• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Menentukan Diagnosis Demam Berdarah Dengue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Menentukan Diagnosis Demam Berdarah Dengue"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM

untuk Menentukan Diagnosis

Demam Berdarah Dengue

Basundari Sri Utami, Sekar Tuti, Harly Novriani Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan

Abstrak: Diagnosis demam berdarah dengue (DBD) tidak mudah dipastikan karena spektrum manifestasi klinis yang tidak spesifik, dari yang paling ringan, demam dengue, dengue haemorrhagic fever (DHF), sampai dengue shock syndrome (DSS). Pasien dengan manifestasi klinis DSS angka mortalitasnya tinggi karena adanya renjatan dan perdarahan hebat. Diagno-sis laboratoris berupa uji haemaglutination inhibition (HI) sampai saat ini merupakan uji standar (gold standard) yang direkomendasikan oleh WHO. Uji HI merupakan uji serologi untuk mendeteksi antibodi anti-dengue pada pasien. Pemeriksaan ini memerlukan dua sampel darah atau sera yang berpasangan, yaitu sera akut dan konvalesens. Hasil uji dinyatakan positif jika terjadi peningkatan titer antibodi sebanyak empat kali atau lebih pada fase konvalesens, sehingga tes ini tidak dapat memberikan hasil dengan cepat. Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk dengue merupakan salah satu cara baru untuk diagnosis infeksi dengue. Dasar uji ini adalah mendeteksi antibodi (IgM dan IgG anti-dengue) pada serum, plasma atau darah segar, dan tidak memerlukan pasangan sera fase akut dan konvalesens. Salah satu produk RDT di Indonesia adalah SD BIOLINE Dengue IgG/IgM. Meskipun sudah dilakukan uji komparasi dengan produk RDT lain dengan hasil yang memuaskan, informasi tentang validitas (kesahihan) SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk mendeteksi infeksi virus dengue di Indonesia belum diketahui. Hasil uji menunjukkan bahwa pada sampel akut, uji SD menunjukkan sensitivitas 9,8% (95,6–95,7%), 96,4% (96,4–96,5%) dan 92,2% (92,1–92,2%); spesifisitas 78,5% (78,4–78,6%), 53,4% (53,3–53,5%) dan 43,7% (43,6–43,8%), masing-masing untuk serotipe Den-1, Den-2, and Den-3. Akurasi 90,9% (90,9%–91,0%), 77,7% (77,6–77,8%) dan 68,6% (68,5–68,7%); kesepakatan dengan baku emas (kappa) 0,77, 0,57, dan 0,41 masing-masing untuk serotipe Den-1, Den-2, dan Den-3. SD BIOLINE Dengue IgG/IgM mempunyai sensitivitas tinggi untuk menentukan infeksi virus serotipe Den-1, Den-2, dan Den-3. SD BIOLINE Dengue IgG/IgM mempunyai spesifisitas, akurasi dan nilai kappa yang baik untuk serotipe Den-1.

(2)

SD BIOLINE Dengue IgG/IgM Validity for Diagnosing Dengue Haemorrhagic Fever

Basundari Sri Utami, Sekar Tuti, Harly Novriani

Biomedic and Pharmacy Research and Development, Research and Development Center, Indonesian Ministry of Health, Jakarta

