• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH. Anak dengan Macam-macam Kebutuhan Fisik Khusus. Dosen Pengampu : Ibu Silvie Mil.S,E M.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH. Anak dengan Macam-macam Kebutuhan Fisik Khusus. Dosen Pengampu : Ibu Silvie Mil.S,E M.Pd"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 MAKALAH

Anak dengan Macam-macam Kebutuhan Fisik Khusus

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas pada mata kuliah Permasalahan & Modifikasi Tingkah Laku

Dosen Pengampu : Ibu Silvie Mil .S,E M.Pd

Oleh :

Almira Atifah (1801035004) Rahayu Hamidah (1801035064) S. Nadia Mar’atun Azizah (1801035050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA 2021

(2)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah dengan taufiq dan rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tiada harapan sedikitpun kecuali hal ini dapat berguna bagi Kami sebagai mahasiswa dan juga teman - teman semua, terutama untuk menambah khazanah keilmuan serta wawasan yang dapat berguna bagi Kami.

Terlepas dari itu semua, jika terdapat kekurangan dalam penyusunan dan materi dalam makalah ini itu semata-mata karena kekurangan yang ada pada Kami, karena kita ketahui bahwa manusia tidak terlepas dari kekurangan. Dan tentunya Kami pun berharap masukan dan saran yang bermanfaat dan berguna untuk meningkatkan nilai keilmuan dan wawasan Kami dalam dinul Islam yang mulia ini. Akhirnya dengan memohon kepada Allah semoga apa yang telah Kami usahakan dicatat oleh Allah sebagai amal kebaikan. Amin ya robbal’alamin.Atas segala perhatian Kami ucapkan terima kasih.

Jambi, 06 April 2021

(3)

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II : PEMBAHASAN

A. Anak Dengan Gangguan Penglihatan B. Anak Dengan Gangguan Pendengaran C. Anak Dengan Cerebal Paisy

D. Anak Dengan Penyakit Kronis BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan Mahluk yang sangat unik,dimana setiap tumbuh kembangnya sangat membutuhkan peran orang tua,keluarga dan sekitarnya,ketika anak mengalami permasalahan ini merupakan sutu hal yang perlu di deteksi dini atau deteksi awal,permasalahan pada anak tentunya tidak luput dari factor-faktor tertentu yang dpat memepengaruhi tumbuh kembang anak.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana mengetahui anak dengan gangguan penglihatan? 2. Bagaimana mengetahui anak dengan gangguan pendengaran

3.Serta Bagaimana mengetahui anak dengan gangguan Cerebral Paisy 4. Mengetahui anak dengan gangguan Penyakit Kronis ?

C. Tujuan

Di Harapkan dengan adanya penulisan makalah ini dapat menambah wawasan terkait Anak yang mengalami permaslahan atau gangguan dalam tumbuhnya.

(5)

5 BAB II PEMBAHASAN A. Anak Dengan Gangguan Penglihatan

Mata merupakan salah satu panca indra yang mana fungsinya sangat penting sekali untuk kehidupan. Sangat tidak enak sekali jika mata kita terkena gangguan, dimana mata merupakan suatu pusat control kita untuk menyalurkannya ke otak

Masalah atau gangguang penglihatan pada anak usia dini sendiri susahnya mereka untuk dapat membedakan benda atau suatu hal berdasarkan warna, bentuk maupun ukuran. Tidak hanya itu anak usia dini biasanya juga merasa sulit untuk mengamati benda secara jelas. Menurut Lowenfeld akibat gangguan penglihatan (ketunanetraan) menimbulkan tiga macam keterbatasan yaitu

(1) keterbatasan dalam hal luas dan variasi pengalaman,

(2) keterbatasan dalam bergerak atau mobilitas, dan

(3).keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan. Keterbatasan tersebut dapat disebabkan secara langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraan. Definisi Menurut Medis

ketajaman penglihatan dan lantang pandangan. Seseorang yang memiliki ketajaman penglihatan (visus) 20/200 atau kurang tergolong buta. Sedangkan yang memiliki visus antara 20/70 tergolong low vision. Meskipun seseorang memiliki ketajaman penglihatan normal tetapi lantang pandangannya kurang dari 20 derajat juga tergolong buta.

Penyebab Gangguan penglihatan ( Ketunanetraan)

faktor yang menyebabkan kelainan penglihatan (ketunanetraan) seperti kelainan struktur mata atau penyakit yang menyerang cornea, lensa, retina, saraf mata dan lain sebagainya. Di samping itu kelainan penglihatan juga dapat diperoleh karena faktor keturunan misalnya perkawinan antar saudara dekat dapat meningkatkan kemungkinan diturunkannya kondisi

(6)

6

kelainan penglihatan. Secara garis besar kelainan penglihatan dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu:

