• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko dan Aksi Mitigasi Risiko pada Aktivitas Supply Chain PT Coca Cola Amatil Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Risiko dan Aksi Mitigasi Risiko pada Aktivitas Supply Chain PT Coca Cola Amatil Indonesia"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO DAN AKSI MITIGASI RISIKO PADA

AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PT COCA COLA AMATIL

INDONESIA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

INDRA AMRI

0 9 0 4 0 3 0 5 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkankehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini dengan

baik.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler

Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul tugas sarjana ini

adalah “Analisis Risiko dan Aksi Mitigasi Risiko pada Aktivitas Supply Chain PT

Coca Cola Amatil Indonesia”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas

sarjana ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana

ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Universitas Sumatera Utara

Januari 2015

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Banyak pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan doa kepada

penulis selama pelaksanaan dan penyelesaian Tugas sarjana. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua, Ayah M. Ilham dan Mama Susilawati serta Abang Fachri

dan Adik Ridhoyang telah memberikan motivasi dan doanya selama penulis

menjalani tugas sarjana.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin M., MT selaku Dosen Pembimbing I penulis yang

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan,

dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

4. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II penulis yang

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan,

dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

5. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang

Nurmansyah, Kak Rahma, Bang Kumis, dan Ibu Ani, terimakasih atas

bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini

6. Bapak Suhardani selaku Logistic Planning Manager PT Coca Cola Amatil

(8)

dankaryawan di lingkungan PT. Coca Cola Amatil Indonesia yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian tugas sarjana.

7. Rekan terdekat Chairina Elfani Damanik yang selalu mendukung dan

memberikan motivasi dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

8. Sahabat terbaik, Fachri dan Danil yang selalu memberikan nasehat-nasehat

dalam pengerjaan tugas sarjana ini.

9. Teman-teman Departemen Teknik IndustriFakultas Teknik USU khususnya

Febi, Dea, Nadia, Nilda dan semua teman-teman Stambuk 2009 yang telah

memberikan semangat serta dorongan untuk menyelesaikan tugas sarjana ini,

(9)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-5

1.3. Tujuan Penelitian ... I-6

1.4. ManfaatPenelitian ... I-6

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-7

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4

2.4. Daerah Pemasaran ... II-4

2.5. Struktur Organisasi ... II-5

III STUDI LITERATUR ... III-1

3.1. Pengertian Supply Chain ... III-1

3.2. Model SCOR (Supply Chain Operation Refrence) ... III-2

3.3. Konsep Risiko dan Manajemen Risiko ... III-4

3.4. Supply Chain Risk Management ... III-6

3.5. Konsep-Konsep Risiko ... III-7

3.5.1. Kejadian Risiko ... III-7

3.5.2. Paparan Risiko dan Kerentanan ... III-7

3.5.3. Ketahanan Risiko ... III-8

3.5.4. Risk Appetite... III-7

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

3.5.6. Rencana Tanggap Risiko... III-9

3.5.7. Kepatuhan Risiko ... III-9

3.5.8. Tata Kelola Risiko... III-10

3.5. Pendekatan Manajemen Risiko ... III-10

3.6.1. Mitigasi Risiko ... III-10

3.6.2. Penghindaran Risiko ... III-11

3.6.3. Pencegahan Risiko ... III-11

3.6.4. Penerimaan Risiko ... III-12

3.5.5. Berbagi Risiko ... III-12

3.7. Model House of Risk ... III-12

3.7.1. House of Risk I ... III-14

3.7.2. House of Risk II ... III-16

3.8. Strategi Supply Chain yang Kuat ... III-18

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3

4.7. Pengumpulan Data ... IV-4

4.7.1. Sumber Data ... IV-4

4.7.2. Instrumen Penelitian ... IV-5

4.7.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-10

4.7.4. Populasi dan Sampel ... IV-11

4.7.4.1. Populasi ... IV-11

4.7.4.2. Teknik Sampling ... IV-11

4.8. Pengolahan Data ... IV-12

4.8.1. House of Risk (HOR) Fase I ... IV-13

4.8.2. House of Risk (HOR) Fase II ... IV-15

4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-17

4.10. Kesimpulan dan Saran... IV-18

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain ... V-1

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.2.1.Kejadian Risiko (Risk Event) ... V-4

5.1.2.2.Agen Risiko (Risk Agent) ... V-5

5.1.2.3.Penilaian Risiko ... V-7

5.2. Pengolahan Data dan Analisis ... V-13

5.2.1. Analisis Risiko ... V-13

5.2.1.1.Perhitungan Agregate Risk Potential (ARP) ... V-13

5.2.1.2.House of Risk Fase I ... V-14

5.2.2. Evaluasi Risiko ... V-14

5.2.3. Penanganan Risiko (Risk Response) ... V-17

5.2.3.1.Aksi Mitigasi Risiko ... V-18

5.2.3.2.Penilaian Aksi Mitigasi Risiko ... V-18

5.2.3.3.Perhitungan Total Effectiveness (TEk)... V-20

5.2.3.4.Perhitungan Effectivenessto Difficulty Ratio

(TEk) ... V-21

5.2.3.5.House of Risk Fase II... V-22

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis House of Risk Fase I ... VI-1

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Strategi Supply Chain yang Kuat ... III-19

4.1. Level Severity pada Kuesioner ... IV-6

4.2. Level Occurance pada Kuesioner ... IV-7

4.3. Level Relationship pada Kuesioner ... IV-8

4.4. Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Risiko ... IV-9

4.5. Level Hubungan Antara Aksi Mitigasi Risiko dengan Risk

Agent ... IV-9

5.1. Kejadian Risiko (Risk Event) di PT Coca Cola Amatil

Indonesia ... V-4

5.2. Agen Risiko (Risk Agent) di PT Coca Cola Amatil

Indonesia ... V-5

5.3. Makna Nilai Severity ... V-7

5.4. Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event) ... V-8

5.5. Makna Nilai Occurance ... V-9

5.6. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) ... V-9

5.7. Makna Nilai Relationship ... V-11

5.8. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) ... V-12

5.9. House of Risk (HOR) Fase I ... V-14

5.10. Prioritas Agen Risiko (Risk Agent) ... V-17

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Makna Nilai Hubungan Aksi Mitigasi dengan Risk AgentV-18

5.13. Penilaian Hubungan Aksi Mitigasi Risiko dengan Risk

Agent ... V-19

5.14. Makna Nilai Tingkat Hubungan ... V-19

5.15. Penilaian Tingkat Kesulitan ... V-20

5.16. House of Risk Fase II... V-22

5.17. Urutan Prioritas Aksi Mitigasi Risiko ... V-23

6.1. Prioritas Risk Agent ... VI-1

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Grafik Forecasting dan Penjualan ... I-3