Abstract: To identify dengue haemorraghic fever from other fever is not easy, it is due to non spesific of clinical manifestetion, like mild undifferentiated fever to the more severe form dengue fever, dengue haemorrhagic fever (DHF) and dengue shock syndrome (DSS). DSS from which rates of morbidity and mortality are high, because of increasing vascular permeability and haemorrhage, which may lead to vascular collapse and death. As WHO recommend, haemaglutination inhibition (HI) test until now remains the standard laboratory methods for dengue confirmation, due to its simplicity, sensitivity and reproducibility. This test needs 2 type of blood samples (acute and convalescence phase). Positive result is defined as the titer shows 4 times greater in the convalescence phase than acute phase. Due to its disadvantages (takes time), recently the HI test become less popular. Many rapid test kits that use immunochromatography principles are now commercially available; one of them is SD BIOLINE Dengue IgG/IgM. We have evaluated this test kit to diagnose several sera from DHF patients and compared the results with HI test. For positive and negative results in acute sera, the sensitivity were 9.8% (95.6– 95.7%), 96.4% (96.4–96.5%) and 92.2% (92.1–92.2%); the specificity were 78.5% (78.4–78.6%), 53.4% (53.3–53.5%) and 43.7% (43.6–43.8%), respectively for Den-1, Den-2, and Den-3 serotype. The accuracy were 90.9% (90.9–91.0%), 77.7% (77.6–77.8%) and 68.6% (68.5– 68.7%); and kappa agreement were 0.77, 0.57, and 0.41 respectively for Den-1, Den-2, and Den-3 serotype. It was concluded that SD BIOLINE Dengue IgG/IgM showed a good sensitivity to identify virus infection of Den-1, Den-2, and Den-3 serotype. It also showed a good specificity, accuracy and kappa agreement for Den-1 serotype.

Key words: dengue, diagnostic tests, IgG, IgM

Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus kelompok Flavivirus, yang ditularkan melalui nyamuk (Aedes aegypti dan Aedes albopictus).1 Sampai saat

ini DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Keadaan itu erat hubungannya dengan peningkatan mobilitas penduduk dan tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya ke berbagai wilayah di Indonesia. DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi akhir-akhir ini terlihat kecenderungan terjadi juga pada umur dewasa. Penyebab DBD adalah virus Dengue yang sampai saat ini dikenal 4 serotipe (1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4), termasuk dalam kelompok B Arbovirus (Arthropode Borne Virus). Keempat serotipe vi-rus telah ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia. Den-gue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1, dan Dengue-4.2

Diagnosis DBD tidak mudah dipastikan karena infeksi virus dengue mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi dari yang paling ringan (mild undifferentiated

fe-brile illness), dengue fever (DF), dengue haemorrhagic

fe-ver (DHF) sampai dengue shock syndrome (DSS). Manifestasi klinis yang terakhir mortalitasnya tinggi karena adanya renjatan dan perdarahan hebat.3 Diagnosis laboratorium

berupa haemaglutination inhibition test (uji HI) sampai saat ini merupakan uji standar (gold standard) yang direkomendasikan oleh WHO. Uji HI merupakan uji serologi untuk mendeteksi antibodi anti-dengue pada pasien. Pemeriksaan tersebut memerlukan 2 sampel darah atau sera yang berpasangan, yaitu sera akut (pada saat sakit) dan konvalesens (pada saat penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil dengan cepat. Bila positif, akan terjadi peningkatan titer antibodi sebanyak empat kali atau lebih pada fase konvalesens.2

(3)

Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk dengue merupakan salah satu cara baru untuk diagnosis infeksi dengue. Dasar uji ini adalah mendeteksi antibodi (IgM dan IgG anti-den-gue) pada serum, plasma atau darah segar, dan tidak memerlukan pasangan sera fase akut dan konvalesens.4 Salah

satu produk RDT di Indonesia adalah SD BIOLINE Dengue IgG/IgM. Meskipun sudah dilakukan uji komparasi dengan produk RDT lain dengan hasil yang memuaskan,5 informasi

tentang validitas (kesahihan) untuk mendeteksi infeksi vi-rus dengue di Indonesia belum diketahui.

