• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 ANALISIS REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1 ANALISIS REGIONAL"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.1 ANALISIS REGIONAL

Kota Sei Rampah (yang menjadi wilayah perencanaan) terdiri dari 8 (delapan) desa yang merupakan bagian yang terpilih dari 17 (tujuh belas) desa yang terdapat di Kecamatan Sei Rampah. Kota Sei Rampah merupakan Ibukota Kecamatan Sei Rampah dan sekaligus juga Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian maka fungsi dan peranan yang harus diemban oleh Kota Sei Rampah cukup besar. Selain harus mampu menjadi pusat pelayanan bagi wilayah kecamatan juga harus mampu melayani wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan wilayah yang ada disekitar kabupaten tersebut.

Jika ditinjau dari hirarki pelayanan administratif pemerintahan, kedudukan Kota Sei Rampah posisinya berada dibawah Kecamatan Sei Rampah. Dan Kecamatan Sei Rampah itu sendiri berada di bawah administrasi Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Dan demikian seterusnya Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian maka perkembangan Kota Sei Rampah sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang ada disekitanya, terutama kegiatan yang memiliki skala pelayanan regional.

Berdasarkan letak geografisnya Kota Sei Rampah sangat strategis dan menguntungkan baik dalam lingkup lokal maupun regional. Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif dan prospek yang baik bagi pengembangan, pengelolaan sektor ekonomi wilayah sehingga berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan Kota Sei Rampah dimasa yang akan datang. Kegiatan-kegiatan regional disekeliling Kota Sei Rampah yang dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan jarak fisiknya Kota Sei Rampah relatif dekat dengan pusat kegiatan utama Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi;

b. Kota Sei Rampah dilalui oleh jalur jalan lintas nasional yang menghubungkan Kota Medan dengan kota lainnya di Pulau Sumatera hingga ke pulau Jawa;

(2)

c. Kota Sei Rampah juga dilalui oleh jalur rel kereta api yang menghubungkan Medan – Tebing Tinggi dan kota lainnya di Sumatera Utara;

d. Berada pada jalur Rencana pembukaan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi;

e. Rencana pembangunan Bandara Kuala Namo yang relatif dekat dengan Kota Sei Rampah;

f. Reatif dekat dengan rencana pelabuhan Tanjung Beringin;

g. Adanya rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi dan desa Dungun di Kecamatan Tanjung Beringin yang relatif dekat dengan Kota Sei Rampah

h. Kota Sei Rampah dikelilingi oleh kawasan perkebunan yang cukup besar, baik swasta maupun nasional;

Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan geografis Kota Sei Rampah dalam lingkup regional dapat dilihat pada Gambar 4.1.

GAMBAR 4.1

LETAK DAN POSISI KOTA SEI RAMPAH DALAM LINGKUP REGIONAL

MEDAN

LUBUK PAKAM

BANDARA KUALA NAMU

PELABUHAN TG. BERINGIN

TEBING TINGGI SEI RAMPAH

DOLOK MASIHUL RENCANA JALAN TOL

MEDAN - TEBING TINGGI

KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) PAYA BAGAS KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) DUNGUN

(3)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.2 ANALISIS KEBIJAKSANAAN

Analisis kebijaksanaan pembangunan adalah untuk memahami arahan kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai dan kebijaksanaan pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang diduga mempengaruhi perkembangan Kota Sei Rampah. Kota Sei Rampah memiliki beberapa fungsi dan peranan penting dikaitkan dengan kedudukannya dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara. Fungsi dan peranan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Kebijaksanaan Provinsi Sumatera Utara

Mengingat Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten yang baru terbentuk, maka banyak kebijaksanaan provinsi yang belum mengakomodasi perkembangan dari Kabupaten Serdang Bedagai. Sebagai contoh dapat dilihat bahwa Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai, didalam RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018 hanya sebagai kota yang tidak memiliki jenjang/orde. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Serdang Bedagai maka secara otomatis kedudukan Kota Sei Rampah yang semula hanya sebagai kota non orde akan meningkat menjadi Pusat Pelayaan Sekunder, yaitu pusat yang melayani satu wilayah kabupaten.

B. Kebijaksanaan Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016, Kota Sei Rampah merupakan kota dengan hirarki ke I dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dengan fungsi sebagai :

ƒ Pusat pelayanan Wilayah Pengembangan A (WP – A) sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kabupaten;

ƒ Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan A (WP – A) dan wilayah Kabupaten;

ƒ Pusat pendidikan, sampai dengan perguruan tinggi untuk lingkup Kabupaten;

ƒ Pusat Kesehatan, sampai dengan tingkat pelayanan tertinggi dalam bentuk Rumah Sakit Umum.

Dari seluruh kajian terhadap kebijaksanaan pembangunan seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik beberapa implikasi penting terhadap perkembangan Kota Sei Rampah, sebagaimana diuraikan dalam Tabel IV.1 berikut :

(4)
(5)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.3 ANALISIS FISIK DASAR

4.3.1 Analisa Topografi dan Kemiringan Lereng

Berdasarkan pengamatan di lapangan, keadaan topografi dan kemiringan lereng di wilayah perencanaan pada umumnya relatif datar dengan kemiringan antara 0 - 2% dan berada pada ketinggian antara 50 sampai dengan 100 meter dpl. Keadaan ini sangat potensial dan sekaligus juga manjadi kendala dalam pengembangan kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan Secara tidak langsung keadaan topografi dan kemiringan lereng di Kota Sei Rampah akan mempengaruhi dalam perencanaan dan pengembangan kota itu sendiri. Dengan demikian maka dapat diuraikan beberapa potensi dan permasalahan maupun rekomendasi pengembangan yang berkaitan dengan keadaan topografi dan kemiringan lereng di Kota Sei Rampah, antara lain, yaitu :

a. Permasalahan :

ƒ Lahan yang relatif datar rawan akan banjir dan genangan air;

ƒ Lahan yang relatif datar merupakan lahan yang produktif dan potensial sehingga menimbulkan biaya yang cukup besar dalam pembebasannya (sulit untuk dialih fungsikan menjadi lahan terbangun karena lebih menguntungkan untuk pertanian); b. Potensi : Lahan yang relatif datar potensial untuk pengembangan kawasan perkotaan

tanpa adanya persyarakat tertentu; c. Rekomendasi :

ƒ Perlu membuat sistem drainase yang baik untuk mencegah banjir dan genangan; ƒ Pada daerah aliran air (sungai) dapat dimanfaatkan sebagai saluran drainase primer

(Main Drain).

ƒ Pengembangan kawasan terbangun diprioritaskan pada lahan yang kurang produktif untuk menghemat biaya pembebasan lahan, seperti : lahan dengan fungsi kebun campuran, kawasan rawa-rawa dan kawasan lainnya yang tidak dimanfaatkan secara optimal.

ƒ Pengembangan kawasan perkotaan (permukiman, sarana dan prasarana kota) diprioritaskan pada kawasan sekitar pusat kota dengan memanfaatkan kawasan perkebunan yang sudah habis ijinnya.

(6)
(7)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.3.2 Hidrologi

Kelerengan Kawasan Perkotaan Sei Rampah semakin menurun kearah Timur menuju Selat malaka akan tetapi jaringan drainase utama kota tetap menuju ke arah Selatan yaitu menuju ke arah Sungai Rampah. Pada saat ini peresapan air hujan di Wilayah Perencanaan belum menjadi masalah karena masih luasnya kawasan pertanian dan lahan non terbangun. Air meresap langsung ke dalam tanah. Tidak demikian halnya bila kota semakin berkembang dimana kawasan terbangun akan mendominasi fisik kota dan aliran "run-on" lebih besar dari aliran "run-off". Terlebih lagi Kawasan Perkotaan Sei Rampah relatif datar yang rawan akan banjir.

