• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Spektroskopi. IV Obyek Pengamatan. Bintang program: Nama : RS Gru (HD ) α 2000 : 21 h m δ 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Spektroskopi. IV Obyek Pengamatan. Bintang program: Nama : RS Gru (HD ) α 2000 : 21 h m δ 2000"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV

Spektroskopi

Pengamatan spektroskopi variabel delta Scuti biasanya dimaksudkan untuk mendeteksi komponen non-radial dari pulsasi. Hal ini membutuhkan resolusi kisi yang tinggi demi dapat mendeteksi hal tersebut. Mengingat bahwa RS Gru adalah delta Scuti beramplitudo tinggi, kemungkinan besar bintang ini hanya memiliki satu mode pulsasi saja. Pengamatan spektroskopi yang dilakukan di sini tidak bertujuan untuk mendeteksi adanya komponen non-radial, melainkan untuk mengamati perubahan kelas spektrum.

IV.1. Pengamatan

Pengamantan dilakukan pada Jumat/Sabtu, 6/7 Oktober 2006, menggunakan Reflektor Cassegrain GOTO 45 cm, Bosscha Compact Spectrograph, dan CCD ST-8XME. Tujuan pengamatan spektroskopi adalah untuk melihat perubahan kelas spektrum terhadap fase dari RS Gru. Untuk itu digunakan hanya satu sudut grating saja dan kemudian mengambil citra spektrum bintang berulang kali sepanjang malam. Sudut grating yang dipilih adalah sedemikian sehingga dapat mencakup garis Hα dan Hβ. Dua garis tersebut dipilih karena selain cukup tegas, juga terpisah cukup jauh dalam satu bingkai citra CCD ST-8 + BCS. Sepanjang malam pengamatan berhasil diperoleh 9 citra spektrum bintang RS Gru dengan waktu bukaan 5 menit untuk citra pertama dan 10 menit untuk citra berikutnya. Detail pengamatan disajikan pada beberapa sub bagian tulisan di bawah ini.

IV.1. 1. Obyek Pengamatan

Bintang program:

• Nama : RS Gru (HD 206379) • α2000 : 21h43.07m

(2)

• mV(min) : 8,51

• Kelas spektrum : A6 - A9IV - F0 • Periode : 3,5 h • Amplitudo : 0,59 Bintang pembanding • Nama : HR 7950 • α2000 : 20h47,7m • δ2000 : -09d29,7m

• Kelas spektrum : A1,5V

IV.1.2. Instrumentasi

IV.1.2.1. Reflektor Cassegrain GOTO-45cm

• Cermin primer : d = 450 mm f = 1800 mm • Cermin sekunder : d = 150 mm fgabungan = 5400 mm • Skala bayangan : 38,12″/mm • Vbatas : 15,97

IV. 1.2.2. Spektrograf BCS (Bosscha Compact Spectrograph)

• Tipe : slit dan kisi datar • Konfigurasi : quasi - littrow, γ = 30°

• Lebar slit : 80 µm

• Panjang slit : > 20 mm

• Posisi slit : tetap

(3)

• panjang fokus kolimator : 240 mm • panjang fokus sistem kamera : 200 mm • Spektrum pembanding : Fe - Ne - Ar

• Order-cut filters : short-cut pada 390 nm dan 480 nm • Kisi : 300 baris/mm blazed pada 500 nm

: 1200 baris/mm blazed pada 500 nm • basic pupils : slit viewer, main eyepiece

• dimensi : 30 cm × 20 cm × 27 cm. • berat : 15 kgf (tanpa kamera)

IV.1. 2. Jurnal Pengamatan

Prosedur pengambilan citra dalam 1 malam pengamatan spektroskopi adalah sebagai berikut :

• Pengambilan sejumlah bingkai citra bias. • Pengambilan citra lampu pembanding. • Pengambilan citra obyek

• Pengambilan citra lampu pembanding • Pengambilan citra obyek

• Pengambilan citra lampu pembanding • Pengambilan citra obyek

• …

• Pengambilan citra lampu pembanding • Pengambilan citra obyek

(4)

• Pengambilan citra lampu pembanding

• Pengambilan sejumlah citra gelap dengan waktu integrasi sama dengan citra obyek.