Prinsip kerja uji SD adalah suatu uji cepat dengan teknik

immuno chromatographic test dengan menggunakan dipstik. Alat ini mempunyai 3 pita/garis (band): pita pertama adalah kontrol yang harus selalu muncul pada saat tes dilakukan, sedangkan 2 pita yang lain mengandung

colloi-dal gold conjugate anti IgG dan IgM. Pada saat sampel diteteskan, IgG dan IgM antivirus dengue yang ada dalam sampel akan berikatan dengan partikel yang sudah diikat dengan dengue envelope proteins recombinant (1, Den-2, Den-3, dan Den-4). Kompleks partikel akan bergerak ke sepanjang kertas tes. Bila sampel tersebut positif mengandung antibodi antivirus dengue (IgG atau IgM) akan terjadi perubahan warna pada pita kontrol dan tempat IgG atau IgM tersebut berada.4

Dalam rangka mendapatkan alternatif cara diagnosis infeksi virus dengue yang lebih cepat dan tepat dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi, telah dilakukan uji validasi SD untuk mendeteksi IgG dan IgM pada sejumlah serum pasien DBD di Jakarta. Sampel darah diambil secara berpasangan pada stadium akut dan konvalesens. Kehadiran IgG dan IgM dalam serum pasien dapat digunakan untuk menduga kejadian infeksi primer atau sekunder pada pasien DBD dalam waktu cepat (paling lama 30 menit). Kesimpulan hasil tes dapat dipastikan dengan cepat sehingga pena-nganan terhadap pasien dapat segera dilakukan. Tes hanya dilakukan terhadap virus Den-1, Den-2, dan Den-3, karena antigen Den-4 tidak tersedia di laboratorium peneliti.

Uji validasi meliputi sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), positive likelihood

ratio (PLR), negative likelihood ratio (NLR), dan akurasi dibandingkan dengan hasil tes HI sebagai baku emas (gold

standard). Metode Penelitian

Studi diagnostik dilakukan di laboratorium Puslitbang Biomedis dan Farmasi Depkes RI selama bulan Mei dan Juni 2007 dengan menggunakan sera yang ada (tersimpan di laboratorium), yang berasal dari pasien DBD dari RS Koja dan RS Tarakan, Jakarta. Populasi penelitian adalah semua sera pasien tersangka DBD dengan gejala klinis DBD sesuai kriteria WHO, yang tersimpan di laboratorium virologi Puslitbang Biomedis dan Farmasi.

Dengan asumsi besar nilai sensitivitas dari penelitian

sebelumnya adalah 98,4% dan spesifisitas 98,5%,5 serta

tingkat kepercayaan 95% dan persisi sebesar 5%, diperlukan masing-masing 50 sampel dari pasien pada fase akut dan konvalesens yang berasal dari kedua rumah sakit (jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 100 sera).

Uji HI dilakukan menggunakan antigen virus dengue serotipe Den-1, Den-2, dan Den-3. Hasil uji HI dinyatakan positif primer atau sekunder bila titer antibodi pada fase konvalesens empat kali atau lebih dibandingkan titer antibodi pada fase akut. Uji SD dilakukan untuk deteksi IgM dan IgG pada sera pasien tersangka DBD baik fase akut maupun konvalesens. Keputusan infeksi primer atau sekunder ditetapkan berdasarkan ada tidaknya IgG dan IgM terhadap virus dengue. Bila terdapat IgG saja atau IgG bersama IgM, dinyatakan sebagai infeksi sekunder. Bila hanya ditemukan IgM dinyatakan sebagai infeksi primer. Untuk mengetahui konsistensi hasil SD, uji SD dilakukan dengan pengulangan tiga kali.

Pada penelitian ini uji HI dan SD dilakukan pada 99 sampel akut dan konvalesens pasien tersangka DBD. Tabel 2 x 2 dibuat untuk menyajikan hasil pemeriksaan HI dan SD. Hasil uji HI dan SD positif infeksi primer dan sekunder dianggap sebagai hasil positif. Hasil uji SD pada sera akut dan konvalesens akan dibandingkan dengan hasil HI untuk menghitung sensitivitas, spesifitas, NDP, NDN, PLR, NLR, dan akurasi.

Hasil

Hasil uji HI pada sampel akut dan konvalesens dengan menggunakan antigen serotipe 1 (Den-1), Dengue-2 (Den-Dengue-2) dan Dengue-3 (Den-3) menunjukkan bahwa infeksi primer yang disebabkan oleh virus Den-1 sebesar 2% dan yang disebabkan virus Den-2 dan Den-3 masing-masing sebesar 5,1% (tabel 1). Tidak ada perbedaan bermakna antara infeksi primer oleh Den-1 dibandingkan Den-2 dan Den-3, maupun antara Den-2 dan Den-3 (semua menunjukkan p> 0,05).

