• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI DENTALGIA DI DESA PAKEMBINANGUN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI DENTALGIA DI DESA PAKEMBINANGUN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

PENGGUNAAN TERAPI DENTALGIA DI DESA PAKEMBINANGUN,

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm ) Program studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Indonesia

Oleh :

MUHAMMAD AZIZ NOORKALAM

11613118

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

MARET 2016

(2)

Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia

INTISARI

Pada tahun 2013, sekitar 32,1% masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut berupa dentalgia atau lebih dikenal dengan sakit gigi. Dentalgia merupakan penyakit ringan namun dapat mengganggu kehidupan masyarakat sehari-hari dan akan berdampak lebih buruk apabila tidak segera disembuhkan. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan perilaku terapi yang dilakukan masyarakat desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengatasan dentalgia. Terapi tersebut diantaranya terapi secara operatif, farmakologis menggunakan obat pereda nyeri dan antibiotik, serta nonfarmakologis menggunakan cara alternatif. Data penelitian diperoleh dari bulan Juni sampai Juli tahun 2015 menggunakan kuesioner yang telah terbukti reliabel berdasarkan metode alfa Cronbach dengan nilai 0,770 kepada 95 responden dari rumah ke rumah di desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami menyimpulkan bahwa terapi alternatif (nonfarmakologis) merupakan terapi pengatasan dentalgia yang paling umum dilakukan oleh masyarakat desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta (83,16%) dengan berkumur larutan garam sebagai tindakannya (70,89%).

Kata Kunci : terapi dentalgia, sakit gigi, masyarakat, desa Pakembinangun

THE OVERVIEW OF SOCIETY BEHAVIOUR ON DENTALGIA’S THERAPY USAGE IN PAKEMBINANGUN VILLAGE, SPECIAL REGION YOGYAKARTA

ABSTRACT

In 2013, about 32,1% citizens of Special Region Yogyakarta, Indonesia had teeth and oral problem like as dentalgia or well-known by toothache. Dentalgia is mild-illness but may interfering citizens daily lives and will be worsen if not be healed soon. This descriptive research conducted with purpose for describing therapeutic behaviour that did by citizens of Pakembinangun village, Special Region Yogyakarta in the dentalgia recuperation. Research datas were taken from June until July 2015 using questionnair e that reliability proven basde on Cronbach’s alpha method with value 0,770 to 95 repondents by door-to-door in Pakembinangun village, special region Yogyakarta. We conclude that alternative therapy (nonfarmacologic) is dentalgia recuperation therapy which commonly did by citizens of Pakembinangun village, Special Region Yogyakarta (83,16%) with mouth rinsing by salt solution as its action (70,89%).

(3)

A. PENDAHULUAN

Dentalgia merupakan penyakit ringan yang dialami 32,1%warga provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta(1). Hal yang perlu diperhatikan bahwa masyarakat belum sepenuhnya mempertimbangkan kesehatan gigi serta cenderung mengabaikan rasa sakit yang dirasakan pada gigi padahal masalah tersebut berada pada urutan pertama untuk penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat(2), terutama gingivitis dan karies gigi pada anak-anak(3). Dentalgia yang tidak segera ditangani dapat memperburuk kondisi penderita. Konsekuensi jangka panjang dapat berupa kekurangan gizi, gangguan konsentrasi, kurang tidur, pengurangan kualitas hidup dan kemampuan untuk bekerja, isolasi sosial, dan depresi, bahkan dapat meningkatkan risiko kecelakaan penderita(4).

Masyarakat yang mengalami dentalgia membutuhkan suatu terapi untuk mengatasi nyeri dan rasa tidak nyaman yang dirasakan seperti menggunakan obat-obatan golongan pereda nyeri, antibiotik, vitamin, sediaan herbal, pengobatan alternatif, serta penggunaan sediaan kumur(5). Meskipun obat pereda nyeri merupakan terapi yang paling umum dilakukan untuk penanggulangan nyeri, namun masyarakat dan tenaga kesehatan masih sulit dalam menemukan pereda nyeri terbaik untuk digunakan dalam manajemen rasa nyeri berdasarkan pertimbangan efikasi dan efek sampingnya(6). Permasalahan yang berhubungan dengan terapi di masyarakat seperti pemilihan obat yang irasional, jumlah obat yang majemuk pada setiap resep (polifarmasi), serta penggunaan obat dengan efikasi yang belum terbukti sudah banyak teridentifikasi di fasilitas kesehatan negara-negara berkembang(7).

