri ndak ada. Kalo orang Nickeri belanjanya di Paramaribo. Kecuali orang Paramaribo punya saudara di Nickeri. Ya itu mau jalan-jalan juga. Aku kalo jalan mau ke Paramaribo, seperempat jam ndak temu mobil. Orang Paramaribo malah ora gelem neng Nickeri, jarang itu. tapi orang nickeri mobil-le mbalah terusan. Seperti kita belanja di Padang. Beli barang-barang itu di Paramaribo, kotanya.

(1:20)

Waktu naik kapal Langkuas, Di dalam kapal itu mau kemana-mana ya kepiye yo. Pikirannya cuman seneng aja ndak ada cerita. Cuman seneng. Aku musti entuk tanah sing koyo ta’ tinggal di suriname, itu pikiran. Ndak ada cerita itu. tinggalkan tanah koyo iku, mesti koyo iku tau-tau

(16)

masuk sini, hutan belantara. Betul itu. bukan omong-omong ini. Seneng terus seneng aku naik kapal itu. Kok muni wedi, wis ra eneng cerito iku. Senenge ra kepiye2. Waktu ngeliat keadaan ga sesuai yang dibayangkan, ada juga yang mau pulang, tapi pikirannya itu mau kemana. Pulangnya gimana? Cara untuk pulang gimana? Nah itu di pikirannya. Tapi ndak tau kalo baru dateng belom tau bagaimana caranya, tau-tau sampai begini mungkin bisa juga apa.. apa waktu janji-janji itu dipenuhi gimana ya toh, tapi memang begini, ndak ada.

Jadi pas tiba disini yang usia sekolah kemudian ketika sekolah dibangun mulai bersekolah, sementara yang bukan usia sekolah langsung babat-babat. Itu bedanya dia langsung masuk hutan babat gergaji, saya masuk sekolah. Itu bedanya. Tapi kalo waktu itu, zaman itu aku inget kalo aku bisa masuk sekolah seperti pak sarmudjie aku ndak ketinggalan jauh sama pak sarmudjie ketinggalan tapi ndak seberapa jauh, tapi itu sudah ... suratan tangan ... takdir sudah begitu. Aku dulu, aku sekarang ini baca arab aja ndak bisa dulu aku diajari sama bapak ini loh arab tapi tau-tau bapak ini lho tapi dia pergi. Ga bisa ak sampai pinter.

Habis pulang aku ikut rapat-rapat yayasan. Kadang-kadang ngomong tentang untuk buka lahan gimana nanti. Pernah kita ini apa namanya dulu mau dikasih apa itu (pak Sarmudjie masih inget dulu itu waktu tandatangan?-bertanya ke Pak Sarmudjie). aku pernah tandatangan itu tapi entah aku kurang tau sampai sekarang aku lupa itu. Tandatangan mau di apa dibagiin kebon opo entah zaman itu. ada itu. Rencana bagian hektar-hektaran. Jadi sudah mulai di data keluarga ini, keluarga ini, diinvestarisirlah untuk yang 2500 Ha itu baru rencana, tapi belom dibagi tanahnya, belom, belom dibagi sampai sekarang. Sudah tandatangan semua itu banyak, ndak dapat apa-apa. Kalau yang bagiin tanah 1 hektar ya itu memang bapak ketua. Dapet 1 hektar, 1 hektar dapet itu, belakangan itu. Aku yo kurang tau tahun berapa, lama itu entah tahun berapa ya aku kurang tau.

(1:25)

Itu dulu tanah itu ditanami singkong dulunya khan, terus dibagi-bagi sekarang. Tongar ini kalo pemimpinnya mulus pasti jaya. Betul bukan omong kosong loh. Karena segalanya kita bawa, traktornya bawa, mesin padi, mesin kilang padi, kilang papan, kilang tapioka, listrik. Sekitar waktu zaman itu sudah masuk surat kabar juga itu, dimana ada kota ditengah hutan. Ndak ada, tongar. Memang ya ini masuk hutan gede tapi listrik sudah ada. Karena kita bawa listrik sendiri. Betul ini bukan omong-omong. Tapi karena kayak begini ya begini. Maka orang itu yang kebanyakan terus kalo gini ceritanya kita berangkat, apalgi yang sekolah-sekolah. Selesai sekolah pindah. Kayak Teguh Sastro, tamat SMP semua nyari kerja. Tidak disini. Iya aku

(17)

ngeberati orangtua tapi aku ndak menyesal. Sampai kemana orang itu yang melihara aku kok kapan aku bisa bales. Kalo orang berpikir betul-betul kapan orang bisa bales orang tua sampai lunas? Kapan, aku ingin tau? Mau mulai kita bales mulai 1 kali 2 kali kita sudah punya istri punya anak segala macem, mana? Kalo orang tua seperti aku lah, aku punya anak umpamanya, aku cuma ndak ingin aku dikasih uang banyak, ini uangnya tapi cemberut ati ndak enak. Orang tua itu cuma ingin dikasih omongan yang enak dirasakan itu sudah seneng itu. itu sama juga kita dikasih banyak tapi ya kebanyakan itu ya maklumlah kalo aku ndak orang tua sampai kemana hrs di tangan saya.