Tabel 1. Hasil Uji HI pada Sampel dari Pasien Tersangka DBD

Hasil HI Jumlah positif negatif primer s e k u n d e r Dengue-1 2 (2%) 69 (69,7%) 28 (28,3%) 9 9 Dengue-2 5 (5,1%) 51 (51,5%) 43 (43,4%) 9 9 Dengue-3 5 (5,1%) 46 (46,5%) 48 (48,5%) 9 9

Jumlah infeksi sekunder yang disebabkan Den-1 secara bermakna lebih banyak dibandingkan dengan 2 dan Den-3 (masing-masing x² = 5,82, p < 0,05 dan x² = 9,82, p< 0,05). Jumlah infeksi sekunder yang disebabkan Den-2 tidak berbeda bermakna dengan Den-3 (x² = 0,53, p > 0,05).

(4)

Hasil SD BIOLINE Dengue IgG/IgM pada Sampel Fase Akut

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam mendiagnosis infeksi Dengue-1 pada pasien DBD akut adalah sebagai berikut: pada 1,0% (1/99) sampel kedua uji sepakat menyatakan positif primer, 67,6% (67/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 22,2% (22/99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 2). Hasil uji SD dengan HI untuk menentukan positif infeksi virus Den-1 (primer dan sekunder) tidak berbeda bermakna (p> 0,05).

Tabel 2. Hasil Uji SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Diag nosis Serotipe Dengue-1 pada Pasien DBD

SD BIOLINE Dengue HI Den-1 Jumlah

IgG/IgM primer s e k u n d e r negatif Fase Akut Primer 1 0 1 2 Sekunder 0 6 7 5 7 2 Negatif 1 2 2 2 2 5 Jumlah 2 6 9 2 8 9 9 Fase Konvalesens Primer 1 0 2 3 Sekunder 1 6 6 8 7 5 Negatif 0 3 1 8 2 1 Jumlah 2 6 9 2 8 9 9

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam mendiagnosis infeksi Dengue-2 pada pasien DBD akut adalah sebagai berikut: kedua uji sepakat tidak ada (0%) sampel yang dinyatakan sebagai infeksi primer, 50,5% (50/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 23,2% (23/99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 3). Hasil uji SD tidak berbeda bermakna (x² = 0,18, p> 0,05) dengan HI untuk menentukan infeksi primer virus Den-2, tetapi untuk menentukan infeksi sekunder berbeda bermakna (x² = 8,31, p< 0,05).

Tabel 3. Hasil Uji SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Diagno sis Serotipe Dengue-2 pada Pasien DBD

SD BIOLINE Dengue HI Den-2 Jumlah

IgG/IgM primer s e k u n d e r negatif Fase Akut primer 0 1 1 2 sekunder 3 5 0 1 9 7 2 negatif 2 0 2 3 2 5 Jumlah 5 5 1 4 3 9 9 Fase Konvalesens primer 0 1 2 3 sekunder 5 5 0 2 0 7 5 negatif 0 0 2 1 2 1 Jumlah 5 5 1 4 3 9 9

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam mendiagnosis infeksi Dengue-3 pada pasien DBD akut adalah sebagai berikut: kedua uji sepakat menyatakan tidak ada (0%) sampel yang dinyatakan infeksi primer, 44,4% (44/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 21,2% (21/99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 4). Hasil uji SD tidak berbeda bermakna (x² = 0,09, p> 0,05) dengan HI untuk menentukan infeksi primer virus Den-3, tetapi untuk menentukan infeksi sekunder berbeda bermakna (x² = 12,93, p< 0,05).