2.2. Struktur Organisasi PT. Coca Cola Amatil Indonesia ... II-6

3.1. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR ... III-3

3.2. House of Risk I ... III-16

3.2. House of Risk II ... III-18

4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3

4.2. Langkah-Langkah Penelitian ... IV-5

4.3. House of Risk Fase I ... IV-14

4.4. House of Risk Fase II ... IV-16

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event) ... L.1

2. Kuesioner Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) ... L.2

3. Kuesioner Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship) ... L.3

4. Kuesioner Penilaian Hubungan Aksi Mitigasi Risiko ... L.4

5. Kuesioner Penilaian Tingkat Kesulitan ... L.5

6. Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event) ... L.6

7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) ... L.7

8. Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship) ... L.8

9. Penilaian Tingkat Kesulitan ... L.9

10. Kuesioner Penilaian Hubungan Aksi Mitigasi Risiko ... L.10

11. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L.11

12. Surat Penjajakan Pabrik ... L.12

13. Surat Balasan Perusahaan ... L.13

14. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.14

(19)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia adalah perusahaan penghasil minuman ringan yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso km 14 Medan. Dalam aktivitas supply chain,perusahaan mengalami ketidakpastian permintaan seperti fluktuasi sales, ketidakpastian internal seperti kerusakan mesin dan ketidakpastian dari arah

supplierseperti keterlambatan bahan. Ketidakpastian ini menjadi potensi risiko yang mengganggu aktivitas supply chain perusahaan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis risiko dan merancang aksi mitigasi risiko dengan mengaplikasikan model House of Risk (HOR). Pemetan aktivitas supply

chaindilakukan dengan menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation

Refrence). Penilaian risiko dilakukan berdasarkan skala severity dan occurance

serta dilakukan penilaian hubungan antara kejadian risiko dan agen risiko. Dari model HOR fase I didapatkan 24 kejadian risiko dan 34 agen risiko. Kemudian terdapat lima agen risiko terbesar berdasarkan perhitungan Agregate Risk Potential (ARP) yaitu ketidakakuratan forecasting, peningkatan permintaan mendadak yang signifikan, kesalahan informasi dan komunikasi, material belum tersedia dan produk setengah terisi. Dari model HOR fase II didapatkan lima aksi mitigasi risiko yang direkomendasikan untuk perusahaan yaitu meningkatkan koordinasi, demand management, memepererat kerjasama, kolaborasi dan berbagi informasi dengan supplier, meningkatkan intensifitas preventive maintenance, dan

assortment planning.

(20)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia adalah perusahaan penghasil minuman ringan yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso km 14 Medan. Dalam aktivitas supply chain,perusahaan mengalami ketidakpastian permintaan seperti fluktuasi sales, ketidakpastian internal seperti kerusakan mesin dan ketidakpastian dari arah

supplierseperti keterlambatan bahan. Ketidakpastian ini menjadi potensi risiko yang mengganggu aktivitas supply chain perusahaan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis risiko dan merancang aksi mitigasi risiko dengan mengaplikasikan model House of Risk (HOR). Pemetan aktivitas supply

chaindilakukan dengan menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation

Refrence). Penilaian risiko dilakukan berdasarkan skala severity dan occurance

serta dilakukan penilaian hubungan antara kejadian risiko dan agen risiko. Dari model HOR fase I didapatkan 24 kejadian risiko dan 34 agen risiko. Kemudian terdapat lima agen risiko terbesar berdasarkan perhitungan Agregate Risk Potential (ARP) yaitu ketidakakuratan forecasting, peningkatan permintaan mendadak yang signifikan, kesalahan informasi dan komunikasi, material belum tersedia dan produk setengah terisi. Dari model HOR fase II didapatkan lima aksi mitigasi risiko yang direkomendasikan untuk perusahaan yaitu meningkatkan koordinasi, demand management, memepererat kerjasama, kolaborasi dan berbagi informasi dengan supplier, meningkatkan intensifitas preventive maintenance, dan

assortment planning.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pesat di dunia industri pada era sekarang akan

menyebabkan persaingan yang kompetitif. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan

berusaha untuk menghasilkan produk berkualitas agar mampu bersaing dalam

memenuhi permintaan pasar. Produk yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari

proses produksinya saja, tetapi pengadaan bahan baku dari supplier hingga proses

pengiriman yang tepat waktu juga menjadi aspek penilaian konsumen (Hidaya dan

Baihiqi, 2013). Terkait hal tersebut tentu melibatkan semua elemen yang

berpartisipasi dalam suatu pergerakan usaha, mulai dari pemasok, perusahaan

manufaktur, hingga costumer sehingga membentuk suatu jaringan yang baik.

Jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemain akhir disebut

dengan supply chain (Pujawan, 2005).

Setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan tentu saja akan dibayangi

dengan ketidakpastian atau kejadian-kejadian yang tidak direncanakan yang dapat

mempengaruhi aliran bahan dari suatu supply chain. Ketidakpastian dalam supply

chain ini dapat dikatakan sebagai risiko. Untuk mengetahui risiko-risiko yang

mungkin terjadi, perusahaan perlu melakukan suatu identifikasi terhadap

risiko-risiko yang akan muncul. Dalam proses pengidentifikasian risiko-risiko-risiko-risiko ini

(22)

guna menghasilkan suatu aksi mitigasi risiko yang dapat meminimalkan

terjadinya risiko tersebut (Hidaya dan Baihiqi, 2013).

PT. Coca Cola Amatil Indonesia adalah perusahaan yang memproduksi

dan mendistribusikan produk-produk yang berlisensi The Coca Cola Company,

seperti Coca-Cola, Fanta dan Sprite. PT. Coca Cola Amatil Indonesia melakukan

aktivitas supply chain, mulai dari pengadaaan bahan, proses produksi hingga

pendistribusian produk ke ritel dan akhirnya produk sampai ke konsumen. Untuk

itu perusahaan perlu mengelola aktivitas supply chain sehingga berjalan dengan

lancar. Namun aktivitas supply chain tidak terlepas dari ketidakpastian yang

mengganggu. Ketidakpastian ini adalah ketidakpastian permintaan, ketidakpastian

internal dan ketidakpastian dari arah supplier.

Ketiga ketidakpastian yang terjadi dapat dikatakan sebagai potensi risiko

yang dapat mengganggu aktivitas supply chain PT Coca Cola Amatil Indonesia.

Jika aktivitas supply chain terganggu tentu tujuan perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan sulit tercapai. Disisi lain PT Coca Cola Amatil Indonesia

belum pernah mengelompokkan risiko berdasarkan kejadian risiko (risk event)

dan agen risiko (risk agent) sehingga perusahaan perlu melakukan suatu analisis

risiko untuk merencanakan aksi mitigasi risikonya.

Penelitian yang dilakukan di PT Penataran Angkatan Laut (PAL)

Indonesia bertujuan untuk memberikan masukan sehubungan dengan strategi yang

digunakan perusahaan untuk menangani dan memitigasi risiko pada supply chain.