Dari Suriname itu ke Tongar bawa traktor. Ngangkutnya gimana saya ndak tau, dikanibal khan. Dikanibal masuk kotak-kotak itu. Sampai sini dipasang lagi. Mobil, traktor, mesin tapioka, mesin kilang padi, mesin papan, mesin banyak cukup. Itu milik yayasan, ini khan satu rombongan. Kita ini khan yayasan, 300 orang.

Ada yang ngoperasiin traktor, diantara mereka kita itu ada yang ahli. Pinter-pinter. Orang Tongar ini bukan orang bodoh-bodoh semua loh. Maka itu masuk Pekanbaru masuk Caltex itu bahasa belanda bisa dikit2, inggris bisa sedikit2, lah enak itu, betul itu. Zaman tahun 60 kalo mau ke pekanbaru itu masuk kantor itu tanpa di tes. Umumnya begitu kerja di caltex yang dari tongar ini, ini khan levelnya khan staf, superintendent, ini kuli ya, setidak-tidaknya superintendent, masuk langsung superintendent. Tapi banyak yang staf. Yang penting disitu orang belakang itu tolong orang itu masuk kita bahasa belanda bisa sedikit-sedikit, bahasa inggris bisa sedikit-sedikit. Gampang itu masuknya, tahun 60 sampai 70. Tau orang caltec itu khan orang amerika, ya tau kita dari amerika, wah senengnya. Tapi lama - lama anak saya itu kuliah, sekolah kuliah 6 tahun. Mau masuk caltec, ia itu masukkan permohonan tahun 1989, 1991 baru dipanggil. 2 tahun mondar-mandir kesana kesini kesitu, 6 tahun kuliahnya, di padang kuliahnya di ikip, tamat itu. kesana ke bagan siapi-api, sini situ. Tapi zaman dulu orang ndak bisa tandatangan saja itu, tolong orang itu masukkan, masuk itu orang itu.

(1:30)

Zamannya sudah beda. Maka itu, ada juga kawan saya dulu. Rusmin. Dia tidak pandai tulis, dia tidak pandai tulis-tulis jawa. Saya jawa iso, tulis iso. Dia itu bilang, “kalo tulis begini kepiye?”. Dia tuliskan bahasa jawanya. Dia dapet sana, dapet kerja. Dia mikir setelah sekian tahun, dia bilang begini. Apa pak itu sarmidi itu ndak mau ke Pekanbaru toh? Aku mau dibantu itu aturannya sama dia karena dia minta tolong karo aku gawe itu. Bisa kerja itu ndak bisa nulis itu.

(18)

bayangkan itu. Apalagi saat ini umur saya sudah ini yang penting, bulan ini pas maret pas 29 maret, 76 tahun.

Waktu aku di Suriname, aku khan memang ndak pernah megang itu disini pun ndak pernah. Sampai kemarin kami harus megang kalo sana friali, harus dipegangi ato nanti kalo bisa, minta tolong supaya aku bisa 29 maret. Tanggal 30 november, berita itu bilang data itu keluar. Desember Pak Sarmidi harus meninggalkan suriname. Adik-adik menangis semua itu. Jadi aku pikir, aku masih tidur itu dibangunkan itu, jumat lagi itu, jam 9 itu. Terus aku bilang gini, ada apa ini? Kang, kang’e tgl 3 kon mulih. Terus ono adekku kerja di duane. Di bel, keluar sudah pulang, aku anterke neng Mbelo, masuk kantor imigrasi masuk kantor neng pesawat, masuk kantor neng komisaris. Neng kantor komisaris, harus pulang. Visa padahal udah tak bayar. Tolong kepiye carane gene? Tapi mbayar meneh, nyogok, 100 euro, 3 bulan. Padahal visa sudah bayar itu, 6 bulan. Cuman Pak Tukiman njupuk 3 bulan sik baru nyambung. Adikku yang nyambung keliru, salah, anak adik itu. wah itu jadi masalah itu.

(1:35)

Adik-adik belum pernah ada yang kesini, anak adik kemarin itu kemari. Yang perempuannya orang kemari, perempuannya orang Kalimantan, tapi cuma 1 hari dua malem. Dia itu merayu-rayu aku terus itu, jangan takut wo, nanti saya urus ke Holland. Kamu yang pegang duit aku ndak pegang duit mau bilang apa. Aku bilang ya atau seneng itu ndak ada, belom ada. Kalo ndak pak Tukiman dapet dari Holland, ya ndak ada. Aku belom ada rencana, gimana, ndak ada duit kok. Yang telpon Pak Tukiman, keponakan dari holland. Tolong kalo pak Sarmidi mau ke Suriname, tolong kasihkan visa. Pak tukiman terus nelpon aku. Jadi seolah-olah ada sponsor dari sana. Ricky nama org itu. Aku Tukiman. Tukiman siapa? Ndak kenal aku. Tukiman saimbang. pak sarmidi aku oleh informasi seko holland, ngomongke bahwa pak sarmidi mau ke suriname, ini nomer kantor rumahku di atas, ndak lama-lama 2 jam itu langsung kontan. 2 jam ini yang buatku mantap. Malem ini dapet telpon, besoknya dirunding satu hari, besoknya berangkat, langsung. Kalo ndak ya ndak akan bisa. Tapi gembiraku disana itu lebih aku gembira aku dapet uang 10 juta dikasih uang 10 juta, tidak segembira aku ketemu sama adik-adikku, betul itu. Ada adikku satu perempuan namanya Bibit, ndak pernah ketemu disana, ndak pernah ketemu. Soalnya begini aku lahir dibawa orang, adikku lahir dibawa orang, dipisah jauh, jauh khan. Terus dia umurnya sudah 65 kemarin ini, dikasih tau sama adikku. Kamu punya saudara di indonesia itu namanya kang sarmidi, kapan? Mana rupanya? Aku belum pernah liat kok? Coraknya gimana? ndak ada.