Tabel 4. Hasil Uji SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Diagno-sis Serotipe Dengue-3 pada Pasien DBD

SD BIOLINE Dengue HI Den-3 Jumlah

IgG/IgM primer s e k u n d e r negatif Fase Akut primer 0 1 1 2 sekunder 2 4 4 2 6 7 2 negatif 3 1 2 1 2 5 Jumlah 5 4 6 4 8 9 9 Fase Konvalesens primer 0 1 2 3 sekunder 2 4 5 2 8 7 5 negatif 3 0 1 8 2 1 Jumlah 5 4 6 4 8 9 9

Hasil SD BIOLINE Dengue IgG/IgM pada Sampel Fase Konvalesens

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam menentukan infeksi Dengue-1 pada sampel pasien DBD fase konvalesens adalah sebagai berikut: pada 1,0% (1/99) sampel kedua uji sepakat menyatakan positif primer, 66,6% (66/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 18,2% (18/ 99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 2). Hasil uji SD dengan HI untuk menentukan infeksi primer dan sekunder virus Den-1 tidak berbeda bermakna (masing-masing x² = 0,54 dengan p> 0,05 dan x² = 1,24 dengan p> 0,05).

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam mendiagnosis infeksi Dengue-2 pada sampel pasien DBD fase konvalesens adalah sebagai berikut: kedua uji sepakat 0% sampel dinyatakan positif primer, 50,5% (50/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 21,2% (21/99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 3). Hasil uji SD untuk menentukan infeksi primer virus Den-2 tidak berbeda bermakna (x² = 0,07, p> 0,05) dengan HI, tetapi untuk menentukan infeksi sekunder virus Den-2 berbeda bermakna (x² = 12,11, p< 0,05).

Hasil uji SD dibandingkan dengan uji HI dalam mendiagnosis infeksi Dengue-3 pada sampel pasien DBD konvalesens adalah sebagai berikut: kedua uji sepakat menyatakan tidak ada pasien positif primer virus Den-3, 45,4%

(5)

(45/99) sampel sepakat dinyatakan positif sekunder, dan 18,2% (18/99) sampel sepakat dinyatakan negatif (tabel 4). Hasil uji SD untuk menentukan infeksi primer virus Den-3 tidak berbeda (x² = 0,17, p> 0,05) dengan HI, tetapi untuk menentukan infeksi sekunder virus Den-3 berbeda bermakna (x² = 17,5, p< 0,05).

Dari hasil tersebut di atas dapat diperhitungkan validitas dan akurasi SD untuk menentukan pasien Dengue-1, Den-gue-2, dan Dengue-3 pada sampel akut dan konvalesens (tabel 5 dan 6).

Konsistensi Hasil SD BIOLINE Dengue IgG/IgM

Uji SD dilakukan sebanyak tiga kali pada 99 sampel akut maupun konvalesens pasien tersangka DBD (tabel 7). Konsistensi hasil ketiga uji ini sangat baik: pada fase akut kappa=0,98 dan fase konvalesens kappa=1.0.

Tabel 5. Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM Dibandingkan dengan Hasil Tes HI untuk Menentukan Infeksi DBD (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3) pada Sampel Fase Akut

Se Sp NDP NDN Akurasi Rasio

kecen-(%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) derungan Kappa Nilai p positif negatif Dengue-1 95,7 78,5 91,9 88,0 90,9 (95,7-95,7) (78,4-78,6) (91,9-92,0) (87,9-88,1) (90,9-91,0) 4,74 0,05 0,77 <0,001 Dengue-2 96,4 53,4 72,9 9 2 77,7 (96,4-96,5) (53,3-53,5) (72,8-73,0) (92,0-92,1) (77,62-77,78) 2,07 0,06 0,57 <0,001 Dengue-3 92,2 43,7 63,5 8 4 68,6 (92,1-92,2) (43,6-43,8) (63,4-63,6) (83,9-84,1) (68,5-68,7) 1,64 0,28 0,41 <0,001

