Oseana, Volume XVIII, Nomor 3 : 95 - 108
ISSN 0216-1877
PERKEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN
DI INDONESIA
oleh
Mayunar
*)ABSTRACT
HATCHERY DEVELOPMENT OF FLOWER COD GROUPER, IN
INDONESIA. Epinephelus fuscoguttatus (family Serranidae) commonly known as
flower cod grouper in English, and Kerapu Macan in Indonesian, is widely distributed
in the Western Pacific, Indian Ocean and Southeast Asia. In Indonesia waters this
species is a common target fish for fisherman and considers to be a desirable fish for
culture. Kerapu macan is commercially one of the most important fish-species and
highly esteems as food fish in Singapore, Hongkong, Taiwan, and Indonesia.
Furthermore, nsincen this species seems suitable for culture of floating net-cages and
pen-cultured, the development of hatchery technique is essential to produce large
supplies of fries. Hatchery study of this species has been started since 1987 in
Bojonegara Research Station for Coastal of Aquaculture. The paper describes the
management and maturation of broodstock, spawning techniques, fecundity, fertilization
and hatching rate, larvalrearing and fries production in Bojonegaran Research Station.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan usaha
budidaya laut (pembesaran) dalam keramba jaring
apung, jaring tancap dan tambak, secara langsung
kebutuhan akan benih juga semakin meningkat.
Pengumpulan benih dari alam tidak dapat
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan
pembesaran, karena sangat dipengaruhi oleh
musim, lokasi dan kondisi alam yang kurang
menguntungkan disamping kelangsungan hidup
larva sampai ukuran benih masih sangatrendah.
Berdasarkan hal ini, Sub balai Penelitian
Perikanan Budidaya Pantai Bojonegara - Serang,
sejak tahun 1987 sudah mulai merintis
pembenihan beberapa ikan laut diantaranya :
beronang (Siganus javus, S. guttatus, S.
canaliculatus), kakap putih (Lates calcarifer),
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus),
kerapu lumpur (E. suillus) dan kerapu sunu
(Plectropomus maculatus).
Diantara jenis ikan laut diatas, kerapu
macan merupakan salah satu jenis kerapu yang
potential untuk dibudidayakan serta memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi terutama di pasar
Singapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia dan
bahkan Indonesia. Harga ikan kerapu ukuran
konsumsi (3OO-1.5OO g) bervariasi menurut
jenis, lokasi dan waktu. Misalnya di Riau, harga
per kilogram ikan kerapu sunu (Plectropomus
sp.) adalah Rp. 24.000,- Kepulauan Seribu
(Rp. 12.000,) dan Karimunjawa (Rp. 6.000,-),
sedangkan kerapu macan di Kabupaten Serang,
Jakarta dan Kepulauan Seribu berkisar Rp.
10.000-15.000,- (ANONYMOUS 1991).
Usaha budidaya ikan kerapu di
Indonesia pertama kali dirintis oleh nelayan
Kepulauan Riau pada tahun 1978 dengan
sistem tancap (pen-cage culture) dengan
sasaran pasar Singapura. Dewasa ini, karena
permintaan makin meningkat, budidaya ikan
kerapu terus berkembang di Kepulauan Seribu,
Kep. Karimunjawa, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Timur dan bahkan Nusa Tenggara
(ANONYMOUS 1993). Namun
perkem-bangan lanjut dari usaha budidaya kerapu
terhambat akibat pasok benih yang tidak
mencukupi atau sangat terbatas, bersifat
musiman dan sulit ditangkap.
Produksi ikan kerapu di Indonesia
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1984, hasil tangkapan tercatat
9.285 ton dan tahun 1991 sebanyak 16.197
ton, sedangkan untuk ekspor meningkat dari
57 ton pada tahun 1988 menjadi 85 ton pada
tahun 1991 (ANONYMOUS 1993). Daerah
penangkapan ikan kerapu meliputi hampir
disemua perairan Indonesia dan terbesar
meliputi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Maluku, Riau, Aceh,
Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur.
Mengingat permintaan pasar domestik
dan intemasional akan kerapu yang makin
meningkat dan belum diimbangi dengan
produksi hasil tangkapan, maka usaha
pembesaran (budidaya) akan semakin penting
dimasa datang. Menyadari hal-hal diatas dan
untuk usaha pengembangannya, penulis
mencoba memberikan sedikit gambaran atau
informasi tentang perkembangan pembenihan
ikan kerapu macan dalam kurun 4 tahun
terakhir (1990-1993). Dalam tulisan ini
disajikan mengenai pemeliharaan dan
pematangan induk, pemijahan alami dan
rangsangan, pembuahan dan penetasan telur,
perkembangan embryo, pemeliharaan larva,
pakan dan cara pemberiannya serta produksi
benih.
PEMELIHARAAN INDUK,
PEMUAHAN DAN PEMBUAHAN
Pemeliharaan dan Pematangan Induk
Pemilihan induk yang tepat dan baik
merupakan salah satu kunci menuju
keberhasilan dalam pematangan dan
pemijahan. Induk yang diperoleh dari alam
diseleksi menurut ukurannya serta memenuhi
syarat antara lain : harus sehat, tidak cacat,
ukuran seragam dan matang gonad. Pada
umumnya induk jantan memilikki ukuran
lebih besar dari betina, karena induk jantan
berasal dari betina dewasa yang mengalami
perubahan kelamin (change sex).
Induk-induk hasil seleksi dipelihara
dalam bak beton (concrete tank) volume 5,10
dan 30 m
3, kepadatan 2-10 ekor dengan berat
tubuh (BW) 3,1-11,5 dan panjang (TL) 52-79
cm (Tabel 1). Makanan yang diberikan dapat
berupa ikan rucah (tembang, selar, japuh,
tunjam), cumi-cumi, ikan tongkol dan jenis
lainnya dengan konversi 3-6 % per hari dari
total biomas. Tempat pemeliharaan dilengkapi
aerasi dan harus dijaga dalam keadaan bersih
dengan jalan disipon setiap harinya serta
dengan sistem air mengalir (pergantian air
100-150 % per hari).
Tabel 1. Pematangan induk ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus dengan berbagai pakan