1. Kelainan Refraksi

Bagi seseorang yang mengalami kelainan refraksi (pembiasan cahaya) tanpa disertai gangguan lain, biasanya dapat diperbaiki penglihatannya hingga menjadi normal dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak. Bagi penyandang kelainan refraksi yang telah dikoreksi dengan kaca mata biasanya tidak ada masalah dengan penglihatannya kecuali jika kaca mata atau lensa kontak yang diresepkan baginya tidak dipakai. Beberapa kelainan refraksi meliputi:

a. Myopia dan Hyperopia

Dalam penglihatan normal, berkas cahaya paralel yang datang dari jauh akan terfokus pada retina. Jika bola mata terlalu panjang dari depan ke belakang, maka berkas cahaya itu terfokus di depan retina dan hal ini mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buram. b.Presbyopia

Dengan meningkatnya usia, seseorang pada umumnya mengalami penurunan fungsi akomodasi sehubungan dengan lemahnya elastisitas lensa dan cairan lensa yang mengeras. c.Astigmatism

Penyebab utama astigmatism adalah bervariasinya daya refraksi cornea atau lensa akibat kelainan dalam bentuknya permukaannya. Hal ini mengakibatkan distorsi pada image yang terbentuk pada macula. Bila kasusnya sederhana, kondisi ini dapat dikoreksi dengan memakai kaca mata dengan lensa silindris, tetapi permasalahan menjadi lebih berat bila kondisi ini disertai myopia dan hypermetropia. Bila disertai dengan jenis gangguan penglihatan lain, koreksinya akan menjadi sulit dan dapat mengakibatkan berkurangnya ketajaman penglihatan bahkan kebutaan.

Gejala-gejala yang nampak seperti: • Tidak seirasnya mata dalam bergerak

• Sakit kepala, karena mata saling berkontribusi dengan otak sebagai pusat control. • Mual, biasanya anak mulai tidak nafsu makan karena perutnya sakit dan selalu ingin

muntah.

(7)

7

• Sering menggosok mata, atau biasanya sering keluar air mata pada anak • Terlalu dekat saat menonton TV atau gadged

Pada gangguan penglihatan dapat menyebabkan gangguan pada ingatan. Gangguan ingatan tersebut yakni:

1. Tidak mampu anak dalam menyebutkan benda yang ada angkanya.

2. Anak tidak dapat menjabarkan benda seperti bentuknya, warnanya, fungsinya dll. 3. Anak tidak mampu dalam mengurutkan gambar yang diacak Anak tidak dapat melihat

yang guru tulis di papan tulis.

4. Kelainan-kelainan pada mata sangat banyak, tetapi yang perlu kita ketahui secara garis besar dimana kelainan itu sangat berpengaruh bagi tuumbuh dan kembang si anak.

Gangguan pada penglihatan anak usia dini wajib kita ketahui sedini mungkin, biasanya terjadi pada anak pada usia 5 tahun sampai usia 6 tahun. Kasus ini harus ditangani sedini mungkin paling tidak control ke spesialis mata anak, guna agar masalah komplikasi tersebut tidak melebar atau meluas pada mata.Mata dan penglihatan yang sehat adalah bagian penting dari perkembangan anak-anak. Mata anak sejatinya harus diperiksa secara teratur, karena banyak masalah penglihatan dan penyakit mata yang sebenarnya dapat dideteksi dan diobati sejak dini.

Pemeriksaan medis rutin pada mata anak meliputi pemeriksaan ketika bayi baru lahir. Bayi baru lahir dengan kelahiran prematur yang memiliki riwayat keluarga dengan masalah mata dan penyimpangan mata berada pada risiko yang tinggi, sehingga harus diperiksa oleh dokter mata . Kemudian sekitar usia 3, 5 tahun, anak-anak harus menjalani pemeriksaan kesehatan mata dan tes ketajaman visual (tes yang mengukur ketajaman penglihatan) dengan dokter anak.

Di usia 5 tahun, anak-anak harus memeriksakan kembali mata mereka oleh dokter anak.Kemudian menginjak usia 5 tahun, pemeriksaan harus kembali dilakukan.Apalagi jika anak menunjukkan gejala, seperti :menyipitkan mata atau sakit kepala.Beberapa gangguan mata yang sering dialami anak-anak adalah amblyopia (mata malas), buta warna, konjungtivitis, kesalahan bias (miopia, hiperopia, astigmatisme), retinitis pigmentosa, strabismus, uveitis, dan penyakit virus zika.

(8)

8

Ciri-ciri anak mengalami gangguan mata atau penglihatannya: 1. Menggosok mata secara intens.

2. Sensitivitas terhadap cahaya. 3. Memiliki fokus mata yang buruk.

4. Pelacakan visual yang buruk dalam arti mata susah mengikuti objek yang bergerak. 5. Pergerakan mata yang abnormal (setelah usia 6 bulan).

6. Mata merah secara kronis.

Pada anak usia sekolah, tanda-tanda lain yang harus diperhatikan termasuk: 1. Tidak dapat melihat objek dari kejauhan.