Penelitian ini menggunakan dua fase House of Risk. Fase pertama diawali dengan

(23)

model House of Risk maka didapatkan dua agen risiko (risk agent) yang tertinggi

yaitu keterlambatan pengadaan barang dari supplier dan permintaan barang tidak

menyebutkan spesifikasi yang jelas. Untuk itu diperlukan aksi mitigasi berupa

strategy stock, coordination, dan multiple route sehingga dampak kejadian risiko

dapat diminimalkan (Fendi dan Yuliawati, 2012)

Penelitian mengenai aksi mitigasi risiko juga dilakukan di PT. Barata

Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi risk event dan

merancang strategi mitigasi supply chain menggunakan pendekatan Supply Chain

Management. Selain mengidentifikasi risiko supply chain, operasional, dan

permintaan, juga dilakukan penrhitungan Agregat Risk Potential (ARP)

menggunakan tool House of Risk. Penelitian ini menghasilkan 9 aksi mitigasi

risiko yaitu pelatihan bagi pekerja yang kurang kompeten, evaluasi harian

worksheet, mengembangkan Standart Operation Procedure (SOP) serta

mengawasi pelaksanaannya, menentukan supplier yang lebih terpercaya,

melakukan maintenence pada mesin dan peralatan lainnya secara berkala,

pengadaan mesin dan peralatan baru, mengatur rencana produksi (work flow) yang

tepat secara berkala berdasarkan demand, menjadikan lingkungan kerja yang

kondusif, dan perbaikan kebijakan perusahaan terkait risiko yang terjadi

(Achmadi, Novianti, dan Agustina, 2014).

Pada penelitian kali ini akan dilakukan analisis dan evaluasi risiko yang

berpotensi timbul dalam supply chain perusahaan dengan menggunakan tool

(24)

HOR ini merupakan pengembangan metode FMEA (Failure Mode and

Effect Analysis) dan toolsHouse Of Quality (HOQ) pada Qualtiy Function

Deployment (QFD) (Pujawan dan Geraldine, 2009). HOR digunakan untuk

mengidentifikasi risiko dan merancang aksi mitigasi risiko yang terdiri dari dua

fase. Fase pertama HOR mengidentifikasi risiko dan menilai risiko berdasarkan

perhitungan ARP (Agregate Risk Potensial). Kemudian dipilih agen risiko

dengan nilai ARP tertinggi. Agen risiko terpilih kemudian dimasukkan pada HOR

fase kedua untuk dirancang aksi mitigasi risikonya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang bahwa

adanya potensi inventory dan kehilangan penjualan akibat ketidakpastian di

sepanjang aktivitas supply chain. Ketidakpastian permintaan seperti fluktuasi

sales, ketidakpastian internal seperti kerusakan mesin dan ketidakpastian supplier

seperti keterlambatan pengadaan bahan yang menjadi potensi risiko yang akan

mengganggu aktivitas supply chain perusahaan, sehingga perlu dilakukan analisis

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Coca-Cola adalah produk minuman ringan (soft drink) yang sangat

terkenal di seluruh dunia. Penemunya adalah Dr. John S. Pemberton pada tahun

1886. Beliau adalah seorang ahli farmasi dari Atlanta Georgia, Amerika Serikat.

Ia membuat sirup berwarna karamel yang kemudian dicampur dengan air

berkarbonasi sehingga menjadi minuman yang disebut coca-cola. Sekretaris Dr.

Pemberton, Frank Robinson, adalah yang mengusulkan kata Coca-Cola dan

kemudian menyarankan untuk memakai tulisan “Coca-Cola” dengan huruf-huruf

miring mengalir yang sekarang menjadi terkenal di seluruh dunia.

Pada tahun 1888, Dr. John S. Pemberton menjual formula rahasia

coca-cola kepada Asa Candler seharga $2300, kemudian pada tahun 1892, Candler

membentuk sebuah perusahaan di Georgia bernama ‘The Coca-Cola Company’.

Karena pemasaran yang agresif dan ketajaman insting bisnis Asa Candler,

pada tahun 1890-an Coca-Cola telah memantapkan dirinya sebagai salah satu

minuman paling populer di Amerika Serikat.

Seiring perjalanan waktu, Coca-Cola semakin berkembang dan digemari

oleh masyarakat, sehingga muncul ide dari Joseph Beidenharn untuk

membotolkan Coca-Cola. Sejak tahun 1900 distribusi Coca-Cola secara

(26)

Coca-cola diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1927 dan mulai

diproduksi pada tahun 1932 oleh Netherland Indische Mineral Water Fabrieck

(Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) yang membotolkan untuk pertama kalinya di

Batavia (Jakarta). Produksi Coca-Cola lumpuh pada zaman penjajahan Jepang

(1942-1945) tetapi tepat sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, pabrik

tersebut beroperasi dibawah nama The Indonesia Bottles Ltd Nv (IBL) dengan

status perusahaan nasional.Pada tahun 1971, IBL menjalin kerjasama dengan tiga

perusahaan Jepang dan membentuk PT. Djaya Beverages Bottling Company

(DBBC).

Tercatat 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di

Indonesia, yaitu:

1. Tahun 1971 : PT. Djaya Baverages Bottling Company, Jakarta

2. Tahun 1973 : PT. Braseries Del Indonesia, Medan

3. Tahun 1976 : PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company, Surabaya

4. Tahun 1976 : PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company, Semarang

5. Tahun 1981 : PT. Tirta Permata sari Bottling Company, Ujung Pandang

6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung

7. Tahun 1971 : PT. Tribina Jaya Nusantara Bottling Company, Padang

8. Tahun 1971 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar

9. Tahun 1971 : PT. Swarna Dwipa Mekar Bottling Company, T.Karang

10.Tahun 1971 : PT. Bangun Wenang Baveraages Company, Manado

(27)

Pada tahun 1991 merupakan investasi awal perusahaan Coca Cola Amatil

di Indonesia. Selama tahun 1990-an ini Coca-Cola Amatil mengakuisisi

perusahaan pembotolan di Indonesia hingga pada 1 Januari 2000 Coca-Cola

Amatil telah mengakuisisi semua perusahaan pembotolan di Indonesia yang saat

ini lebih dikenal sebagai PT. Coca Cola Amatil Indonesia. Perusahaan ini terus

berkembang sehingga PT. Coca Cola Amatil Indonesia menjadi perusahaan

minuman terkemuka di Indonesia.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Plant saat ini memproduksi 4

jenis minuman yaitu: coca-cola, sprite, fanta dan frestea dengan berbagai ukuran

dalam kemasan botol (botol kaca dan botol plastik).

1. Coca-Cola dengan isi : 193 ml, 393 ml, 1000 ml.

2. Sprite dengan isi : 295 ml, 200 ml, 1000 ml.

3. Fanta:

a. Fanta orange dengan isi : 295 ml, 200 ml, 237 ml, 1000 ml.

b. Fanta strawberry dengan isi : 295 ml, 200 ml, 1000 ml.

c. Fanta soda water dengan isi : 295 ml.

d. Fanta Pineapple dengan isi : 295 ml, 200 ml, 1000 ml.

4. Frestea dengan isi : 220 ml.

Untuk kemasan yang lain seperti plastik dan kaleng tidak diproduksi,

(28)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Plant berada di Jalan K.L.Yos

Sudarso km 14, kecamatan Medan Labuhan, Medan-Belawan.