B.

METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner penelitian yang sudah teruji reliabilitasnya.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan secara langsung kepada masyarakat di desa Pakembinangun, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Penelitian dilakukan dari tanggal 18 Juni sampai 12 Juli tahun 2015.

3. Populasi dan Sampel

Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin.

N n =

1 + N . e2

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal N = jumlah populasi setempat e = batas toleransi kesalahan (10%)

(4)

Jumlah populasi setempat (N) adalah 1.762 masyarakat desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta yang melakukan pengobatan dentalgia berdasarkan Data Kunjungan Baru Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Pakem pada tahun 2014 yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) kecamatan Pakem yang terletak di desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta. Nilai toleransi kesalahan atau margin of

error adalah 10% dengan nilai ketepatan 90% maka perhitungannya menjadi :

1.762 n = menjadi 1 + (1.762x(0,12)) 1.762 n = = 94,63 18,62

Hasil perhitungan responden penelitian menggunakan metode Slovin adalah 94,63, namun karena tidak memungkinkan menghitung jumlah manusia dalam bilangan desimal, maka dari itu jumlah responden penelitian ditetapkan sebanyak 95 responden. 4. Kriteria Penelitian

Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya adalah responden yang sedang dan pernah mengalami dentalgia, semasa hidupnya masih mengingat terapi dentalgia, dan bersedia dilibatkan dalam penelitian tanpa ada paksaan dari siapapun dan pihak manapun.

Kriteria ekslusi pada penelitian adalah responden yang bukan berasal dan bertempat tinggal di desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta dan responden yang tidak menyelesaikan pengisian kuesioner yang diajukan.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara memilih responden dengan metode convenient sampling untuk mengisi kuesioner penelitian dengan berkunjung ke rumah responden. Peneliti meminta kesediaan responden penelitian untuk mengisi lembar informed consent sebelum pengisian kuesioner disertai penjelasan secara lisan mengenai tujuan diberikannya kuesioner serta cara pengisian kuesioner tersebut.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian merupakan kuesioner yang telah teruji kehandalannya menggunakan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 kepada 30 orang sampel penelitian, terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan yang beraktivitas di kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kuesioner dikatakan reliabel (handal) apabila nilai alfa Cronbach melebihi 0,6(8). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian mempunyai nilai Cronbach’s Alpha 0,770 dan terbukti dapat dipercaya untuk digunakan mengambil semua data (reliabel).

Setelah data berhasil diperoleh dari responden penelitian, maka data tersebut kemudian diinput melalui aplikasi Microsoft Excel 2010 untuk kemudian diolah. Tahapan-tahap pengolahan data dirincikan sebagai berikut : (1) kuesioner terisi yang sudah terkumpul pada peneliti kemudian dipisahkan antara yang terisi dengan benar dengan yang kurang lengkap pengisiannya. (2) data dikelompokkan dalam tabel sesuai kategori pertanyaan penelitian. (3) dilakukkan pengecekan ulang terhadap data yang telah diinput. (4) hasil akhir pengolahan data disajikan dalam bentuk diagram persentase deskriptif dan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel secara univariat.

(5)

6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Tabel I. Karakteristik Responden Penelitian Total Responden N = 95

Jumlah % Jumlah %

Usia Jenis Pekerjaan

< 35 tahun 24 25,26 Bekerja 45 47,36

35 - 44 tahun 26 27,37 Buruh 9 9,47

45 - 64 tahun 42 44,21 Guru 3 3,16

> 65 tahun 3 3,16 Pedagang 6 6,31

Jenis Kelamin Petani 11 11,58

Laki-laki 29 30,53 PNS 5 5,26

Perempuan 66 69,47 Wiraswasta 11 11,58

Tingkat Pendidikan Tidak Bekerja 50 52,64

Tidak Bersekolah 3 3,16 IRT 42 44,21

Lulus SD/sederajat 3 3,16 Pelajar 2 2,11

Lulus SLTP/sederajat 12 12,63 Pengangguran 4 4,21 Lulus SLTA/sederajat 51 53,68 Purnawirawan 2 2,11