2. Mengalami kesulitan membaca tulisan di papan tulis. 3. Menyipitkan mata.

4. Kesulitan membaca.

5. Duduk terlalu dekat dengan TV.

Alangkah baiknya supaya orangtua mengawasi anak dan memerhatikan apakah anak mengalami tanda-tanda seperti yang diuraikan di atas. Jika anak mengalami masalah pada mata segera periksakan untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.Penanganan yang cepat akan membantu perawatan lebih baik, sehingga anak kemungkinan anak untuk sembuh lebih besar. Mengetahui risiko dan kemungkinan gangguan mata pada anak, ibu perlu memberikan pencegahan yang tepat untuk menjaga kesempurnaan kesehatan anak.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu melindungi penglihatan anak adalah yakni dengan:

1. Menetapkan pola makan dengan baik selama kehamilan.

2. Berikan anak makanan bergizi dengan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan. Makanan ini mengandung antioksidan kunci dan nutrisi, seperti vitamin C, vitamin, E, seng, asam lemak omega-3, dan lutein, yang terkait dengan kesehatan mata.

3. Berikan anak mainan yang sesuai usianya dan aman.

4. Berikan anak mainan yang mendorong perkembangan visual.

5. Berikan perlindungan matahari saat berada di luar ruangan dengan menggunakan pelindung mata

(9)

9

Jika anak mengalami masalah pada mata segera periksakan untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.Penanganan yang cepat akan membantu perawatan lebih baik, sehingga anak kemungkinan anak untuk sembuh lebih besar. Mengetahui risiko dan kemungkinan gangguan mata pada anak, ibu perlu memberikan pencegahan yang tepat untuk menjaga kesempurnaan kesehatan anak.

Gangguan penglihatan yang kerap dialami anak usia dini: 1.Kelainan refraktif

Kelainan ini disebabkan oleh ketidaknormalan bentuk mata yang menyebabkan terjadinya salah bias dan menyebabkan pandangan menjadi kabur.Gangguan mata ini bisa berupa rabun dekat, rabun jauh, dan silinder. Faktor genetik dan kebiasaan buruk menjadi faktor penyebabnya. Gejala yang sering ditunjukkan penderita gangguan refraktif adalah kerap menyipitkan mata saat menatap objek dari jarak jauh atau dekat.

2.Ambliopia atau mata malas

Gangguan ambliopia disebabkan berbagai faktor yang mengakibatkan otak hanya memproses informasi visual dari satu mata yang dominan. Akibatnya, anak mengalami gangguan pada perkembangan penglihatannya. Bahkan anak bisa kehilangan penglihatan secara permanen bila tidak segera ditangani. Waspadalah bila kedua mata anak tidak bergerak bersamaan, anak cenderung memiringkan kepala untuk melihat sesuatu, dan memiliki kelopak mata yang turun.

3.Strabismus atau juling

Kondisi mata juling biasanya tidak berada dalam posisi yang sejajar. Jika tidak ditangani gangguan mata ini bisa menyebabkan ambliopia.

Ada beberapa bentuk gejala strabismus:

• Esotropia yakni satu atau kedua mata mengarah ke hidung. • Eksotropia yakni satu atau kedua mata mengarah keluar.

• Hipertropia yakni satu atau kedua mata menatap ke atas.Hipotropia, kebalikan dari hipertropia

(10)

10

Balita bisa mengalami katarak kongenital yang disebabkan karena ibu terinfeksi virus ketika sedang mengandungnya. Mata si kecil terlihat keruh, tampak seperti ada lapisan putih menutupi pupil matanya. Akibatnya, si kecil tidak bisa melihat dengan jelas. Penyakit ini bisa dideteksi sejak bayi dan dapat diatasi lewat jalan operasi.

6.Konjungtivitis atau mata merah.

Terjadi karena ada infeksi pada selaput mata luar (conjuctiva), yaitu membran transparan yang membatasi kelopak dengan bola mata. Bila terjadi pada bayi disebut neonatal konjungtivitis yang disebabkan infeksi bakteri di jalan lahir (pada bayi yang lahir normal). Selain disebabkan oleh bakteri, conjungtivitis dapat juga disebabkan oleh reaksi alergi (alergi conjungtivitis) dan virus (Adenovirus).

7.Buta warna.

Kelainan ini bersifat genetis. Ada 2 jenis buta warna, yaitu buta warna sebagian (tidak bisa membedakan merah-hijau atau kuning-biru), serta buta warna total (tidak bisa melihat warna). Ada pula buta warna aquired atau didapat (bukan genetik), yaitu bila anak mengonsumsi obat-obat tertentu, misalnya obat-obatan untuk malaria dan TB, dalam waktu lama.