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Plantpada umumnya daerah

pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera Utara dan D.I.Aceh. PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Plantmemiliki beberapa subditributor, yaitu:

Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi, P.Siantar, Rantau Parapat, Kisaran,

P.Sidempuan, Langsa, Lhoksemawe, Banda Aceh, Meulaboh, Sibolga, Balige dan

Indrapura. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Plantsudah memiliki lebih

dari 18000 retailer produk coca-cola. Hal ini membuat produk coca-cola semakin

mudah untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat dijangkau oleh

(29)

BAB III

STUDI LITERATUR

3.1. Pengertian Supply Chain

Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Rantai ini

merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling

berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin

menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit dan

Djokopranoto, 2002).

Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan

logistik. Konsep lama lebih melihat logistik sebagai persoalan internal

masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara

internal di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, permasalahan

logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang

sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir,

yang merupakan mata rantai penyediaan barang.

Pada supply chain biasanya terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir. Kedua aliran uang

yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang terjadi dari

(30)

Supply chain management tidak hanya berorientasi pada urusan internal

perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan

perusahaan-perusahaan partner.

3.2. Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)

SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. Seperti halnya

kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, SCOR pada dasarnya juga

merupakan model yang berdasarkan proses. Model inimengintegrasikan tiga

elemen utama dalam manajemen yaitu business processreengineering,

benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam

supply chain(Pujawan, 2005). Ketigaelemen tersebut memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses

kompleksyang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang

diinginkan (to be).

b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja

operasionaldari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan

berdasarkankinerja best in class yang diperoleh.

c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan,

(31)

Gambar 3.1. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR

Sumber: Supply Chain Council

Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1, SCOR membagi proses-proses

supply chain menjadi 5 proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return.

Kelima proses tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu:

a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan

untukmenentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan

pengadaan,produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir

kebutuhandistribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan

produksi,perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan

penyesuaian (alignment) supply chain plan dengan financial plan.

b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk

memenuhipermintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman

darisupplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran

untukbarang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi

(32)

apakahbarang yang dibeli termasukstocked,make to order, atau engineer to

order products.

c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen

menjadiproduk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi

bisadilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock),

atas dasar pesanan (make to order), atauengineer to order. Proses yang terlibat

disini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi

dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barangsetengah jadi (work in

process), memelihara fasilitas produksi, dansebagainya.

d. Deliver,yangmerupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap

barangmaupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi,

dandistribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan

daripelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan

pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian

produkkarena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi

kondisiproduk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan

pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support

juga merupakan bagian dari proses return.

3.3. Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

Tempat yang logis untuk memulai adalah menjelaskan apa yang dimaksud

(33)

cara. Salah satu perspektif umum hanya mengatakan bahwa risiko adalah situasi

yang melibatkan paparan bahaya atau kerugian. Perspektif lain mengambil

langkah lebih lanjut dengan menambahkan bahwa risiko adalah probabilitas atau

ancaman kerusakan, cedera, kewajiban, kehilangan, atau kejadian negatif lainnya

yang disebabkan oleh kerentanan eksternal atau internal dan yang dapat dihindari

melalui tindakan preventif. Pandangan lain menyatakan bahwa risiko adalah efek

dari ketidakpastian pada tujuan. Risiko juga dapat dilihat, setidaknya sebagian,

sebagai ketidakmampuan untuk memanfaatkan kesempatan. Untuk tujuan kita,

kita mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan terwujudnya konsekuensi yang

tidak diharapkan atau tidak diinginkan yang mengarah ke hasil yang tidak

dikehendaki seperti kehilangan, cedera, kerusakan, atau kehilangan kesempatan

(Schlegel dan Trent, 2015).

Sebagian besar pengamat risiko percaya bahwa ketika risiko menjadi

kenyataan, sesuatu yang buruk biasanya terjadi. Tidak mengherankan, manajer

supply chain hampir selalu melihat risiko sebagai sesuatu yang harus dihindari.

Sebaliknya, pengusaha melihat risiko melalui lensa yang berbeda. Mereka melihat

risiko dari segi kesempatan terbalik dan kesempatan yang hilang ketika gagal

untuk bertindak. Untuk orang-orang, pengambilan risiko kreatif penting untuk

setiap tujuan yang mana taruhan tinggi. Berpikir bahwa risiko merusak, tentu

saja, tapi mungkin lebih boros adalah hati-hati dalam berpikir, yang mendorong

(34)

3.4. Supply Chain Risk Management

Apa yang dimaksud dengan Supply Chain Risk Management (SCRM)?

Definisi sebagian mencerminkan disiplin seorang profesional atau di mana

mereka berada dalam rantai pasokan. Di ruang teknologi informasi, National

Institute for Standards and Technology mendefinisikan supply chain risk

management sebagai praktek multidisiplin dengan sejumlah proses perusahaan

yang saling berhubungan, bila dilakukan dengan benar, akan membantu

departemen dan lembaga mengelola risiko menggunakan produk teknologi

informasi dan layanan. MITRE, perusahaan yang menyediakan jasa rekayasa dan

teknis kepada pemerintah federal, mendefinisikan SCRM sebagai suatu disiplin

yang membahas ancaman dan kerentanan dari informasi yang diperoleh secara

komersial dan teknologi komunikasi di dalam dan digunakan oleh informasi

pemerintahan dan sistem senjata. Melalui SCRM, insinyur sistem dapat

meminimalkan risiko untuk sistem dan komponen yang diperoleh dari

sumber-sumber yang tidak dipercaya atau diidentifikasi sebagai bahan dan komponen

rendah.

Perspektif ketigamengatakan Supply Chain Risk Management (SCRM)

adalah pelaksanaan strategi untuk mengelola risiko yang luar biasa di sepanjang

rantai pasokan melalui penilaian risiko yang terus menerus dengan tujuan

mengurangi kerentanan dan memastikan keberlanjutan.

Salah satu cara untuk melihat supply chain risk management adalah untuk

menganggapnya sebagai persimpangan antara supply chain management dan risk

(35)

definisi yang standar. Ini adalah salah satu indikator bahwa SCRM adalah disiplin

yang masih berkembang (Schlegel dan Trent, 2015).

3.5. Konsep- Konsep Risiko

3.5.1. Kejadian Risiko

Risiko relatif tidak berbahaya sampai terjadi. Sebagai contoh selalu ada

risiko bahwa seseorang akan jatuh dari atap ketika mereka bekerja di rumah.

Sampaibenar-benar jatuh, risiko jatuh tetap hanya risiko. Jika orang tersebut jatuh,

risiko sekarang menjadi kejadian risiko. Sebuah konsep sederhana dari kejadian

risiko adalah risiko yang telah menjadi kenyataan. Didefinisikan secara resmi

kejadian risiko adalah kejadian khusus yang negatif mempengaruhi keputusan,

rencana, perusahaan atau organisme.