PT/Universitas 26 27,37

Rata-rata responden penelitian berumur 42 tahun dengan kisaran usia responden termuda adalah 14 tahun sedangkan paling tua adalah 67 tahun. Responden dengan usia 46 tahun memiliki persentase yang paling besar yaitu sebesar 6,32% dari total sampel. Peneliti mengkategorikan usia responden karena usia responden dibawah 35 tahun merupakan waktu dimana pada usia tersebut susunan gigi responden telah tumbuh secara permanen dan sempurna sehingga sudah relevan untuk menetapkan diagnosa dentalgia. Kelompok usia 35 – 44 tahun merupakan usia standar untuk melakukan pengamatan kesehatan gigi dan mulut pada orang dewasa awal dan 45 – 64 untuk tahap dewasa akhir. Kelompok usia paling akhir adalah diatas usia 64 tahun dimana pada usia ini responden lebih dapat memperkirakan secara perspektif pengaruh dentalgia selama masa hidup responden(9).

Jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yang didapatkan selama penelitian lebih sedikit daripada responden perempuan karena penelitian berlangsung ketika mayoritas responden laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah sehingga apabila dilakukan pengambilan data secara door-to-door maka responden yang paling banyak didapatkan adalah perempuan daripada responden laki-laki. Berdasarkan suatu penelitian di Palestina mengenai gambaran sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi menurut perbedaan jenis kelamin, umumnya perempuan lebih mempunyai sikap dan perilaku positif terhadap kesehatan gigi dan mulut daripada jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih peduli untuk melakukan kunjungan dokter gigi secara teratur, mempunyai wawasan lebih baik tentang cara menggosok gigi secara profesional, serta lebih memperhatikan kebiasaan menggosok gigi setiap harinya(10).

Ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan responden penelitian dengan proporsi terbesar (44,21%), hal tersebut terjadi karena 69,47% responden penelitian adalah perempuan. Tingginya persentase responden yang berstatus sebagai ibu rumah

(6)

tangga disebabkan karena metode pengambilan data penelitian berlangsung secara rumah ke rumah dari pukul 09.00 - 15.00 WIB sehingga responden perempuan sebagai ibu rumah tangga yang sedang beraktivitas di dalam rumah lebih banyak didapatkan oleh peneliti daripada responden laki-laki.

Setengah responden penelitian adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/sederajat (53,68%). Persentase responden lulusan Sekolah Dasar (SD) sama dengan responden yang tidak bersekolah (3,16%) dan merupakan jumlah terkecil dalam penelitian.

2. Gambaran Respon Masyarakat terhadap Terapi Dentalgia

Berdasarkan hasil penelitian, jenis-jenis terapi pada gambaran pemilihan terapi untuk pengatasan dentalgia adalah terapi operatif, terapi menggunakan obat pereda nyeri dan antibiotik (farmakologi), serta terapi alternatif (nonfarmakologis).

Tabel II. Persentase Pemilihan Terapi Dentalgia Responden

Jenis Terapi Dentalgia

Total Responden N = 95

Melakukan terapi Tidak melakukan terapi

Jumlah % Jumlah %

Terapi operatif gigi 66 69,47% 29 30,53%

Terapi farmakologis menggunakan pereda nyeri 71 74,74% 24 25,26% Terapi farmakologis menggunakan antibiotik 26 27,37% 69 72,63% Terapi alternatif non-farmakologis 79 83,16% 16 16,84%

Terapi dentalgia secara operattif dilakukaan oleh 69,47% responden penelitian. Penelitian yang dilakukan Situmorang menyatakan bahwa tindakan berkunjung ke dokter gigi di masyarakat masih dapat dikatakan rendah(11). Hal tersebut umumnya disebabkan karena rasa malas, harga perawatan yang mahal, tidak mempunyai waktu luang, serta trauma akibat tindakan operatif yang dilakukan sebelumnya(12).

Tabel III. Persentase Terapi Operatif Dentalgia Responden

Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Cabut gigi/ekstraksi 32 (33,68%) 5. Diresepkan obat 58 (61,05%) Antibiotik (Amoxicillin) 15 (15,79%) 2. Tambal/tumpat gigi 30 (31,57%) Kortikosteroid (Dexametashone) 4 (4,21%)

Obat Pereda Nyeri : 29 (30,53%) 3. Cabut + tambal gigi 15 (15,79%) a. Antalgin 1 (3,45%)

b. Asam Mefenamat 10 (34,48%) 4. Pembersihan gigi 3 (3,16%) c. Aspirin 2 (6,89%)

d. Ibuprofen 1 (3,45%) e. Na. Diklofenak 2 (6,89%)

f. Parasetamol 13 (44,83%)

Berdasarkan hasil penelitian, obat pereda nyeri yang paling umum digunakan dalam terapi dentalgia secara farmakologis adalah Asam Mefenamat. Asam Mefenamat golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Obat golongan NSAID merupakan obat yang sangat disarankan untuk mengatasi nyeri pada dentalgia karena efektivitasnya dalam meredakan rasa nyeri dengan cara memblok enzime

(7)

cyclo-8

oxygenase (COX) yang memproduksi prostaglandin sehingga mengurangi dentalgia.