B.Anak Dengan Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran pada anak bisa terjadi sejak lahir akibat kelainan bawaan, bisa juga terjadi dalam proses pertumbuhan anak, misalnya karena infeksi telinga tengah (otitis media).Oleh karena itu, meski pendengaran anak baik saat lahir, sebagai orang tua Anda juga perlu waspada dengan adanya kemungkinan gangguan pendengaran saat anak bertambah usia. Berikut ini adalah tanda gangguan pendengaran pada si Kecil sesuai dengan usianya:

1. Usia 0-9 bulan

o Tidak terkejut ketika mendengar suara dengan volume tinggi

o Tidak terlihat merespons (tersenyum atau menoleh) ketika dipanggil oleh suara yang familiar

o Tidak berceloteh ”ma-ma”, ”da-da”, ”ta-ta” atau sejenisnya o Tidak tertarik dengan mainan yang mengeluarkan bunyi

o Tidak mengerti perintah yang sederhana, misalnya melambaikan tangan jika orang tua mengatakan ”dadah”

(11)

11

o Tidak mengucapkan berbagai macam suara dengan berbagai suku kata o Tidak menunjukkan respons ketika namanya dipanggil

o Saat rewel tidak terlihat lebih tenang saat mendengar suara orang terdekatnya

o Tidak mengeluarkan berbagai macam intonasi suara untuk mengekspresikan rasa senang, kesal, atau sedih

o Tidak mencoba mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh orang dewasa di dekatnya 3. Usia 15-24 bulan

o Tidak tertarik mendengarkan cerita atau lagu o Tidak sering menyanyi atau berbicara

o Tidak mampu menunjuk anggota tubuh saat orangtua meminta si Kecil menunjuk anggota tubuhnya tersebut

o Tidak mampu mengucapkan hal sederhana yang rutin dilakukan sehari-hari seperti ”makan”, ”mama ”, ”papa”

o Belum bisa berbicara membentuk satu atau dua kata 4. Usia di atas dua tahun

o Tidak menjawab jika dipanggil

o Sering menonton televisi dengan volume sangat keras

o Jika ditanya, anak sering kali menjawab dengan ’tidak nyambung’ o Artikulasi bicara tidak jelas

o Kemampuan bicara lebih lambat dibandingkan anak seusianya o Mengalami kesulitan belajar di sekolah

o Mengeluhkan nyeri di telinga atau telinganya terasa penuh Penanganan gangguan pendengaran pada anak

Bila anak dicurigai mengalami gangguan pendengaran, dokter akan melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran untuk memastikan ada tidaknya gangguan pendengaran. Jenis pemeriksaannya tergantung pada usia si Kecil, bisa berupa audiometri nada murni, play audiometry, auditory brainstem response (ABR) testi, timpanometri, otoaucoustic emissions (OAE) test, atau jenis pemeriksaan lainnya. Jika ditemukan ada gangguan pendengaran, umumnya dokter akan menyarankan penggunaan alat bantu dengar, operasi di daerah liang telinga tengah, atau pemberian obat-obatan, tergantung dari jenis gangguan pendengaran yang dialami anak. Gangguan pendengaran pada anak bisa bersifat sementara atau permanen. Namun demikian, yang paling penting adalah mendeteksi gangguan

(12)

12

pendengaran sedini mungkin agar bisa ditangani dengan tepat, sehingga tumbuh kembang anak tetap bisa berjalan optimal.

Mengenali penyebabnya

Penyebab gangguan pendengaran pada anak bisa bermacam-macam. Setengah dari seluruh kasus gangguan pendengaran anak disebabkan oleh kelainan genetik dan beberapa di antaranya memiliki riwayat gangguan pendengaran menurun di keluarga. Selain kelainan genetik, gangguan pendengaran pada anak juga bisa disebabkan oleh:

• Infeksi pada ibu hamil, misalnya infeksi virus atau bakteri. • Penggunaan obat-obatan yang ototoksik oleh ibu pada saat hamil. • Trauma lahir.

• Riwayat trauma kepala pada anak. • Memiliki riwayat penyakit kuning.

• Riwayat infeksi pada otak atau tulang belakang. • Riwayat infeksi telinga.

Deteksi dan tangani dengan cepat

Jika merasakan gejala gangguan pendengaran pada anak Anda, segera periksakan ke dokter spesialis di rumah sakit terdekat. Dokter akan melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui apa penyebab spesifik atas gangguan yang terjadi. Biasanya, gangguan pendengaran pada anak bisa bersifat sementara atau permanen. Namun, yang paling penting adalah mendeteksi gangguan pendengaran sedini mungkin agar bisa ditangani dengan cepat dan tepat, sehingga tumbuh kembang anak tetap bisa berjalan optimal.

C. Anak Dengan Gangguan Cerebral Pasly

Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang mengancam jiwa, melainkan sebuah kondisi, kecuali anak yang terlahir dengan kasus yang sangat parah (Maimunah, 2013). Cerebral palsy ini adalah sebuah kondisi, maka kerusakan yang terjadi pada otak tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain bersifat permanen, namun perawatan dan terapi dapat membantu mengatur dampaknya pada tubuh.