3.5.2. Paparan Risiko dan Kerentanan

Paparan risiko melibatkan potensi terukur untuk kerugian yang mungkin

terjadi sebagai akibat dari risk event. Nilai paparan risiko sering sebagai hasil dari

analisis risiko yang komprehensif dengan menggunakan algoritma untuk

menggabungkan risiko sesuai dengan kemungkinan terjadi terhadap potensi

kerugian jika terjadi. Paparan risiko dan kerentanan sebagai konsep yang terkait

(36)

3.5.3. Ketahanan Risiko

Pada tingkat dasar, ketahanan mengacu pada kemampuan untuk pulih atau

menyesuaikan diri dengan kejadian negatif atau perubahan. Ini merupakan

kemampuan perusahaan dan rantai pasokan untuk "bangkit kembali" setelah

terjadi perubahan. Sementara konsep ketahanan telah dipelajari secara ilmiah

dalam psikologi perkembangan dan ekosistem selama bertahun-tahun, masih

merupakan topik yang muncul di SCRM. Bahkan dalam disiplin ilmu yang

berkembang dengan baik definisi ketahanan sering bertentangan dan

membingungkan.

3.5.4. Risk Appetite

Risk appetite mencerminkan tingkat risiko bahwa suatu organisasi atau

individu bersedia untuk menerima atau mengambil dalam mengejar tujuannya.

Hal ini dapat diukur dari segi dimensi kuantitatif dan kualitatif. Beberapa juga

mengacu pada konsep ini sebagai toleransi risiko atau kecenderungan risiko, topik

yang baik didasarkan pada komunitas keuangan.

3.5.5. Analisis Risiko atau Penilaian

Analisis risiko, juga disebut penilaian risiko. Pada analisis risiko tingkat

dasar melibatkan identifikasi risiko dan kemudian mengevaluasi atau pemetaan

peristiwa, minimal dua dimensi. Dimensi ini termasuk kemungkinan risiko yang

(37)

akan mencetak dua dimensi dan kalikan mereka bersama-sama untuk mencapai

keseluruhan nilai risiko.

3.5.6. Rencana Tanggap Risiko

Sebuah rencana tanggap risiko adalah perpanjangan logis dari analisis

risiko. Rencana risiko adalah dokumen yang mendefinisikan risiko yang diketahui

dan termasuk deskripsi, penyebab, probabilitas atau kemungkinan terjadinya

risiko dan tanggapan manajemen risiko yang diusulkan.

3.5.7. Kepatuhan Risiko

Kepatuhan risiko meliputi kegiatan internal yang diambil untuk memenuhi

peraturan dan ketentuan yang diperlukan, apakah mereka pemerintah, industri

tertentu, atau diterapkan secara internal. Perusahaan selalu memiliki persyaratan

kepatuhan yang berkaitan dengan pelaporan keuangan, kepatuhan lingkungan, dan

sejumlah area lain. Pada tingkat organisasi, kepatuhan dicapai melalui proses

manajemen yang mengidentifikasi hukum yang berlaku, peraturan, kontrak,

strategi, dan kebijakan, menilai kondisi kepatuhan saat ini, menilai risiko dan

potensi biaya ketidakpatuhan terhadap pengeluaran yang diproyeksikan untuk

mencapai kepatuhan, dan memprioritaskan, dana, dan memulai tindakan korektif

(38)

3.5.8. Tata Kelola Resiko

Tata kelola risiko meliputi kerangka, peralatan, kebijakan, prosedur,

kontrol, dan pengambilan keputusan hirarki yang digunakan untuk mengelola

bisnis dari perspektif manajemen risiko. Struktur pimpinan termasuk chief risk

officer, yang biasanya diidentifikasi sebagai orang yang bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan dan mengawasi proses manajemen risiko dan menyetujui

laporan kepada komite audit perusahaan dari dewan direksi.

3.6. Pendekatan Manajemen Risiko

Secara harfiah ratusan kegiatan, alat-alat, dan pendekatan memiliki potensi

untuk menjadi bagian dari portofolio manajemen risiko perusahaan. Pada tingkat

yang sangat tinggi kita dapat mengatur pendekatan ini dengan tujuan pada risiko

utama, yang meliputi mitigasi, menghindari, mencegah, menerima, atau berbagi

risiko.

3.6.1. Mitigasi Risiko

Beberapa akan menggunakan istilah mitigasi risiko untuk menggambarkan

hampir segala sesuatu yang dilakukan atas nama manajemen risiko, termasuk

tindakan pencegahan. Menurut definisi yang paling dasar mitigasi risiko adalah

mengurangi dampak dari sesuatu. "Sesuatu" bisa menjadi efek dari kejadian risiko

seperti kebakaran pemasok atau masalah kualitas supply chain. Dalam arti yang

(39)

diambil baik untuk mengurangi kemungkinan risiko yang terjadi atau

memperkecil tingkat dampaknya.

3.6.2. Penghindaran Risiko

Penghindaran melibatkan kegiatan-kegiatan keluar yang menimbulkan

risiko. Sebuah perusahaan dapat menentukan (dan banyak memiliki) sumber

bahan dari pemasok tertentu dapat menjadi terlalu berisiko, sehingga menghindari

pemasok tersebut. Atau, garis produk tertentu tidak mendapatkan keuntungan

yang cukup, sehingga perusahaan memutuskan untuk berhenti membuat

barang-barang (atau menjual merek ke perusahaan lain). Dengan menghindari,

perusahaan telah membuat keputusan untuk mengurangi, bahkan mungkin

menghilangkanpaparan risiko.

3.6.3. Pencegahan Risiko

Pencegahan melibatkan pengambilan tindakan untuk memastikan bahwa

risiko tidak menjadi kejadian risiko atau, jika hal ini telah terjadimaka tidak akan

memiliki dampak yang besar. Pendekatan untuk mengelola risiko sering lebih

terjadi ketika berhadapan dengan risiko yang telah diketahui. Pencegahan berbeda

dari penghindaran dalam sebuah perusahaan, tidak keluar sebagai sarana untuk

mengatasi risiko. Kami berharap fokus yang lebih besar pada tindakan

pencegahan adalah supply chain managerlebih terfokus pada mengantisipasi dan

(40)

3.6.7. Penerimaan Risiko

Penerimaan berarti untuk mengambil dan menanggung risiko. SCRM

mungkin tidak menjadi prioritas di sebuah perusahaan, jadi tidak ada tindakan

manajemen risiko tertentu yang diambil. Dalam hal ini penerimaan terjadi secara

standar. Alasan kedua adalah bahwa analisis biaya atau manfaat mengungkapkan

bahwa biaya penanganan risiko melebihi dampak dari risiko. Alasan ketiga adalah

bahwa tidak ada cara praktis ada untuk mencegah dan mengurangi risiko. Ini

biasanya merupakan pengakuan bahwa, setidaknya dalam jangka pendek, tidak

ada tindakan yang layak atau alternatif efektif yang tersedia akan dapat mengatasi

risiko. Tidak ada pilihan praktis ada kecuali untuk menanggung risiko tersebut.

3.6.8. Berbagi Risiko

Berbagi risiko adalah mentransfer atau berbagi sebagian dari risiko untuk

mengurangi atau memitigasi risiko. Berbagi biaya pengembangan produk dengan

pemasok atau membeli asuransi adalah metode berbagi risiko.