Prostaglandin adalah hormon yang memberi respon terhadap luka serta beberapa kondisi dan penyakit sehingga menyebabkan nyeri, bengkak, atau inflamasi(13).

Tabel IV. Jenis Obat Pereda Nyeri yang digunakan Responden Jenis Obat;

N = 71 n (%)

Asam Mefenamat 49 (69,01%)

Natrium Diklofenak 29 (40,84%)

Paracetamol 27 (38,03%)

Obat Kumur (merk Lysterine) 8 (11,27%)

Aspirin 4 (5,63%)

Ibuprofen 3 (4,22%)

Metampiron 2 (2,82%)

Tramadol 1 (1,41%)

Diagram I. Penggunaan Obat Pereda Nyeri oleh Responden

Terapi farmakologis menggunakan antibiotik merupakan terapi yang paling sedikit dilakukan responden untuk mengatasi dentalgia (27,37%). Sebagian besar responden penelitian (72,63%) tidak menggunakan antibiotik untuk mengatasi dentalgia. Berdasarkan penelitian tentang dentalgia di Pakistan, umumnya 48% responden menggunakan kombinasi antibiotik dan analgesik sebagai terapi farmakologis dalam pengobatan dentalgia(14).

Antibiotik yang paling umum digunakan oleh responden yang menggunakan terapi antibiotik untuk dentalgia adalah Amoxicillin (96,15%) yang merupakan antibiotik yang ditujukkan untuk mengatasi dentalgia selain dari Penisilin dan Metronidazole. Hal yang perlu diperhatikan adalah antibiotik diberikan kepada pasien dentalgia apabila diketahui mengalami kenaikan suhu tubuh disertai dan ketika terjadi pendarahan pada lubang gigi(15).

Mayoritas responden menggunakan antibiotik secara teratur sesuai dosis dan durasi pemakaian hingga antibiotik tersebut habis (73,08%). Penggunaan secara teratur dengan durasi pemakaian sesuai dosis yang ditentukan adalah cara penggunaan yang sangat tepat untuk diterapkan pada pemakaian antibiotik dengan tujuan untuk

(8)

menghindari resistensi antibiotik pada responden. Resistensi didukung oleh beberapa faktor seperti penggunaan antibiotik yang kurang tepat (irrasional) karena jeda pemakaian antibiotik yang terlau singkat, dosis yang terlalu rendah (sub-terapetik), serta diagnosa awal penyebab infeksi yang salah(16).

Diagram II a. Jenis Antibiotik yang digunakan Responden

Diagram II b. Penggunaan Antibiotik oleh Responden

Berdasarkan hasil penelitian, terapi alternatif dentalgia secara nonfarmakologis merupakan terapi yang paling banyak dilakukan total responden penelitian (83,16%) dalam pengatasan dentalgia. Cara alternatif yang paling umum dilakukan responden penelitian yaitu berkumur dengan larutan garam (70,89%). Berdsarkan penelitian yang dilakukan Nuris, responden penelitian mengalami penurunan rasa nyeri dentalgia setelah berkumur air garam. Berkumur dengan larutan garam dapat dijadikan suatu metode dalam terapi alternatif karena iodium yang terkandung dalam garam dapat menekan impuls nyeri ke reseptor email sehingga rangsangan dentin berkurang dan impuls nyeri tidak sampai ke reseptor pulpa sehingga terjadi pengurangan rasa nyeri akibat dentalgia(17).

Penggunaan obat tradisional berupa herbal dilakukan oleh beberapa responden (22,78%). Tumbuhan herbal yang digunakan responden dalam terapi alternatif dentalgia diantaranya seperti daun Sirih, daun Cengkeh, Pandan, Bawang merah, Jarak, dan Binahong. Terapi dengan tumbuhan dipilih karena ketakutan masyarakat terhadap efek samping obat-obat yang umum digunakan untuk dentalgia seperti pereda nyeri dan antibiotik(18). Selain itu, tumbuhan herbal memiliki efek samping yang kecil dibandingkan obat-obatan kimia(19).