Dengan adanya sungai Rampah yang membelah Kawasan Perkotaan Sei Rampah maka secara tak langsung keberadaannya juga dapat menjadi potensi dan sekaligus juga menjadi permasalahan bagi pengembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Beberapa potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan keadaan hidrologi antara lain yaitu : a. Permasalahan :

ƒ Kawasan perdagangan dan jasa (pasar dan pertokoan) di Sei Rampah Pekan berada dipinggiran sungai Rampah, jika tidak diantipasi maka sepanjang sempadan sungai dikhawatir akan berubah menjadi kawasan terbangun;

ƒ Sistem drainase perkotaan belum tertata dengan baik, sehingga masih ada kawasan di wilayah perkotaan yang rawan akan genangan air;

ƒ Masih ada kawasan di Wilayah Perencanaan yang merupakan daerah rawa-rawa yang sulit untuk dikembangkan;

ƒ Sungai dan anak sungai yang ada umumnya dimanfaatkan untuk irigasi persawahan, sehingga sulit untuk dialih fungsikan.

b. Potensi :

ƒ Sungai-sungai yang ada dapat dimanfaatkan sebagai saluran drainase utama kota (main drain);

ƒ Masih dimungkinkannya untuk pembuatan drainase kota secara baik; c. Rekomendasi :

ƒ Kawasan disepanjang sempadan sungai sedapat mungkin dihindari sebagai kawasan budidaya perkotaan (pengembangan perumahan dan permukiman).

(8)

ƒ Membuat sisem air buangan dan drainase kota yang baik dan benar untuk menghindari daerah genangan dan banjir;

ƒ Pada kawasan-kawasan yang tidak dimungkinkan untuk dibuatkan saluran drainasenya (karena lebih rendah dari permukaan sungai seperti daerah rawa-rawa dan palungan) sebaiknya dilakukan penimbunan (tentunya dengan persyaratan teknis yang berlaku) sehingga kawasan tesebut menjadi lahan yang potensial untuk pengembangan perkotaan ;

ƒ Pengembangan kawasan perkotaan sedapat mungkin menghindari kawasan kawasan yang cukup produktif seperti sawah irigasi teknis;

Untuk lebih jelasnya mengenai analisis keadaan hidrologi dapat dilihat pada Gambar 4.3. 4.3.3 Analisis Penggunaan Lahan

Keadaan penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan belum tertata dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terkonsentrasinya semua kegiatan pada pusat kota (Pekan Sei Rampah) dan sepanjang jalan lintas nasional (linier). Sedangkan pada daerah pinggiran kota umumnya masih merupakan lahan kosong/kawasan non terbangun yang dimanfaatkan untuk kawasan pertanian dan perkebunan. Hal ini akan menyebabkan tingkat kepadatan baik penduduk maupun bangunan di pusat kota dan sepanjang jalan lintas nasional cukup tinggi. Saat ini kepadatan penduduk di Wilayah Perencanaan sudah mencapai 17 jiwa/ha. Jika tidak segera ditata maka dapat menyebabkan kekumuhan dan kesemrautan, terutama pada pusat-pusat kegiatan yang kepadatan bangunannya cukup tinggi.

Secara ringkas beberapa permasalahan yang berkatan dengan pola penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Permasalahan :

ƒ Lahan di dalam Wilayah Perencanaan sebagian besar merupakan kawasan pertanian yang produktif sehingga sulit untuk dialih fungsikan (kawasan perkebunan swasta nasional dan sawah irigasi);

ƒ Masih bercampurnya semua kegiatan dalam satu kawasan, seperti kawasan permukiman yang bercampur dengan lokasi industri, kawasan pemerintahan bercampur dengan permukiman dan industri dan sebaginya;

ƒ Kemungkinan akan adanya alih fungsi lahan cukup besar;

ƒ Perkembangan kawasan perkotaan umumnya hanya berkembang pada jalan lintas nasional saja.

(9)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(10)

b. Potensi :

ƒ Masih banyak lahan dalam Wilayah Perencanaan yang belum dimanfaatkan secara optimal (lahan kosong yang tidak dimanfaatkan atau lahan yang kurang produktif) yang dapat dikembangkan menjadi pengembangan kawasan perkotaan;

ƒ Luas wilayah non terbangun masih cukup luas (70%) sehingga lahan bagi pengembangan kawasan perkotaan masih cukup luas;

c. Rekomendasi :

ƒ Memanfaatkan semua lahan dalam wilayah perencanaan seoptimal mungkin sebagai daerah pengembangan kota (kawasan terbangun), terutama pada kawasan yang kurang produktif tetapi memenuhi persyaratan sebagai pengembangan perkotaan; ƒ Pada kawasan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai jasa dan

perdagangan dan kawasan pusat pemerintahan, sedangkan untuk permukiman diarahkan keluar pusat kota;

ƒ Membatasi perkembangan fisik pada kawasan-kawasan tertentu seperti : sepanjang jalan arteri primer, sepanjang sungai dan sepanjang rel kereta api;

ƒ Menarik perkembangan fisik kearah luar pusat kota untuk membatasi perkembangan fisik pada pusat kota dengan mengembangkan sub-sub pusat kota;

ƒ Pengembangan kawasan perkotaan sedapat mungkin menghindari kawasan kawasan yang cukup produktif seperti sawah irigasi teknis dan perkebunan;

Untuk lebih jelasnya mengenai analisis keadaan penggunaan lahan pada Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

4.3.4 Perkembangan Fisik Kota

Perkembangan suatu kota/daerah pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu perubahan ukuran-ukuran kota terutama dalam pelayanan sarana dan prasarana kota. Perubahan ukuran-ukuran kota tersebut dicirikan oleh perubahan struktur ruang dan pola penggunaan lahannya. Perubahan tersebut adalah semua gejala perkembangan yang terjadi dengan sendirinya (alami) ataupun secara terencana, dimana dimanifestasikan dengan wujud fisik wilayah. Sesuai dengan fungsi dan peranan Kota Sei Rampah sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa serta pusat pelayanan umum maupun pusat permukiman, maka sudah barang tentu kawasan terbangun akan semakin bertambah sesuai dengan tuntutan kebutuhan kegiatan itu sendiri.

(11)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(12)

Secara visual, saat ini perkembangan fisik Kota Sei Rampah cenderung berkembang secara linier, yaitu memanjang mengikuti jaringan jalan utama. Hal ini perlu dicegah karena jalan utama tersebut merupakan jaringan jalan arteri primer yang sudah seharusnya tidak diperuntukkan untuk kegiatan permukiman dan perdangangan. Jika tetap ingin mempertahankan kondisi yang demikian maka perlu dicari jalan alternatif atau jalan elak yang sering disebut dengan istilah jalan lingkar untuk mengalihkan arus lalu lintas jarak jauh agar tidak lagi melewati kawasan pusat kota.

Berdasarkan stadia perkembangan fisik Kota Sei Rampah, kota ini awalnya merupakan pusat perdagangan bagi wilayah disekitarnya. Sungai Rampah yang ada sekarang ini dulunya merupakan jalur pelayaran perdagangan dari Bedagai ke Sungai Rampah. Pusat pertumbuhan utamanya di Desa Sei Rampah Pekan, yaitu dipersimpangan jalan lintas dengan jalan Bedagai dan persimpangan jalan Stasiun. Dan dari sini jugalah awal cikal bakal berdirinya kota Sei Rampah. Keadaan ini dapat dilihat dari adanya bangunan-bangunan lama yang berada pada pusat kota.

Seiring dengan majunya jaman, pertumbuhan dan perkembangan Kota Sei Rampah juga berkembang cukup pesat. Hal ini disebabkan kondisi geografisnya yang strategis berada pada jalur jalan lintas nasional, menyebabkan kota ini berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan kota lain disekitarnya. Akan tetapi pertumbuhan yang cepat tersebut justru terjadi pada jalan nasional yang pertumbuhannya juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga lama kelamaan perkembangan fisik ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari jika tidak diantisipasi dari sekarang. Permasalahan yang sudah mulai terlihat saat ini akibat pertumbuhan fisik yang linier dan memusat pada pusat kota tersebut antara lain adalah kemacetan lalu lintas pada pusat kota dan kecelakaan lalu lintas pada jalan lintas nasional.

Untuk itu maka perkembangan fisik kota sedapat mungkin dikembangkan kearah luar dari pusat kota, sehingga dapat mengurangi beban pada pusat kota. Arahan perkembangan fisik kota akan dititik beratkan pada lahan-lahan yang mempunyai potensi tinggi untuk mendukung kegiatan pusat kota sebagai pusat perdagangan dan jasa serta untuk pengembangan perumahan maupun sektor lainnya serta meningkatkan pengembangan prasarana dan sarana kota.