3.7. Model House of Risk

Model ini didasarkan pada gagasan bahwa supply chain risk management

yang proaktif harus berusaha untuk fokus pada tindakan preventif, yaitu

mengurangi kemungkinan agen risiko terjadi. Mengurangi terjadinya agen risiko

biasanya akan mencegah beberapa peristiwa risiko terjadi. Dalam kasus seperti

itu, perlu untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang terkait.

(41)

Misalnya, masalah dalam sistem produksi pemasok dapat mengakibatkan

kekurangan bahan dan peningkatan rejectdi mana yang terakhir ini karena beralih

pada pemasok lainnya.

Dalam model FMEA, penilaian risiko dilakukan melalui perhitungan dari

Risk Priority Number (RPN) sebagai produk dari tiga faktor, yaitu probabilitas

kejadian (occurance), tingkat keparahan dampak (severity), dan deteksi

(detection). Tidak seperti di model FMEA di mana probabilitas kejadian

(occurance) dan tingkat keparahan (severity) berhubungan dengan kejadian risiko

(risk event), di model ini probabilitas kejadian (occurance) untuk agen risiko (risk

agent) dan tingkat keparahan (severity) untuk kejadian risiko (risk event)

(Pujawan dan Geraldine, 2009). Karena salah satu risk agent dapat menginduksi

sejumlah risk event, maka perlu kuantitas potensi risiko agregat (Agregate Risk

Potential) dari risk agent. Jika Oj adalah probabilitas terjadinya agen risiko j, Si

adalah keparahan dampak jika kejadian risiko i terjadi, dan Rij adalah korelasi

antara agen risiko j dan kejadian risiko i (yang diartikan sebagai seberapa besar

kemungkinan agen risiko j akan mendorong kejadian risiko i) maka ARPj (potensi

risiko agregat agen risiko j) dapat dihitung sebagai berikut:

���� = ��� ����� �

Penyesuaian model House of Quality (HOQ) untuk menentukan agen

risiko yang harus diberikan prioritas untuk tindakan preventif. Rank A ditugaskan

untuk setiap agen risiko berdasarkan besarnya nilai ARPj untuk setiap j. Oleh

karena itu, jika ada banyak agen risiko, perusahaan dapat memilih satu dari

(42)

risiko. Untuk itu ada dua model yang disebutHouse of Risk(HOR) yang

didasarkan pada HOQ yang dimodifikasi yaitu:

1. HOR1 digunakan untuk menentukan agen risiko harus diberikan prioritas

untuk tindakan preventif.

2. HOR2 adalah untuk memberikan prioritas kepada tindakan yang dianggap

efektif tetapi dengan finansial yang wajar dan komitmen sumber daya.

3.7.1. House of Risk I

Dalam model HOQ, kita berhubungan satu set persyaratan (apa) dan satu

set tanggapan (bagaimana) di mana setiap respon dapat mengatasi satu atau lebih

persyaratan. Tingkat korelasi biasanya diklasifikasikan sebagai tidak ada (dan

diberi nilai setara dengan 0), rendah (satu), sedang (tiga), dan tinggi (sembilan).

Setiap persyaratan memiliki kesenjangan tertentu untuk mengisi dan setiap respon

akan memerlukan beberapa jenis sumber daya dan dana.

Mengadopsi prosedur di atas, HOR I dikembangkan melalui

langkah-langkah sebagai berikut (Puajawan dan Geraldine 2009) :

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses bisnis.

Hal ini dapat dilakukan melalui proses pemetaan supply chain (plan, source,

make, deliver, dan return) dan kemudian mengidentifikasi "apa yang bisa

salah" dalam setiap proses-proses tersebut.

2. Menilai dampak (severity) dari kejadian risiko (jika terjadi) dengan skala 1-10

di mana 10 mewakili sangat parah. Tingkat keparahan dari setiap peristiwa

(43)

3. Identifikasi agen risiko dan menilai kemungkinan terjadinya setiap agen

risiko. Di sini, skala 1-10 juga diterapkan di mana 1 berarti hampir tidak

pernah terjadi dan nilai 10 berarti hampir pasti terjadi. Para agen risiko (Aj)

ditempatkan pada baris atas tabel dan terjadinya terkait adalah di baris paling

bawah, dinotasikan sebagai Oj.

4. Mengembangkan matriks hubungan, yaitu hubungan antara masing-masing

agen risiko dan setiap kejadian risiko, Rij {0, 1, 3, 9} di mana 0 mewakili

tidak ada korelasi dan 1, 3, dan 9 mewakili, masing-masing, rendah, sedang,

dan korelasi yang tinggi.

5. Hitung potensi risiko agregat agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai produk

dari kemungkinan terjadinya j agen risiko dan dampak agregat yang

dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh j agen risiko seperti

pada persamaan yang telah dijelaskan.

6. Peringkatkan agen risiko sesuai dengan potensi risiko agregat mereka dalam

(44)

Gambar 3.2. House Of Risk I

3.7.2. House of RiskII

HORII digunakan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan

terlebih dahulu, mengingat efektivitas mereka berbeda serta sumber daya yang

terlibat dan tingkat kesulitan dalam melakukan. Perusahaan idealnya memilih

serangkaian tindakan yang tidak begitu sulit untuk dilakukan tapi efektif bisa

mengurangi kemungkinan agen risiko yang terjadi. Langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut (Pujawan dan Geraldine, 2009) :

1. Pilih sejumlah agen risiko dengan peringkat prioritas tinggi, mungkin

menggunakan analisis Pareto atau nilai ARPj, yang akan dibahas dalam HOR

(45)

dari HOR2 seperti digambarkan dalam Gambar 3.3 Menempatkan nilai-nilai

ARPj yang sesuai di kolom kanan.

2. Identifikasi tindakan yang dianggap relevan untuk mencegah agen risiko.

Perhatikan bahwa satu agen risiko dapat ditangani dengan lebih dari satu

tindakan dan satu tindakan secara bersamaan bisa mengurangi kemungkinan

terjadinya lebih dari satu agen risiko. Tindakan diletakkan pada baris atas

sebagai "bagaimana" untuk HOR ini.

3. Menentukan hubungan antara setiap tindakan pencegahan dan setiap agen

risiko, Ejk. Nilai-nilai bisa {0, 1, 3, 9} yang mewakili masing-masing, tidak

ada, rendah, sedang, dan tinggi hubungan antara aksi k dan agen j. Hubungan

ini (Ejk) dapat dianggap sebagai tingkat efektivitas tindakan k dalam

mengurangi kemungkinan terjadinya risiko agen j.

4. Hitung total efektivitas setiap tindakan sebagai berikut:

��� = � ������� �

5. Beri Nilai tingkat kesulitan dalam melakukan setiap tindakan, Dk, dan

menempatkan nilai-nilai berturut-turut di bawah efektivitas keseluruhan.

Tingkat kesulitan, yang dapat diwakili oleh skala (seperti Likert atau skala

lain), harus mencerminkan dana dan sumber daya lain yang dibutuhkan dalam

melakukan aksinya.