• Pengambilan beberapa citra medan datar untuk tiap-tiap sudut grating. • Pengambilan sejumlah bingkai citra bias

Informasi mengenai kegiatan pengamatan spektroskopi disajikan di bawah ini: • Hari/Tanggal : Jumat/Sabtu, 6/7 Oktober 2006

• Pengamat : GIP, HLM

• Fase bulan : purnama

• Grating : 300 groove/mm • Sudut grating : 350°

Jurnal pengamatan spektroskopi disajikan dalam tabel IV. 1.

Tabel IV. 1. Jurnal pengamatan spektroskopi RS Gru pada 6/7 Oktober 2006

Waktu Kegiatan 19.06 19.34 19.45 19.52 19.53 19.55 20.47 21.09 21.21 21.23 21.47 22.08 22.09 22.41 instalasi instrumen pointing ke HR 7950 (standar spektroskopi)  error pointing ke HR 7950 (standar spektroskopi) Citra bias

citra lampu pembanding Ambil citra HR 7950 (3 kali) Citra lampu pembanding RS Gru, 300s

Citra lampu pembanding RS Gru 1, 600s

RS Gru 2, 600s

(5)

22.53 23.04 23.15 23.37 23.39 00.10 00.23 00.29 RS Gru 3, 600s RS Gru 4, 600s

Citra lampu pembanding RS Gru 5, 600s

RS Gru 6, 600s

Citra lampu pembanding RS Gru 7, 600s

RS Gru 8, 600s

Citra lampu pembanding Bias2

IV.2. Reduksi, Kalibrasi dan Ekstrasi data menggunakan IRAF IV.2.1 Pra Proses

Yang dilakukan pertama kali adalah membuat master citra bias, citra gelap dan citra medan datar. Master citra bias dibuat dengan merata-ratakan atau mengambil median dari citra-citra tersebut, bergantung pada standar deviasi mana yang lebih kecil. Hal yang sama dilakukan pada pembuatan master citra gelap dan citra medan datar. Pada perangkat lunak IRAF, pembuatan master ini menggunakan task imsum option = 'average' atau imsum option = 'median'. Pemeriksaan standar deviasi menggunakan task imstat.

Pra proses dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

(

)

(

)

(

)

(

x y

)

l

(

x y

)

l y x l y x l y x i b f d , , , , , ! ! =

dengan i(x,y) adalah citra yang telah direduksi, l(x,y) adalah citra mentah, ld(x,y) adalah citra gelap (dark image), lf(x,y) adalah citra medan datar (flatfield image), adalah lb(x,y) citra bias dan (x,y) menunjukkan pixel pada baris ke-x dan kolom ke-y. Pengurangan citra dilakukan dengan menggunakan task imarith ? = - dan pembagian dilakukan dengan menggunakan task imdiv.

(6)

citra mentah

_________________________________________________________________

citra medan datar + citra bias

Gambar IV. 1. Pra proses spektroskopi

Gambar IV. 2. Citra bersih spektroskopi

(7)

Gambar IV. 4. Citra lampu pembanding pada sudut kisi 350°

IV.2.2 Ekstrasi, Kalibrasi dan Normalisasi IV.2.2.1. Ekstrasi

Reduksi data spektroskopi meliputi ekstrasi dan kalibrasi spektrum.

Gambar IV. 5. Bagian-bagian dari sebuah citra spektrum bintang.

Pada prinsipnya ekstrasi adalah proses mengubah spektrum 2 dimensi menjadi spektrum 1 dimensi. Ekstrasi meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

(8)

• Menentukan/menemukan profil spasial spektrum. Pada prinsipnya hal ini dilakukan dengan mempelajari citra sepanjang sumbu spasial dan menentukan puncak dari profil.

• Mendefinisikan daerah ekstrasi dan daerah latar belakang. Pada prinsipnya hal ini dilakukan dengan menentukan ukuran daerah ekstrasi dan daerah latar belakang dengan menentukan jumlah piksel di sebelah kiri dan kanan pusat profil spasial.