Untuk lebih jelasnya arah dan perkembangan fisik Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

(13)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(14)
(15)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.4 ANALISIS STRUKTUR RUANG

Perencanaan struktur tata ruang kawasan perkotaan pada dasarnya disusun berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu aktivitas, tahapan pengembangan, serta kondisi lingkungan. Aktivitas di sini berarti kegiatan penduduk di wilayah perencanaan dalam melakukan proses kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya kondisi kependudukannya itu sendiri. Tahapan pengembangan di sini menyangkut seberapa kebutuhan dari penduduk setempat dan para pelaku pembangunan lainnya dalam mengembangkan wilayah perencanaan. Dalam hal ini pengembangan tersebut haruslah mempertimbangkan aspek yang ketiga yaitu lingkungan. Berdasarkan aspek lingkungan inilah dapat diketahui kendala-kendala alami dan buatan (termasuk preservasi dan konservasi) yang harus diperhitungkan, sehingga rencana pengembangan yang dilakukan tetap memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Struktur Tata Ruang Kota Sei Rampah diarahkan untuk memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh bagian wilayah perencanaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai fungsi wilayah perencanaan (Kota Sei Rampah) yang merupakan Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian, struktur ruang yang direncanakan tetap terintegrasi dengan wilayah yang lebih luas baik secara spasial maupun secara fungsional. Rencana tata ruang kawasan ini diwujudkan dalam bentuk :

• Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) serta fungsi pengembangannya masing-masing dalam lingkup kota;

• Hirarki atau tata jenjang dari masing-masing Bagian Wilayah Kota.

Pembagian Bagian Wilayah Kota di sini merupakan langkah lebih rinci dari penyusunan Struktur Tata Ruang Kota. Adapun prinsip dalam pembagian Bagian Wilayah Kota ini adalah :

1. Setiap Bagian Wilayah Kotamerupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu BWK dapat dideliniasi berdasarkan adanya suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat pusat-pusat BWK yang merupakan aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan;

2. Suatu Bagian Wilayah Kotadapat pula dibentuk berdasarkan kesamaan karakteristik fisik dasar atau lingkungannya : seperti wilayah kawasan jasa dan perdagangan, kepadatan tinggi, permukiman, pertanian, sepanjang sungai dan sebagainya;

(16)

3. Setiap Bagian Wilayah Kota dibatasi oleh pembatas–pembatas fisik yang mudah diidentifikasi seperti sungai, jalan, jalur hijau dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya.

Perwujudan dari ketiga prinsip tersebut di atas yang kemudian didasari pula dengan pertimbangan bahwa Wilayah Perencanaan merupakan pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki potensi lahan cukup luas untuk dijadikan kawasan perkotaan, maka pendeliniasian Bagian Wilayah Kota yang ada di dalamnya akan didasarkan pada pertimbangan fungsi pengembangan Kota Sei Rampah dalam konteks Kabupaten Serdang Bedagai (termasuk struktur eksistingnya), serta kendala-kendala fisik dan struktur yang ingin dicapai di masa yang akan datang (akhir tahun perencanaan).

Pembagian BWK di Kawasan Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. BWK Pusat Kota yang berpusat di Desa Sei Rampah, meliputi areal seluas 1.174 Ha. BWK Pusat Kota terdiri dari 2 Desa yaitu : Desa Sei Rampah dan Desa Firdaus;

BWK Pusat Kota merupakan pusat pelayanan utama yang mempunyai jangkauan pelayanan tidak hanya terbatas pada Kecamatan Sei Rampah saja akan tetapi juga melayani Kabupaten Serdang Bedagai.

Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Pusat Kota adalah :

• Pusat pemerintahan kabuapten

Pusat perdagangan dan jasa (central bisnis district).

• Pusat pelayanan umum (pendidikan, kesehatan dan peribadatan).

• Kawasan permukiman.

2. BWK Utara yang berpusat di Desa Sei Rejo, meliputi areal seluas 997 Ha. BWK Utara terdiri dari dua desa, yaitu Desa Sei Rejo dan Desa Pematang Pelintahan. BWK Utara merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan bagian Utara kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Utara adalah :

• Perdagangan dan jasa lokal; • Permukiman;

• Ruang Terbuka Hijau Kota.

(17)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

3. BWK Selatan yang berpusat di Desa Pematang Ganjang, meliputi areal seluas 1.858 Ha. BWK Selatan terdiri dari dua desa, yaitu Desa Silau Rakyat dan Desa Pematang Ganjang. BWK Selatan merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan bagian Selatan kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Selatan tersebut adalah :

• Perdagangan dan jasa lokal; • Permukiman;

• Kesehatan (rumah sakit khusus); • Ruang Terbuka Hijau Kota;

• Pertanian dan perkebunan (lahan cadangan).

4. BWK Barat yang berpusat di Desa Firdaus Estate, meliputi areal seluas 1.329 Ha. BWK Barat terdiri dari dua desa, yaitu Desa Firdaus Estate dan Desa Cempedak Lobang. BWK Barat merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan barat kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Barat adalah :

• Kawasan Permukiman;

• Perdagangan dan jasa lokal; • Pendidikan;

• Fasilitas umum skala pelayanan BWK;

• Pusat rekreasi kota;

• Pertanian dan perkebunan (lahan cadangan).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.7. 4.5 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI

Kota Sei Rampah terletak di jalan Negara antara Kota Medan dangan Kota Tebing Tinggi dan merupakan Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian maka Kota Sei Rampah akan berkembang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan. Dorongan perkembangan ini diperkirakan pesat karena kota ini berada antara tarik menarik Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan) dengan Kota Tebing Tinggi yang juga terus berkembang. Disamping itu Kota Sei Rampah relatif dekat dengan selat malaka yang bisa dimanfaatkan sebagai angkutan laut dan jalan rel kereta api jurusan Medan – Tebing Tinggi dan rencana jalan bebas hambatan (toll) menghubungkan Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi. Semua ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Sei Rampah, apabila semua prasarana transportasi tersebut dibangun secara terintegrasi.

(18)
(19)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

Dasar perencanaan transportasi Kota Sei Rampah adalah mengusahakan dan mengeliminasi semua problem transportasi yang umum terjadi di kota besar seperti : kemacetan lalu lintas, kesulitan tempat parkir, angkutan umum yang kurang memadai, pejalan kaki yang terabaikan, kurang tersedianya ruang kegiatan untuk masyarakat kota, kerusakan lingkungan akibat sarana transportasi, kecelakaan, dan angkutan barang dalam kota yang tidak lancar. Sistem prasarana transportasi darat, jalan raya (jalan kota, jalan negara, jalan bebas hambatan) dan jalan kereta api perlu direncanakan dengan baik secara fungsi dan pengelolaan. Prasarana transportasi menuju pelabuahan laut ke arah Selat Malaka (Tanjung Beringin) dan menuju Bandara Kuala Namu yang akan dibangun, juga menjadi skop perencanaan transportasi Kota Sei Rampah.

Tujuan perencanaan sistem transportasi Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan antara lain :

ƒ Tetap mendukung aktivitas ekonomi wilayah kota ; ƒ Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan ;

ƒ Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pergerakan orang dan barang (lancar, aman, nyaman, terjangkau) ;

ƒ Meningkatkan integrasi dan hubungan antar sistem dan antar moda transportasi (jalan raya, kereta api, laut dan udara) ;

ƒ Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas antar wilayah kota,

ƒ Meningkatkan mutu pergerakan orang dan barang pada prasarana transportasi yang sudah ada menjadi lebih baik.

Berdasarkan kondisi transportasi saat ini dan untuk mencapai tujuan pengembangan sistem transportasi yang akan dicapai maka, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

ƒ Perlu membuat suatu jalan elak atau jalan lingkar untuk mengalihkan kemacetan lalu lintas yang sering terjadi pada pusat kota. Jalan elak/jalan lingkar tersebut sedapat mungkin akan menghubungkan antar pusat BWK (sub Pusat Kota) sehingga setiap pusat BWk dapat terhubung dengan baik sekaligus dapat menarik perkembangan fisik kota ke arah laur pusat kota ;

ƒ Angkutan barang dan orang dalam kota yang tidak lancar, untuk itu perlu dibuatkan suatu sub terminal sebagai tempat pemberhentian dan sekaligus tempat menaikkan dan menurunkan orang dan barang;

(20)

ƒ Jalan-jalan yang dapat menghubungkan dengan pusat-pusat kegiatan regional seperti jalan yang dapat menghubungkan dengan Bandara Kuala Namu dan Pelabuhan Tanjung Beringain perlu ditingkatkan baik kondisi dan lebar jalannya maupun fungsinya;

ƒ Jaringan rel kereta api dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai angkutan massal baik orang maupun barang dengan melengkapi sarana dan prasarananya ;

ƒ Banyak kawasan-kawasan permukiman yang belum dilalui oleh angkutan umum, untuk itu perlu penambahan route/trayek angkutan umum dalam kota untuk melayani masyarakat dalam kota ;

ƒ Dengan adanya rencana jalan tol, maka perlu pembuatan jalan layang pada setiap persimpangan jalan lokal dengan jalan tol.