Se=sensitivitas, Sp=spesifisitas, NDP=nilai duga positif, NDN=nilai duga negatif

Tabel 6. Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM Dibandingkan dengan Hasil Tes HI untuk Menentukan Infeksi DBD (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3) pada Sampel Fase Konvalesens

Se Sp NDP NDN Akurasi Rasio

kecen-(%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) (%[95% CI]) derungan Kappa Nilap p positif negatif Dengue-1 95,7 64,2 87,1 85,7 86,8 (95,7-95,7) (64,11-64,29) (87,04-87,16) (85,6-85,8) (86,7-86,9) 2,68 0,06 0,65 <0,001 Dengue-2 100 48,83 71,8 100 77,8 (100-100) (48,74-48,92) (71,7-71,9) (100-100) (77,7-77,9) 1,95 0 0,52 <0,001 Dengue-3 94,1 37,5 61,5 85,7 66,7 (94.1-94,2) (37,4-37,6) (61,4-61,6) (85,7-85,8) (66,6-66,8) 1,5 0,15 0,32 <0,001

Se=sensitivitas, Sp=spesifisitas, NDP=nilai duga positif, NDN=nilai duga negatif

Tabel 7. Konsistensi Hasil Uji SD BIOLINE Dengue IgG/ IgM pada Pasien Tersangka DBD

SD BIOLINE Dengue Primer S e k u n d e r Negatif Kappa IgG/IgM Fase Akut Uji 1 3 7 2 2 4 0,98 Uji 2 3 7 2 2 4 Uji 3 2 7 2 2 5 Fase Konvalesens Uji 1 3 7 5 2 1 1 Uji 2 2 7 6 2 1 Uji 3 3 7 5 2 1 Pembahasan

Demam berdarah adalah penyakit musiman dapat terjadi di daerah subtropis dan tropis di perkotaan. Spektrum klinis DBD sangat tidak spesifik, mulai gejala mirip influenza sampai dengan gejala berat (DHF-DSS), dengan angka mortalitas yang tinggi. Gejala berat, berupa kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah, seringkali berakhir dengan kematian. Masa kritis pasien demam berdarah berlangsung pada hari keempat dan kelima,6 sehingga para

klinisi dituntut untuk dapat menegakkan diagnosis yang benar dan cepat. Penanganan yang benar dengan bantuan pengobatan yang bersifat suportif sangat ditekankan agar pasien bisa melewati masa kritisnya dengan baik. Diagnosis DBD berdasarkan gejala klinis saja tidak reliabel; dukungan konfirmasi laboratorium untuk kepastian sangat diperlukan.

Uji cepat deteksi IgM dan IgG spesifik antivirus dengue yang sederhana dan mudah sangat diperlukan, paling tidak sebagai pegangan para klinisi untuk menentukan penanganan yang benar bagi pasien DBD.

Hasil uji validitas dengan HI sebagai gold standar (baku emas) menunjukkan bahwa uji SD memiliki sensitivitas yang tinggi dengan spesifisitas yang memadai untuk menentukan infeksi virus dengue yang disebabkan serotipe Den-1, namun untuk Den-2 dan Den-3 kurang spesifik. Pada uji ulang yang dilakukan pada sampel konvalesens, sensitivitasnya nunjukkan peningkatan sedangkan spesifisitasnya

(6)

me-nunjukkan penurunan, tapi kedua hasil tidak meme-nunjukkan perbedaan yang bermakna.

Pada dasarnya prinsip uji HI berbeda dengan SD, meskipun antigen untuk SD dan HI berasal dari bagian

enve-lope virus. Antigen yang dipakai pada uji HI merupakan crude

antigen, sedangkan SD menggunakan specific antigen yang telah melalui tahapan pemurnian dengan epitop yang sangat spesifik. Dengan demikian epitop sasaran pada uji HI berbeda dengan epitop pada uji SD. Antibodi target untuk HI adalah semua kelas, sedangkan SD IgG dan IgM spesifik. Hal ini terlihat pada kesalahan positif palsu SD dalam mendeteksi serotipe De-2 dan Den-3 sebesar 21,2% (21 dari 99 sera) dan 28,3% (28 dari 99 sera), kompleks antigen-antibodi pada SD berbeda dengan HI, hal ini yang membuat hasil SD dengan HI berbeda. Secara kebetulan 71,7% sera yang diuji adalah positif serotipe Den-1, sedangkan serotipe Den-2 dan Den-3 masing-masing 56,6% dan 51,5%. Jumlah sampel untuk Den-2 dan Den-3 yang tidak adekuat mempengaruhi hasil uji.