Anak dengan cerebral palsy akan mengalami gangguan motorik yang dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan otak, khususnya pada pusat motorik atau jaringan

(13)

13

penghubungnya. Kerusakan pada otak ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau selama proses pembentukan syaraf pusat. Anak dengan cerebral palsy juga bisa mengalami berbagai gangguan penyerta, yaitu gangguan kognitif dan gangguan fisik. (Eliyanto & Hendriani, 2013).

Pada anak cerebral palsy yang memiliki gangguan penyerta, anak tersebut tidak terlalu terganggu dengan kondisinya, karena ia tidak bisa membandingkan dirinya dengan orang lain. Namun pada anak dengan cerebral palsy murni atau tanpa gangguan penyerta, anak akan merasakan bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. cerebral palsy memiliki sebuah keunikan dan kebutuhan tersendiri, berbeda dengan anak lainnya, sehingga pola pengasuhan yang perlu dilakukan oleh orangtua kepada anak juga akan berbeda dengan anak tanpa kondisi dengan cerebral palsy (Eliyanto & Hendriani, 2013).

Dengan demikian, sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui pengetahuan dan memiliki keterampilan yang tepat untuk mengasuh anak, khususnya anak dengan cerebral palsy. Sungguh tidak ada yang lebih terkena dampak dari adanya seorang anak berkebutuhan khusus daripada keluarganya sendiri (Fine & Simpson, 2002; Turnbull & Turnbull, 1997; Hardman, dkk, 2002, dalam Hidayati, 2011).

Cerebral palsy adalah hasil dari kerusakan otak atau kecacatan otak yang paling banyak terjadi ketika seseorang masih di dalam kandungan atau ketika dilahirkan, walaupun ada beberapa kasus yang mengalami CP bukan dari bawaan lahir. Penelitian terkini menunjukkan bahwa sebagian besar cerebral palsy dihasilkan dari perkembangan otak yang abnormal atau kerusakan otak pada saat melahirkan. Selain itu, kecelakaan, kekerasan, malpraktek, kelalaian, infeksi, dan cedera juga diketahui menjadi penyebab yang menyebabkan terjadinya cerebral palsy.

Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang mengancam jiwa, melainkan sebuah kondisi, kecuali anak yang terlahir dengan kasus yang sangat parah. Dikarenakan cerebral palsy ini adalah sebuah kondisi, maka kerusakan yang terjadi pada otak tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain bersifat permanen, namun perawatan dan terapy dapat membantu mengatur dampaknya pada tubuh. Cerebral palsy ini juga bukanlah sesuatu yang menular, karena cerebral palsy terjadi disebabkan adanya kerusakan pada perkembangan otak. Sehingga, cerebral palsy ini bisa dikatakan sebagai kondisi yang kronis karena efeknya dalam jangka panjang atau seumur hidup.

(14)

14

Cerebral palsy bisa saja dirawat oleh orangtua (ayah dan ibu) dari keluarga inti, ataupun dari keluarga batih (extended family) yang sudah dianggap sebagai orangtua. Peran orangtua sangat besar bagi tumbuh kembang anak. Bagi anak dengan cerebral palsy, orangtua berperan seperti manajer bagi kehidupan anak.

a. Identitas keluarga.

Orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy, tentu label yang diberikan oleh masyarakat bukanlah sebagai keluarga pada umumnya, namun keluarga akan memperoleh label “keluarga dengan anak dengan cerebral palsy”. orangtua juga perlu bisa menerima anaknya dan berbagai kondisi yang ada.

b. Keuangan

Memiliki anak dengan cerebral palsy pastinya akan memerlukan biaya yang besar karena anak dengan cerebral palsy memerlukan berbagai kebutuhan dan penanganan lebih dari pada anak pada umunya, seperti biaya untuk terapi, guru pendamping, dan bahkan pengasuh khusus apabila orangtua bekerja. Sehingga orangtua perlu mempersiapkan anggaran yang besar untuk anaknya.

c. Aktivitas sosial dan rekreasi.

Orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy akan lebih memikirkan apabila ingin berkegiatan di tempat umum. Orangtua perlu memikirkan apakah tempat atau kegiatan tersebut merupakan tempat yang ramah bagi anaknya.

Orangtua juga perlu memikirkan terkait dengan pengambilan keputusan penting. seperti, bagi ibu bekerja yang memiliki anak dengan cerebral palsy harus mempertimbangkan apakah melanjutkan atau berhenti kerja dan fokus untuk mengasuh anaknya, apakah harus pindah ke tempat kerja yang lebih dekat dengan rumah sehingga lebih mudah mengontrol kondisi anak, dan lainnya.

d. Tahapan perkembangan

Terdapat masa-masa dalam proses perkembangan anak yang membuat orangtua stres. Masa-masa itu adalah pada masa awal, orangtua harus menerima diagnosis yang diberikan akan kondisi anaknya. Kemudian, pada masa sekolah, orangtua harus mencari sekolah yang tepat bagi anak dan membantu anak agar dapat menyesuaikan diri di lingkungan luar. Pada masa remaja dan dewasa, orangtua harus menyiapkan anak agar siap dan melepaskannya ke dunia dewasa yang sesungguhnya menuntut kemandirian anak.