Secara ringkas mengenai analisis sistem transportasi di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 4.8.

4.6 ANALISIS KDB DAN KLB

Penetapan besarnya KDB dan KLB di Kota Sei Rampah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisik, faktor teknis, faktor ekonomi, faktor sosial termasuk didalamnya budaya setempat dan faktor lokasi dan jangkauan pelayanan (termasuk aksesibilitas). Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor Fisik

Beberapa ahli berpendapat bahwa keadaan fisik sangat mempengaruhi penetapan besarnya luas dan ketinggian bangunan, hal ini sangat tergantung dari daya dukung fisik yang dimiliki oleh masing-masing lokasi/kawasan. Secara umum suatu kawasan diperbolehkan untuk semua kegiatan bila memenuhi persyaratan fisik :

• Termasuk dataran rendah atau topografi 0 -100 meter diatas permukaan laut; • Kemiringan < 15%;

Bila suatu kawasan atau wilayah mempunyai ketinggian di bawah 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan di bawah 15 % maka kawasan tersebut secara fisik dapat dilakukan pembangunan fisik tanpa adanya persyaratan tertentu, sedangkan kawasan yang mempunyai ketinggian diatas 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan di atas 15% maka dalam pelaksanaan pembangunan fisik memerlukan beberapa persyaratan fisik agar tidak terganggu keseimbangan lingkungan.

(21)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(22)

2. Faktor Teknis

Penetapan luasnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan, keamanan maupun kenyamanan. Beberapa faktor teknis yang perlu diperhatikan adalah :

• Jalur telekomunikasi, lokasi-lokasi yang berada disekitar bangunan telekomunikasi atau jalur komunikasi perlu adanya pembatasan ketinggian agar tidak mengganggu sinyal maupun kualitas informasi yang disampaikan;

• Jalur listrik tegangan tinggi, lokasi-lokasi yang berada pada jalur tegangan tinggi pada radius tertentu perlu dibebaskan dari pembangunan fisik karena dampak radiasi yang ditimbulkan.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi sangat berpengaruhi terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) hal ini didasarkan pada pertimbangan :

• Kesesuian dengan peraturan dan kebijakan pemerintah (RTRW, RPJP, RPJM dan kebijakan lainnya);

• Lokasi dan aksesibilitas menjadi pertimbangan utama terkait dengan kemudahan pencapaian dan jangkauan pelayanan;

Cara paling mudah menetapkan KDB dan KLB berdasarkan faktor ekonomis adalah mengacu pada nilai lahan, semakin tinggi nilai lahannya maka semakin strategis lokasinya sehingga di kawasan tersebut terjadi optimalisasi lahan. Nilai lahan di tentukan oleh beberapa faktor, antara lain ;

• Kesesuian dengan peraturan/kebijakan pemerintah; • Aksesibilitas tinggi;

Tinggi rendahnya aksesibilitas sangat sangat tergantung dari keadaan prasarana dan sarana transportasi :

• Prasarana transportasi meliputi kelas jalan, kondisi jalan; • Sarana transportasi meliputi ketersediaan angkutan umum; • Kapasitas dan volume jalan(V/C);

(23)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

Mengangcu pada kriteria diatas maka penetapan KDB dan KLB bagi kawasan yang peruntukannya untuk kegiatan ekonomi akan lebih besar dan tinggi dibandingkan kawasan lainnya yang peruntukannya bukan untuk kegiatan ekonomi.

4. Faktor Sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) hai ini didasarkan pada pertimbangan :

• Ada fungsi sosial (pelayanan Sosial);

• Penyediaan space (ruang publik) sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi baik diruang terbuka maupun di ruang tertutup dengan pertimbangan budaya setempat; • Kenyamanan dan keamanan;

Disamping itu dalam penetapan KDB dan KLB perlu memperhatikan budaya setempat (adat-istiadat), dimana pada etnis/suku tertentu pada waktu-waktu tertentu adanya suatu kegiatan yang membutuhkan ruang interaksi yang memadai, sehingga perlu diakomodasikan kegiatan-kegiatan. Karena adanya fungsi sosial, adanya ruang publik, kenyamanan dan keamanan serta memperhatikan tata nilai setempat maka secara umum penetapan KDB dan KLB-nya relatif lebih rendah dibandingkan kawasan yang mempunyai fungsi ekonomis.

5. Faktor Lokasi dan Jangkauan Pelayanan

Faktor lokasi berpengaruh terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Keofisien Lantai Bangunan (KLB), faktor lokasi yang ditinjau adalah kedekatan dengan jaringan jalan (berdasarkan kelas dan fungsi jalan) :

• Arteri Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua;

• Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua; • Kolektor Primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ke dua

atau atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga;

• Kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan

(24)

• Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil atau menghubungkan kota dibawah jenjang ketiga dengan persil;

• Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan;

Berdasarkan fungsi masing-masing jalan baik jalan arteri (primer dan sekunder), kolektor (primer dan sekunder) maupun lokal (primer dan sekunder), maka dapat dilihat jangkauan pelayanannya sebagai berikut :

• Arteri biasanya peruntukan lahan di kanan-kiri jalan lebih didominasi kegiatan jasa dan perdagangan (seperti pasar induk, grosir, perkantoran, hotel, bengkel mobil dan lain-lain) dengan skala pelayanan regional (wilayah lain lintas administrasi kota/kabupaten) untuk arteri primer dan kota untuk arteri sekunder;

• Kolektor biasanya peruntukan lahannya lebih di dominasi kegiatan jasa dan perdagangan dengan skala sub regional (dalam satu wilayah kabupaten) untuk kolektor primer dan bagian kota untuk kolektor sekunder;

• Lokal biasanya peruntukan lahannya didominasi untuk pemukiman dengan skala pelayanan biasanya lokal;

Mengacu pada dominasi peruntukan lahan tersebut maka pengaturan KDB dan KLB yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Di jalan arteri KDB relatif kecil dibandingkan dengan kolektor tetapi KLB nya lebih tinggi;

• Di jalan kolektor KDBnya lebih besar tetapi KLBnya lebih rendah di bandingkan dengan di arteri;

• Di jalan lokal KDB dan KLB nya lebih rendah dibandingkan di jalan arteri maupun kolektor;

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.2.

(25)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

TABEL IV.2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENETAPAN KDB DAN KLB DI KOTA SEI RAMPAH

No Faktor Kriteria KDB KLB

• Topografi < 100 meter; • Kemiringan < 15%;

Layak dilakukan pembanguan tanpa ada

persyaratan tertentu

Layak dilakukan pembangunan tanpa ada

persyaratan tertentu 1 Fisik • Topografi 100 - 500

meter;

• Kemiringan 15 - 40%;

Ada persyaratan tertentu Ada persyaratan tertentu

2 Teknis

• Jalur telekomunikasi; • Jalur listrik tegangan

tinggi;

Tidak ada pembatasan (kecuali jalur listrik tegangan tinggi)

Ada pembatasan ketinggian jalur listrik tegangan tinggi 3 Ekonomi • Lokasi investasi; • Orientasi provit; • Orientasi aksesibilitas; • Orientasi lokasi; • Tergantung skala pelayanan • Maksimal sesuai dengan yang dijinkan

Maksimal sesuai dengan yang dijinkan

4 Sosial

• Fungsi sosial; • Ruang publik; • Nyaman dan aman; • Tata nilai setempat;

Pembatasan untuk menjaga tersedianya ruang publik, fungsi sosial, aman, nyaman, tata nilai setempat

Pembatasan untuk menjaga tersedianya ruang publik, fungsi sosial, aman, nyaman, tata nilai setempat. Arteri primer

Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (antar kota/kabupaten)

Pembatasan guna pemberian ruang untuk perkir, ruang publik, kegiatan pendukung lainnya

Maksimal sesuai dengan yang di ijinkan

Arteri sekunder

Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (skala kota)

Pembatasan guna pemberian ruang untuk perkir, ruang publik, kegiatan pendukung lainnya

Maksimal sesuai dengan yang di ijinkan

Kolektor primer

Dominasi kegiatan jasa dan perdagaan skala regional (dalam satu kabupaten)