(19)

Kebetulan saya ini mau kesana, ya masih omog2, blm pernah ketemu, dia itu percaya. 65 tahun. Baru aku ketemu aku turun itu. Baru nemui saudaraku di paramaribo, dia ketemu sama aku, nangis itu, entah gimana caranya. Ada apanya, kasetnya ada ini, nangis full. Sampai sekarang ini paling dua hari ndak dia itu nelpon. Dua hari sekali dia nelpon. Aku cuman pengen denger suara kakang itu sudah masuk dalam hatiku kang. Ak ndak ngiro, kalo telpon ga diterima hatinya ga enak.

Aku kepisah sama saudara-saudara ya memang rasanya roso sedih, tapi sedihnya pikirannya walaupun sedih gimana masa’ kita bisa ketemu. Khan ndak mungkin bisa ketemu. Khan Indonesia–Suriname khan bukan deket itu. Sudah lewat jauh, ujung pangkal. Tapi ini sudah takdir memang aku mungkin ndak bisa ketemu sama adik-adikku, tapi sekarang ini memang sudah saya katakan tadi, kalo gunung sama gunung ndak akan bisa ketemu, tapi kalo orang tuhan mengijinkan Alhamdulillah pasti bisa ketemu. Nangis ndak tanggung-tanggung itu.

(1:40)

Saudaraku dariyem yang perempuan, terus keduanya mujiyem, perempuan, ketiga Mujiyah perempuan juga masih hidup sekarang ini, kebanyakan perempuan. Terus laki-laki sekarang ini, mugiyo. Terus laki-laki lagi mugito, terus satu lagi saya, nomer 6 ini, Sarmidi. Terus Sangadi. terus Mukidi, meninggal itu. terus sekarang ini perempuan, Sukira. Terus, Sukinem perempuan. Terus, bibit, terus satu lagi laki-laki itu sebelas, Paidi, yang palin kecil ya. Semua lahir di Suriname. Tanggal lahirnya ndak tau, aku dipisah jauh kok. Kalau aku lahir 1934, 29 maret. Pekerjaannya petani semua, tani semua ya bisa bikin perabot semua ini semuanya seperti aku. Saudaraku semua perabot itu, bisa itu.

Bapakku, Pawiro sudarmo, bapak angkat Bapak Doelkadi. Semua kelahiran Jawa. Kalo bapak kontan Jogja, tapi Pak Kadi ndak tahu. Kalo ibu, Ibu Wirosumito, ibu angkatnya ibu Sati. Kalo Sati itu Jawa, kalo Wirosumito Solo.

Bapaknya ibu (istri Pak Sarmidi), Pak Kasidin itu dari jawa juga tapi ndak tau dari mana. Kalau ibu Mangun Sentono

Jadi bapak lahir di Suriname tahun 34 sampai tahun 54 di Suriname. Disana sudah jadi petani, setelah itu menetap di Tongar. Ndak pernah pindah, saya tetap orang tongar asli, orang lama.

(20)

(00:00)

Sewaktu aku neng Suriname, sebelumnya aku dewasa aku kan isih ikut karo bapak, durung inget karo adik-adik. Bar ak dewasa aku ngerti, aku duwe adik-adik. Dalam seminggu itu, paling ndak 2-3 kali aku main karo adik. Itu terus iku karena adohe mung kiro-kiro 40 meter. Aku neng Hamptoncourt, sedulurku neng bacovedam. Terus ono ajakan, arep mulih jowo iki, itu kira-kira 3 bulan,itu sudah ndak lagi inget lagi kepada orang tua, kepada adik-adik. Selama itu memang wis ra mrono maneh aku wis ra main maneh karo adik-adikku. Arep mulih jowo aku wis ndak inget karo adik-adik, karto bapak pun ra inget. Kejadian aku betul ini kejadian ini mau berangkat betul ini, berangkat memang adikku karo ibuku itu dibelakang saya itu, waktu kita mau naik kapal mau ke Paramaribo, kita kan di Nickerie, mau naik feri, naik kapal. Ibu sama adik dibelakang itu. Mereka nganter, naik ferika sampai ke paramaribo. Sampai di paramaribo ini kebetulan. Nek aku dijipuk karo saudaraku, mungkin aku ndak jadi berangkat. Ini serius ini. Waktu kita mau berangkat naik ke atas kapal langkuas, aku digoleki karo kakangku, bojone mbakyuku, kang ponimin itu ipar kakang ipar. Dek kowe digoleki karo yune? pundi yune?. Aku ikut sama kakangku. Disitulah aku hampir-hampir aku ndak juga bisa berangkat. Aku lepas cuma kuwi ya mbakyu nangis ndak bisa bicara apa, cuma aku dikei ali2,tandamata. aku berangkat sampai di kapal langkuas itu orang satu pun ndak ada, itu sudah di atas semua, tinggal aku, itu sudah akhir-akhir setengah enam lah kira-kiranya. Aku arep naik, neng tangga itu urung ... belum diangkat kan. Bapakku neng duwur aku mung ngono. Terus aku entuk, aku manek dewe. Kalo aku memang waktu itu ga di anu sama kakang mungkin aku ndak jadi berangkat. Karena aku sudah sama ibuku. Itu ceritanya. Bukan melupakan entah bapak saya yang melupakan, ya memang kalo kurang memang apa itu bisa dilupakan supaya dari kita ini ndak inget. Bisa itu. coba aku ndak inget aku karo sedulurku, sampai seminggu 3 kali aku situ, main-main terus saban hari. Tapi kurang 3 bulan, nol. Ga inget. Baru aku sampai disini 3 tahun ini ndak inget kalo aku punya saudara, punya bapak. 3 tahun itu aku baru inget. Inget deg kalo aku punya saudara. Ya gitulah kalo gitu kan enak koyo ngono. Saya adalah satu anak yang minta. Bapakku adalah minta sama saya, aku satu.