(15)

15

Obat untuk kekakuan otot.

• Suntikan toksin botulinum untuk mengendurkan otot atau kelompok otot tertentu selama beberapa bulan sekaligus.

Pemberian obat yang membantu mengatasi sulit tidur atau biasa disebut melatonin. Obat anti-kejang untuk mencegah epilepsi.

Obat pencahar untuk mengatasi sembelit .

Obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan rasa nyeri. Obat untuk mengurangi produksi air liur.

D.Anak Dengan Peyakit Kronis

Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi harian selama tiga bulan atau lebih dan terjadi dalam satu tahun. Penyakit kronik juga dapat menyerang pada anak, dimana menyebabkan anak harus menjalani hospitalisasi minimal satu bulan dalam satu tahun. Anak yang mengalami penyakit kronis umumnya mendapatkan pengobatan rutin dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan kognitif anak sehingga menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Hockenberry & Wilson, 2009).

Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).

Penyakit kronis yang dapat terjadi pada anak yakni : 1. Penyakit Thalasemia,

Dimana penyakit ini merupakan penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh gangguan produksi hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin berkurang (Rund & Rachmilewitz, 2005). Thalasemia merupakan penyakit PTM yaitu sindrom kelainan yang diwariskan (keturunan)

(16)

16

dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen (Nurarif dkk, 2013). Tanda dan gejala pada anak dengan thalasemia diantaranya:

1. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur 2. lemah, anemia, berat badan berkurang, 3. Tidak bisa hidup tanpa tranfusi darah 4. Perubahan bentuk wajah,

5. Pembesaran limpa,

6. serta dapat terjadi facecoley, dan hepatomegali (Nurarif dkk, 2013)

2. Penyakit kronik

Merupakan penyebab yang mengakibatkan anak menjadi perawakan pendek atau stunting (Hartanto, 2018).Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-Multicentre Growth Reference Study (MGRS) 2006.

Anak yang mudah terkena infeksi dapat disebabkan oleh penurunan imunitas dan kerusakan pertahanan tubuh. Infeksi yang paing sering ditemukan pada anak berhubungan dengan infeksi saluran gastrointestinal, saluran pernafasan dan malnutrisi(Rodrí guez, Cervantes and San,2011).

Anak yang mengalami stunting lebih tinggi pada rentang usia 24-47 bulan akibat dari kurangnya asupan gizi secara kronis sehingga pertumbuhan juga terganggu dan dampaknya akan semakin terlihat pada usia tersebut dibanding usia sebelumnya (Nur Endah and Adi, 2015:)anak laki-laki hampir sama terjadi stunting meskipun lebih besar sedikit dibanding anak perempuan.

Hal ini karena pada usia balita sama-sama dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhan akan zat gizi hampir sama baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Rahayu (2011) dan Syukriawati (2011) bahwa laju masa pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan

(17)

17

cenderung sama sampai usia 8 tahun. Resiko untuk menjadi stunting, antara anak laki-laki dengan anak perempuan hamper sama secara global (Nations and Unicef,2013).Stunting berhubungan erat dengan permasalahan gizi pada anak. Menurut (Rosari and Rini, 2013) menyatakan bahwa keadaan gizi yang buruk atau gizi kurang dapat disebabkan kurangnya asupan makanan,terkena infeksi serta pola makan

Ada Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tejadinya stunting.

• Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu • tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik.

• Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi,bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

3. Gangguan sistem pernafasan

Pada anak dapat berupa pneumonia dan TBC paru. Pneumonia pada balita di Indonesia masih menjadi masalah utama di Indonesia. Hal ini terlihat dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia (Hartati, Nurhaeni and Gayatri, 2008).Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia karena dapat menyerang siapa saja termasuk anak-anak dan bahkan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak(Mudiyono, Endah and Adi, 2015) .Infeksi pneumonia pada anak juga dapat Mempengaruhi saluran pencernaan berupa diare, dan juga dapat mempengaruhi organ lain.

4. Diabetes Mellitus

Berdasarkan World Diabetes Foundation, seorang anak dapat dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus jika mengalami 3 gejala klinis utama sebagai berikut:

• Polifagi (peningkatan frekuensi makan karena rasa lapar yang berlebihan dan berulang)

• Polidipsi (peningkatan frekuensi minum karena rasa haus yang berlebihan dan berulang)

• Poliuri (peningkatan frekuensi berkemih, terutama pada malam hari)

Selain 3 gejala klinis utama di atas, dapat juga terjadi gejala-gejala lainnya seperti luka yang sulit sembuh, badan terasa lemas dan cepat lelah, kesemutan, dan pandangan kabur.

(18)

18

Gejala-gejala klinis di atas tentunya didukung dengan adanya hasil pemeriksaan medis penunjang dari laboratorium, seperti pemeriksaan gula darah dan analisa urine.Seperti pada dewasa, diabetes pada anak juga dapat dikelompokan menjadi 2 tipe, yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Diabetes Mellitus Tipe 2.