6. Hitung total efektivitas terhadap kesulitan, yaitu ETDk = TEk/Dk.

7. Tetapkan peringkat prioritas untuk setiap tindakan (Rk) dimana Peringkat 1

(46)

Gambar 3.3. House Of Risk II

3.8. Strategi Supply Chainyang Kuat

Pada dasarnya, masalah rantai pasokan dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok besar: manajemen supply dan manajemen demand. Isu-isu manajemen

supply meliputi pemilihan supplier, hubungan pemasok, perencanaan pasokan,

transportasi dan logistik, sementara masalah manajemen permintaan meliputi

pengenalan produk baru, manajemen lini produk, perencanaan kebutuhan, harga

produk dan promosi perencanaan. Untuk itu dibentuk sembilan strategi supply

chain yang kuat untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola

supply dan demandbaik dalam keadaan normal dan maupun ketika terjadi

gangguan yang besar, sehingga tetap dapat mempertahankan kegiatan bisnis

(Tang, 2006). Rangkuman fitur kunci dari sembilan strategi supply chain yang

(47)

Tabel 3.1. Strategi Supply Chain yang Kuat

Strategi Supply

Chain yang Kuat Tujuan Utama

Manfaat pada

Strategic stock Meningkatkan ketersediaan produk

Flexible supply base Meningkatkan fleksibilitas pasokan

Revenue management Meningkatkan kontrol permintaan produk

(48)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia. Perusahaan

ini beralamat di Jl. Yos Sudarso Km 14. Simpang Martubung, Medan, Sumatera

Utara. Penilitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai bulan Desember

2014.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencandra (menggambarkan)

dan mendeskripsikan secara akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek.

Penelitian deskriptif juga sering disebut dengan penelitian survei karena data yang

digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara yang didukung oleh schedule

questionair ataupun interview guide (Sinulingga, 2013). Wawancara dan

kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Logistic Planning

Manager.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah risiko-risiko yang diidentifikasi pada

aktivitas supply chain di PT. Coca Cola Amatil Indonesia sehingga ditentukan

(49)

4.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.Variabel

penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah:

a. Severity yang menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh

suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan

b. Occurance menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu agen

risiko (risk agent) sehingga mengakibatkan timbulnya suatu atau beberapa

kejadian risiko (risk event) yang dapat menyebabkan gangguan pada

proses bisnis perusahaan

c. Relationship menyatakan tingkat hubungan antara risk event dan risk

agent

2. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Variabel dependen dalam penelitian iniagregate risk potential.

4.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan alur berpikir yang logis

mengenai penelitian yang dilakukan sehingga penelitian tersebut dilakukan secara

benar sesuai dengan yang seharusnya. Kerangka konseptual dalam penelitian ini

(50)

Severity

(Risk Event)

Agregate Risk Potential

Relationship Occurance

(Risk Agent)

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian diawali dengan studi pendahuluan dengan melakukan

wawancara pada Logistic Planning Manager bertujuan untuk mengetahui

permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Permasalahan yang dihadapi

adalah ketidakpastian pada supply chain perusahaan. Ketidakpastian ini terdiri

dari ketidakpastian permintaan seperti terjadinya fluktuasi permintaan,

ketidakpastian internal seperti kerusakan mesin, dan ketidakpastian supplier

seperti keterlambatan bahan. Ketidakpastian ini dapat dikatakan risiko yang

mengganggu sehingga perlu dilakukan analisis risiko sehingga akan direncakan

aksi mitigasi risikonya.

Setelah diketahui permasalahan yang akan dijadikan topik penelitian,

kemudian ditetapkan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

pembatasan masalah, dan sistematika penulisan tugas sarjana.

Tahap selanjutnya adalah pengumpulan informasi melalui wawancara,

(51)

gambaran umum perusahaan untuk mengetahui sistem dan proses bisnis yang

dijalankan oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia.

Penelitian dilanjutkan dengan pemilihan landasan teori yang mendukung

penelitian. Kemudian dilakukan pembuatan metodologi penelitian untuk

memperjelas agar pembahasan serta analisis permasalahan menjadi tersusun dan

terarah secara sistematis. Tahap selanjutnya adalah proses pengumpulan dan

pengolahan data. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap pengolahan data dan

kemudian ditarik kesimpulan serta saran dari hasil penelitian.

Adapun blok diagram langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada

Gambar 4.2. 1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain

2. Identifikasi Risiko 3. Analisis Risiko 4. Evaluasi Risiko

5. Penanganan Risiko (Aksi Mitigasi Risiko)

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

(52)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain

Tahap awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan

pemetaan aktivitas berdasarkan model SCOR (Supply Chain Operation Refrence),

yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Pemetaan aktivitas supply chain

merupakan tahap awal dalam metode House of Risk (HOR). Pemetaan aktivitas ini

dilakukan dengan cara wawancara di PT. Coca Cola Amatil Indonesia.

Aktivitas-aktivitas supply chain perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Plan

Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk

menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,

produksi dan pengiriman. Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori

plan yaitu:

a. Peramalan Permintaan

b. Perencanaan Produksi

c. Perencanaan Pengiriman

2. Source

Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

permintaan. Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori source yaitu:

(53)

b. Penerimaan Bahan

c. Pengecekan Kualitas Bahan

d. Penyimpanan Bahan

3. Make

Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi

produk yang diinginkan. Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori

make yaitu:

a. Proses Produksi

b. Pengemasan Produk

c. Quality Control

4. Deliver

Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun

jasa, biasanya meliputi transportasi dan distribusi. Aktivitas-aktivitas yang

termasuk dalam kategori deliver yaitu:

a. Warehouse

b. Teamfleet

c. Pengiriman Produk

5. Return

Return yaitu proses pengembalian produk karena berbagai alasan.

Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori return yaitu:

a. Pengembalian produk dari costumer

(54)

5.1.2. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengetahui

kejadian risiko (risk event) yang mengganggu aktivitas supply chain perusahaan

dan untuk mengetahui agen risiko (risk agent) yang menyebabkan risk event

tersebut terjadi. Identifikasi dilakukan melalui wawancara di PT. Coca Cola

Amatil Indonesia.

5.1.2.1. Kejadian Risiko (Risk Event)

Kejadian risiko (risk event) adalah kejadian/peristiwa yang mengganggu

aktivitas supply chain perusahaan. Risk event didapatkan dari hasil wawancara

yang kemudian dikodekan dengan huruf E yang bertujuan untuk mempermudah

pembacaaan dalam tahap selanjutnya.

5.1.2.2. Agen Risiko (Risk Agent)

Agen risiko (risk agent) adalah hal-hal yang menyebabkan risk event

terjadi sehingga menggaggu aktivitas supply chain perusahaan. Risk agent

didapatkan dari hasil wawancara yang kemudian dikodekan dengan huruf A untuk

(55)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis House of Risk Fase I

House of Risk fase I bertujuan untuk menentukan agen risiko (risk agent)

yang mendapat prioritas untuk dilakukan aksi mitigasi. Untuk itu dilakukan

penilaian risk event, penilaian risk agent, dan penilaian relationship. Setelah

ketiga penilaian didapatkan, lalu dilakukan perhitungan Agregate Risk Potential

(ARP) sehingga akan didapat prioritas risk agent berdasarkan nilai ARP terbesar.