(05:17)

Saya adalah anak kesayangan. Saya waktu disana itu, bapak saya itu kan orang tani. Mikul itu mikul tampah mau ditanam itu, saya dipanggul itu, saya inget itu. saya wis gede itu. lah ibu saya waktu itu ndak ada mesin padi, belum ada. Ibu saya numbuk. Saya digendong ini sama ibu saya,

(21)

aku inget itu. belum saya Cuma saya, bapak saya, Cuma sekali saya itu disebeti. Karena jane ngene, aku main-main karo konco, ama teman, mau main kriket. Batnya itu, orangnya duduk sini, terus aku main-main gini.

kriket itu kayak kasti. Bola di pukul, kena itu kawanku itu. Pernah itu di sini, nangis kan, aku lari dikejar sama ibu dan itu saya baru kena di das. Dan bapak saya juga sekali (mukul) waktu malam itu. itu sudah gede itu, orangnya sudah punya istri semua itu, aku yang paling kecil, aku belum punya istri. Duit satu sen uangnya terus di balut pake grenjeng yang putih itu. Kono tukokne jajan. Pikirannya seperti uang 25 sen itu, uang itali. Satu sen itu pas itu dan saya belikan sama orang negro itu. terus belikan satu kedip, 10 sen masukkan songsong, 15 sen. Saya kasihkan itu 2 sen setengah, 2 sen setengah yang punya itu, waktu itu, zaman itu memang mahal, orang kerja itu hanya 60 sen. Waktu itu blm tau, tapi lama-lama orang itu tau. Ini uang dibalut ini, kenal karo ak, wong itu kenal, aku kenal, ama negro itu kenal, bapakku kan kenal. Terus bapakku, karo bapakku digoleki aku, aku disembunyiin karo ibu dibelakang. Kan ada wayang dibelakang. Terus ibuku bilang, goleki sopo kowe? Sarmidi kuwi kurang ajar. Neng endi ki, la keneng opo tho? Bapakku narik, di ludes karo bapakku. Terus aku ditolong sama orang. Jadi emak saya satu kali, bapak saya satu kali. Anak kesayangan je. Itu ora karepe ak. Memang aku mau dibuat jajan. Temen saya sudah punya istri itu. Sudah besar. Dia sudah punya istri. Biasanya buat beli makanan, bolu. Bolu kalo satu kedip itu sebesar ini, tinggi kan. Itu 10 sen itu. Songsongnya itu 25 sen. Diterima itu uangnya itu, memang uang itu zaman itu mahal kok, mahal mencarinya, kalo kerja satu hari. Jam 7 masuk jam 4 sore keluar, cuma 60 sen. 60 sen kerjanya satu hari. Lha tau orang-orang itu karo bapakku untuk kembalikan. Itu ceritanya.

Dulu bapakku kerja tani, tani sendiri bukan kerja sama orang. Bapakku lahiran jowo, pak dulkhadi, tapi ga punya anak. Kerjanya tani, bukan kerja sama org, ya satu kali ya kerja sama orang, tapi aku ndak sekolah dibantu sama bapak. Kemarin sekolah sampai kelas 4.

(10:29)

Biasanya selain main kriket, sepakbola juga pernah main itu.. Kalo sepakbola itu aku main. terus sampai disini, sepakbola itu aku main itu. aku punya persatuan disini, waktu zaman itu. kalo ini ndak main karena ndak punya bakat kan kalo aku bakat aku, betul itu. bendera saya itu, masih ada itu. tonggaknya. Sudah 40 tahunan itu tonggaknya. Persatuanku intermezzo, itu bahasa suriname. Itu kurang tau intermezzo apa maksudnya ndak tau. Itu bahasa suriname. Concordia itu dulu mantap trs ditinggal port, persatuan olah raga bola tonggar. Concordia sudah pernah saya

(22)

jatuhkan 2-0. Terus ada persatuan gergaji, persatuan org2 tua smua. pagi gergaji, pulang sore maen.