• Diabetes Mellitus Tipe 1 (DM Tipe 1) atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus Seorang anak dikatakan menderita DM Tipe 1, jika tubuhnya memiliki ketergantungan terhadap pasokan insulin dari luar sepenuhnya karena sel-sel pankreasnya tidak mampu memproduksi hormon insulin. DM tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik dan juga faktor pencetus lainnya.Anak dengan DM Tipe 1akan memerlukan pengobatan dengan injeksi insulin seumur hidupnya. Insulin tersebut diberikan untuk mengatasi komplikasi akut, mencegah kematian dini, mengurangi risiko terjadinya komplikasi kronis, dan mendukung aktivitas keseharian anak.

• Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus DM Tipe 2 terjadi jika pasokan insulin di pankreas tidak mencukupi sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pengiriman glukosa ke seluruh sel tubuh, namun penderitanya tidak tergantung sepenuhnya pada pasokan insulin dari luar. Sekitar 90% kasus diabetes adalah DM Tipe 2.Selama ini, banyak yang menganggap DM Tipe 2 hanya diderita oleh mereka yang berusia dewas, padahal DM Tipe 2 dapat juga terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan menjadi faktor utama penyebab terjadinya DM Tipe 2.

Diabetes pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi dapat terjadi baik karena penyakit diabetes itu sendiri, maupun akibat pengobatan dari penyakit diabetes. Umumnya, komplikasi dari penyakit diabetes akan terjadi pada jantung, otak, mata, ginjal, dan saraf. Jika seseorang menderita penyakit diabetes pada usia anak-anak dan tidak mendapatkan terapi yang adekuat, maka ada kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit kronis pada dirinya saat dia berusia remaja atau dewasa, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, dan lain sebagainya.

5. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi cukup umum terjadi pada anak dan remaja. Anak yang menderita hipertensi, dapat mengalami gangguan kesehatan untuk jangka panjang. Hipertensi pada anak, selain diakibatkan oleh faktor genetic, juga dapat dikaitkan dengan

(19)

19

faktor usia, jenis kelamin, dan etnis. Penegakkan diagnosis hipertensi pada anak ditegakkan setelah dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali atau lebih.

Berbeda dengan orang dewasa, diagnosis hipertensi pada anak ditegakkan bila tekanan darah sistolik dan/atau diastolic seorang anak lebih tinggi dari presentil ke-95 dari tabel tekanan darah berdasarkan golonganjenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak. Sedangkan jika tekanan darah anak berada antara presentil ke-90 dan presentil ke-95, maka anak tersebut digolongkan sebagai kondisi prahipertensi.Seperti pada kondisi hipertensi dewasa, kondisi hipertensi pada anak dapat digolongkan menjadi hipertensi primer/esensial dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer merupakan kondisi hipertensi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan tidak disebabkan karena adanya penyakit lain. Walaupun biasanya sulit mengidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi primer, namun beberapa faktor seperti berat badan, keturunan, pola hidup, dan respon metabolic diperkirakan merupakan faktor-faktor pencetus terjadinya hipertensi primer. Sedangkan pada hipertensi sekunder, biasanya disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya, seperti misalnya penyakit ginjal.

Penatalaksanaan hipertensi pada anak dapat berupa terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. Kedua jenis terapi tersebut bertujuan untuk menurunkan tekanan darah anak hingga di bawa presentil ke-95 untuk anak dengan kondisi hipertensi tanpa komplikasi dan di bawah presentil ke-90 untuk anak dengan kondisi hipertensi dengan komplikasi. Pemberian terapi hipertensi pada anak dilakukan dengan pertimbangan usia anak, tingkatan hipertensi, dan respon tubuh anak terhadap terapi.

Terapi non-farmakologis adalah terapi yang melibatkan modifikasi gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan dengan gizi sehat dan seimbang, melakukan aktifitas olahraga, serta diet rendah lemak dan garam. Terapi farmakologis adalah terapi yang menggunakan obat seperti Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor, Loop Diuretics, Calcium Chanel Blockers, dan lain sebagainya.

6. Penyakit Jantung Non-Kongenital (Non-Bawaan)

Penyakit jantung saat ini tidak hanya umum ditemukan pada orang dewasa saja, tetapi sudah mulai banyak ditemukan pada usia anak-anak. Walaupun sebagian besar penyakit jantung pada anak adalah penyakit jantung congenital (bawaan), tetapi tetap juga didapatkan penyakit jantung non-kongenital (non-bawaan) pada anak. Seperti pada orang dewasa,

(20)

20

penyakit jantung non-kongenital pada anak dapat dilatarbelakangi beberapa kondisi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas. Faktor gaya hidup, termasuk di antaranya konsumsi makanan dengan tinggi lemak, dapat memperbesar kemungkinan terjadinya gangguan jantung.