Lebih besar dibandingkan di

kanan-kiri jalan arteri

Lebih rendah dibandingkan jalan arteri

Kolektor sekunder Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (skala bagian kota)

Lebih besar dibandingkan di

kanan-kiri jalan arteri

Lebih rendah di bandingkan jalan arteri

Lokal primer

Dominasi permukiman

Lebih rendah dibandingkan arteri dan

kolektor karena ada fungsi sosial

Lebih rendah dibandingkan arteri dan

kolektor kerena ada fungsi sosial

5 Lokasi

Lokal sekunder Dominasi permukiman

Lebih rendah dibandingkan arteri dan

kolektor karena ada fungsi sosial

Lebih rendah dibandingkan arteri dan

kolektor kerena ada fungsi sosial

(26)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditetapkan besarnya KDB dan KLB di Kota Sei Rampah dengan beberapa persyaratan, yaitu :

• Berdasarkan kondisi fisik (topografi dan kemiringan lahan) maka seluruh wilayah kota Sei Rampah berada pada ketinggian 50 – 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan dibawah 15%. Dengan demikian maka seluruh wilayah perencanaan dapat dikembangkan tanpa adanya persyaratan tertentu;

• Penilaian aspek sosial dalam penetapan besarnya KDB dan KLB Kota Sei Rampah lebih didasarkan pada upaya penyediaan ruang publik sebagai tempat interaksi sosial, secara umum standar ruang publik idealnya 20% dari luas kawasan dan minimal setidak- tidaknya 10 % dari luas kawasan.

• Kawasan Pemukiman lebih dominan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%.

• Kawasan Pemerintahan yaitu kawasan tempat pemerintahan menyusun kebijakan, program, proyek pembangunan bersama dengan Stakeholder lainnya serta sebagai salah satu tempat memberikan pelayanan pada masyarakat baik kepentingan sosial maupun ekonomi. Kawasan Pemerintahan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan seperti halnya kawasan permukiman sehingga KDB maksimal adalah sebesar 60%. • Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah tempat melakukan transaksi antara pembeli dan

penjual maupun transakasi antara distributor dengan pembeli maupun penjual, orientasinya profit (pertimbangan ekonomi) lebih dominan. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan calon pembeli paling utama sehingga ketersediaan lahan parkir yang memadai dan aksesibilitas yang tinggi menjadi salah satu persyaratan bagi kawasan perdagangan dan jasa. Semakin tinggi aksesibilitasnya ada kecenderungan semakin mengecil KDB-nya dan semakin meningkat KLB-nya (perkembangan secara vertikal). KDB minimal 40% dijalan Arteri dan KDB maksiamal 80% dijalan lokal.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan KDB dan KLB di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel IV.3 dan Tabel IV.4 serta Gambar 4.9.

(27)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

TABEL IV.3

PENETAPAN BESARAN KDB TIAP KAWASAN DI KOTA SEI RAMPAH

No Kawasan Arahan KDB dari luas Terbangun Keterangan

1 Permukiman • Permukiman padat 60% dari luas kawasan terbangun

• Permukiman sedang 40% - 50% • Permukiman rendah 20% (daerah

konservasi)

Penetapan luas kaveling permukiman didasarkan pada luas kawasan terbangun

Besarnya KDB 40% bila terletak di : • Jalan arteri

Diprioritaskan untuk kegiatan jasa dan perdagangan dengan skala pelayanan regional atau kota Berdasarkan KDB 60% bila terletak di :

• Jalan kolektor Diprioritaskan untuk kegiatan jasa perdagangan dengan skala pelayanan BWK

2 Perdagangan dan Jasa

Besarnya KDB 80% bila terletak di : • Jalan lokal

Diprioritaskan untuk kegiatan jasa perdagangan dengan skala pelayanan lokal dan lingkungan KDB sebesar 60% bila berlokasi dekat jalan :

• Jalan arteri dan Kolektor

Untuk mengurangi besarnya pergerakan di jalan arteri yang berfungsi sebagai jalan menerus 3 Kawasan Industri

KDB sebesar 70% bila berlokasi dekat : • Jalan Lokal

KDB sebeasr 40% bila berlokasi di jalan arteri dan Kolektor

4 Kawasan Pemerintahan

KDB sebesar 60% bila berlokasi selain di jalan utama

Sumber : Hasil Analisis

TABEL IV.4

ARAHAN KLB TIAP KAWASAN DI KOTA SEI RAMPAH

No Arahan KDB KDB KLB Ketinggian Keterangan

Permukiman padat 60% 1.2 – 1.8 2-3 lantai

Permukiman sedang 40-50% 0.4 – 1.0 1-2 lantai

1 Permukiman

Pemukiman rendah 20% (daerah konservasi)

0.2 -0.4 1-2 lantai

Besarnya KDB 40% bila terletak di : • Jalan Arteri

0.8 – 1.2 2-3 lantai

Besarnya KDB 60% bila terletak di : • Jalan Kolektor

1.2-1.8 2-3 lantai

2 Jasa Perdagangan

Besarnya KDB 80% bila terletak di : • Jalan lokal

0.8 – 1.6 1 – 2 lantai

KDB sebesar 60% bila berlokasi dekat jalan :

• Jalan arteri dan kolektor

1.2 – 1.8 2-3 lantai

3 Kawasan Industri

KDB sebesar 70% bila berlokasi dekat : • Jalan Lokal

• Jalan Lingkungan

0.7 - 1.4 1-2 lantai

KDB sebesar 40% bila berlokasi di jalan arteri dan kolektor

0.8 – 1.2 2-3 lantai

4 Kawasan Pemerintahan

KDB sebesar 60% bila berlokasi selain di jalan Lokal

(28)
(29)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.7 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA

Di dalam sub bab ini, kajian sumber daya manusia difokuskan pada proyeksi jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan yaitu Tahun 2016, kendala dalam pengembangan serta potensi sumber daya manusia yang dapat dikembangkan.

4.7.1 Perkembangan Penduduk

Penduduk sebagai subyek dan sekaligus obyek perencanaan merupakan bagian dari faktor sosial yang selalu berubah. Salah satu aspek penting yang harus diketahui adalah perkembangan jumlah penduduk. Perkembangan jumlah penduduk Kota Sei Rampah menunjukkan trend meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang terkumpul selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, laju pertumbuhan penduduk rata-rata tercatat sebesar 0,35% pertahun.

Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kota Sei Rampah tercatat sebanyak 40.860 jiwa dan meningkat menjadi 41.569 jiwa pada tahun 2005. Jika ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk perdesa, maka Desa Pematang Ganjang merupakan desa yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang paling tinggi yaitu sebesar 1,91 % pertahun. Apabila ditelaah lebih rinci, maka pada umumnya semua desa menunjukkan laju pertumbuhan penduduk yang relatif meningkat, akan tetapi ada dua desa yang mengalami pertumbuhan minus, yaitu Desa Firdaus Estate yang mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 1,58% dan Desa Sei Rampah sebesar minus 1,02%.

4.7.2 Proyeksi Penduduk

Pada wilayah yang sedang berkembang, jumlah penduduk terus berubah dan cenderung berkembang dari waktu ke waktu. Sesungguhnya perkembangan yang dimaksud mencakup pengertian yang luas, baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif, proyeksi penduduk ke masa depan berarti meramalkan mutu penduduk dimasa mendatang. Masalah ini merupakan masalah yang tidak bisa diukur secara eksak. Walaupun demikian masih ada cara pendekatan lain melalui beberapa sarana sosial yang merupakan pertanda peningkatan mutu penduduk.

Secara kuantitatif perkembangan penduduk di masa mendatang dapat diramalkan jumlahnya. Melalui data penduduk masa lampau sampai tahun terakhir dan analisis kependudukan yang sesuai untuk itu, perkembangan dan proyeksi penduduk dimasa yang akan datang dapat diperkirakan. Analisis penduduk untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk dimasa depan terdiri dari berbagai metoda.

(30)

Dari berbagai metoda untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang, beberapa metoda dapat digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk Kota Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan. Metoda perkiraan perbandingan tidak dapat digunakan karena kurang tepat hasil perkiraannya, sedangkan metoda Kurva Gompertz menuntut satu seri data yang memadai banyaknya (sekitar 50 tahun) yang tidak dapat dipenuhi. Metoda yang dapat digunakan adalah metoda teknik grafik, regresi linier dan bunga berganda.

Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk Kota Sei Rampah dalam kurun waktu lima tahun terakhir, serta melihat kondisi perkembangan Kota Sei Rampah pada saat sekarang maka, dalam memproyeksikan jumlah penduduk di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan, penggunaan metoda bunga berganda adalah metoda yang dianggap paling tepat. Alasan lain penggunaan Metoda ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu :

a. Kota Sei Rampah sebagai salah satu kawasan andalan bagi Kabupaten Serdang Bedagai akan semakin terus berkembang pada masa mendatang;

b. Jumlah penduduk Kota Sei Rampah merupakan yang terbesar ke dua jumlah penduduknya di Kabupaten Serdang Bedagai setelah kota Perbaungan;

c. Lebih baik memperkirakan jumlah penduduk lebih tinggi (proyeksi optimis). Bila perkiraan lebih kecil dan ternyata jumlah penduduk tumbuh lebih cepat akan menyulitkan dalam perencanaan selanjutnya. Selain itu penyediaan fasilitas dan utilitas pelayanan menjadi bermasalah nantinya.

d. Jumlah penduduk usia muda (sampai dengan 24 tahun) lebih besar dari pada penduduk usia dewasa dan tua, sehingga pertumbuhan penduduk sepuluh tahun mendatang akan tetap seperti sekarang ini.

e. Batas ambang atas pertambahan penduduk belum akan terlampaui sampai akhir tahun perencanaan. Oleh karena itu metoda Bunga Berganda masih relevan untuk digunakan. f. Data masa lampau yang tersedia (kurang lebih 5 tahun) mendukung metoda Bunga

berganda dalam perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah (10 tahun ke depan).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka metoda Bunga Berganda digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan. Perhitungan dengan menggunakan metoda ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga) alternatif, yaitu :

(31)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

• Alternatif I : memproyeksikan jumlah penduduk Kota Sei Rampah dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk untuk setiap desa dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk kota 0,35% pertahun.

• Alternatif II : memproyeksikan jumlah penduduk untuk setiap desa dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk desa yang bersangkutan. Hasilnya dijumlahkan secara keseluruhan sehingga diperoleh proyeksi total jumlah penduduk Kota Sei Rampah.

Cara ini tidak dapat dilakukan karena ada dua desa yang mengalami pertumbuhan minus, sehingga jika diproyeksikan maka jumlah penduduknya malah akan berkurang. • Alternatif III : memproyeksikan jumlah penduduk untuk setiap desa dengan

menggunakan laju pertumbuhan penduduk rata-rata jumlah total desa, sebesar 0,49% pertahun. Hasilnya dijumlahkan secara keseluruhan sehingga diperoleh proyeksi total jumlah penduduk Kota Sei Rampah.

Dari ketiga alternatif tersebut maka dapat ditentukan hasil perhitungan alternatif mana yang akan digunakan selanjutnya. Berdasarkan beberapa alasan, maka dipilih hasil perhitungan alternatif III. Alasan yang mendasarinya adalah :

- Perhitungan dengan menggunakan alternatif I dianggap tidak ada mobilitas penduduk antar desa di dalam Kota Sei Rampah, sehingga pertumbuhan jumlah penduduk hanya didasari pada lajunya saja.

- Perhitungan dengan menggunakan alternatif II tidak dapat digunakan karena ada desa yang mengalami pertumbuhan minus. Bagi desa yang pertumbuhannya minus maka semakin lama jumlah penduduknya semakin kecil/berkurang, sedangkan bagi desa yang memiliki pertumbuhan terbesar akan semakin besar. Situasi seperti ini kurang sesuai mengingat bahwa makin kecil suatu daerah makin terbuka sifatnya, atau dengan kata lain mobilitas penduduk dalam bentuk perpindahan tempat antar desa sangat mungkin terjadi.

- Perhitungan alternatif III dengan cara memperkirakan lebih dahulu jumlah penduduk desa baru kemudian didistribusikan kesetiap wilayah kota akan lebih tepat. Melalui cara ini kelemahan mobilitas penduduk yang terjadi di dalam wilayah kota dapat ditanggulangi. - Perhitungan alternatif III menghasilkan jumlah penduduk lebih tinggi. Hal ini dinilai cukup

tepat mengingat penduduk Kota Sei Rampah merupakan tebesar kedua di Kabupaten Deli Serdang. Hasil proyeksi tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.5 dan Tabel IV.6

(32)
(33)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.7.3 Permasalahan Sumber Daya Manusia

Permasalahan sumber daya manusia yang dihadapi oleh Kota Sei Rampah saat ini antara lain adalah :

ƒ Laju pertumbuhan penduduk kota relatif rendah, yaitu hanya sekitar 0,35% pertahun ƒ Sebaran/distribusi penduduk tidak merata, dimana konsentrasi penduduk umumnya

terpusat di pusat kota saja, yaitu di Desa Sei Rampah dan Desa Firdaus saja;

ƒ Kepadatan penduduk pada pusat kota (Desa Sei Rampah dan Firdaus sudah mencapai 18 Jiwa/Ha) relatif tinggi bila dibandingkan dengan desa-desa lainnya (yang hanya 8 Jiwa/Ha);

ƒ Masih ada beberapa desa yang mengalami laju pertumbuhan minus, seperti Desa Firdaus Estate dan Desa Sei Rampah;

4.8 ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS KOTA

Bab ini akan membahas mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas sosial ekonomi di Kota Sei Rampah. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai maka secara otomatis fasilitas umum yang ada saat ini akan meningkat pelayanannya, yaitu dari pelayanan tingkat kecamatan menjadi pelayanan tingkat kabupaten. Dengan demikian maka banyak fasilitas umum yang saat ini dianggap sudah mencukupi berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya akan tetapi berdasarkan skala pelayanannya masih perlu penambahan. Adapun jenis fasilitas yang akan ditinjau meliputi perumahan, jenis fasilitas dari kelompok pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan serta fasilitas olah raga dan ruang terbuka.

4.8.1 Perumahan

Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 43.884 jiwa. Jika rata-rata dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 (lima) jiwa, maka pada tahun 2016 di Kota Sei Rampah membutuhkan rumah sebanyak 8.777 unit rumah, (dengan asumsi bahwa 1 KK membutuhkan 1 rumah). Dari pengamatan dilapangan masih banyak terdapat rumah semi permanen dan kayu. Dilihat dari penyebarannya, konsentrasi permukiman umumnya cenderung mengikuti jaringan jalan utama (linier) dan cenderung mengelompok pada kantong-kantong permukiman. Dimasa mendatang, diperlukan penambahan rumah dan pengaturan lokasi fasilitas perumahan. Selain itu perlu disediakan tanah matang dengan harga terjangkau untuk penggunaan permukiman. Program yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan usaha pengembangan Kota Sei

(34)

Perkiraan kebutuhan perumahan untuk masa yang akan datang harus mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu jumlah penduduk, pekerjaan penduduk, jumlah rumah pada saat ini, dan perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dari jumlah proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2016 dan berpedoman pada standar atau pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, yaitu idealnya satu rumah dihuni oleh 5 jiwa, maka dapat disusun perkiraan jumlah kebutuhan rumah di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016.

Jumlah kebutuhan rumah tersebut masih harus dikurangi dengan jumlah rumah yang ada, sehingga dapat diperkirakan jumlah kebutuhan rumah riil. Kebutuhan rumah riil di dasarkan pada perhitungan dengan standar ideal, sedangkan untuk menghitung jumlah sebenarnya perlu dengan suatu penelitian yang lebih detail dan jumlah rumah yang dibutuhkan dibagi dalam klasifikasi kecil, sedang dan besar dengan standar sebagai berikut : • Rumah besar 10 % dengan luas persil 400 - 500 m2

• Rumah sedang 30 % dengan luas persil 200 - 400 m2 • Rumah kecil 60 % dengan luas persil 100 - 200 m2.