Dulu ada grup Port, Concordia, intermezzo, geropeto. Saya kenanya, kita suka maen sama polisi2. Siapa yg lincah, pandai main. itu dikejar dua orang, misalnya persatuan saya 27 org, saya yg paling top, saya diintai trs oleh dua org, dia Cuma masang, ga tlalu keras, pingsan saya duduk. Nampak sudah kuning2. Tangi di, tangi di, dap ga tau orang lagi. Seperti wayang itu, pendawa lima kalo werkudoro udah kena duel..kalo yg jago dah jatuh udah.

Tapi memang plg kmrn itu skrg udah banyak berubah, kayak skrg di suriname, di nickerie, itu waktu jaman itu ak berangkat jam 7 pagi pagi pake sepeda dayung, jam 2 an sudah ga ada jalan, masuk sudah laut , kesana terus laut, kesana laut, tapi sekarang ini achter Nickerie, jarak sepeda sudah, sekarang rame lah.

(15:40)

Rumah-rumah di Suriname, rumahnya huvenik, tinggi-tinggi. Kebanyakan punya mobil, semua orang punya kereta (motor), kalo brompit (sepeda) banyak tapi pake mesin. Orang Jawa banyak islam tapi islamnya kurang akur, Sidorejo itu masjidnya ada tiga, ada satu rumah di Saramacca, ak numpang sholat, terus nampak sajadahnya madep ke timur lho kok ke barat hrasnya ke timur tapi ak sholat wae. Sholat jumat ak juga ikut, di Saramacca, Paramaribo. Yg khotbah bahasa belanda, negro, india. Tiga masjid itu smua sama cuman yg satu laki2 perempuan ikut, kalo yg satu tidak, yg satu lagi baru dibentuk, blm jadi, itu warisan keluarga tapi ga cocok ma klrg yg lain jadi buat sendiri, cuman ga boleh buat keluarga yg lain. Jadinya oragnya ga pas.

Dulu kalo maen ke tempat adik-adik naek sepeda dayung. Saya 5 tahun sudah dibelikan bapak.

(20:09)

Sampe disini 14 tahun, kita cari minyak, ak jualan bensin, solar, carinya di jambak, 6 km dr sini. Sepeda beli disini. Khan sudah diomongin ga blh bawa apa2, jgn bawa sepeda, emas, tapi kalo saya aja punya 2 ali2 dijual, padi saya menguning 3 ha dijual smua. Yg penting bisa berangkat. Tapi yg punya emas ya dibawa, bisa beli kebon. Dsini nanti smua jatah 5 ha, tapi siapa yg dikasih 5 ha, saya minta surat ga dikasih, ga guna surat, babat aja. Pas mau dijual ditanya suratnya ga ada ya ga mau beli. Ga ada suratnya kok. Cuman dikasih 1 ha, sudah saya tanami, anakku blg jual aja, skrg ga puny apa2.

Kalo pemimpinnya mulus, orang tongar jaya. Kita apa2 punya kok, traktor, mesin, listrik, kilang papan, padi, kilang tapioka. Tapi ga mulus jadi ya, saya ini ga punya kepinteran apa2, jadi ya

(23)

tetep aja di Tongar jadi nenek moyang Tongar. Kalo ak jaman tahun 60 pergi dari Tongar pasti aku di Caltex. Bahasa belanda, bahasa inggris, nulis bisa dikit-dikit.Tapi Karena orangtua saya, itu yang paling berat. Kalo saya sampe disana tapi ga dapat kerja, nah bagaimana orangtua saya? siapa saja bales orgtuanya pasti ga bisa lunas. Surga khan dibawah telapak kaki orangtua. Maka sapa-sapa yang ga tau orgtua akan kualat, kepala dibawah. Bapakku memelihara ak usejak kecil digendong,bayangkan itu mau ditinggal?

(25:08)

Basar tuh tau pas ak ditinggal istriku dulu, istriku tuh cantik jaman semono. Kalo aku ga ngeboti bapakku pasti aku ikut, tapi bapakku itu. Aku lebih berat bapak ibu daripada istri. Aku kerja dicarikan jodoh ma induk semang, ini sarmidi, ini sutiyem, gadis, anak jawa, tapi saya bilang enggak karena saya punya anak. Anak khan gampang, bukan gampang. Kalo cuma maen-maen emang gampang, kalo dia ga ngerti ma anak gimana? Kebanyakan itu, kalo bapaknya ada, ini makannya, kalo bapakknya ga ada dilempar. Sudah banyak itu. Kalo ini (sambil menunjuk istrinya) belum pernah, anakku kecil dari SMP sampai skrg blm pernah ditempeleng ato dimarahi. Anakku kalo minta uang sama dia bukan sama aku, minta spp. Diusahakan entah mencuri ato gimana, itu saya inget-inget. Kalo ga inget di suriname tak tinggal dia. dosa kalo dia saya tinggal. Kemarin pas saya berangkat saya dikasih sangu tiga juta. Saya tanya darimana kamu punya 3 juta, tapi saya tau kalo saya kerja ga pernah ada separo istri separo tak masukin kantong, smua tak kasih dia. Tapi kalo aku perlu, minta. Belum pernah aku selip. Buat apa kalo aku minta, dikasih kok. Ga ada yang kayak gitu lagi. Waktu anak saya sukamdi yg di Sawah Lunto itu menikah yang diajak ini, istri sana, dua, ak. Selesai nikah, mertuanya nanya..ini ibu, ini bapak, ini mbahnya, ini siapa? Ga ada yang jawab, yang jawab istri sana, bener saya ibunya tapi ibu ini yg membesarkan. Semua heran kok bisa begini.. banyak yang begini (poligami), mo dimasukkan dalam api, tapi ini memang beda.