• Menentukan pusat profil spasial sebagai fungsi sumbu dispersi. Meskipun diasumsikan bahwa sumbu spasial adalah sepanjang baris atau kolom, bentangan spektrum tidak akan tepat tegak lurus sumbu spasial. Di luar ketidaktepatan orientasi bingkai citra dengan posisi slit, ada beberapa hal yang mempengaruhi ketidaktepatan tersebut :

a. Distorsi optik kamera yang membuat spektrum tampak melengkung. Makin panjang bentangan spektrum, makin buruk efek distorsi ini.

b. Dudukan grating tidak tepat persegi.

c. Refraksi atmosfer diferensial menyebabkan ujung biru spektrum bergeser makin dekat ke arah zenit sepanjang slit daripada ujung merah spektrum. • Menjumlahkan spektrum di dalam daerah ekstrasi dan mengurangkan

latar belakang. Pada setiap titik sepanjang sumbu dispersi, data di dalam

daerah ekstrasi akan dijumlahkan dan data di daerah latar belakang akan dikurangkan.

Ekstrasi ini dilakukan dengan menggunakan task apsum di dalam IRAF. Untuk citra lampu pembanding, task ini dijalankan dengan referensi citra obyek (apsum reference = 'citra obyek').

IV.2. 2. 2 Kalibrasi Panjang Gelombang

Kalibrasi panjang gelombang adalah langkah untuk membuat spektrum 1 dimensi tadi ke dalam skala panjang gelombang dari sebelumnya dalam skala piksel. Langkah-langkah kalibrasi panjang gelombang adalah sebagai berikut :

(9)

• Identifikasi panjang gelombang citra pembanding. Ini dilakukan dengan bantuan atlas spektrum. Dengan task identify, garis-garis emisi pada bingkai citra pembanding ditentukan/dimasukkan dan IRAF kemudian akan mencari persamaan dispersinya.

• Pengubahan satuan dari skala piksel ke skala panjang gelombang pada

citra obyek. Sekali persamaan dispersi dari citra pembanding diketahui,

maka dapat digunakan untuk menentukan skala panjang gelombang dari obyek. IRAF melakukan ini dengan task refspectra referen = 'obyek pembanding'.

• Penentuan skala panjang gelombang. Dengan menggunakan persamaan dispersi tadi, spektrum obyek dapat diletakkan dalam skala panjang

gelombang yang linear. IRAF melakukannya dengan task dispcor.

Gambar IV. 6. Hasil identifikasi panjang gelombang lampu pembanding pada

(10)

IV. 2. 2. 3. Kalibrasi Fluks

Kalibrasi fluks adalah langkah untuk mendapatkan fluks sebenarnya dari bintang program.. IRAF memiliki basis data fluks bintang-bintang standar spektroskopi. Oleh sebab itu, bintang standar yang dipilih sebisa mungkin ada dalam basis data IRAF. Langkah pertama dalam proses kalibrasi fluks ini adalah mendaftarkan data-data yang dipakai dalam kalibrasi. Data-data tersebut adalah:

• data massa udara pengamatan (untuk masing-masing titik data)

• data bintang standar yang ada dalam basis data IRAF (dalam hal ini HR 7950)

• data pengamatan bintang standar dengan panjang gelombang yang sudah terkalibrasi

• data koefisien ekstingsi lokal.

Dengan menggunakan task standard, IRAF akan membuat file text yang berisi data fluks yang sudah terkalibrasi berdasarkan masukan-masukan di atas. File teks ini akan dipakai sebagai masukan dalam task sensfunc untuk memperoleh fungsi sensitivitas.

(11)

Gambar IV. 7. Empat diagram yang menggambarkan (searah jarum jam): (i)

ekstingsi vs panjang gelombang, (ii) spektrum dengan fluks yamg sudah terkalibrasi vs panjang gelombang, (iii) sensitivitas vs panjang gelombang, (iv) residu sensitivitas vs panjang gelombang.

IV. 2. 2. 4. Normalisasi

Normalisasi dilakukan dengan membagi seluruh data fluks terkalibrasi dengan fluks pada λ = 5500 A, yaitu panjang gelombang pusat filter V, sehingga fluks ternormalisasi berharga 1 pada λ = 5500 A.

IV. 3 Penentuan kelas spektrum

Dengan menggunakan data yang diperoleh Rodriguez, dkk (1995), dicoba ditelusur fase-fase hasil pengamatan, dengan rumus sebagai berikut:

(

.

)

0 JD hel t fase P ! =

(12)

dengan JD(hel.) adalah waktu maksima terakhir menurut Rodriguez dalam hari Julian, t0 adalah hari Julian pengamatan dan P adalah periode menurut Rodriguez (P = 0,14701558 hari).

Penentuan kelas spektrum dilakukan secara semi-visual menggunakan library dari Jacoby dan Hunter (1984). Library ini menghimpun hasil spektrofotometri 161 bintang dari kelas spektrum O – M dan kelas luminositas V, III, dan I. Spektrograf yang dipakai menggunakan kisi 600 garis/mm dengan rentang panjang gelombang dari 3510 hingga 7427 Å.

Data yang ada di dalam library kemudian dinormalisasi pada λ = 5500 Å seperti yang dilakukan pada data pengamatan. Disesuaikan dengan rentang panjang gelombang yang dapat dicakup oleh bingkai citra pengamatan, rentang panjang gelombang dari data library kemudian dicrop. Penentuan kelas spektrum kemudian dilakukan dengan membandingkan spektrum library ternormalisasi dengan spektrum pengamatan ternormalisasi.

Tabel 5 menyenaraikan perubahan kelas spektrum terhadap waktu yang dinyatakan dalam JD. Gambar 12 hingga 20, memperlihatkan proses penentuan kelas spektrum tersebut. Tampak bahwa pengamatan spektroskopi menggunakan BCS di Observatorium Bosscha mampu mendeteksi adanya perubahan kelas spektrum. Dari pengamatan ini dideteksi adanya perubahan kelas spektrum dari A5V hingga A0V.

(13)

Tabel IV. 2. Hasil penentuan kelas spektrum. Fase = 0 adalah saat maksima

JD fase kelas spektrum

2454015,68412037 0.93761927 A5,5V 2454015,69736111 0.02768524 A2V 2454015,71234954 0.12963929 A2V 2454015,72924769 0.24458362 A3V 2454015,74429298 0.34693132 A6,5V 2454015,76039352 0.45644336 A5V 2454015,77501157 0.55587807 A6V 2454015,79170139 0.66940529 A2V 2454015,80656250 0.77049332 A2V

Gambar IV. 7. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,68412037 dan fase

(14)

Gambar IV. 8. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,69736111 dan fase

= 0.02768524.

Gambar IV. 9. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,71234954 dan fase

(15)

Gambar IV. 10. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,72924769 dan fase

= 0.24458362.

Gambar IV. 11. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,74429298 dan fase

(16)

Gambar IV. 12.. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,76039352 dan fase

= 0.45644336.

Gambar IV. 13. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,77501157 dan fase

(17)

Gambar IV. 14. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,79170139 dan

fase = 0.66940529.

Gambar IV. 15. Penentuan kelas spektrum pada JD = 2454015,80656250 dan fase

Gambar

Tabel IV. 1. Jurnal pengamatan spektroskopi RS Gru pada 6/7 Oktober 2006
Gambar IV. 3. Citra HR7950 (bintang standar) pada sudut kisi 350°
Gambar IV. 4. Citra lampu pembanding pada sudut kisi 350°
Gambar  IV.  6.  Hasil  identifikasi  panjang  gelombang  lampu  pembanding  pada  sudut kisi 350°
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) makrofauna tanah yang mendominasi pada pertanian apel semi organik dan pertanian apel non organik adalah jenis yang sama, yaitu

Keberadaan material tuf serta endapan lahar dan piroklastik daerah penelitian menunjuk- kan wilayah kompleks Candi Asu pada masa lalu pernah menghadapi bahaya erupsi beru- pa

Agility and change-of-direction speed are independent skills: implications for training for agility in invasion sports.. International Journal of Sports Science

Selain Assurance (Jaminan) dan Empathy (Perhatian) yang memang sangat mempengaruhi kepuasan wajib pajak, tidak dapat dilupakan juga ketiga variabel lainnya dalam

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat program tersebut dengan langkah-langkah :.

Dengan demikian sangat penting dilakukan serangkaian penelitian yang diawali dengan mengkarakterisasi sifat fisik kimia gelatin hasil ektraksi dari sisik ikan

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di perempatan sebelah Banjar Lantang bejuh, Sesetan tida melebihi Nilai Ambang Batas menurut Kepmenaker No.. Jadi

Langkah awal adalah guru mangadakan apersepsi pengetahuan awal siswa melalui kegiatan tanya jawab, menjelaskan aturan main dan batasan waktu yang digunakan untk setiap