House of Risk fase I menghasilkan lima risk agent yang memiliki ARP terbesar

seperti terlihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Prioritas Risk Agent

Kode Risk Agent Agregate Risk

Potential

A1 Ketidakakuratan forecasting 1456

A2 Peningkatan permintaan mendadak yang signifikan 1456

A4 Kesalahan informasi dan komunikasi 834

A19 Material belum tersedia 812

A24 Produk setengah terisi 810

Sumber : Pengolahan Data

Lima prioritas risk agent tersebut akan direncanakan aksi mitigasinya pada

(56)

6.2. Analisis House of Risk Fase II

House of Risk fase II bertujuan untuk menghasilkan aksi mitigasi risiko

dalam penanganan risiko supply chain perusahaan. Penilaian yang dilakukan yaitu

tingkat kesulitan dalam melakukan aksi mitigasi dan penilaian hubungan antara

aksi mitigasi dengan risk agent. Kemudian dilakukan perhitungan Total

Effectiveness (TE) dan Effectiveness to Difficulty Ratio (ETD). Prioritas aksi

mitigasi risiko didapatkan berdasarkan nilai ETD tertinggi. Prioritas aksi mitigasi

risiko dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Prioritas Aksi Mitigasi

Kode Aksi Mitigasi

M3 Meningkatkan koordinasi

M1 Demand management

M4 Mempererat kerjasama, kolaborasi, dan berbagi informasi dengan supplier

M5 Meningkatkan intensifitas preventive maintenance

M2 Assortment Planning

(57)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu:

1. Identifikasi risiko yang terjadi dalam aktivitas supply chainperusahaan

diperoleh sebanyak 24 kejadian risiko (risk event) dan 34 agen risiko (risk

agent)

2. House of Risk fase I menghasilkan lima agen risiko yang menjadi prioritas di

perusahaanberdasarkan nilai Agregate Risk Potential (ARP) tertinggi yaitu

ketidakakuratan forcasting(1456), peningkatan permintaan mendadak yang

signifikan (1456), kesalahan informasi dan komunikasi (834), material belum

tersedia (812) dan produk setengah terisi (810).

3. Aksi mitigasi risiko yang direkomendasikan kepada perusahaan dalam

menghadapi risiko pada aktivitas supply chain adalah berdasarkan House of

risk fase II. Perusahaan dapat melakukan aksi mitigasi risiko dimulai dari aksi

dengan nilai Effectiveness to Difficulty Ratio (ETD) tertinggi yaitu

meningkatkaan koordinasi (10827), demand management (6229,2),

meningkatkan kerjasama, kolaborasi dan berbagi informasi dengan supplier

(6229,2), meningkatkan intensifitaspreventive maintenance(5452,8) dan

(58)

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebaiknya aksi mitigasi risiko dilakukan juga dengan mempertimbangkan

biaya dalam menjalankannya.

2. Aksi mitigasi yang diusulkan dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk

mengatasi risiko supply chain perusahaan.

3. Penelitian terhadap kajian risiko supply chain sebaiknya dilakukan secara

berkala agar risiko-risiko yang belum diketahui dapat teridentifikasi dan aksi

mitigasi yang diperoleh menjadi lebih baik dalam menangani risiko supply

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Didik, Trisita Novianti dan Fitri Agustina. 2014. Supply Chain Risk

Mitigation Using Supply Chain Risk Management (SCRM) Approch.

Seminar Nasional IENACO. Madura : Universitas Trunojoyo

Almanar, Thalita Putri. 2013. Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi Risiko Dengan

Metode Matriks House of Risk (HOR) pada Proses Import CKD PT Astra

Daihatsu Motor. Jakarta : Binus University

Fendi, Ari dan Evi Yuliawati. 2012. Analisis Strategi Mitigasi Risiko pada Supply

Chain PT. PAL Indonesia (Persero). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III. Yogyakarta : Institut

Teknologi Adhi Tama Surabaya

Hidaya, Syahidan dan Imam Baihiqi. 2013. Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai

Pasok pada PT. Crayfish Softshell Indonesia. Surabaya : Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Indrajit, Eko Richardus dan Richardus Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen

Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang.

Jakarta : PT Gramedia Widiasarna Indonesia

Millaty, Shabrina Dhiya, Arif Rahman dan Rahmi Yuniarti. 2014. Analisis Risiko

pada Supply Chain Pembuatan Filter Rokok (Studi Kasus : PT. Filtrona

(60)

Pujawan, I Nyoman dan Laudine H. Geraldine. 2009. House of Risk : a Model for

Proactive Supply Chain Risk Management. Business Process Management

Journal, Vol 15, No. 6, pp. 953-967. Emerald Group Publishing Limited

Pujawan, I Nyoman. 2005.Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya

Shahin, Arash. 2004. Integration of FMEA and The Kano Model. International

Journal of Quality & Reliability Management, Vol 21, No. 7, pp. 731-746.

Emerald Group Publishing Limited

Schlegel, Gregory L. Dan Robert J. Trent. 2015. Supply Chain Risk Management

An Emerging Dicipline. CRC Press

Sinulingga, Sukaria. 2013. Metode Penelitian. Medan : USU Press

Tang, Christhoper S. 2006. Robust Strategies for Mitigating Supply Chain

Diruption. International Journal of Logistics. Research and Aplications.

Gambar

Gambar 3.1. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR
Gambar 3.2. House Of Risk I
Gambar 3.3. House Of Risk II
Tabel 3.1. Strategi Supply Chain yang Kuat
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari proses identifikasi model HOR tahap 1 ditemukan 24 kejadian risiko (risk event ) dan 24 agen penyebab risiko (risk agent), selanjutnya penerapan HOR tahap 2 diperoleh

Satu penyebab risiko dapat menyebabkan lebih dari satu kejadian risiko, selanjutnya didapatkan strategi mitigasi yang diusulkan yaitu melakukan perjanjian yang menuntut

Sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajari di kampus, dalam laporan ini penulis mengangkat judul “ANALISIS RISIKO DAN MITIGASI RISIKO DENGAN PENDEKATAN METODE HOUSE OF RISK

Berdasarkan House Of Risk tahap 2 didapatkan 21 rancangan strategi mitigasi yang dapat meminimalisir terjadinya risiko pada PT.CSI yaitu. • PA05 Silent Product Rollover,

Tahap mitigasi risiko dari House of risk 2 didapatkan 5 usulan aksi mitigasi risiko yang diprioritaskan yakni PA1 Perbaikan perlakuan secara berkelanjutan dengan memberikan pupuk,

Agen risiko terpilih akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan aksi mitigasi kemudian dari hasil pemetaan house of risk fase 2 terdapat aksi mitigasi yang dapat digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan Data I Tabel 1.Pemetaan aktivitas supply chain dalam model SCOR Proces Risk Event Plam Risiko Ketidakakuratan Budget Risiko kurang budget &

Dari hasil identifikasi sepanjang aktivitas rantai pasok Gipang Singkong di IKM IKA-KE diperoleh 32 risiko risk event dan 36 sumber risiko risk agent serta diusulkan 15 aksi mitigasi