Tapi lucu, gini sewaktu ak tujuh tahun merantau.

(30:36)

Kalo merantau dalam 3 bulan-4 bulan, anakku ketiga-tiganya kalo tidur begini (berpelukan), kangen tho. Tujuh tahun ak merantau, pulang aku tanyakan. Bapak udah tujuh tahun merantau, sengsaranya ga tanggung-tanggung. Sekarang aku cari ganti ibumu, mau? Mau pak. Bapak bisa mencari, km pilih yg cantik apa yang jelek? Yang cantik pak. Ok, bapak bisa, tapi kalo yang cantik ga bisa melihara, yang jelek bisa melihara. Wah yang jelek saja pak.udah gitu saya cari

Formatted: English (U.S.) Formatted: English (U.S.)

(24)

seTonggar ini, siapa yang bisa ngasuh dua anak kecil. Yang satu tukiyem, yang satu ini, tapi saya rasa dia ga mau. Dia punya anak, aku punya anak. Anak dia dua, anakku tiga, ayo sama-sama kita pelihara.gimana? ya, ibu mau. Sampe sekarang sudah 36 tahun lebih, tapi saya tidak punya keturunan sama ibu, maklum sudah tua.

Bapaknya ini kejam (pak Sarmudjie). Kapan aja ga ada yang enak, sekali sekali dilibas terus aku liat, terus nginep 3 hari tiga malem. Tapi orang itu kok tau, ga tau siapa yang ngasih tau. Bapak itu nanya, Di, Sarmudjie neng kene? Wonten pak. Kon mulih. Ak bilang, ak ra wani. Yo wis kowe mangan sik ntar aku antar, trs abis makan aku antar. Kulo nuwun, aku bilang pak ini sarmudjie anak sampeyan, niki anak sik ngopeni sampeyan mbeinjing, nek sampeyan gebuki terus, mengke sinten sik ngopeni sampeyan? Sejak itu agak mulai, tapi sudah berkurang, dia sudah gagah sekali dipukul dia dudukkan. Melawan sama orgtua itu ga mau, tapi kalo lama2 ya mau tho. Bukan mau bapaknya dilibes tapi didudukkan.

(35:15)

Tau kampak buat motong kayu? Dikejar pake itu. Semua orang tau kok. Saya yang nyimpen tiga hari 3 malem. Ga ada yg tau ga tau siapa yg ngasih tau tapi tau-tau kok tau, denger. Rumahnya deket, kira-kira 100 meter lah. Ya seberang Basar. Maka bapak ini saya akui, saya anggap sebagai adik sendiri. Kalo orang tau, mau macem-macem sama saya, saya tunjukkan foto dia, saya sarmidi, ini sarmudjie, takut itu. Org ini kolonel, orang-orang lagsg ya..ya… hehehehe Ya Alhamdulillah bapak ini sampe skrg msh inget ma ak. Satu kampung ini dekat sekali terutama yg teman main bareng. Saya sama Basar sebaya. Tongar ini yang paling tua Pak Darman 82 (tahun), terus pak Ngadimin 81 (tahun), perempuan itu mbah Siyem 84 (tahun), lain itu mbah Poniyem 80 (tahun)an.

Sampe sekarang soal kerukunan, tongar masih gini, kalo ada satu org mati besok semua orang ga ada yang kerja. Betul itu sampe skrg. Memang hebat tongar, saya akui itu. Kerukunan kematian isih sampe skrg. Waktu di Suriname, orang Jawa dekat hubungannya. Kalo kematian iya. Iyo, dulure pak Basar, bojone mbak Kandi ak yo melu layat. Ga tanggung itu, penuh padat, mlaku neng dalan susah itu. Maka itu waktu itu ak pulang, ak pamit karo sodaranya pak basar, nangis itu arep dikei sangu. Di Nickerie, cedak nggon Marmi. Terus ngomongke. Pak, ajeng kentun nopo pak mangke kulo betake. Sik ajeng kulo kentunke niku pun dibeto ank kulo sik jenenge Sueb. Ak tekan kene seprene during tekan.

(25)

Pak kandi nangis, ak mrono dirangkul. Ngomonge adik2ku pancen ora kemari tapi ak ktm pak sarmidi koyo ktm adiku dewe.

