• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBICARAA TINGKAT III PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBICARAA TINGKAT III PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

IBelum dikoreksil

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

PEMBICARAA TINGKAT III

PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Hari, tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Acara

Anggota yang hadir Pemerintah

ANGGOTA KOMISI VII

1999-2000 I

3

Rapat Panitia Kerja ke-1 Tertutup

Jumat, 3 September 1999 09.00 - 1530 WIB

Ruang Rapat Komisi VII DPR-RI Dr. H. Muchsin, SH

· H.R.Sartono,SH

Membahas materi RUU tentang Pengelolaan Zakat 27 orang dari 30 Anggota

Dirjen BIUH (Drs. H. MUbarok) beserta Jajaranrwa.

DR. H. Muchsin, SH; H. Muhamad Fikri, S.IP; Dra, Ny. Hj. Oelfah AS Harmanto; Prof. DR. H. Engkoswara, M.Ed; Sajid Soetjoro, B.Sc; Margoyuno; Abdullah Hadi; Benyamin Balukh; Tjahjono, SE; Rukmini, S.IP; H. Basri Bermanda; Chairul Chaidir; DR.drg.H. Avip Saefullah, M.Pd; Drs. Yusupadi, HS; K.H. Ahmad Zabidi; Drs. Yusuf Hidayat; Dra. Nahyah Jaidi Faraz, M.Pd; Prof. DR. H. Bisri Affandi, MA; Amir Santoso. Ph.D; Dra. Hj. Chairun Nisa, MA; Dra.Hj. Kesuma Sekarsih Djebar; Dra. Sylvia Ratnawati. M.Sc; Prof. DR. H. Umar Syihab; DR.H. Muchtar Aziz, MA; Drs. H.1Qomari Anawar, MA; Drs H. Lukman Hakim Saifuddin; Drs. Zainut Tauhid Sa'adi; Ny! Hj. Muniroh Munir, BA; Drs. H. Noersjahid Wiyoto; Drs. H.M. Abduh Paddare.

PEMERINTAH :

Drs. H. Mubarok; H. Muchtar Zarkasi, SH; Drs. H. Zain I Arifin; DR. H.A. Sutarmidi; H. Muhda Hadisaputro, SH; M.A. Ghafur Djawahir; Drs. bdul Fatah.

KETUA RAPAT:

Para Anggota yang terhormat. Kami persilakan untuk kita mulai. Bapak dan Saudara sekalian.

Sesuai dengan laporan dari staf yang telah hadlr menandatangani 18 orang anggota dari 30 orang anggota Panja. Jadi menurut Tafa Tertib sudah korum.

Risalah 3-9-99 (Panja l)

(2)

Bapak dan Saudara sekalian yang kami hormati. Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah wasyukurilah la khaula walaquata illa billah.

Pada hari ini sesuai dengan jadual acara yaitu kita rapat panja hari ini, dan sebagaimana laporan tadi sudah memenuhi quorum dengan resmirapat panja, dengan Pemerintah kami buka dan dinyatakan tertutup untuk umum. ·

ICRapat dibuka pukul 08.40 WIB)I Bapak dan Saudara sekalian yang kami hormati,

Sebagaimana kita ketahui bahwa setelah rapat kerja dengan Menteri, ini kita lanjutkan dengan Panja. Pada waktu Rapat Kerja dengan Menteri setingkat Pansus itu terbuka, tetapi pada Rapat Panja apabila tidak diminta oleh para anggota berarti merupakan rapat tertutup. Oleh karena itu mari kita selesaikan RUU ini sesuai dengan kesepakatan fraksi-fraksi sejauh hal-hal yang krusial bisa kita selesaikan.

Bapak dan Sauara sekalian.

Panja ini akan bisa diselesaikan hari ini, tetapi bisa juga sampai dngan hari Senin, tergantung kita, waktu yang diberikan adalah 2 hari, yaitu hari Jumat ini dengan hari Senin dan untuk berikutnya adalah Timus, Timcil, dan Timsin dan seterusnya.

Bapak dan Saudara sekalian yang kami hormati.

Bapak Ibu sudah menerima hasil Rapat Kerja berupa bahan rapat Panja · Pembahasan Tingkat III yang telah disampaikan oleh Sekretariat. Oleh karena itu kita nanti akan mulai dari DIM 1 sampai dengan DIM 91 (DIM Panja maksudnya butiran).

Dari seluruh DIM yang ada, kita temukan sebenarnya ada 8 krusial yang kalau ini diselesaikan berarti yang lain adalah mengalir begitu saja, dan nanti bisa diselesaikan oleh Timus.

Sebagai informasi butir-butir yang menjadi krusial yang perlu kita selesaikan baik nanti di forum Panja ataupun nanti di forum-forum lobby, karena kami menginginkan maksudnya setelah 2 x putaran, maka kalau tidak selesai mungkin kita ambil dua jalan lobby atau pending untuk dibicarakan berikutnya. Beberapa yang sangat krusial yang saya inventarisir ada 8 yaitu pertama masalah judul. Judul itu ada sesuai dengan RUU usul Pemerintah, tetapi ada yang berubah dengan ditambah "infaq" dan "shodaqah" itu ya. Itu yang menyangkut nanti ruang lingkup dan sistematika saya kira di dalamnya.

Dua pengertian atau difinisi yang harus ada klarifikasi, antara lain muzakki itu ada usulan yang hanya itu orang saja, tetapi ada badan atau pihak lain, itu termasuk juga masukan dari masyarakat begitu, ini harus ada klarifikasi nantinya.

Kemudian yang ketiga, yang kita memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk mempersiapkan konsep yang · lebih operasional dalam struktur organisasi yang ketiga itu struktur organisasi.

Kemudian yang keempat adalah bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh Sadan namanya badan saja yang dibentuk dengan semacam BAZIS itu Pemerintah ini dan sebagainya. Dan ada yang sudah berkembang di masyarakat yang diusulkan nama lembaga. Jadi apa itu namanya sama atau berbeda, itu yang di situ.

(3)

Kemudian yang kelima, ada diskusi yang berkembang dan dalam Tim juga ada yaitu "Pengawasan dilakukan oleh yang terkait" dengan disamping pengawasan internal yang disampaikan tadi, itu ada butir yang menyangkut akuntan maupun DPR atau DPRD itu nanti yang kita carikan jalan keluar.

Yang keenam, yaitu masalah seberapa jauh peran masyarakat di luar keanggotaan badan begitu.

Yang ketujuh, yang ini juga ada diskusi waktu itu saya ingat mengenai partisipasi WNA yang beragama Islam maupun yang terkait dengan itu yang akan melaksanakan zakat, infaq dan shadaqah.

Yang terakhir, mengenai sanksi, 8 ini memang yang mesti kita selesaikan. Tanpa ini diselesaikan, maka perumusan tidak akan bisa lancar dan tidak kondusif di dalam rangka proses pembahasan berikutnya.

(Ini dari Staf tolong ini dicopy saja untuk semua anggota barangkali). Bapak dan Saudara sekalian yang kami hormati.

Dari butir-butir tadi saya ingin tawarkan bahwa kita membicarakan DIM 1 sampai dengan DIM 91, kemudian kalau nanti sampai kepada hal yang agak berat kita lobby atau barangkali sekarang kita membaca kita skors sebentar barang 30 menit untuk mempelajari bahan rapat panja ini dengan butir-butir ini untuk memberikan kesempatan kepada internal masing-masing dan juga kepada Pemerintah mungkin butir-butir 8 ini masing-masing sudah puny~ jalan alternatif kaitannya dengan ini.

Saya perhitungkan, kalau ini selesai nanti Insya Allah jam 16.00 WIB. Panja ini selesai, dan mungkin Senin itu sudah masuk ke Timus, itu perkiraan. Ini saya berkaca kepada waktu pembahasan haji waktu itu ya. Ada butir-butir waktu itu yang krusial, tetapi setelah diselesaikan lalu mengalir. Walaupun redaksionalnya memang memerlukan ketekunan khusus. Dan barangkali nanti kalau sudah timus hari Senin, redaksional itu banyak akan dibantu oleh ahli bahasa.

Kemudian ada bahan masukan dari Pemerintah yang kita minta bahwa bagaimana hubungan pajak dengan zakat atau dana bantuan kita sudah mendapatkan copy dari Pemerintah adanya surat dari Departemen Keuangan. Jadi sudah ada ini kalau ada yang memerlukan bisa di barangkali untuk dicopy nanti untuk FKP dan FABRI. FABRI juga belum dapat Pak ya, iya nanti kita sampaikan, tolong ini di copy untuk FKP dan FABRI.

Jadi itulah beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Jadi kita bisa kita bicara satu sampai sembilan puluh satu, atau barangkali masalah krusial ini kita berikan kesempatan pada internal masing-masing FRAKSI untuk kordinasi dan Pemerintah mencarikan jalan keluar sehingga nanti pembahasannya bisa lebih lancar. Sebab saya khawatir kalau didalam masalah ini bisa selesai dengan berlarut-larut. Saya buka dulu kesempatan kepada FKP barangkali ada usulan.

Pak Umar, kami persilahkan.

FKP (PROF. DR. H. UMAR SYIHAB):

Assalamualaikum WR.WB. Terima kasih pada Pimpinan.

Dari dua usul yang dikemukakan oleh Pimpinan, saya lebih cenderung atau FKP lebih cenderung untuk memilih usul yang kedua. Untuk kita skorsing beberapa saat supaya masing-masing fraksi bisa melihat hal-hal apa saja yang perlu untuk kita bicarakan.

Terima kasih.

(4)

KETUA RAPAT:

Jadi FKP usul ada skorsing sebentar untuk internal, memang kalau FPDI tidak perlu skorsing Pak ya tidak perlu, karena sudah disiapkan dari rumah dan barangkali memang privat betul FPDI ini. Kalau yang anggotanya lebih dari satu barangkali memang memerlukan skorsing.

FABRI sudah bisa perlu skorsing. Kalau FPDI tidak perlu skorsing Pak ya, karena sudah siap dari rumah barangkali memang privat betul begitu. Kalau yang anggotanya lebih dari barangkali memang memerlukan skorsing. FABRI perlu skorsing.

FPP !

FPP (DRS.H.M. ABDUH PADARE):

Saya kira kalau skorsing perlu, karena ini 'kan 8 kesimpulan krusial ini baru 3 Pimpinan, barangkali ada, supaya sekaligus kita berjalan nanti. Jangan sampai sudah jalan muncul lagi, itu kira-kira begitu.

Jadi saya setuju skorsing dengan catatan mari kita pelajari. Usul Pimpinan sudah bagus sangat membantu, tapi barangkali ada tambahan-tambahan supaya bisa kita pelajari sekaligus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kami dari Pimpinan siap seandainya nanti krusial itu ada tambahan mungkin sudah masuk di dalam butir itu. Mungkin juga bisa begitu, nanti kita akan selalu siap itu.

FPDI !

FPDI (SAJID SUTJORO,BSc.):

Walaupun FPDI tidak perlu ada lobby internal, tetapi kan nanti ikut skorsing bukan rapat sendiri kan, ditanya dulu nanti saya rapat sendiri Pak.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. .

Iya ini santai betul kita, jadi Pak Sajid bisa bicara dengan siapapun termasuk dengan kita begitu ya. Dan bisa gabung kalau mau gabung dimana.

Terima kasih Pak, dari Pemerintah Pak.

PEMERINTAH (DIRJEN BIUH):

Setuju P~k.

KETUA RAPAT:

Bapak dan Saudara-saudara sekalian.

Saya kira sudah disetujui semuanya, rapat kita tunda sementara, dan mulainya nanti tidak perlu menunggu korum, karena sudah ini seandainya rapat-rapat terus sampai dengan hari Senin tidak diperlukan korum, karena hanya penundaan rapat.

(5)

Demikianlah penundaan 30 menit paling tidak nanti barangkali ada tambahan sedikit-sedikit nanti sambil berjalan, karena kita akan berada di dalam forum ini saja dulu. Demikianlah Bapak dan Saudara sekalian.

Terima kasih rapat saya tunda sementara.

J(RAPAT DISKORS)l KETUA RAPAT:

Bapak dan Saudara sekalian.

Saya kira semua Fraksi sudah dapat menyelesaikan lobbynya, kalau diijinkan saya akan memulai.

Bapak dan Saudara sekalian yang saya hormati.

Sesuai dengan kesepakatan tadi, sekarang sudah jam 10.07 WIB. kita ada waktu 1 jam lebih untuk menyamakan persepsi dan upaya memperlancar, maka scorsing saya cabut dan dibuka kembali.

J(SKORSING DICABUT)l Bapak dan Saudara sekalian.

Dalam rangka penyampaian usulan yang tadi kedua yang dipilih oleh semua fraksi saya ingin tawarkan lagi. Masing-masing fraksi menyampaikan semua butir, itu mungkin menambah dengan butir yang belum sempat diinventarisir barang 5 menit atau 7 menit masing-masing fraksi untuk secara keseluruhan menjelaskan mengenai bagaimana fraksinya untuk menyampaikan pendapat. Kemudian setelah semuanya, baru kita memasuki DIM pasal demi pasal. Jadi artinya fraksi curah pendapat dulu ke forum ini. Jadi fraksi menyampaikan pokok-pokok pikirannya di floor ini terhadap butir-butir yang ada.

Alternatif yang kedua, kita langsung kepada masing-masing DIM. Saya persilakan barangkali ada pendapat dari FABRI Pak.

FABRI (ABDULLAH HADI): Terima kasih Pak.

Dari FABRI berpendapat bahwa alternatif kedua lebih tepat, karena kalau alternatif kesatu kita sampaikan ke pokok-pokok pikiran nanti sudah lupa juga, begitu Pak, akan mengulangi lagi. Jadi kami sarankan alternatif kedua langsung masuk ke DIM 1 dan seterusnya.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Terima kasih dari FKP.

FKP (PROF. DR. UMAR SYIHAB): Terima kasih Pak.

Memang kalau kita bicara lagi untuk secara keseluruhan, itu kita mengulangi lagi apa yang sudah kita bicarakan kemarin. Sedangkan kita coba menggunakan waktu seefisien mungkin. Oleh karena itu saya kami memilih alternatif kedua.

Terima kasih.

(6)

·-KETUA RAPAT:

Terima kasih. FPDI.

FPDI (SAJID SUTJORO, BSc.):

Setuju dengan alternatif kedua.

KETUA RAPAT:

FPP !

FPP (DRS. H.M. ABDUH PADARE):

Sesuai dengan pengalaman waktu undang-undang haji. Itu kita per item. Jadi langsung per DIM supaya ada yang selesai, sebab kalau itu berarti kita brainstorming lagi nanti.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Dari Pemerintah.

PEMERINTAH (DIRJEN BIUH):

Setuju alternatif kedua. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saiklah Sapak dan Saudara sekalian yang kami hormati.

Marilah sesuai dengan pendapat fraksi-fraksi dan Pemerintah, kita masuki DIM demi DIM.

Jadi sekarang DIM J.

Yang ditugaskan oleh Pleno kepada Panja, yaitu mengenai judul, tetapi di sini ada ralat bahwa 1999 tahunnya itu sebenarnya sudah disetujui, tahunnya itu dikosongi. Jadi tahun itu kosong ingat saya. Jadi tahun kosong, walaupun tidak prinsip tapi belum disetujui oleh Raker pada waktu itu.

Tentang pengelolaan zakat.

Untuk itu saya persilakan terlebih dahulu kepada FASRI untuk menyampaikan pendapatnya tentang judul itu.

Saya persilakan Pak.

FABRI (ABDULLAH HADI):

Terima kasih Pak.

Di dalam hal ini FASRI mengusulkan agar judulnya dirubah menjadi "RUU Republik Indonesia Nomor, Tahun Tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah".

Alasannya saya kira seperti kemarin bahwa Sadan Amil Zakat dapat menerima Zakat, Infaq dan Shadaqah, dimana zakat, infaq dan shadaqah itu tidak bisa dipilah-pilahkan secara fisik. Jadi uang itu terkumpul pada suatu Sadan dibukukan dalam suatu pembukuan dan penggunaannya juga tidak dipisah-pisahkan. Ini zakat untuk

(7)

mendirikan ini, ini infaq untuk ini paling tidak demikian, tapi dalam bentuk sudah tergabung gunakan ini, ini dan sebagainya, sehingga pengelolaannya menjadi satu. Itu judulnya menjadi "Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah".

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Dari FABRI masih-ada tambahan. Cukup, saya persilakan dari FKP. FKP (PROF. UMAR SHIHAB):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih kepada Bapak Pimpinan, Bapak yang mewakili Pemerintah

Sesuai dengan DIM yang kami ajukan bahwa judul RUU ini Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. Alasan kami dari sisi agama hadits Rasulullah Salallahu Waalaihi Wassalam menyebutkan alyadul ulya khairum minyadu shut/a. Di dalam hadits itu disebutkan bahwa zakat infaq shadaqah itu dalam arti pemberian dari seseorang yang menunjukan alyadul ulya sehingga tidak terpisahkan antara zakat, infaq dan shadaqah itu, itu yang pertama Pak.

Yang kedua sasaran zakat walaupun ditetapkan di dalam hukum agama adanya asmafhussamania, tetapi sasaran infaq, dan shadaqah itu juga tidak terlepas dari psada asmafhussamania, sehingga kami melihat sangat tepat kalau zakat, infaq dan shadaqah ini di satukan di dalam undang-undang ini.

Yang ketiga, bahwa pengertian-pengertian dalam agama yang kita sumber agama Al-Qur'an kadang-kadang kata infaq itu dan kata shadaqah itu bisa juga diambilkan kata dengan zakat, bahkan ayat yang sangat populer di dalam zakat hulfinanwalihim shaqoh tutahiruhum watuzakihim biha, itu menunjukan shadaqah di situ, tetapi sepertinya tapi maksudnya adalah zakat. Dan ini telah disepakti oleh Ulama Tafsir. Dari dasar-dasar inilah, dari dasar agama inilah kami melihat bahwa perlunya kita satukan zakat, infaq dan shadaqah. Kemudian dari pengalaman selama ini masyarakat sudah tahu adanya BAZIS. Dan kalau badan ini nanti yang akan dibentuk berdasarkan undang-undang ini, maka sudah tidak asing lagi buat masyarakat kita.

Dan yang ketiga, alasan kami memohon kiranya mendapat persetujuan dari rekan-rekan agar RUU ini berjudul "Pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah" atau dan shadaqah, adalah karena seama ini kita berpikir untuk bagaimana meningkatkan taraf hidup umat atau masyarakat kita atau melepaskan mereka dari kemiskinan. Seperti misalnya yang kita tahu peringatan Rasulullah keadaan sukron yakuna kufron, maka zakat itu tidak mampu untuk itu, karena itu diperlukan adanya infaq dan shadaqah.

Dari sisi inilah kami lihat bahwa tidak ada salahnya kalau judul ini dirubah menjadi "Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. · Selain itu di dalam materi RUU ini juga sudah disinggung tentang infaq dan shadaqah. Saya melihat bahwa barangkali kawan-kawan dari fraksi lain tidak keberatan apalagi Pemerintah sudah menyetujui.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(8)

KETUA RAPAT:

Terima kasih, langsung saja to the point, pemerintah sudah setuju kok, FPDI saya persilak~n.

FPDI (SAJID SOETJORO, BSc):

Terima kasih Pak Ketua.

Didalam DIM FPDI mengenai judul adalah "tetap", itupun ada alasan-alasan tersendiri yang kalau boleh saya menyinggung usulan dari FKP dan FABRI mungkin tersangkut dengan Pasal 12 ayat (3) yaitu tentang bahwa Badan ini yang akan dibentuk ini bisa mennerima infaq dan shadaqah namun pengunaannya pun infaq dan shadaqah sudah tertulis dalam Pasal 16 RUU ini jadi terpisah. Untuk itu Fraksi-fraksi PDI tidak melihat urgensi seandainya RUU Pengelolaan Zakat ini ditambah dengan infaq dan . Sedikit pemikiran bagaimanapun juga dengan perobahan ditambahnya judul dengan kata "infaq dan shadaqah" akan berpenggaruh dengan paling tidak konsiderans menimbang disebut didalam ayat b dan c mestinya kalau itu terkait. Jadi satu konsiderans menimbang juga akan berubah logikanya bagi Fraksi PDI yang mendasari usul itu tetap menjadi ya tetap tentang Pengelolaan Zakat RUU tersebut antara lain berpikir bahwa Zakat adalah merupakan kewajiban dari pada umat muslim sedangkan infaq dan shadaqah bersifat sunnah jadi akan sulit antara wajib dan sunnah digabungka.n dalam satu paket apalagi menjurus judul yang dipersatukan untuk itulah maka sementara ini Fraksi PDI masih tetap mengusulkan agar judul dari RUU tentang Pengelolaan Zakat tetap seperti naskah yang diajukan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT :

Terima kasih selanjutnya yang terakhir, FPP saya persilakan

FPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE) :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bapak-bapak Pimpinan Ibu dan Bapak-bapak sekalian yang kami hormati dan bapak-bapak dari pemerintah.

Kita sekarang ini akan berbicara soal judul kalau kita pegang judul bukan berarti yang lain tidak boleh masuk, tapi kalau judul jadi jangan ada kesan kalau kita tidak menambah judul itu seakan-akan tidak mau infaq dan shadaqah di sini bertitik tolak husmin anwalihim shodaqotan tuthohhirum itu ayat yang Pak Quraisy sedangkan di situ juga jelas zakat. Jadi terkait karena disini wajib. Disini ada wajib dan sunah, sunah itu tidak pernah menjadi kepala, posisi elemen pembantu (pelengkap) seperti hanya kita sholat sunah supaya nanti kekurangan utang kita nanti di akhirat itu nanti bisa digantikan oleh yang sunah kalau memang kekerangannya banyak. Disini tekanannya judul, PPP tidak keberatan masalah "infaq, shadaqah" masuk didalam konteks undang-undang zakat ini tetapi dalam soal judul itu saya kira sangat lebih fleksibel dalam lebih fundamental "Undang-undang Pengelolaan Zakat" titik. Saat penolakan tadi kemarin juga begitu didalam kepala itu ada mata, ada kumis seperti Pak Engkos itu kumisnya cukup bagus tetapi tidak perlu dikatakan kepalanya Pak Engkos berkumis, bermata, bergigi, bertelinga tidak perlu, kepala Pak Engkos titik. Saya analogkan lagi tentara, ABRI dulu sekarang TNI, bicara TNI tidak bisa lepas dari Angkatan Darat, Angkatan

(9)

Udara, Angkatan Laut dan Kepolisian barangkali kalau dimasukkan. Jadi ini soal judul bukan berarti menolak pembahasannya, konteksnya sebab itu pelengkap, haji kalau dikatakan haji dan umroh beda sama saja, sebab begini zakat itu kalau dikatakan tadi zakat tidak mampu menyelesaikan masalah menurut saya tidak benar mengapa karena tidak pernah digarap, yang digarap sekarang ini infaq dan shadaqah saya kuatirnya nanti orang wajib shalat tarawih, selama ini banyak shalat tarawih tidak pernah shalat 5 waktu kalau shalat isya hanya pada waktu shalat tarawih itu saja, dzuhur, ashar, maghrib tidak.

Oleh karena itu kadang-kadang agama ini sunahnya paling ditegakkan, dibesar-besarkan memang tidak ada hukumnya kalau melanggar sunah itukan tidak soal dikerjakan juga tetapi kalau wajib akhirnya sakral kalau dikatakan ini tidak mampu, tidak pernah digarap orang yang bermilyaran hartanya tidak pernah dikeluarkan zakat karena tidak ada ketentuannya. Kalau ketentuan agama saja wajib dia bilang dosanya di akhirat belakangan. Itulah dosa tidak ada urusan bagi orang-orang yang tidak beriman. Disini memang intinya kekuatan iman, kejujuran itu sendiri.

Oleh karena itu bukan soal judul mohon maaf bukan berarti kita setuju masalah infaq, shadaqah itu, dalam soal judul biasa judul tidak pernah panjang lebar Pak, antara kaki, telinga badan dijadikan satu namanya orang, Abdullah Paddare ya Abdullah Paddare punya mata, punya. telinga, namanya Mubarok ya begitu orangnya cukup baik, fleksibel kira-kira begitu tetapi bagi Pemerintah kalau kita baca jawaban Pemerintah halaman 3, Pemerintah itu sangat akomodatif pada prinsipnya hukum itu adalah wajib yang namanya hukum-hukum lain shadaqah, infaq itu sunah dan di sini karena F-ABRI ada usul ya namanya usul urun pendapat, Pemerintah cukup akomodatif (menampung) tetapi dia kunci maka pengelolaannya dapat pula oleh Badan Amil Zakat. .

Namun demikian sekiranya semua fraksi memandang potensi "infaq dan shadaqah". Semua fraksi memandang potensi itu itu jelas ini dalam soal judul kita tidak menolak potensi infaq, shadaqah, jadi kalau dikatakan Pemerintah menyetujui dalam rangka zakat itu tetapi dalam soal judul saya kira Pemerintah juga belum, saya berani mengatakan belum karena memang belum malah kalau saya katakan Pemerintah menyetujui zakat ya memang usul inisiatif Pemerintah begitu. Jadi kalau disini kita ya namanya ahli dakwah, ahli pidato, ahli strategi bisa saja, semuanya bisa. Oleh karena itu saya jujur saja untuk ini fraksi kami mengusulkan tetap Rancangan Undang-undang Pengelolaan Zakat sebagaimana diusulkan oleh Pemerintah bukan berarti nurut karena itu memang Pemerintah menggunakan pada hukum islam yang wajib. Wajib dijadikan judul wajar, sunah, mubah, makruh dijadikan tempelan disitu rasanya itu memang bagian dari proses dan itu harus dilakukan bersama-sama untuk kepentingan umat ini. Mudah-mudahan dengan zakat ini nanti dengan penekanannya akan tergarap dan saya punya keyakinan kalau zakat ya,ng wajib teergarap lebih hebat dari haji, uangnya bermilyar-milyaran. Ini saya yakin, terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(10)

KETUA RAPAT :

Selanjutnya Pemerintah saya persilakan

PEMERINTAH :

Terima kasih,

Bapak Ketua, para Pimpinan serta Anggota Dewan yang terhormat.

Sebelum kami menanggapi atau ikut berbicara pada kesempatan

1rn,

seandainya dibenarkan oleh ketentuan kami mendapat berita Bapak Menteri Agama supaya kami menghubungi dulu pada beliau, apakah bisa diizinkan, baik terima kasih mohon izin sebentar.

KETUA RAPAT :

Kita skors selama 5 menit

J(RAPAT DISKORS)l

KETUA RAPAT :

Skors saya cabut dan kita lanjutkan.

J(SKORSING DICABUT)l

Bapak dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, sekarang saya persilakan Pemerintah untuk memberikan tanggapannya, saya persilakan Pak.

PEMERINTAH:

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Pimpinan serta Anggota Dewan yang terhormat. .

Kami sangat menghargai atas masukan-masukan yang telah disampaikan oleh para fraksi yang saya kira sangat memperkaya kita semua dan tentu kalau kami berbicara rasanya sudah akan saja atau tidak akan mampu melawan pembicaraan argumentasi dari Bapak-bapak/Ibu yang terhormat. Namun demikian karena kamipun harus belajar ikut berbicara akan mencoba menyampaikan beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan bagi kita semua.

Kami sangat menghargai dari pandangan-pandangan fraksi yang pada prinsipnya disini ada dua pola pikir mengenai judul yaitu yang pertama ada yang tetap pada draf RUU yang telah disampaikan yaitu dengan judul "Pengelolaan Zakat" sedangkan yang lainnya menganggap perlu disempurnakan menjadi "RUU Pengelolaan Zakat, Infaq dan shadaqah". Menurut hemat kami dari segi substansi sebenarnya baik judul yang pertama dan judul yang kedua yang kedua yang lebih lengkap didalamnya sama-sama mengandung baik zakat maupun infaq dan shadaqah itu.

Berdasarkan kronologis barangkali tinjauan kebelakang semacam riwayat atau sejarah yang berkaitan dengan masalah RUU ini dimasa-masa yang lalu memang pernah diajukan juga kepada Dewan yang terhormat ini oleh Pemerintah dalam hat ini Departemen Agama, judul yang diajukan adalah RUU tentang Zakat dikala itu RUU Zakat dan yang sekarang RUU tentang Pengelolaan Zakat.

(11)

Dalam perkembangan di masyarakat memang setelah RUU itu diajukan pada tahun 1976 oleh Menteri Agama dan sebelumnya telah berkembang juga di daerah-daerah yaitu apa yang dikenal Badan Amil Zakat yang kemudian berkembang tidak hanya zakat kesan saya mungkin didalam pelaksanaanya di lapangan tidak selancar yang diharapkan apakah alasannya seperti kata Bapak Abduh tadi mungkin kurang dapat dukungan secara politik sehingga yang berkembang zakatnya malah kurang sehingga kemudian diperluas dengan masukan dalam bentuk infaq dan shadaqah sehingga pada akhirnya nama yang berkembang di masyarakat lembaga yang ada badan yang ada itu Badan Amil Zakat semacam yang telah ada di OKI di tahun 1968 itu misalnya berubah kemudian menjadi Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah. Hal ini kemudian dalam perkembangannya juga dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri juga mengambil nama yang sama yaitu tentang Badan Amil Zakat Infaq dan shadaqah.

Bapak dan Ibu yang saya hormati.

Kalau kemudian kita mencermati yang terakhir dari Pemerintah maka judul yang diajukan setelah itu melalui proses bahasan sebelumnya dengan pihak-pihak yang terkait dan pakar dan sebagainya maka yang diajukan memang dalam RUU ini bukan lagi RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah tetapi judul itu menjadi RUU tentang Pengelolaan Zakat yang didalamnya pada pasal-pasal tertentu juga memuat tentang infaq dan shadaqah.

Apakah hal ini ada kaitan konkordansi dengan judul dari undang-undang yang atas inisiatif Anggota Dewan yang terhormat telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan Undang-undang No. 17 Tahun 1999 misalnya yaitu Undang-undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Didalam Undang-undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji didalamnya sekaligus masalah umroh juga ikut diatur walaupun umroh yang dimaksud tidak hanya umroh yang langsung dilaksanakan pada musim haji tetapi juga umroh yang dilaksanakan diluar musim haji itu. Kalau konsistensi ini dipegang barangkali bisa juga menjadi alasan kenapa judul itu dicukupkan dengan RUU Zakat. Dari pihak lain barangkali apakah memang apa yang telah memasyarakat yang telah diterima oleh masyarakat dan barangkali telah dikenal kuping masyarakat dengan BAZIS atau ZIS itu, apakah bisa dirubah dengan nama lain yaitu zakat yang kemudian didalamya juga mengandung infaq dan shadaqah itu. Berdasarkan tanggapan atau masukan yang kami terima dari masyarakat waktu melontarkan UU atau RUU Zakat ini ternyata dari masukan-masukan sampai kepada kami tentang judul hampir-hampir tidak ada yang . mempermasalahkan. Jadi secara keseluruhan mereka tetap menerima nama RUU Zakat tersebut.

Sementara di negara tetangga sebagai perbandingan disana Malaysia misalnya itu lembaga yang mengurus zakat ini juga namanya cukup sampai di zakat saja dengan nama PPZ yaitu Pusat Pungutan Zakat inilah barangkali sebagai berbandingan dan yang tadi tentu kalau undang-undangnya berkaitan dengan Departemen Agama yang adalah tentang Peradilan Agama yang lain lagi tentang Undang-undang Perkawinan yang didalamnya tidak hanya perkawinan ternyata juga talak, rujuk ada didalamnya, ini barangkali sekedar perbandingan-perbandingan yang dapat kami sampaikan.

Dan yang terakhir kalau yang telah berkembang selama ini dan ada di masyarakat memang dengan nama Zakat, Infaq dan Shadaqah kemudian

(12)

terbentuk Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah yang secara peratruran perundangan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri kemudian diikuti Keputusan Menteri Agama, apakah tidak sebaiknya di era reformasi sekarang juga nama itu berubah dari BAZIS atau dari ZIS menjadi Zakat sehingga berbeda dengan nama yang berkembang di masa-masa yang lalu. Sehingga akhirnya barangkali tidak dapatkah kiranya nama itu tetap dengan RUU Pengelolaan Zakat tetapi di dalamnya mengandung bagian-bagian pasal yang berkaitan dengan infaq dan shadaqah. Kami tidak memberikan alasan-alasan dari segi lain ini hanya sekedar barangkali bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kita semua.

Demikian, terima kasih Bapak Ketua serta Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.

Wassalamu 'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

KETUA RAPAT :

Bapak-bapak dan Saudara-saudara sekalian,

Sama-sama kuat dengan argumentasi masing-masing mengenai judul, tetapi yang jelas substansinya tidak ada satupun yang menolak. Jadi soal infaq dan shadaqah semua Fraksi setuju masuk dalam substansi, yang berbeda adalah sudut pandangnya yaitu perlu dilengkapi dan yang lain cukup dengan pengelolaan zakat saja yang lain ditambah "infaq dan shadaqah". Sudah barang tentu Pimpinan tidak mungkin langsung ketok masih ada kesempatan untuk menyampaikan dan memang kalau kita melihat itu akan menimbulkan konsekwensi-konsekwensi dalam hal-hal berikutnya. Kalau seandainya judul itu tetap, maka konsiderans sampai dengan butir-butir didalam kemungkinan berubahnya tidak terlalu besar tetapi kalau ada perubahan judul maka konsiderans menimbang, penjelasan dan butir-butir yang ada didalam kemungkinan harus ada penyesuaian-penyesuaian. Terserah, tetapi saya melihat semua pihak bahwa "infaq dan shadaqah" seti.Jju untuk masuk kedalam batang tubuh.

Saya persilakan putaran yang ke-2 saya kira karena ini jadi fokusnya kalau ini selesai kemungkinan sudah 50% akan lancar, saya persilakan dari FABRI.

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Terima kasih,

Mengenai judul, jadi begini kalau kita melihat sesuatu untuk mengetahui dalamnya kita melihat luarnya dahulu biasanya. Kalau kita milihat luarnya hanya zakat tahu-tahu didalamnya ada infaq dan shadaqah juga akan timbul kaget sedikit. Apakah kita ingin kaget-kaget terus kan tidak, kita ingin hidupnya tenang kalau dari segi tulisan kita membaca judul, kita mempunyai gambaran apa isi tulisan itu, kalau memang ada zakat pasti ada bayangan dibenak kita isinya tentang zakat, kita tidak akan menyinggung hal-hal yang lain. .

Didalam' hal ini kalau kita seandainya memberikan judul zakat, infaq dan shadaqah, apakah rugi dibandingkan dengan zakat saja. Apakah tidak lebih menguntungkan dipandang dari sudut pembaca, sudut pengguna. Saya kira lebih menguntungkan kalau judul itu lengkap dari pada judul itu separuh-separuh. Selanjutnya yang kedua kalau kita melihat memang dari si muzakki, muzakki bisa membedakan mana zakat, mana infaq dan mana shadaqah sesuai dengan niatnya

(13)

masing-masing tetapi jika uang itu sudah masuk didalam badan yang mengelola, apakan akan dibedakan ini dari zakat, ini dari infaq, ini dari shadaqah. Saya kita tidak bisa dibedakan lagi dikelola yang baik untuk disalurkan kepada sasaran-sasarannya. Apakah sasarannya dibedakan, ini sasaran untuk infaq, ini sasaran utnuk shadaqah, ini sasaran untuk zakat, saya kira tidak bisa dibedakan lagi.

Dengan demikian apakah tidak ketiga-tiganya diolah menjadi satu, saya kira itu akan diolah menjadi satu pengolahan yang baik dan kita lihat di lapangan. Pemerintah juga menyadari memberikan contoh bahwa di DKI ini ternyata infaq dan shadaqah jauh lebih besar daripada zakat. Apakah yang besar akan dirugikan oleh yang kecil kalau pengikut haji lebih besaar daripada pengikut umroh, yang kecil ada didalam yang besar bukan yang besar ada didalam yang kecil.

Didalam hal ini infaq dan shadaqah jumlahnya akan lebih besar, contohnya DKI mungkin demikian seterusnya, apakah yang besar-besar ditaruh didalam yang kecil akan dikorbankan yang besar kedalam yang kecil saya kira tidak. Mengapa harus kita lupakan yang besar tetap besar yang kecil boleh didalam yang besar, sehingga didalam hal ini dengan melihat kenyataan-kenyataan ini ada lagi satu masalah Sanksi. Kalau memang nanti judulnya Zakat karena dialam Bab sanksi juga yang kena · sanksi yang zakat, apakah orang yang menggunakan uang infaq dan shadaqah tidak kena sanksi ataukah seandainya terjadi korupsi apakah bisa dibedakan ini korupsi zakat, korupsi infaq, ini korupsi shadaqah, saya kira tidak bisa dibedakan. Satu masalah seperti kata Ketua, masalah penyesuaian, penyesuaian itukan kalau judul itu mengikuti tinggal menambah kata-kata " Infaq dan shadaqah" mungkin ada beberapa substansi yang kita kaji tetapi tidak akan berat. Jangan takut dengan jumlah merubah hanya tinggal menambah kata-kata "Infaq dan shadaqah" itu. Jadi saya kira kurang sependapat kalau dikatakan pekerjaan menjadi bertambah berat, saya kira tidak. Dari alasan-alasan itu, kelihatan dalam putaran dua ini dari F-ABRI, rasanya masih tepat dan lebih senang, lebih nyaman rasanya kalau saya menggunakan judul "Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah", saya kira demikian terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, dari FABRI sudah cukup, saya persilakan dari FKP.

FKP(H.BASRIBERMANDA):

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sesungguhnya undang-undang ini untuk seluruh warga negara Republik Indonesia kalau sudah berlaku tetapi warga negara itu tidak mengerti apa isinya, undang-undang, perhubungan, dan segala macam dia tahunya perhubungan tapi apa isinya dia tidak tahu padahal undang-undang mengikat ketika ditetapkan. Nah kita sekarang telah lama mensosialisasikan "bazis" (badan amil zakat, infaq, dan shadaqah) dari tahun 1991 dan surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama ini. Bazis ini sudah mulai dipahami oleh masyarakat, dia sudah dikenal artinya undang-undang ini judulnya saja hendaknya lebih cepat dipahami ilmu zakat, itu dalam arti dengan judul ini undang-undang pun cepat terealisasikan. Di dalam batang tubuh undang-undang ini kita juga membahas tentang infaq dan shadaqah, di dalam batang tubuhnya juga ada sanksi-sanksi kepada pelaksanaan penyelenggaraan pemungutan infaq dan shadaqah mudah diselewengkan. Saya

(14)

melihat dengan kita cantumkan atau kita lengkapi judul undang-undang ini tentang pengelolaan zakat, infaq, shadaqah itu secara langsung kita dapat memberikan warning kepada masyarakat bahwa pengelolaan zakat, pengelolaan infaq, dan pengelolaan shadaqah itu merupakan satu kesatuan yang akan ada akibat-akibatnya kalau diselewengkan. Ini saya rasa merupakan satu semangat yang memang semangat reformasi itu. Bagaimana kita transparasi dan bagaimana kita lebih mengacu kepada pembersihan dari penyimpangan-penyimpangan. Kalau kita undang-undang zakat saja walaupun substansinya nanti juga mengelola infaq dan shadaqah ini memasyarakatkannya masyarakat tahu oh kalau begitu zakat saja yang kena segala sanksi dan segala macam, saya melihat kalaulah misalnya kita sepakati pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dengan sendirinya masyarakat mengerti bahwa pengelolaan infaq dan shadaqah ini merupakan satu kesatuan undang-undang yang diatur baik dan diberikan sanksi. Itu salah satu juga semangat untuk dapat cepatnya sosialisasi masalah undang-undang ini, yang kedua saya melihat bazis ini, dalam laporan bazis yang kita dengar kemarin ternyata infaq dan shadaqah ini sangat banyak lebih besar daripada zakat itu sendiri terlepas daripada intensif atau tidak intensifnya bazis ini atau lembaga bazis ini mengelola atau mengumpulkan muzakki. Kedua infaq dan shadaqah itu kapan saja bisa dilakukan dan kalau ini betul-betul dalam undang-undang ada pengaturannya sehingga ini dihimpun dalam suatu badan tadi tentu ma.najemennya juga diatur secara demikian baiknya sehingga demikian nanti kemaslahatan umat sangat-sangat didengar.

Memang judul itu sangat berpengaruh kepada masyarakat itu sendiri kami melihat dengan pencantuman penambahan dua kata tadi ini akan lebih banyak manfaatnya kepada mereka-mereka atau masyarakat tentang yang selama ini berkecimpung dalam masalah pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah itu. Oleh sebab itu Bapak Pimpinan masih melihat sangat banyak manfaatnya kita tambahkan dua kata ini dalam undang-undang ini karena juga dapat dengan cepat dipahami oleh mereka yang selama ini mengenal bazis. ·

Terima kasih, Assalamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, berikutnya FPDI.

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) :

Terima kasih saudara ketua, mencermati dan mendengarkan dengan cukup seksama penjelasan dari FABRI dan FKP memang sangat menarik tapi sebelum itu kami juga mencermati penjelasan dari Pemerintah yang kelihatannya dengan beberapa alasan pernah saya bandingkan dengan negara lain kok tetap bertahan pada istilah RUU Zakat.

FABRI tadi memulai pertahanannya dengan menggunakan dua isi dan sanksi, melihat buah, buahnya dulu yang dilihat di luar kok di dalamnya ada ini, saya kira itu wajar-wajar saja Pak, di departemen agama juga di luarnya agama dan di dalamnya banyak memang. Kemudian masalah isi juga demikian sanksi juga nanti bisa diukur dengan di Bab IX tadi Pak. Tapi yang paling penting tentang ukuran besar kecilnya infaq dan shadaqah dibanding dengan zakat, saya kira itu belum merupakan ukuran pasti Pak selama zakat akan dikelola secara profesional dan yang pasti benar, yang pasti tidak bisa berubah bahwa zakat adalah wajib, infaq dan shadaqah adalah

(15)

sunah itu yang pasti benar. Tapi bagi POI sendiri berkali-kali mohon maaf Pak kalau POI memang tidak bisa mengeluarkan ayat-ayat Pak, ayat suci tidak bisa PDI memang ada paling benar ayat kursi, itupun berbeda Pak Ayat kursinya POI itu DPR-MPR, DPR-MPR itu jadinya Pak. Jadi kalau urituk soal itu kami mohon maaf Pak, untuk itulah dengan beberapa pertimbangan saya juga tidak sependapat kalau perubahan di dalam pasal-pasal nanti hanya berkisar konsiderans menimbang ada lain lagi yang perlu diselaraskan. Memang benar apakah ini tidak akan menambah waktu yang kita targetkan namun demikian bagi POI akan tetap setia kepada janji manakala sudah menjadi kesepakatan bersama POI tidak akan lari daripada janji itu yang pasti POI menyadari kemampuan kami yang pas-pasan termasuk daripada ayat yang tadi.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, berikutnya FPP saya persilakan Pak Lukman. FPP (DRS.H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Jadi kami ingin mengawali, menanggapi paling tidak dua fraksi nampaknya masih belum satu pandangan dalam melih~t judul RUU kita ini FABRI dan FKP. Dari FABRI memang ya apa yang disampaikan tadi di awal kalau dipikir-pikir memang bisa dipertanyakan juga apakah sesuatu yang menarik itu kalau kita sudah bisa melihat luarnya begitu jadi terkadang justru yang dari luar tidak terlalu jelas justru itu yang malah mengundang perhatian. Jadi intinya dari aspek judul ini memang judul ini bisa membawa implikasi yang luas menurut kami tapi sekarang kita coba bandingkan dengan undang-undang yang sudah dilahirkan, yang sudah disetujui oleh seluruh anggota dewan dalam periode ini misalkan Undang-undang Fi_dusia itu, tanpa mengurangi penghormatan saya kepada seluruh kita yang hadir dalam ruangan ini, saya yakin tidak seluruh kita mengetahui apa itu fidusia tapi nama undang-undang itu adalah undang-undang fidusia. Jadi artinya tidak selalu apa yang disampaikan oleh FABRI judul itu harus kemudian lengkap bisa tidak. Nah banyak hal contohnya Undang-undang Perkawinan itu tidak harus Undang-undang - Perkawinan, perceraian, talak dan sebagainya meskipun di dalamnya di atur, Undang-undang Haji dan sebagainya. Nah kenapa kami merasa cukup judul ini ada undang-undang tentang pengelolaan zakat, karena kami melihat bahwa antara zakat, infaq, dan shadaqah itu kedudukannya tidaklah sama, kalau itu masuk dalam judul itu mengesankan membawa konotasi bahwa antara zakat, infaq, dan shadaqah itu sama padahal pemahaman kami menyatakan bahwa kedudukan itu tidak sama. Kita kembali ke kisah rasul misalkan baitul mal ketika itu bahkan rasul melarang keluarganya untuk menerima dari apa yang dikumpulkan oleh baitul mal itu dari hasil zakat itu, itu dilarang tapi infaq memberikc:iri nafkah kepada keluarga itu bahkan wajib, menjadi sesuatu yang wajib. Jadi ini sekedar contoh saja bahwa antara zakat dan infaq ini tidak selalu sama kedudukannya. Nah demikian pula dalam sasaran pentasarufannya.

Jadi kalau tadi ada fraksi yang mengatakan bahwa toh pada akhirnya ketika dikumpulkan itu sudah kedudukannya sama dan cara pentasarufannya pemanfaatannya, pendayagunaannya pun sama menurut kami tidak demikian

(16)

begitu. Dalam zakat itu ada ketentuan-ketentuan tersendiri apa yang dikenal dengan asnafsamaniah itu, meskipun itu terbuka peluang untuk dilakukan reinterpretasi terhadap kelompok-kelompok yang jelata tetapi di pihak yang dilakukan terhadap itu tentunya ada batasan-batasan sejauh bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah begitu, artinya ada kekhususan di dalam pentasarufan. Hal ini sangat berbeda dengan infaq dan shadaqah. Dua hal yang terakhir ini infaq dan shadaqah itu tidak ada batasan secara khusus yang ditetapkan oleh syari'at kita, artinya bisa diberikan kepada siapa saja. Jadi kedudukan inilah yang tidak sama ini sehingga dalam judul kami tetap mencukupkan pada pengelolaan zakat.

Alasan yang kedua bagi kami karena dengan itu maksud infaq dan shadaqah masuk ke dalam judul itu membawa implikasi dalam isi batang tubuh yang harus diatur. Jadi kalau judul itu juga mengatur, kalau undang-undang ini juga mengatur pengelolaan infaq dan shadaqah artinya harus ada sekian bab atau sekian pasal yang mengatur bagaimana pengelolaan infaq dan shadaqah itu harus ada konsekwensinya seperti itu. Nah kesulitannya kemudian adalah infaq dan shadaqah ini ibadah atau ibadah yang sifatnya sunnah yang kalau itu diatur terlalu rinci menjadi seakan-akan kita menantikan ibadah-ibadah sunnah yang lain karena dalam konteks keagamaan kita yang bersifat sunnah itu tidak hanya semata infaq dan shadaqah tapi ada yang hadiah, ada hibah dan lain sebagainya itu, apakah itu juga kemudian harus diatur juga. Nah atas dasar inilah kami tetap berpandangan bahwa · dalam konteks judul kita cukupkan pada pengelolaan zakat, meskipun toh infaq dan shadaqah itu sesuatu yang berdekatan sekali dengan zakat dan itu dalam pasal-pasal tertentu diatur esensi atau substansi didalamnya. Jadi demikian pandangan FPP.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan sekali lagi pemerintah. PEMERINTAH:

Terima kasih Bapak Pimpinan serta Anggota Dewan yang saya hormati. Beberapa hal pengalaman dapat saya laporkan demikian memang di dalam pelaksanaan pemungutan zakat kasus OKI Jakarta, kebetulan saya dulu adalah juga di lapangan bagaimana di tahun 1967-1968 sebagai anggota masyarakat anggota LKMD di masyarakat bawah ini. Jadi itu dirasakan kesulitan di dalam menerjemahkan apa itu zakat ke tengah-tengah masyarakat. Misalnya kita mencoba mengatakan bahwa zakat itu pembersih, ibarat mobil kalau sudah dibersihkan itu atau diapakan itu jalannya bisa kencang. Bisa juga digambarkan sebagai kita mempunyai kain sekian meter tidak bisa kain yang dua meter itu langsung dibegitukan saja pada tubuh kita tanpa digunting-gunting kemudian dijahit, guntingan-guntingan itulah dikumpulkan kemudian bermanfaat untuk orang lain dan kurang bermanfaat untuk si pemilik. Nah walaupun sudah begitu dalam praktek di lapangan mengertilah ketengah-tengah umat tetap tidak mudah pada umumnya, nah sehingga waktu kemudian zakat diperluas menjadi infaq dan shadaqah, ini kembalikan oleh salah satu fraksi dikemukakan harusnya tersedia sumber daya manusia tertentu yang makin. Dalam praktek di lapangan maka untuk supaya mudahnya disatu pihak si muzakki sendiri walaupun sudah dikasih formulir pada waktu itu yang disebut follem formulir MZS (menghitung zakat sendiri) itu dia pun

(17)

masih bingung juga sebab kita juga ada kecenderungan kurang terbuka terhadap apa yang dimiliki, jangan-jangan nanti jadi apa begitulah kira-kira sehingga tidak masuk kolom MZS, dia hanya mengatakan pendeknya saya mau kasih sekian maka oleh petugas dimasukkanlah itu sebagai infaq atau mungkin shadaqah itu. Oleh karena itu tidak heran dan memang karena dimasa lalu dan mungkin sampai sekarang karena instruktif dari pemerintah terhadap bawahan itu memang ada kesan pengerahan, lurah takut kalau tidak mencapai target bahkan ya sudahlah siapapun pendeknya asal target bisa dicapai mohon maaf barangkali jangan-jangan juga sumbernya tidak begitu jelas pendeknya sebab itu ditarget dan menjadi ada hadiah penhgargaan-penghargaan tertentu maka kemudian yang muncul memang lebih besar infaq dan shadaqah memang badannya bazis tetapi sepertinya uang itu tertentu, ini zakat, ini infaq shadaqah itu ada kolom-kolom sendiri.

Oleh karena itu memang dalam praktek di Indoenesia itu khususnya kasus DKI Jakarta itu infaq dan shadaqah lebih besar dari zakat itu sendiri. Di lapangan saya buka seperti apa adanya seperti itu. Kemudian kalau kasus itu dikaitkan dengan di negara lain yang telah ada aturan yang mengenai zakat. Kasus Malaysia dengan Undang-undang Zakat ternyata itu hampir untuk kasus 1997, 99,7 % itu adalah diperoleh dari zakat hanya 0,3 % diperoleh dari lain-lain zakat. Ini saya kira saya hanya menyampaikan kepada kita semua supaya tidak soal ini kembali seperti PDI barangkali yang maslahat yang mana itu yang barangkali. Kemudian dikaitkan dengan di negara lain juga sekedar perbani:fingan untuk kasus di Sudan dan Kuwait namanya itu adalah "bait zakat" atau "house of zakat" misalnya nama itu begitu. Ini sekedar untuk nama yang barangkali bisa dikiaskan, dianalogkan untuk penamaan judul itu tadi. Ini barangkali bapak pimpinan sekedar bahan-bahan perbandingan begitu untuk tadi, dua kasus kenapa lebih besar kepada infaq dan shadaqah dalam praktek di lapangan di kita. Ini mengkait seperti dari salah satu fraksi mengatakan kemarin memang kemampuan sumber daya manusia kemudian juga dari kemungkinan juga yang lain adalah adanya paradigma lama yang bawahannya ini lurah dan sebagainya, camat, walikota. Kalau kasus Jakarta ada pengerahan tadi yang mungkin dalam paradigma sekarang tidak lagi begitu pengerahan-pengerahan barangkali tidak lagi.

Untuk itu barangkali kalau boleh kami mengusulkan apakah ini bisa ditempuh dengan cara berdekat-dekat dulu barangkali lobi dan sebagainya diantara kita, sebab menurut kami perbedaan yang substansial ini hanya barangkali tentang nama ini barangkali untuk judul di depan. Demikian sekedar tambahan barangkali untuk bahan pertimbangan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Putaran kedua sudah selesai dan semuanya sama-sama kuat saya hanya berpikir semua sama-sama kuat dan semuamempunyai itikad baik untuk mensukseskan itu tapi tidak introver itu Pak. Jadi begini memang di dalam pembahasan RUU hampir semua RUU pasti ada

take and give

nantinya artinya tidak ada yang mutlak sendiri bahwa salah satu fraksi atau dua fraksi, tiga fraksi DIM nya itu mutlak akan masuk semua lau dan sebagainya dan sebagainya tetapi kita sudah

nawaitu

waktu ini bisa kita capai bahkan waktu saya mengatakan kalau itu sudah

(18)

diintrupsi semua sama semua fraksi. Jadi kalau-kalau itu semua ya, itu semua fraksi ya sama dengan mahasiswa, waktu saya diundang diskusi beberapa yang lalu, artinya waktu itu harus kita ini pendaftaran dan judul belum selesai dan ini ada beberapa cara. Kalau di Pansus Komisi Pleno kemarin itu kalau ini macet kan langsung ke panja tapi kalau inikan tidak bisa ke timus, karena timus tidak boleh merumuskan hal-hal yang mendasar tapi mekanisme harus ada dua cara, pertama pending kita masuk ke ·lain-lain DIM berikutnya atau kita lobi untuk menuntaskan judul ini dan kalau ini bisa tuntas judulnya Insya allah semuanya menggelinding ini. Tadi Pak Dirjen mengusulkan ada dekat-dekat dululah gimana caranya untuk bisa mencari solusi yang terbaik itu dan jelas bahwa ini tidak ada yang kalah dan menang semuanya menang, karena kalau nanti tanggal 14 itu bisa kita setujui Tingkat IV berarti kita semua menang gitu tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang. Karena itu saya tawarkan alternatif pertama kita terus ini ditunda dulu, baru mau menawarkan terus kok sudah jangan. Yang kedua kita merima usul pemerintah dekat-dekat dulu ya masing-masing fraksi dua, begitulah ya untuk ngomong nanti dari lobi itu dengan mandat penuh biasanya begitu lalu dilaporkan ke pleno panja dalam arti ke pleno panja sebab nanti ya POI cukup satu saja ya Pak, jadi 2-2-2 nanti kita skors mungkin baru kita mulai pukul 13.00 WIB.

FPP (DR.H. MUCHTARAZIZ, MA)_:

Saya kira Pak Ketua lima menit saja selesai ini.

KETUA RAPAT:

Kita belum tahu Pak, kalau seandainya 5 menit, 10 menit selesai ya kita buka lagi alhamdulillah.

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) :

Saya kok optimis 5 menit selesai karena ada yang bisik-bisik sudahlah-sudahlah.

KETUA RAPAT:

Jadi begini kalau begitu kita skors barang 10 menit tetapi mohon untuk tidak

kemana~mana tapi disini dahulu nanti kita selesaikan. Jadi FKP 2, FABRI 2, FPDI 1, FPP 2 lalu dari pemerintah mungkin Pak Dirjen dengan bagian hukum atau apa begitu, nanti omong-omong kalau dimungkinkan.

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Jadi ini usulan saja untuk memperlancar proses pembahasan kita, kalau memang ini belum disepakati kami pikir ini bisa ditangguhkan sementara, kita bisa maju kepada DIM-DIM berikutnya sehingga lobi itu tidak harus membahas satu topik saja tapi mungkin nanti berapa topik sekaligus dilobi dalam waktu yang relatif, karena kami khawatir kalau setiap DIM tidak ada kesepakatan lalu perlu lobi itu nanti akan menjadi preseden.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, FKP usulnya.

(19)

FKP(H.BASRIBERMANDA):

Kami pikir bagus itu Pak Lukman jangan setiap DIM kita lobi tapi yang ini sangat penting karena ini istilah Pak Abduh ini kepalanya, kalau kepalanya sudah licin ya bawahnya, saya kira yang satu ini kami setuju dengan usul pemerintah lobi.

KETUA RAPAT:

Dari FPDI !

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) :

Pengalaman membuat RUU Kehutanan Pak, ini juga judul setelah alternatif pertama tadi diteruskan dengan mempendingkan ini, jadinya ruwet sekali Pak sampai Rakernya delapan hari berturut-turut siang malam kasihan Menteri Kehutanan Pak. Untuk itulah FPDI berkeyakinan dengan lobi cukup baik.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Dari FABRI !

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Saya kira lobi saja Pak, seperti kata bapak tadi kalau judul ini sudah disepakati Insya allah akan menggelinding.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Saya mohon bantuan FPP bisa kita terima ya lobi, tapi untuk yang ini tidak semuanya nanti dilobikan begitu ya, khusus untuk kepala ini saja, kita halal kan begitu.

Baiklah kita skors 10 menit.

ICRAPAT DISKORS)I KETUARAPAT

Yang saya hormati, Waktu sepuluh menit untuk lobi sudah kita gunakan sekarang masih ada lima menit lagi supaya dengan acara ini.

ICSKORSING DICABUT)I

Bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati.

Untuk itu supaya dengan kesepakatan lobi, hasil lobi ini akan dilaporkan sekarang di forum pleno panja ini. Sebagai juru bicara lobi ditunjuk Bapak Mayjen Abdullah Hadi. Untuk itu saya persilahkan Pak.

FABRI (ABDULLAH HADI):

Terima kasih Pak.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kami laporkan bahwa beberapa menit yang lalu kami yang mendapat tugas untuk lobi telah melaksanakan tugas dengan masing-masing dengan keikhlasan

(20)

dengan hati yang tulus dengan mengutarakan menyampaikan beberapa pendapat. Dari kesimpulan lobi itu terdapat suatu kesepakatan bahwa judul RUU ini kita kembali kepada semula yaitu Undang-Undang Tentang Pengelolaan Zakat. Bukan berarti dari FABRI mengalah, tidak. Bukan berarti FKP kalah bukan mengalah, tidak. Bukan berarti dari FPP menang, tidak. Dari FPDI menang tidak, dari pemerintah menang, tidak sama sekali tidak. Tidak ada pemikiran ke sana. Tapi yang ada adalah ini untuk kepentingan bangsa dan negara. Jadi kita sudah ikhlas sudah

nawaitu

dari pertama bahwa ini untuk kepentingan bangsa da negara. Ada saling mengasih dan saling memberi. Untuk itulah kami laporkan sekali lagi UU nya kembali kepada yang semula UU tentang Pengelolaan Zakat. Dengan catatan karena infaq dan shadaqah juga harus diatur didalamnya, sehingga nanti langkah demi langkah apabila ada hal-hal yang menyangkut dengan infaq dan shadaqah akan kita sesuaikan.

Demikian Pak laporan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kaih kepada Pak Abdullah Hadi yang telah melaporkan itu adan ini sudah menjadi kesepakatan dan dengan ini bisa kita setujui bersama ya Pak? Kita dok ya? terima kasih.

ICRAPAT : SETUJU)I

Bapak dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.

Saya selaku ketua yang juga datang ke lobi. Terharu ya atas niat yang ikhlas dari semua pihak bahwa RUU inni harus jadi. Itu anunya disana. sampai Pak Abduh mau mengeluarka air mata karena bahaginya begitulah. Sudah keluar? Oh endak bisa keluar. Karena terharunya.

Bapak dan saudara sekalian.

Ada tadi dengan catatan-catatan bahwa mengenai infaq dan shadaqah nanti akan ada perhatian pada butir-butir berikutnya. Dan untuk itu kami dari pimpinan menginginkan begini, karena tadi ada permintaan bahwa infaq dan shadaqah ini sangat penting juga walaupun tidak masuk judul RUU. Tapi sebaiknya masuk pada bab-bab nanti ada bab, maka itu supaya , paling tidak pemerintah menyiapkan mulai sekarang. Kemungkinan untuk mengakomodir apa yang hasil lobi tadi saya kira itu tadi yang juga disepakati kita bersama. Oleh karena itu Bapak dan Ibu sekalian sesuai dengan tatib kita jam 11.30 ini waktunya skors untuk sholat jumuat dan makan siang san kita mulai lagi jam 13.30 setengah dua. Pas gitu ya. Jadi jangan ada lebih lagi supaya nanti kita jam 4 kita mengakhiri acara ini. Dan terima kasih atas perhatiannya skorsing saya lakukan.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum wr. wb. KETUA RAPAT:

Bapak dan Saudara-Saudara sekalian,

Saya kira skorsing saya cabut, dan kami buka kembali dan tetap dinyatakan tertutup.

(21)

Bapak dan saudara sekalian yang saya hormati.

Alhamdulillah dari hasil lobi tadi telah kita peroleh jawaban yang ada. Mari kita pada tim dua, saya kira kita lanjut, DIM 3 kita lanjut, kemudian DIM 4. DIM 4 kita eh .. ada usulan salah satu fraksi, untuk POI saya kira. POI sudah menyerahkan sepenuhnya kepada kita. FPP saya persilahkan untuk menjelaskan dan sekaligus alternatif-alternatif apa yang bisa ditempuh. Saya persilahkan dari FPP. sekarang DIM 4, DIM 4 kalau 2,3 kan sudah disetujui. DIM 4 halaman 2.

FPP (Hj. MUNIROH MUNIR):

Terima kasih,

DIM 4 dari RUU pengelolaan zakat FPP mengusulkan stelah perubahan berbunyi "bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi warga negara indonesia yang beragama islam yang diwajibkan oleh hukum agama untuk mencapai keridhaan Allah" Disni FPP menganggap bahwa memang paling esensi muslim mengeluarkan zakat itu adalah merupakan mencari keridhaan Allah. Jadi FPP mengngangap mencari keridhaan Allah ini perlu ditekankan untuk yang pertama. Kemudian tujuan-tujuan zakat itu nanti akan menyusul berikutnya, demikian dan terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

Langsung saya persilahkan FABRI. Jadi kalau seandainya substansi belum disetujui bisa kita tapi kalau substansi disetujui nanti berarti masuk ke tim perumus gitu. Supaya tidak kita rumuskan disini. saya persilahkan FABRI.

FABRI (TJAHJONO HS, SE):

Terima kasih Pak,

Assalamualaikum wr. wb.

Setelah mendengar penjelasan dari FPP, pada dasarnya kami dapat memahami. hanya kemarin juga kami menyarankan bahwa di depan, di ketentuan umum itu, agama itu agama Islam, apabila itu sudah dijelaskan dengan diwajibkan oleh agama Islam, itu mungkin sudah secara tersirat itu juga hukum-hukum agama itu menyatakan juga itu adalah atau arahnya adalah keridhaan Allah tadi. Jadi menurut saya ini apakah masih perlu. Keridhaan Allah itu kalau itu sudah sesuai dengan hukum-hukum agama islam.

Demikian Pak terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, selanjutnya FKP.

FKP (PROF.DR. H. UMAR SYIHAB):

Terima kasih Pak,

Saya lihat disini yang dipergunakan FPP ini · dobel ya. Coba itu lihat bahwa zakat merupakan kewajiban warga negara indonesia yang beragama Islam. itu kan. Kemudian lagi yang diwajibkan, berulang kata yang diwajibkan, itu satu. Yang diwajibkan oleh hukum agama. Itu kan sudah ada kewajiban warga negara Indonesia yang beragama Islam. Kenapa ditekankan warga negara indonesia di sini.

(22)

Karena ini UU untuk warga negara Indonesia. Jadi sebenarnya apa namanya over lape ya tumpang tindih. Jadi sebenarnya substansinya sama saja dengan yang dari usul itu. Kemudian yang menjadi masalah mencapai keridhaan Allah, untuk mencapai keridhaan Allah. Saya kira nanti kalau semua untuk mencapai keridhaan Allah, semua kata-kata keridhaan Allah ini. Saya kira semua orang mengeluarkan zakat untuk itulah kita khusnudzan. Jadi saya anggap bahwa usul pemerintah ini yang lebih baik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

Selanjutnya, pemerintah saya persilahkan.

PEMERINTAH:

Terima kasih Bapak pmipinan dan anggota Dewan yang terhormat.

Kami sangat menghargai adanya masukan-masukan dari berbagai fraksi. Namun demikian untuk selanjutnya kami masih tetap pada rumusan yang telah kami ke depankan artinya yang ada pada naskah RUU ini.

Demikian terimakasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

FPP sudah mendengar barang kali semua dari FKP, dari FABRI dan dari Pemerintah. Saya kira kalau FPP nanti masih bertahan atau masih berpendapat tetap, berarti harus ada putaran lagi, tapi kalau endak ada nanti mungkin ada solusi lain apa timus atau yang lain.

Saya persilahkan FPP dulu.

FPP(Hj. MUNIROH MUNIR,BA)

Terima kasih,

Memang saya menerima koreksi dari FKP. Terlihat, terkesan dalam perubahan m1 setelah memang ada over laping, sehingga FPP bersedia bahwa sekarang berbunyi " Bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi warga negara indinesia yang beragama Islam untuk mencapai keridhaan Allah". Ini sesuai dengan koreksi dari FKP. namun dalam hal ini FPP masih tetap memandang kalimat keridhaan Allah tetap dicantumkan. Karena nanti pada akhirnya berikutnya juga ada untuk mencapai kesejahteraan. Padahal bagi umat islam yang paling esensi dalam mengeluarkan zakat itu adalah mencapai keridhaan Allah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, saya persilahkan FPP nambah.

FPP (DRS. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN)

Terimakasih pimpinan.

Memang pada DIM 4 ini erat sekali kaitannya dengan DIM 5. Karena didalam konsideran menimbang ini sesungguhnya ingin menekankan apa sesungguhnya

(23)

pengertian zakat itu. FPP melihat antara DIM 4 dan DIM 5 ini butir b dan butir c ada dua konstatasi yang menjelaskan apa sesungguhnya pengertian zakat itu. Oleh karenanya kami memilah yang pertama itu lebih menekankan kepada aspek religiusnya gitu. Sedangkan yang kedua lebih menekankan kepada aspek sosial kemasyarakatannya. Namun demikian mungkin melalui pembahasan ini kita bisa mencari kesepakatan kata-kata kunci saja dari pengertian zakat ini. Jadi disini ada kewajiban warga negara, lalu ada kesejahteraan masyarakat, ada kurang mampu begitu. Lalu juga ada kewajiban bagi warga negara itu sendiri. Jadi munghkin kata-kata kunci itu yang bisa kita sepakati. Dan karena ini kaitannya dengan DIM

s

mungkin usulan kami ini bisa ditimuskan. Jadi sejauh beberapa kata kunci tyang menjadi rumusan zakat ini bisa kita sepakati. Jadi sekali lagi bahwa intinya adalah keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat, lalu kewajiban warga negara yang beragama islam. Itu menjadi kata kuncinya, demikian pimpinan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

FPP mengusulkan timus. Saya persilahkan FABRI.

FABRI (RUKMINI,S.IP):

Terima kasih pimpinan.

Pada dasarnya FABRI menyetujui ditiinuskan, namun demikian kami tetap menyoroti bahwa sesuai dengan rumusan dari FPP ini kata "kewajiban" ini dobel. Kemudian yang mampu disini tidak ada. Kemudian konsideran menimbang ini adalah sebagai dasar dari pasal-pasal berikutnya dalam batang tubuh. Oleh karena itu bahasanya harus senafas atau sejalan. Jadi kami setuju seperti naskah RUU semula. Jadi "kesejahteraan masyarakat" tetap dicantumkan.

Terima kasih. Timus setuju.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, FKP saya persilahkan.

FKP (DRS. H. BASRI BERMANDA):

Terima kasih Pak ketua,

Saya pikir memang argumentasi dari pada FKP tadi cukup mendasar karena ada beberapa pengulangan dan beberapa tujuan ini. Oleh sebab itu akami masih melihat bahwa rancangan UU yang diajukan pemerintah ini dalam DIM 4 ini cukup baik untuk dikukuhkan. Namun demikian nanti bisa kita rundingkan nanti di timus.

KETUA RAPAT:

Terimakasih, Pemerintah saya persilahkan.

PEMERINTAH:

Setuju ditimuskan.

(24)

KETUA RAPAT: Terimakasih.

Bapak dan Saudara-Saudara sekalian. . Jadi ini ada sesuatu goodwill dari FPP untuik melanjutkan pembahasannya di timus dengan acuan dasar dari pemerintah yang RUU dari pemerintah. Saya ingin usulkan bahwa b dan c DIM 4 dan 5 itu sekaligus ditimuskan. Ada rangkaiannya, bisa disetujui. Jadi DIM 4 dan 5 ditimuskan dengan acuan dari RUU pemerintah.

ICRAPAT : SETUJUll Terimakasih.

Bapak dan saudara sekalian.

Sekarang pada DIM 6, saya persilahkan FKP terlebih dahulu. FKP (DRS. H. BASRI BERMANDA):

Terimakasih,

FKP melihat kami hanya barang kali ini terkait dengan judul ya. dan judul itu telah kita sepakati. jadi DIM 6 ini setelah kata zakat ditambah infaq dan shadaqah. Karena kita tadi demi bangsa, demi ummat kita menyetujui judul yang diajukan pemerintah. saya pikir yang berkaitan dengan ini tentu engan sendirinya kita kembalikan kepada judul. ·

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

FPDI, FKP sudah. FPDI, FPP !

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN)

Pada DIM 6 ini butir b kami melihat ini sesungguhnya konsideran atau dasar yang menjadi dasar pertimbangan dari sisi sosiologis gitu. Jadi sebagaimana kita pahami biasanya menjadi kelaziman konsiderans itu mengandung tiga alasan selain filosofis dan yuridis tapi juga harus ada yang bersifat sosiologis. Jadi kalau yang tadi butir b dan c itu lebih kepada aspek filosifinya maka b ini pada aspek sosiologis. Nah disini titik tekannya adalah penyempurnaan sistim pengelolaan zakat. Jadi kenapa kita perlu melakukan penyempurnaan terhadap sistim pengelolaan zakat. Oleh karenanya kami memandang yang menjadi dasar tidak hanya semata pada peningkatan hasil guna dan daya guna. tapi juga aspek pertanggungjawaban.

Sama-sama kita ketahui zakat ini adalah pengakumulasian dana yang harus ditasarufkan kepada yang berhak. Oleh kerananya harus dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga kami mengusulkan tambahan kalimat itu dengan "dan dapat dipertanggung jawabkan secara propesional" ..

Demikian pimpinan. KETUA RAPAT: Terima kasih,

Saya tidak tahu apa kemarin itu sudah tidak langsung ke timus, karena ingat saya pemerintah sudah menerima waktu itu bahwa ini memang ada akuntabilitasnya

(25)

katanya Pak Menteri begitu. Jadi apakah ini masih diputar atau memang langsung ke timus ini, saya persilahkan dari FABRI.

FABRI (MARGOYUNO):

Terima kasih. Pak.

Pertama menanggapi usulan FPDI saya kira ini perlu dipertimbangkan Pak mengenai kata-kata penggantian. Endak, endak Pak PDI dulu karena ada dua PDI dan FPP Pak. Itu mungkin benar juga Pak, setelah agar "pelaksanaan" itu mungkin diganti "pemanfaatan" betul kan. Pemanfaatan zakat berhasil guna dan berdaya guna. Perlu dipertimbangkan saya kira Pak. Kalau masalah optimal saya kira dengan berhasil guna dan berdaya guna sudah. sekarang sudah optimal itu Pak.

Kemudian Masalah FPP saya kira kebiasaan penulisan "berhasil guna dan berdaya guna", jadi kalau dipisahkan berhasil dan berdaya guna ini Pak masalah bahasa saja saya kira Pak. saya kira perlu dari timus nanti.

Kemudian , berikutnya memang kata-kata "dapat dipertanggung jawabkan secara propesional", saya kira ini dapat dipertimbangkan di timus. Karena memang didalam pendapat yang ada diluar ini mengatakan bahwa pengelolaan zakat sekarang ini belum propesional gitu Pak.

Terirna kasih jadi sarannya bisa dirnasukkan ke tirnus Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pemerintah !

PEMERINTAH:

Terima kasih,

Kami dapat menerirna saran-saran ini dan barang kali nanti ditampung di timus. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baiklah, jadi DIM 6 itu masuk tirnus dengan memperhatikan kata-kata "pemanfaatan". Oh FKP belum ya rna'af. FKP !

FKP (DRS. YUSUPADI):

Baik Pak. Terima kasih Pak Ketua ..

Di DIM 6 ini khusus kami tanggapi dari FPP. Yaitu bahwa ada kata-kata yang sudah menjadi satu rangkaian yaitu lebih berhasil guna berdaya guna. Barang kali itu perlu penyempurnaan. Sedangkan yang dimaksudkan secara propesional itu sebenarnya juga tentu tidak bisa lepas dari pada dapat dipertanggung jaqwabkan. Oleh karena itu mengingat ini barang kali perlu ada sesuatu penyesuaian, maka FKP setuju ini dimasukkan kedalarn tirnus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terirna kasih.

Jadi butir 6 rnasuk tirnus dengan rnernperhatikan sebagai rnana FABRI tadi. Kata "pemanfaatan", lalu "bertanggung jawab secara propesional" nanti di tirnus saja. dan saya mohon harl Senin itu ahli bahasa sudah bisa mengikuti. Jadi nanti

Referensi

Dokumen terkait

Kasdan birkaç soru daha sordu, ama çocukça cevaplardan başka bir şey

Definisi 10: Diberikan ring R dan T himpunan bagian dari elemen-elemen regular di R yang tertutup terhadap perkalian, RT -1 disebut ring kuosien kanan dari R jika :.. Setiap

Pengolahan data trend kenaikan muka laut diawali dengan mengekstrak data berformat netcdf (*.nc) dengan menggunakan ODV (Ocean Data View) menjadi data berformat

Oh silakan boleh, saya izinkan Pak. Sebagai bukti Pak penyampaian proposal. Cukup? Baik terima kasih. Kalau proposal perpustakaan boleh diantar ke depan tapi

KETUA RAPAT (Ir. Terima kasih Pak Andi Iwan Aras. Sekarang saya Pak ya, karena sebenarnya saya sudah menyerahkan baik itu Bina Marga maupun Sumber Daya Air, sudah saya

Berdasarkan uraian mengenai kritikan yang muncul dari masyarakat serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Simbolon yang terkesan kontradiksi diatas serta ketertarikan

Dari mana aku akan mendapat uang untuk beli tiket pesawat ke Jakarta yang harganya tidak murah.. Jika naik bis, harus berangkat sore ini dan belum tentu sampai

“Nenek Lampir, seharusnya kamu bersyukur duduk di samping aku, lihat tadi banyak yang minta duduk sama aku, jadi kamu berterima kasih sama aku karena aku sudah mau duduk sama