(9)

10

Tabel V. Persentase Jenis Terapi Alternatif Dentalgia n = 79

(100%)

n = 79 (100%) Berkumur air hangat 8 (10,13%) Menggosok gigi yang sakit 10 (12,66%) Berkumur dengan larutan garam 56 (70,89%) Menggunakan tumbuhan/jamu 18 (22,78%) Istirahat hingga sembuh 22 (27,85%) Minum air es 1 (1,26%) Kompres dengan air hangat 2 (2,53%) Oles balsam atau minyak cengkeh 5 (6,33%) Kompres mulut dengan es 4 (5,06%) Tempel koyo pada pipi 2 (2,53%) Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan 7 (8,86%) Totol minyak pada cavities 5 (6,33%)

Hasil data penelitian mengenai tanggapan responden terhadap penyebab

dentalgia adalah umumnya responden selalu mengetahui penyebab terjadinya dentalgia

(47,37%). Perbedaan tingkat pengetahuan antar penyebab dentalgia dipengaruhi oleh terbatasnya wawasan responden terhadap penyebab-penyebab dentalgia serta kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang kemudian berpengaruh pada pemilihan jenis terapi untuk mengatasi dentalgia(20).

Umumnya penyebab utama dentalgia responden penelitian adalah gigi berlubang/karies (88,76%). Lubang pada gigi karies (kavitis) akan menjadi tempat ideal perkembangbiakan kuman yang umumnya berasal dari bakteri anaerob gram positif atau

Streptococcus viridans sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi tersebut. Abses

merupakan komplikasi dari karies yang disebabkan oleh infeksi kuman pada lapisan terdalam gigi sehingga terdapat timbunan nanah (pus) pada area tersebut, ditandai dengan pendarahan atau rasa nyeri yang menusuk di area gusi yang bengkak dan semakin parah apabila terpapar suhu ekstrim seperti panas atau dingin yang berasal dari makanan dan lingkungan. Beberapa kejadian abses dapat menyebabkan gigi terlepas dari formasinya(21).

Diagram III. Penyebab Dentalgia Responden

keterangan :

GK = Gigi berlubang/kuman KT = Kondisi tubuh GP = Gigi patah (fraktur) LM = Lupa menggosok gigi GS = Gigi sensitif/linu TG = Tumbuh gigi

GB = Gusi bengkak UD = Udara dingin FM = Faktor makanan

(10)

Berdasarkan data hasil penelitian, mayoritas responden (91,58%) mengaku selalu terganggu ketika mengalami dentalgia. Jenis gangguan yang paling umum dialami responden adalah kesulitan dalam menggigit atau mengunyah makanan (73,68%). Emosi yang tidak terkendali seperti mudah marah, rasa malas dalam menjalani aktivitas sehari-hari, serta perasaan sensitif terhadap suara-suara keras ketika dentalgia dialami oleh 66,30% responden penelitian. Emosi yang sulit dikontrol ketika dentalgia merupakan dampak kedua dari dentalgia. Hal tersebut terjadi karena dentalgia dapat membuat seseorang mengalami pengalaman negatif yang tidak diharapkan pada kehidupan sehari-hari seperti susah tidur, berkurangnya produktivitas di tempat kerja, absen di sekolah, serta penolakan beberapa jenis makanan(22).

Diagram IV. Jenis Gangguan yang dirasakan Responden

Mayoritas responden penelitian menyatakan setuju untuk melakukan pengatasan dan pengobatan dentalgia (92,63%), setuju untuk memelihara kesehatan gigi dengan cara memeriksakan kondisi kesehatan gigi secara rutin (kontrol) ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau klinik gigi (84,21%), dan setuju untuk melakukan pencegahan (prevention) terjadinya dentalgia (93,68%). Menggosok gigi merupakan salah satu pencegahan dentalgia terutama yang disebabkan karies(23).