Berdasarkan standart tersebut maka perkiraan akan kebutuhan rumah di Kota Sei Rampah digunakan luasan persil yang paling besar. Dengan demikian maka sampai dengan tahun 2016 kebutuhan rumah di Kota Sei Rampah diperkirakan mencapai sekitar 8.777 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan sekitar 225 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.7

PERKIRAAN KEBUTUHAN RUMAH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016

Jenis Luas Tahun 2011 Tahun 2016 No Rumah Lahan Jumlah Luas Jumlah Luas

(M2) (unit) (M2) (unit) (M2)

1 Kecil 200 5.138 1.027.560 5.266 1.053.240 2 Sedang 400 2.569 1.027.560 2.633 1.053.240 3 Besar 500 856 428.150 878 438.850

Jumlah 8.563 2.483.270 8.777 2.545.330 Sumber : Hasil Analisis

(35)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.8.2 Fasilitas Pendidikan

Secara umum fasilitas pendidikan Kota Sei Rampah berhubungan dengan perkembangan penduduk usia sekolah. Penyediaan fasilitas pendidikan didasarkan pada alokasi pembangunan gedung sekolah dari pemerintah di suatu lokasi. Fasilitas pendidikan di Kota Sei Rampah terdiri dari pendidikan pra sekolah (TK), pendidikan dasar (SD), pendidikan lanjutan (SLTP dan SLTA) dan pendidikan kejuruan (SMK). Kondisi dari masing-masing tingkat pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK)

Sekolah TK merupakan jenjang pendidikan paling rendah. Tujuannya adalah untuk mencerdaskan masyarakat sejak usia dini. Dengan demikian maka perencanaanya harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :

ƒ Lokasinya mudah dicapai dari setiap lingkungan, atau berada ditengah-tengah kelompok keluarga ditambah dengan adanya taman untuk bermain;

ƒ Dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 15 menit berjalan kaki;

ƒ Jauh dari pusat keramaian seperti pertokoan, perkantoran dan perindustrian; ƒ Radius pencapaian sekitar 500 M’.

ƒ Luas tanah yang dibutuhakan sekitar 1.200 M2.

ƒ Jumlah penduduk pendukung adalah 1.000 jiwa penduduk;

Jumlah fasilitas pendidikan Sekolah TK saat ini yang ada di Kota Sei Rampah ada sekitar 8 unit. Jika dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 yang berjumlah sekitar 43.884 jiwa, maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 membutuhkan sekitar 44 unit TK. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah TK saat ini maka fasilitas ini masih kurang sekitar 36 unit. B. Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Dasar diselenggarakan guna melayani pendidikan bagi anak-anak yang berusia 6 – 12 tahun. Lokasi sebuah SD sebaiknya adalah tidak menyeberang jalan lingkungan dan masih tetap berada ditengah-tengah kelompok keluarga + Taman serta radius pencapaian sekitar 1.000 M’. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,36 ha. Berdasarkan standar yang digunakan, bahwa setiap 1.600 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SD, maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 membutuhkan sekitar 27 unit SD. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SD yang ada saat ini sekitar 25 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SD sebanyak 2 unit lagi.

(36)

C. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan untuk melayani pendidikan bagi anak-anak lulusan SD, dimana 3 SD dilayani oleh sebuah SLTP yang dipakai pagi sore. Sebaiknya lokasinya mudah dicapai dari segala bagian desa/wilayah, dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 30 menit berjalan kaki serta jauh dari pusat keramaian walaupun tidak harus di pusat-pusat lingkungan. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu SLTP adalah 0,6 ha. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan, bahwa setiap 4.800 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SLTP, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit SLTP. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SLTP yang ada saat ini sekitar 4 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SLTP sebanyak 5 unit lagi.

D. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/SMU)

Untuk SLTA/SMU yang merupakan jenjang pendidikan umum tertinggi yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Nasional diselenggarakan untuk menampung lulusan SLTP yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, lokasi sebaiknya mudah dicapai dari segala arah, dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 45 menit berjalan kaki serta jauh dari pusat keramaian. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu SLTA adalah 0,6 ha. Berdasarkan buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, bahwa setiap 4.800 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SLTA/SMU, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit SLTA/SMU. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SLTA/SMU yang ada saat ini sekitar 7 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SLTA/SMU sebanyak 2 unit. Lihat Tabel IV.8.

TABEL IV.8

PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016

JENIS MINIMUM LUAS TANAH TAHUN 2011 TAHUN 2016

NO SARANA PENDUDUK PER UNIT JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS

PENDIDIKAN PENDUKUNG (M2) (Unit) (M2) (Unit) (M2)

1. Taman Kanak-Kanak 1,000 1,200 43 51,600 44 52,800 2. Sekolah Dasar 1,600 3,600 27 97,200 27 97,200 3. SLTP/ Sederajat 4,800 6,000 9 54,000 9 54,000 4. SMU / Sederjat 4,800 6,000 9 54,000 9 54,000 5. Perpustakan 30,000 6,000 1 6,000 1 6,000 TOTAL KEBUTUHAN - - 89 262,800 90 264,000

(37)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

4.8.3 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang harus ada karena mempunyai fungsi untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan penduduk, selain sebagai fasilitas untuk mewujudkan kesehatan masyarakat. Jenis fasilitas kesehatan yang dibahas dalam bab ini adalah balai pengobatan, pos yandu, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter dan apotik. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Balai Pengobatan (BP)

Fungsi utama Balai Pengobatan/poliklinik adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan. Titik beratnya terletak pada penyembuhan (Currative) tanpa perawatan; berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi (Preventive). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga (Neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak boleh lebih dari 1.000 M’. Berdasarkan buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, bahwa setiap 3.000 jiwa penduduk (± 1 RW) membutuhkan 1 unit Balai Pengobatan, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 15 unit Balai Pengobatan. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah balai pengobatan yang saat ini belum ada maka fasilitas ini perlu diprioritaskan pembangunannya.

B. Pos Yandu

Penyelenggaraannya bertujuan untuk memberikan pelayanan medis bagi anak-anak dan ibu-ibu. Wilayah kerjanya ialah 100 balita (120 KK/480 jiwa), yang disesuaikan dengan ketersediaan petugas dan kondisi fisik daerah. Berdasarkan krietria tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 91 unit posyandu. C. Puskesmas

Puskesmas disediakan untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat, yang meliputi pelayanan kuratif (penyembuhan), preventif (pencegahan penyakit), promotif (peningkatan kualitas kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Lokasi idealnya terletak di pusat lingkungan dan dekat dengan pelayanan pemerintahan. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 30.000 penduduk (1 kecamatan). Berdasarkan standar tersebut, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 1 unit Puskesmas. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah Puskesmas yang ada saat ini sekitar 2 unit, maka kebutuhan tersebut sudah terpenuhi.

(38)

D. Puskesmas Pembantu

Sampai saat ini di kawasan studi sudah terdapat puskesmas pembantu sebanyak 2 unit yang dapat melayani masyarakat. Keberadaan puskesmas pembantu penting untuk melayani penduduknya di bidang kesehatan selain Puskesmas yang telah ada. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 10.000 penduduk (1 desa). Berdasarkan standar tersebut, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit Puskesmas.

E. Rumah Sakit

Kebutuhan akan rumah sakit umum pada umumnya adalah apabila telah memiliki jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 orang. Sedangkan jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 sekitar 43.884 jiwa. Dengan demikian maka pada dasarnya di Kota Sei Rampah sebenarnya belum membutuhkan rumah sakit, apalagi saat ini di Kota Sei Rampah sudah ada rumah sakit. Akan tetapi mengingat fungsinya sebagai Ibukota Kabupaten, bahwa untuk setiap kabupaten harus memiliki satu unit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) maka di Kota Sei Rampah harus ada Rumah Sakit minimal type C. F. Tempat Praktek Dokter

Tempat praktek dokter ini merupakan fasilitas yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat. Praktek dokter ini salah satunya berfungsi untuk memberikan pertolongan atau pengobatan ringan dan tidak menginap. Saat ini jumlah praktek dokter di Kota Sei Rampah dinilai belum mencukupi. Idealnya menurut buku standar bahwa setiap 5.000 penduduk membutuhkan satu tempat praktek dokter, maka di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki sekitar 9 unit tempat praktek dokter.

G. Apotik

Apotik merupakan bagian dari fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagai tempat untuk memberikan pelayanan dan penyediaan obat-obatan. Berdasarkan buku standar bahwa 1 apotik dapat melayani sekitar 10.000 penduduk, maka di Kota Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 idealnya harus memiliki sekitar 4 unit Apotik.

Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.9.