Dengan semakin tingginya prevalensi terjadinya penyakit-penyakit kronis pada anak-anak, maka semakin pentingnya diterapkan pola hidup sehat sejak dini, seperti pengaturan pola makan dengan gizi sehat dan seimbang, mengurangi konsumsi makanan siap saji (junk food), dan membimbing anak untuk giat melakukan olahraga secara teratur. Yang tidak kalah penting adalah orang tua dan keluarga harus menjadi lingkungan yang suportif serta dapat memberi contoh dan inspirasi bagi anak untuk melakukan pola hidup sehat.

BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan

Mata merupakan salah satu panca indra yang mana fungsinya sangat penting sekali untuk kehidupan. Sangat tidak enak sekali jika mata kita terkena gangguan, dimana mata merupakan suatu pusat control kita untuk menyalurkannya ke otak. Masalah atau gangguang penglihatan pada anak usia dini sendiri susahnya mereka untuk dapat membedakan benda atau suatu hal berdasarkan warna, bentuk maupun ukuran. Tidak hanya itu anak usia dini biasanya juga merasa sulit untuk mengamati benda secara jelas.

Gangguan pendengaran pada anak bisa terjadi sejak lahir akibat kelainan bawaan, bisa juga terjadi dalam proses pertumbuhan anak, misalnya karena infeksi telinga tengah (otitis media).Oleh karena itu, meski pendengaran anak baik saat lahir, sebagai orang tua Anda juga

(21)

21

perlu waspada dengan adanya kemungkinan gangguan pendengaran saat anak bertambah usia.

Cerebral palsy ini adalah sebuah kondisi, maka kerusakan yang terjadi pada otak tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain bersifat permanen, namun perawatan dan terapi dapat membantu mengatur dampaknya pada tubuh.

Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi harian selama tiga bulan atau lebih dan terjadi dalam satu tahun. Penyakit kronik juga dapat menyerang pada anak, dimana menyebabkan anak harus menjalani hospitalisasi minimal satu bulan dalam satu tahun. Anak yang mengalami penyakit kronis umumnya mendapatkan pengobatan rutin dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan kognitif anak sehingga menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

B. Saran

Sebagi orang tua yang baik seharusnya kita memperhatikan setiap perkembangan anak sejak dalam kandungan sampailah usis dimana anak sudah mampu mengurus dirinya, kerena untuk mengantisipasi terjadinya gangguan-gangguan pada anak. ketika anak

mengalami salah satu gangguan alahkah baiknya kita sebagai orang tua harus membawa anak control ke dokter yang faham akan masalah yang di alami oleh anak, sehingga ganguan yang dialami anak dalap diatasi dan insyaallah bisa di sembuhkan

(22)

22

DAFTAR PUSTAKA

Prevent Blindness. Diakses pada 2020. Eye Problems in Adults & Children.

Kids Health. Diakses pada 2020. Your Child’s Vision.WebMD. Diakses pada 2020. Protecting Your Child’s Eyes and Vision

Dwi, B. and Wirjatmadi, R. B. (2008) ‘Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting’, pp. 99–104.

Faiza, R., Elnovriza, D. and Syafianti (2007) ‘Faktor resiko kejadian gizi buruk pada anak balita (12-59).pdf’. media gizi &keluarga, p. 31(1):80-88.

(23)

23 https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3624123/tanda-gangguan-pendengaran-pada-anak https://www.siloamhospitals.com/Contents/News-Events/Advertorial/2019/08/24/06/52/Deteksi-Dini-Gangguan-Pendengaran-pada-Anak file:///C:/Users/ASUS/Downloads/26248-81047-2-PB.pdf file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1795-Article%20Text-7074-1-10-20201229.pdf 7 Tindakan Medis yang Bisa Dilakukan untuk Tangani Cerebral Palsy (halodoc.com) http://jka.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/download/154/171/

Referensi

Dokumen terkait

“Mekanisme Pembentukan Komite Reviewer Dan Tata Cara Penilaian Usulan Dana Bantuan Penelitian Dan Publikasi Ilmiah.” Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Djati

Dengan nilai VSWR tersebut, antena mikrostrip akan dapat menangkap frekuensi access point yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz dengan baik.

Penerima Fidusia harus memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang

Dengan menganalisis kelebihan yang dimiliki oleh enumerasi PPG dibandingkan dengan enumerasi lainnya serta menganalisis metode DGW sebagai metode yang memanfaatkan

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian, bahwa Desa Cikaso memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi home industry dengan memanfaatkan tanaman lokal yang ada di lingkungan

Pada Gambar 4.12 ditunjukkan hasil dari pengolahan limbah cair penyamakan kulit secara kolom adsorpsi dan metode kombinasi adsorpsi fitoremediasi pada

Christiaan de Jonge mengatakan bahwa “dalam gereja ada empat jabatan yang menurut Calvin ditetapkan oleh Kristus sendiri sebagai kepala gereja, yakni gembala (pasteur,

Kerangka pikir dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan kerangka teori aratan standar Dimulai dengan lakukan kajian awal / initial review (gap analysis) dengan