Beberapa responden penelitian tidak mengetahui alasan pengatasan dentalgia (4,21%) dan manfaat memeriksakan kesehatan gigi dan mulut (5,26%) bahkan tidak memerlukan pengatasan dentalgia (3,16%) dengan alasan dapat sembuh secara sendiri dan menganggap tidak perlu untuk melakukan kontrol kondisi gigi ke klinik gigi ataupun Puskesmas setempat (10,53%). Sebagian kecil responden penelitian tidak mengetahui pentingnya mencegah dentalgia (4,21%), bahkan 2,1% total responden merasa tidak perlu untuk melakukan upaya pencegahan dentalgia. Suatu penelitian di Perusahaan Umum (PERUM) Damri, Bandung menyatakan bahwa hampir seluruh karyawan menginginkan perawatan gigi, namun tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena faktor ekonomi serta masih banyak yang anggapan bahwa biaya untuk melakukan perawatan gigi masih cukup tinggi(24).

Keterangan :

a. Emosi tidak stabil d. Perasaan tidak nyaman akibat nyeri g. Sakit kepala/pusing b. Ganggguan pada mata e. Produktivitas terbatas h. Sulit bicara

(11)

12

Tabel VI. Tanggapan Responden terhadap Tindakan Dentalgia Respon Responden :

Perlu (%) Tidak Perlu

(%) Tidak Tahu (%) Tanggapan responden tentang

pengatasan dentalgia 88 responden (92,63%) 3 responden (3,16%) 4 responden (4,21%) Tanggapan responden tentang kontrol

kesehatan gigi ke klinik gigi/puskesmas

80 responden (84,21%) 10 responden (10,53%) 5 responden (5,26%) Tanggapan responden tentang

pencegahan (prevensi) dentalgia

89 responden (93,68%) 2 responden (2,11%) 4 responden (4,21%) Total (N) = 95 responden (100%)

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang didapatkan adalah terapi alternatif dentalgia (nonfarmakologis) merupakan terapi yang paling umum dipilih masyarakat desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengatasi dentalgia (83,16%) dengan cara berkumur dengan larutan garam (70,89%).

Perlu diadakannya edukasi pengetahuan tentang dentalgia, baik itu penyebab, pencegahan, serta dampak akibat dentalgia beserta cara pengobatan yang tepat dan rasional untuk masyarakat desa Pakembinangun, Yogyakarta supaya lebih peduli dan lebih giat dalam menjaga kondisi dan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat terhindar dari dentalgia. Diharapkan penelitian serupa nantinya dapat dilakukan uji hipotesis terhadap hubungan antara karakteristik responden penelitian seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, ataupun tingkat pendidikan dengan ketepatan dan rasionalitas pemilihan terapi

dentalgia

.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Indirawati TN, Jovina T, Sintawati, Agtini MD, Kristanti CH, Sekartuti,Putisari. Kesehatan Gigi dan Mulut pada Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2013. Hal. : 147-149

2. Nurhidayat O, Pawenang ET, Wahyon B. Perbandingan Media Power Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Semarang : UNNES Journal of Public Health volume 1 nomor 1 ISSN 2252-6781. 2012. Hal. : 32

3. Jurgensen N, Peterson PE. Promoting Oral Health of Children through Schools –Results from a WHO Global Survey 2012. Community Dental Health volume 30 BASCD©. 2013. Hal. :204 – 218

4. Azodo CC, Ololo O. Toothache among Dental Patients Attending a Nigerian Secondary Healthcare Setting. Stomatologija : Baltic Dental and Maxillofacial Journal volume 15. 2013. Hal. : 135 – 140 5. Afolabi AO, Akinmoladun VI, Adebose IJ, Elekwachi G. Self-Medication Profile of Dental Patients in

Ondo State, Nigeria. Nigerian Journal of Medicine volume 19 nomor 1. 2010. Hal. : 101

6. Gul S, Ayub M. Prevalence of Prescribing Pattern of More than One NSAID in Pakistan. Journal of Scientific and Innovative Research volume 3 nomor 2. ISSN 2320-4818. 2014. Hal. : 148-154

7. Kamaldeen AS, Omuya LM, Buhari ASM, Saka AO, Saka MJ. Evaluation of Analgesics Usage in Pain Management Among Physicians. Journal of Applied Pharmaceutical Science volume 2 nomor 6. 2012. Hal. : 194-198

(12)

8. Trihendradi C. Step by Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistik.. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta. 2013. Hal. : 273

9. WHO. Oral Health Surveys : Basic Methods – 5th Edition. Perancis : World Health Organization Library Cataloguing-in-Publication Data. ISBN 9789241548649 (NLM classification: WU 30). 2013. Hal. : 14 – 15