(39)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

TABEL IV.9

PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016

JENIS MINIMUM LUAS TANAH TAHUN 2011 TAHUN 2016

NO SARANA PENDUDUK PER UNIT JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS

KESEHATAN PENDUKUNG (M2) (Unit) (M2) (Unit) (M2)

1 Balai Pengobatan 3.000 300 14 4.200 15 4.500

2 Pos Yandu 480 89 91

-3 Praktek Dokter* 5.000 1 9 9 9 9

4 Apotik 10.000 350 4 1.400 4 1.400

5 BKIA dan Rumah Bersalin 10.000 1.600 4 6.400 4 6.400

6 Puskesmas Pembantu 5.000 500 9 4.500 9 4.500

7 Puskesmas 30.000 650 1 650 1 650

8 Rumah Sakit 120.000 2.400 1 2.400 1 2.400

TOTAL KEBUTUHAN 131 19.559 134 19.859

Sumber ; Hasil Analisis

4.8.4 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan dalam penyediaannya baik itu berupa jenis, macam, dan besaran sangat tergantung pada kondisi setempat. Kondisi tersebut adalah berupa data struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin, jenis agama/kepercayaan yang dianut, dan cara atau pola melaksanakan agama/kepercayaannya. Adapun jenis fasilitas peribadatan yang dikaji adalah musholla, mesjid dan gereja. Untuk musholla yang diselenggarakan dengan fungsi shalat berjamaah, saat ini dinilai sudah mencukupi, karena idealnya menurut buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota jumlah yang harus tersedia adalah 17 unit, sedangkan saat ini di Kota Sei Rampah sudah terdapat sekitar 41 unit, sehingga tidak perlu penambahan lagi. Untuk mesjid yang ada di Kota Sei Rampah saat ini jumlahnya dinilai sudah cukup dan sudah menyebar di seluruh kawasan studi. Untuk gereja sebagai tempat peribadatan umat kristiani sampai saat ini sudah terdapat sekitar 7 unit. Bila dibandingkan dengan standar maka fasilitas ini sudah mencukupi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.10

TABEL IV.10

JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016

JENIS MINIMUM LUAS TANAH TAHUN 2011 TAHUN 2016

NO SARANA PENDUDUK PER UNIT JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS

PERIBADATAN PENDUKUNG (M2) (Unit) (M2) (Unit) (M2)

1. Mesjid Kota Kota 6,000 1 6,000 1 6,000

2. Mesjid Kecamatan Kecamatan 4,000 1 4,000 1 4,000

3. Mesjid Kelurahan Desa/Kelurahan 1,750 8 14,000 8 14,000

4. Langgar/Mushola 2,500 300 17 5,100 18 5,400

5 Gereja 30,000 1,200 1 1,200 1 1,200

(40)

4.8.5 Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Fasilitas olahraga dan ruang terbuka ini dapat berfungsi sebagai taman, tempat main anak-anak (play group) dan lapangan olah raga yang juga akan memberikan kesegaran pada kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi polusi udara sebagai paru-paru kota. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, maka sarana-sarana ini harus benar-benar dijaga baik dalam besaran maupun kondisinya. Fasilitas olah raga dan ruang terbuka ini terdiri dari taman, ruang tebuka dan lapangan olah raga :

A. Taman Untuk 250 Penduduk

Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 (satu) taman dan sekaligus tempat bermain anak-anak dengan sekurang-kurangnya 250 M2 atau dengan standar : 1 M2/penduduk. Lokasi taman diusahakan di tengah-tengah kelompok perumahan dengan jarak pencapaian radius 200 M. Berdasarkan standar tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki taman sekitar 176 unit. B. Ruang Terbuka

Ruang terbuka yang dimaksud adalah berupa taman untuk 2.500 penduduk. Ruang terbuka ini sebaiknya merupakan taman yang dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas olah raga seperti volley, badminton dan sebagainya. Luas area yang diperlukan untuk taman ini adalah 1.250 M2 atau dengan standar : 0,5 M2/penduduk. Lokasinya berada di pusat kegiatan RW dengan radius pencapaian sekitar 500 M. Berdasarkan standar tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki ruang terbuka sekitar 18 unit.

C. Lapangan Olah Raga

Sarana ini sangat diperlukan untuk kelompok 30.000 penduduk (satu kecamatan) yang dapat melayani aktivitas-aktivitas kelompok di area terbuka, misalnya : pertandingan olah raga, apel dan lain-lain. Sebaiknya berbentuk taman yang dilengkapi dengan lapangan olah raga/sepak bola sehingga berfungsi serba guna dan harus tetap terbuka. Untuk peneduh dapat ditanami pohon-pohon disekelilingnya. Lokasi ini tidak harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga bermanfaat untuk murid-murid sekaligus berfungsi sebagai peredam gaduh (Buffer). Berdasarkan standar tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki lapangan olah raga sekitar 1 unit.

Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas olah raga di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.11.

(41)

P

PEENNYYUUSSUUNNAANNRREENNCCAANNAAUUMMUUMMTTAATTAARRUUAANNGGKKAAWWAASSAANN (

(RRUUTTRRKK))KKOOTTAASSEEIIRRAAMMPPAAHH22000066--2200116 6

TABEL IV.11

JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS OLAH RAGA DAN RUANG TERBUKA DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016

JENIS MINIMUM LUAS TANAH TAHUN 2011 TAHUN 2016

NO SARANA PENDUDUK PER UNIT JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS

RUANG TERBUKA PENDUKUNG (M2) (Unit) (M2) (Unit) (M2)

1. Taman 250 250 171 42.816 176 43.884

2. Ruang Terbuka 2.500 1.250 17 21.408 18 21.942

3. Lapangan Olah Raga 30000 24.000 1 34.253 1 35.107

TOTAL KEBUTUHAN 190 98.477 195 100.933

Sumber : Hasil Analisis

4.8.6 Fasilitas perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan dan jasa untuk melayani kebutuhan penduduk adalah warung, toko, pasar, bank dan lain-lain. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Warung berfungsi untuk melayani kebutuhan sehari-hari penduduk di tiap-tiap desa dan menyediakan barang eceran. Jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas ini adalah 250 jiwa.

2. Toko, merupakan fasilitas perdagangan yang melayani kebutuhan sehari-hari penduduk dengan skala lingkungan. Penduduk pendukung untuk fasilitas ini adalah 1.000 jiwa. 3. Pasar, melayani kebutuhan pokok penduduk, yaitu sandang dan pangan, dengan skala

kecamatan.

4. Pusat Perbelanjaan, yang memiliki skala pelayanan Kota dan Kecamatan.

5. Bank, berfungsi melayani kebutuhan jasa keuangan dengan skala pelayanan Kota. 6. Pasar induk, melayani kebutuhan pokok penduduk untuk tingkat kabupaten maupun

daerah lainnya dengan penduduk pendukung 100.000 jiwa.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas dan dibandingkan dengan kondisi fasilitas perdagangan dan jasa yang ada saat ini di Kota Sei Rampah, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya fasilitas perdagangan dan jasa yang ada saat ini sudah memenuhi. Yang perlu ditingkatkan adalah skala pelayanannya seperti dari pasar yang buka seminggu sekali menjadi pasar setiap hari, dari toko eceran menjadi toko grosir, pertokoan menjadi swalayan dan sebagainya. Selain peningkatan pelayanannya juga perlu penyediaan prasarana pendukungnya, seperti tempat parkir, jalur pejalan kaki, air bersih, drainase dan sistem

Gambar

TABEL IV.2
TABEL IV.4
TABEL IV.7
TABEL IV.8
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Jenkins &amp; Baird (dalam Sukmaningrum, 2005: 3), sisi negatifnya adalah terkadang dalam beberapa kasus pekerja sosial mengalami Vicarious Trauma yang artinya

4.3 Dimensi Persepsi Yang Paling Dominan dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Notebook Acer Pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Binadarma

Prediktor kematian pada pasien dengan stenosis aorta mencakup status fungsional dasar, fungsi ginjal, jenis kelamin laki-laki, derajat regurgitasi mitral, curah jantung

HASMIDA HADIRA SMP SATAP N BAJO SAMPELA Kab.. Bombana Belum UKA

PENGGUNAAN TIMBANGAN ANALITIK Dipastikan dg menekan ke-empat sudut timbangan Menyalakan timbangan 1 set battery digunakan rata-rata untuk 40-50 subyek Memasang battery

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan teknis penyelenggaraan usaha peternakan puyuh di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai dan desa

Ponamon, Irene Fransisca, 2014, ” Pengaruh Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi

Hibrida 4xD mempunyai jumlah ruas paling sedikit dibanding hibrida lainnya di lokasi KP Sumani sedangkan di Padang Sago jumlah ruas batang dari tujuh hibrida yang diuji tidak berbeda