Waktu ak ke sana (Suriname kemarin), ak kayak orang gede. Kemana-mana dijemput. Pake mobil. Mobil-mobilan terus menerus. Ga pernah satu haripun ga pake mobil. Anak adekku semua punya mobil semua. Bukan cuma anak adekku. Seluruh org punya mobil, rumahnya agak jelek tapi punya mobil. Boleh dibilang, dulu 20 tahun dsana, Paramaribo aja blm liat, kmrn plg 6 bulan, Paramaribo, pangkal ujung sampe ke ujung sadrin, albina. Nah itu sudah batas. Maka ak tau kalo jalan di albina, itu ada org juka, ga pake pakaian, org item,negro. Kalo kamu lewat situ, dia tau mobilnya ga pernah lewat kemari, pulangnya dicegat mau dirampas segala macemnya. Ngelawan dia berani mati. Dia berani wong rumahnya di rimba. Anak adikku ada yg di Moenggo, kalo punya rambutan, kalo woh dia ambil saja kayak dia punya. kowe ngelarang ya dia berani. Itu yg blm masuk kota. Juka itu negro hutan.

Sekarang gedung film ga ada. Semua gedung film abis. Ada di Ngatikut, rumah ga dibongkar sampe sekarang dirawat. Sekarang ini tv, semua nonton di tv.

(45:20)

17 tahun ke atas ada itu satu kali waktu itu, filmnya king of kings, dua film itu, perempuan sana, laki2 sini, kalo campur ga boleh, ak dah pernah nonton. Ga jauh itu kira-kira 100 meter. Film 3 dimensi udah pernah liat. Iku neng Jakarta eneng, sek koyo nerak uwong.

Kalo di nickerie, kalo gedung film blm 17 tahun ga boleh nonton. Kami pake celana panjang, pamitnya mau les. Bawa buku keluar. Begitu lampu nyala ga berani masuk, lampu mati baru masuk baru nonton, menjelang habis udah keluar kalo ga tangkep polisi. Ada special film untuk anak-anak ada sore dari jam 6 sampe jam 7. Karcisnya ada kelas-kelas, kalo yang dibawah 50 sen, di atasnya 75 sen, di atasnya lagi 1 rupiah, ada lagi loose box plg mahal di atas 1,5 rupiah, nontonnya begini. Dulu saya disana Honda masih jarang, belum banyak yg punya, pake sepeda, kira-kira 13 km dari rmh kalo filmnya rame saya pasti nonton. Sepeda saya begini tapi naik ga sendiri, tiga org ga boleh boncengan kalo ada polisi di tangkep. Satu di tengah, satu di belakang, Saya di setir hadep belakang. Belum pernah ketangkep. Sana lain, kowe boncengan kalo belum disetop blm apa-apa ya turun. Kalo dah setop baru kena denda. Sebelum disetop dia cuma blg, kamu boncengan ya? Kalo org sini. Kalo setop langsung besok kantor denda itu.

Kemarin ketemu seluruh sodara dan smua yg saya kenal. Saya usahakan ketemu. Waktu kita brgkt dulu, kita menolong org gadis itu dua. Tenggelam di sungai, kalo ga saya tolong dah mati

(26)

itu, tenggelam. Satu itu tenggelam, yg satu dipegang ininya jadi dua org, ponimah ma tukinah. Jadi yg Di atas yg keluar yg di bawah ga keluar-keluar.sampe kira-kira 25 meter lebih. Waktu kita belum kemari, aku siap-siap berangkat. Sampe sana ak cari itu. Nangis, kalo ga ada kamu kang, ak pasti mati kang. O..itu bukan ak, itu Tuhan.

(50:28)

Ak hanya nolong. Nangis itu, waktu itu masih gadis-gadis. Kakaknya waktu aku mo kesana, ga cerita. Dia bertinju terus sama aku, ga mau ngomong sama aku. Tapi aku berangkat kesana aku bilang, tak temoni, kalo ga mau baik ya silakan. Tak temoni, jenenge banjir. Goleki de’e.Waktu itu dia di dapur, ak bilang salamualaikum, walaikum salam, tak rangkul, terus tak bilang biyen kowe bertinju trs, gelut trs karo ak, neng saiki guwak yo, saiki golek sik apik.o..yo..yo…tapi maaf skrg ini sudah lumpuh, pake tongkat padahal itu masih adik saya. Maka itu kalo org itu punya kasihan sama siapa saja, kita tau sama siapa saja,pasti org itu inget. Berilah kesehatan ke org itu, Alhamdulillah saya sehat. Saya banyak nolong org saya suka nolong org. kowe suk nek neng suriname, kowe golekno Jamin,. Jamin ning Nickerie sing paling kaya, wong jowo. Iyo kenal ak. Kebun pisangnya 1000 ha, nek tanah bukan punya dia cuma dia tuh direktur perkebunan. Kerjanyama org sana, Biyen de’e ngaticut. Karyawannya banyak.pisang tuh kalo dtg pake gandeng2, lory. Sik neng kene disisiri, belakangnya kolam mgkn ono 21m persegi. Karyawanne wedok2. Pisang itu kalo kegores udah ga laku, taruh pinggir. Dieksport ke belanda. Pisang lakata. Pisang kuwi tumpukan, nek gelem, ora isin jupuk wae. Pisang kuwi bana karo lakata. Tapi dia ga sholat. Dia pernah ngomong ma pak simin, bukan karo ak. Pak, mulakne wong sik podho sholat kuwi mergo duwe dosa karo Gusti Allah. Nek ono aku, tak tegor kuwi. Memang aku belum tau tapi ak bisa negor. Kita sholat itu minta ampun.Apalagi kamu, dosa kamu banyak, ga sholat lagi tapi ga ngomong sama aku jadi tak diemkan saja. Ngakunya islam. Istrinya dua. Aku dijemput sama dia. Melu aku kang, kowe tak duduhke bojoku yo, ojo ngomong karo bojoku iki. Punya anak satu. Gpp, dibawa aku. Sampe situ, iki bojoku,Tak foto yo. Ada fotonya. Terus aku foto.