SD bisa diterima sebagai alat diagnostik untuk menentukan suatu penyakit dengan kegawatan tinggi. SD memiliki konsistensi yang baik; pengulangan uji sebanyak tiga kali menunjukkan kesepakatan hasil yang sangat baik. Keunggulan suatu perangkat diagnostik adalah dapat mendeteksi dan menentukan penyakit secepat mungkin, reliabel dan dengan hasil yang konsisten. Penelitian ini menunjukkan SD bisa diterima sebagai perangkat diagnostik DBD.

Kesimpulan

Hasil uji menunjukkan bahwa SD BIOLINE Dengue IgG/ IgM mempunyai sensitivitas tinggi dalam mendeteksi antivirus Den-1, Den-2, dan Den-3, dan spesifisitas, akurasi dan nilai kappa yang baik untuk Den-1.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan uji ini. Kepada Drs. Djoko Yuwono, teman-teman litkayasa, John Master Saragih, Diana Siti Hutauruk, Farida Siburian, Siti Mariani Saragih, Dewi Parwati; penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas segala bantuan dan dukungannya untuk kegiatan penelitian di laboratorium.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada para dokter dan paramedis di RSU Koja dan RSU Tarakan atas semua bantuan dan partisipasinya dalam pengambilan spesimen sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. The world health report 1996: fight-ing disease-fosterfight-ing development. Geneva: WHO;1996 2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2005.

3. Nimmannitya S, Halstead SB, Cohen SN, Margiotta MR. Dengue and Chikungunya virus infection in man in Thailand, 1962-1964: I. Obsevations on hospitalized patiens with hemorrhagic fever. Am J Trop Med Hyg. 1969; 18:954

4. SD Technical Information Part III. Principle, Test Method and Limitation. 2003.

5. SD Technical Information. Comparison of SD BIOLINE Dengue IgG/IgM vs Panbio “Dengue Duo IgM and IgG Rapid Strip Test”. 2003.

6 . Raekiansyah M. Belajar dari wabah virus Dengue. Available from: http://mikrobia.wordpress.com.

Gambar

Tabel 1.  Hasil Uji HI pada Sampel dari Pasien Tersangka DBD
Tabel 3. Hasil Uji SD BIOLINE Dengue IgG/IgM untuk Diagno sis Serotipe Dengue-2 pada Pasien DBD
Tabel 6. Validitas SD BIOLINE Dengue IgG/IgM Dibandingkan dengan Hasil Tes HI untuk Menentukan Infeksi DBD (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3) pada Sampel Fase Konvalesens

Referensi

Dokumen terkait

merupakan semi empiris dimana perhitungan didasarkan pada penelitian pada pengamatan perilaku dan pengujian-pengujian, serta dengan menggu- nakan prinsip-prinsip

Pemeriksaan gas darah menunjukkan terjadi peningkatan pH bermakna disertai peningkatan HCO3 — dan pCO2 yang rendah, hal ini menunjukkan bahwa terjadi dua kondisi alkalosis

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara ukuran dewan komisaris (DK), komisaris independen (KI), opini

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Dengan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dengan judul: Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah dalam Perspektif

Pengujian dilakukan terhadap 5 sampel air limbah, dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa flokulan kationik AMDAC lebih baik digunakan untuk penurunan turbiditas

Sebuah anugerah dan bukti kasih-NYA, sehingga skripsi yang berjudul Peran Modal Sosial dalam Pencapaian Keberhasilan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) (Studi Kasus