10. Kateeb E. Gender-specific Oral Health Attitudes and Behaviour among Dental Students in Palestine. Eastern Mediterranean Health Journal volume 16 nomor 3. 2010. Hal. : 332

11. Jalimun YP, Widjanarko B, Peitojo H. Kepuasan Pasien di Balai Pengobatan Gigi (BPG) Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia volume 10 nomor 1. 2014. Hal. : 901

12. Baig QA, Muzaffar D, Afaq A, Bilal S, Iqbal N. Prevalence of Self Medication among Dental Patients. 292 Pakistan Oral & Dental Journal volume 32 nomor 2. 2012. Hal. : 294

13. Bezwada RS. Functionalized Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) for Controlled Release Applications. Bezwada Biomedical LLC USA Publication. 2010. Hal. : 77

14. Abid I, Yousaf A, Akhtar T, Yousaf N, Manzoor MA. Self Medication Practice among Dental Patients of Afid: a Cross Sectional Study. Pakistan Oral & Dental Journal volume 32 nomor 3. 2012. Hal. : 515 15. Bennadi D. Antimicrobial Stewardship – An Alarming Call in Dentistry. International Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Sciences ISSN- 09751491 volume 6 nomor 2. 2014. Hal. : 1

16. Utami ER. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Jurnal Sainstis. volume 1 nomor 1 ISSN : 2089-0699. 2012. Hal. : 127

17. Kushyati N. Efektifitas Kumur Air Garam terhadap Penurunan Nyeri pada Penderita Nyeri Gigi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan volume 1 nomor 1. 2011. Hal. : 3

18. Faisal M, Sarker MMH, Rahman A, Hossain AI, Rahman S, Bashar A, Jahan R, Rahmatulloh M. Murraya paniculata (L.) Jack: A Potential Plant for Treatment of Toothache. Journal Dental Oral Disorder Therapy volume 2 nomor 3. 2014. Hal. : 1

19. Anshuri M, Yashoda R, Puranik MP. Herbs : A Good Alternatives to Current Treatments for Oral Health Problems. International Journal Advanced Health Science volume 1 nomor 12. 2015. Hal. : 1 20. Barmo S, Balqis, Nurhayani. Hubungan Faktor Perilaku Konsumen terhadap Pemanfataan Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Tahun 2013. Makassar : Universitas Hassanudin. 2013. Hal. : 7

21. CRNBC. Adult Dental Abscess. Adult Decision Support Tool: Dental Abscess.Remote Nursing Certified Practice at Helen Randal Library. 2014. Hal. : 734

22. Fitriani L. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Perawatan Gigi Anak antara yang Karies dan tidak Karies Gigi di Dusun Jamblangan Seyegan Sleman [naskah publikasi]. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyah Yogyakarta. 2014. Hal. : 8

23. Wahyuni E, Kadrianti E, Haskas Y. Hubungan Perilaku Membersihkan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SD 204 Amassangang Kabupaten Pinrang. Makassar : Jurnal STIKES Nani Hassanudin volume 1 nomor 4 ISSN : 2302-1721. 2012. Hal. : 1 – 5

24. Fadilah RPN, Susilawati S, Soetardjo D. Status Kesehatan Gigi dan Kebutuhan Perawatan Gigi Pada Karyawan PERUM DAMRI Bandung [penelitian]. Bandung : Universitas Padjajaran. 2010. Hal . : 14

Gambar

Tabel I. Karakteristik Responden Penelitian
Tabel II. Persentase Pemilihan Terapi Dentalgia Responden
Tabel IV. Jenis Obat Pereda Nyeri yang digunakan Responden  Jenis Obat;
Diagram II a. Jenis Antibiotik yang digunakan Responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

(3).Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka analisis struktural adalah suatu pendekatan dalam penelitian sastra yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai sebuah

Dengan menggunakan model inkuiri pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perpindahan panas secara konveksi di kelas IV SD Negeri I Dukuh Kecamatan

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan

Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui peran implementor di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kubu Raya, erat kaitannya dengan pemberian wewenang dan tanggung

Sedangkan pada kelompok non KNF, sampel yang bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja yang menggunakan atau menghasilkan formaldehid bentuk debu, asap, dan

Kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Salah satu permainan yang

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) OLEH WAJIB PAJAK SECARA MANDIRI PADA BPPKAD SURAKARTA Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa Tugas Akhir Yang saya buat