(56:02)

Istrinya sebetulnya tau tapi diem saja. Tapi Jamin itu rumahnya memang begini, kaya betul dia itu. Kerja di perusahaan, diserahkan, sakarepmu mau kerja. adik saya itu tangan kanannya jamin. Jadi kalo mo bawa apa-apa dr perusahaan ga bayar, bikin lemari bikin segala macem, ambil aja. Kemarin aku pulang dikasih 100 euro. Tapi waktu di Suriname, waktu belum kemari, aku masih

(27)

lajang, saya pegang tangannya, semut geni yg merah ini, bawa gini, diantem, merah gini, padahal aku pulangnya melalui rumah dia. Jaman itu aku nakal-nakal. Aku, Jamin, Sahid, Ribut. Terus aku ada kawanku yg sejajar, namanya Ribut. Itu saya cari rumahnya, ak ditunjukkan sama keluarga ibu ini. Rumahnya ga jauh. Ak bilang assalammualaikum, dia lagi di dapur, ak masuk halaman, dia nyauri, dia keluar, Nampak ak, dia ga lali. Ga pangling ma ak, Dia langsung bilang omaigado…..oh my good. Lari dia. Kowe mbiyen nakal bgd, kowe wah jan..wah..masih inget dia.

Aku kesana kemarin, aku lupa cara negro tapi hampir sebulan, masuk toko, bicara-bicara beli pulsa, aku iso terus adekku ngomong, kang kok iso tuku,wis arep pinter lho kowe kang.

Ketemu semua teman-teman lama. Laki-laki, perempuan semua ketemu. Ada yg dulu masih gadis kecil kemarin sampe lupa ga tau aku. Namanya Painem, kakak beradik tiga, Ramidjan, Ramidi, Painem yg tengah. Itu ga kenal sama aku. Ak blg sama adikku, sing jenenge painem endi? Engko kang tak kandhani. Pas aku neng pasar, adikku ngomong, kae Painem. Badannya gede-gede. Aku datangi. Kowe ngerti ak? Ora ak ra ngerti. Kowe khan anakke tompo tho? Tompo ki kancaku. Ak ngmong ngono. Makmu ki jenenge rami, o….nek ngono kowe sik nyolongi endogku kae terus dirangkul, sana tu ga ada cerita, ketemu ya rangkul.

(1:00:51)

Trs ak ke pasar, arep mulih terus dikei jeruk, gedang, kei segala. Sakri segala ak kenal tapi sampe skrg ga pernah ketemu. Semua siapa yg ga kenal satu kapal? Ak kenal akeh. Disini dia alim,cuman udah banyak sepantar adik saya yg meninggal. Warto dah meninggal, kartika barang yo wis meninggal.anak saya yg ramah itu sukamdi, kalo di tonggar, juranggo siapa yg ga kenal tapi kalo sarmujan pendiam, kalo ga dipukul ga bunyi. Kalo ini seperti bapaknya. Kalo kita ramah kenalan banyak yg cari. Kalo pendiem ya gini ini.

(1:05:01)

Bangku saya tiga baris, sana 6 sana 3 lagi. sebelah saya orang belanda, tapi bahasa indonesia tau, istrinya org manado. Bapak mau kmana, mau ke Holland. Sama pak. Duduk, berangkat kira-kira satu jam lebih ak blg ”mas, ak minta tlg, ini pertama kali saya ke belanda, nanti gmn ya?”. Jangan kuatir pak, nanti saya bantu. Jangan sungkan-sungkan pak. Saya tau bapak tadi naik kursi roda. Aku digowo kursi roda lho. Nak ora ngono ak mikir nek duane (imigrasi-red) de’e sik ngomong. Bukan aku njaluk.Waktu masuk di bandara, Saiun masuk-masuk. Aku ikut di belakangnya. Wong’e teko, bapak mau kemana, bapak saya mau ke belanda tapi belum pernah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Penentuan subjek penelitian atau

[r]

Melalui analisis organisasi, analisis tugas dan analisis personal yang telah dilakukan, maka akan ditentukan matriks kategorisasi pelatihan K3 berdasarkan tujuan

Kehidupan mikroorgaisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak lepas Kehidupan mikroorgaisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak lepas dari

Langkah Pemecahan Masalah Strategi metakognitif Strategi belajar metakogniti f Memahami masalah Menghubungka n informasi dengan pengetahuan awal, Menggaris bawahi

Ketentuan lain yang dapat digunakan dalam menjerat praktik prostitusi adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil