• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Lama Rawat Inap Pasien Dengan Dan Tanpa Komorbid Infeksi Saluran Kemih: Studi Pada Pasien Rawat Inap Di Rsup Dr. Kariadi Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Lama Rawat Inap Pasien Dengan Dan Tanpa Komorbid Infeksi Saluran Kemih: Studi Pada Pasien Rawat Inap Di Rsup Dr. Kariadi Semarang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN

TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH

(Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

GLORIA SHEILA RATNA UTARI G2A009171

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN

TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH

(Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

Disusun oleh

GLORIA SHEILA RATNA UTARI G2A009171

(3)

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH:

Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang

Gloria Sheila Ratna Utari1, Purnomo Hadi2, Rebriarina Hapsari2

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit dan kebanyakan kasusnya berhubungan dengan pemakaian kateter urin. ISK nosokomial meningkatkan mortalitas, morbiditas (lama rawat inap), dan biaya rumah sakit. Belum ada data rinci dan spesifik tentang hubungan kejadian ISK nosokomial dan semakin lama waktu rawat inap pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Tujuan:Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK.

Metode:Penelitian dilakukan secara retrospektif melalui sampel catatan medis pasien rawat inap RSUP Dr. Kariadi periode 1 Januari 2011±31 Desember 2012. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ISK dan non ISK; masing-masing berjumlah 98 catatan medis. Sampel kelompok ISK dipilih secara simple random; sedangkan kelompok non ISK dipilih dengan proses matching. Kedua jenis sampel kemudian diperbandingkan dari segi lama rawat inap.

Hasil: Nilai tengah dari lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK adalah 12 hari, dengan lama perawatan minimal 4 hari dan maksimal 83 hari. Nilai tengah lamanya rawat inap pasien tanpa komorbid ISK adalah 11 hari, dengan lama rawat inap minimal 4 hari dan maksimal 59 hari. Hasil uji komparasi Wilcoxon

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan lama rawat inap yang bermakna antara pasien dengan komorbid ISK dan tanpa komorbid ISK karena nilai p=0,108 (p>0,05).

Simpulan: Tidak ada perbedaan lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK.

Kata kunci:lama rawat inap, komorbid ISK

1

Mahasiswa program pendidikan S-1 Kedokteran Umum FK Undip 2

(4)

DIFFERENCES BETWEEN LENGTH OF HOSPITAL STAY TOWARD PATIENTS WITH AND WITHOUT URINARY TRACT INFECTION COMORBIDITY:

Study toward Inpatient in RSUP Dr. Kariadi Semarang

Gloria Sheila Ratna Utari1, Purnomo Hadi2, Rebriarina Hapsari2

ABSTRACT

Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a kind of infection occured oftenly in hospitals and most of it related to the usage of urine catheter. Nosocomial UTI increased mortality, morbidity (length of hospital stay) and cost. There is no specific and detail data on the relationship between nosocomial UTI and the increase of length of hospital stay in Indonesia.

Aim: To identify the differences of length of hospital stay toward patients with and without UTI comorbidity.

Method: 5HVHDUFK FRQGXFWHG UHWURVSHFWLYHO\ WKURXJK WKH XVH RI LQSDWLHQWV¶ medical record in RSUP Dr. Kariadi during January 1st 2011±December 31st 2012. Samples devided into two groups namely UTI group and nonUTI group; each 98 medical records. UTI group sample is chosen simple randomly; while nonUTI group is chosen through matching process method. Those two kinds of sample then compared in terms of their length of stay.

Results: 0HGLDQ RI LQSDWLHQWV¶ OHQJWK RI VWD\ ZLWK 87, FRPRUELGLW\ LV GD\V DQG its minimum treatment is 4 days and the maximum treatment is 83 days. Median of

LQSDWLHQWV¶ OHQJWK RI VWD\ ZLWKRXW 87, FRPRUELGLW\ LV GD\V DQG LWV PLQLPXP

treatment is 4 days and the maximum treatment is 59 days. The result of Wilcoxon test showed that there is no significant differences of inpatienWV¶ OHQJWK RI VWD\ between those with and without UTI comorbidity with p=0,108 (p>0,05).

Conclusion: 7KHUH LV QR VLJQLILFDQW GLIIHUHQFHV RI LQSDWLHQWV¶ OHQJWK RI VWD\ between those with and without UTI comorbidity.

Keywords: length of hospital stay, UTI comorbidity

1

Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University

2

Lecturers of Department of Microbiology, Faculty of Medicine Diponegoro University, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang

(5)

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit. Menurut data dari WHO pada tahun 2002, 30-40% kasus infeksi nosokomial adalah ISK dan 80% kasus berhubungan dengan pemakaian kateter urin. Kateter urin sendiri adalah alat yang sering digunakan pasien di rumah sakit.1 Peningkatan risiko infeksi sebanding dengan durasi pemakaiankateter yang semakin panjang serta frekuensi penggantian kateter yang semakin meningkat.

ISK nosokomial menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, baik dari pihak pasien dan keluarganya, pihak rumah sakit bahkan secara tidak langsung berdampak pada masyarakat. Kerugian-kerugiantersebut terkait dengan mortalitas, morbiditas (memanjangnya lama rawat inap), dan biaya rumah sakit yang semakin tinggi.2,3Setiap episode ISK diperkirakan menambah biaya perawatan sebesar $676.4CDC pada tahun 2002 melakukan audit sistemik untuk menginvestigasi bukti ekonomi terkait infeksi nosokomial oleh bakteri resisten antibiotik yang berdampak pada peningkatan biaya perawatan. Kenaikan biaya karena infeksi nosokomial secara umummencapai $13,97.5Penambahan durasi perawatan sekunder untuk ISK nosokomial diperkirakan sebesar 1 sampai 4 hari.6

Menurut datatahun 2005, ada 39,2 juta rumah sakit dengan rata-rata lama waktu rawat inapnya 4,6 hari. Kejadian infeksi nosokomial berkisar 5% dari semua perawatan di rumah sakit atau 2 juta kasus per tahun dan rumah sakit menjadi resevoir penting bagi strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik.7Hasil penelitian yang diterbitkan oleh University of Chicago Press

tahun 2007menyatakan adanya hubungan kejadian infeksi nosokomial denganpenambahan waktu rawat inap serta biaya perawatan.8

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, belum ada data yang secara rinci menyatakan adanya hubungan kejadian ISK nosokomial denganmemanjangnya lama rawat inap pasien di Indonesia. Prosedur dan kondisi perawatan di luar negeri dan Indonesia yang berbeda pula tingkat pengetahuan petugas kesehatan yang berlainan bisa memengaruhi angka kejadian infeksi nosokomial di setiap rumah sakit. Dampak negatif dari terjadinya infeksi

(6)

nosokomial dapat dihindari dengan melakukan kontrol infeksi secara teratur dan menggalakkan upaya-upaya pencegahan.

RSUP Dr. Kariadi Semarang sebagai rumah sakit rujukan utama perlu mempunyai data statistik angka kejadian infeksi nosokomial, termasuk di dalamnya ISK. Hal ini berkaitandengan pembuatan kebijakan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sebagai langkah untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari munculnya infeksi tersebut. Hal ini yang menjadi dasarpenelitiankarena peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan lama waktu rawat inap antara pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK untuk memberi sumbangasih data yang bisa menjadi salahsatu sumber informasi dalam penentuan kebijakan pencegahan ISK nosokomial.

METODE

Data dianalisis denganuji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK dan tanpa komorbid ISK. Uji alternatif yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang mempunyai risiko menderita ISK selama periode Januari 2011-Desember 2012. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ISK dan kelompok non ISK. Sampel untuk kelompok ISK diambil secara simple random sampling, sedangkansampel untuk kelompok non ISK diambil denganmelakukan

matching sesuai komorbid dan usia kurang lebih terpaut 5 tahun. Kriteria inklusi dalam pengambilan sampel yaitupasien rawat inap lebih dari 2x24 jam, diperiksa kultur urin di laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang,berusia >18 tahun, dan terpasang kateter urin.

Data yang diambil meliputi identitas pasien, usia, diagnosis utama, komplikasi, penyakit komorbid, lama perawatan, dan alasan pulang.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder pasien rawat inap RSUP Dr. Kariadi Semarang dari catatan medik pasien selama periode penelitian.

(7)

HASIL

Penelitian ini mengambil 98 sampel untuk masing-masing kelompok. Kelompok non ISK dipilih dengan proses matching, yaitu setiap subjek dari kelompok ISK dicarikanpasangannya yang mempunyai karakteristik yang sama9dengan subjek dari kelompok non ISK (dalam hal ini memiliki diagnosis utama sama dan usia yang kurang lebih terpaut 5 tahun). Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Diagnosis utama pasien rawat inap yang menjadi sampel penelitian

Diagnosis Utama Frekuensi Persentase (%)

Ca cervix 28 28,6 CHF 8 8,2 CKD 18 18,4 DM 12 12,2 Hematuria 1 1,0 Leptospirosis 1 1,0 Pneumonia 4 4,1 PPOK 4 4,1 Sepsis 6 6,1 SLE 1 1,0 SNH 4 4,1 Piuria 2 2,0 Ca buli 1 1,0 Ca prostat 1 1,0 Striktur uretra 1 1,0 Sindroma nefrotik 1 1,0 Piuria hematuria 1 1,0 Post partum 1 1,0 Post laparatomi 1 1,0 Ulkus DM 1 1,0 Febris 1 1,0 TOTAL 98 100,0

(8)

Tabel2.Persentase komplikasi dan penyakit lain

Persentase ada tidaknya komplikasi

Persentase ada tidaknya penyakit lain Ada Tidak ada Ada Tidak ada

Pasien dengan ISK 62,24% 37,76% 71,43% 28,57%

Pasien tanpa ISK 62,24% 37,76% 76,53% 23,47%

Beberapa alasan pasien pulang setelah menjalani perawatan di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Alasan pasien pulang

Alasan pulang Pasien dengan komorbid ISK

Frekuensi Persentase

Pasien tanpa komorbid ISK Frekuensi Persentase Sembuh 0 0% 2 2,1% Perbaikan 70 71,4% 69 70,4% Pulang paksa 10 10,2% 5 5,1% Meninggal >48 jam 18 18,4% 21 21,4% Rujuk/pindah RS 0 0% 1 1,0% TOTAL 98 100,0% 98 100,0%

Data analisis inferensial disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Lama rawat inap pasien dengan dan tanpa komorbid ISK

n Median

(minimum-maksimum)

Rerata±s.b. p

Lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK

98 12 (4-83) 18,09±14,92 0,108

Lama rawat inap pasien tanpa komorbid ISK

98 11 (4-59) 15,16±12,26

PEMBAHASAN

Infeksi Saluran Kemih (ISK) nosokomial adalah salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit, angka kejadiannya sekitar 30-40% kasus infeksi nosokomial menurut data WHO tahun 2002.1 Faktor risiko terbanyak ISK

(9)

nosokomial adalah pemakaian kateter urin1, oleh sebab itu salah satu kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah pasien dengan riwayat pemasangan kateter urin. ISKnosokomial menjadi komorbid/penyakit lain yang dialami oleh pasien rawat inap yang dirawat lebih dari dua hari dan diketahui bahwa pada waktu masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala ISK.10

Hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui penelusuran catatan medis pasien rawat inap didapatkan bahwa sebagian besar pasien yang menderita ISK nosokomial adalah pasien dengan diagnosis utama kanker serviks. Hal ini mungkin disebabkan karena pada prosedur kemoterapi untuk pasien kanker serviks ada poin pemasangan kateter urin dan pada umumnya pasien kanker serviks mendapatkan perawatan yang lama di rumah sakit.11

Lamarawat inap pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya komplikasi dan penyakit komorbid disamping penyakit primernya. Hasil penelusuran catatan medis untuk penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang dirawat lebih dari 30 hari pasti tercatat mengalami komplikasi dan menderita penyakit lain/komorbid. Persentase pasien yang mengalami komplikasi selama perawatan untuk dua kelompok sampel adalah sama, yaitu62,24% danhanya ada sedikit perbedaanpersentase sebesar 5,1% antara dua kelompok sampel tentang ada atau tidaknya penyakit komorbid yang dialami selain ISK.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK adalah 18 hari sedangkan pasien tanpa komorbid ISK rata-rata dirawat selama 15 hari. Nilai tengah durasi perawatan pasien dengan ISK adalah 12 hari dan pasien tanpa ISK sebesar 11 hari. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa penambahan durasi perawatan sekunder untuk ISK nosokomial diperkirakan sebesar 1 sampai 4 hari.6

Uji komparasi Wilcoxon menunjukkan p=0,108 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan lama rawat inap yang bermakna antara pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK. Hasil perhitungan dengan uji

Wilcoxon memperlihatkan54 sampel dari kelompok ISK dirawat lebih lama dari sampel non ISK, sedangkan 37 sampel non ISK memiliki durasi perawatan yang

(10)

lebih lama dan sisanya ada 7 sampelISK yang durasi perawatannya sama dengan sampel non ISK.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Graveset al. yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian ISK dengan peningkatan lama rawat inap pasien.8Penelitian lain yang diadakan di Taiwan menyatakan bahwa infeksi nosokomial, termasuk di dalamnya ISK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama perawatan di rumah sakit.12Studi observasional yang dilakukan oleh Chant Cet al. pada pasien dewasa di ICU menyatakan bahwa ISK terkait penggunaan kateter berasosiasi secara signifikan denganpeningkatan lama rawat inap bila menggunakanfixed effects modelnamun hal itu tidak berlaku bila denganrandom effects model, disebabkan karena tingginya heterogenitas untuk hasil ini antara dua studi tersebut.13

Lama perawatan pasien di rumah sakit menurut pustaka dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti derajat keparahan penyakit, kondisi umum pasien, kemungkinan penyakit lain/komorbid, risiko terapi yang diterima selama perawatan, dan intervensi medis yang didapatkan selama perawatan di rumah sakit.14Sumber lain mengatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi lama rawat inap di rumah sakit; beberapa faktor tidak bisa diubah seperti umur dan diagnosis primer, tetapi ada juga beberapa faktor yang bisa dimodifikasi dengan pencegahan seperti risiko terkena infeksi selama perawatan.15

Ketidaksesuaian antara hasil uji Wilcoxon dengan hipotesis dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sebagian besar pasien yang menjadi sampel penelitian ini mengalami lebih dari satu masalah kesehatan yang bisa menjadi predisposisi lamanya perawatan di rumah sakit, terlepas dari ada atau tidaknya ISK nosokomial yang dideritanya. Kedua, pasien yang meninggal ataupun pulang paksa di tengah masa perawatan tidak bisa dipantau pengaruh infeksi nosokomial itu terhadap lama rawatinapnya. Ketiga, pasien yang menjadi subjek penelitian kebanyakan adalah pasien keganasan yang dirawat karena menunggu obat dan perbaikan keadaaan umum. ISK dapat terjadi di dalam masa perawatan selama menunggu obat dan perbaikan keadaan umum, yang kemudian mempengaruhi lama rawat inap pasien.11

(11)

Penelitian ini dapat dikembangkanlagi dengan metode penelitian prospektif sehingga bisa memantaukarakteristik pasien dari awal masuk dan dirawat sampai mulai muncul tanda/gejala ISK nosokomial. Hal ini bisa mempersempit kemungkinan adanya faktor perancuyang mempengaruhi lama rawat inap pasien. Penelitian juga bisa dikembangkan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan sampel yang diambil memiliki tingkat keparahan penyakit yangsama.

SIMPULAN

Tidak ada perbedaanlama rawat inap antara pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

SARAN

Penelitian ini perlu didukung oleh penelitian yang lebih lanjut dengan metode penelitian prospektif, menggunakan sampel yang lebih banyak dan membatasi heterogenitas sampel. Pengembangan penelitian yang lebih luas lagi adalah dengan menyertakan penghitungan peningkatan biaya rumah sakit sebagai dampak lain dari infeksi nosokomial.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Purnomo Hadi, M.Si. dan dr. Rebriarina Hapsari yang telah membimbing serta memberi saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa kepada dr. Stefani Candra Firmanti, M.Sc. selaku ketua penguji dan dr. Endang Sri Lestari, Ph.D. selaku penguji. Peneliti juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hughes RG. Targeting Health Care-Associated Infections: Evidence-Based Strategies. In: Kleinpell RM, Munro CL, Giuliano KK, eds. Patient Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses: The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) 2008.

2. Saint S, Savel RH, Matthay MA. Enhancing the safety of critically ill patients by reducing urinary and central venous catheter-related infections. Am J Respir Crit Care Med 2002;165(11):1475-9.

3. Hsueh PR, Hoban DJ, Carmeli Y, et al. Consensus review of the epidemiology and appropriate antimicrobial therapy of complicated urinary tract infections in Asia-Pacific region. J Infect 2011;63(2):114-23.

4. Saint S. Clinical and economic consequences of nosocomial catheter-related bacteriuria. Am J Infect Control 2000;28(1):68-75.

5. Mauldin PD, Salgado CD, Hansen IS, et al. Attributable hospital cost and length of stay associated with health care-associated infections caused by antibiotic-resistant gram-negative bacteria. Antimicrob Agents Chemother 2010;54(1):109-15.

6. Jarvis WR. Selected aspects of the socioeconomic impact of nosocomial infections: morbidity, mortality, cost, and prevention. Infect Control Hosp Epidemiol 1996;17(8):552-7.

7. Roberts RR, II RDS, Cordell R, et al. The Use of Economic Modeling to Determine the Hospital Costs Associated with Nosocomial Infections. Oxford Journals 2003.

8. Graves N, Weinhold D, Tong E, et al. Effect of healthcare-acquired infection on length of hospital stay and cost. Infection Control Hospital Epidemiology 2007;28(3):280-92.

9. Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 2011. Jakarta: Salemba Medika.

(13)

10. Ken Inweregbu, Jayshree Dave, Alison Pittard. Nosocomial Infections. 2005 [cited 2013 Agst 11];5(1): 14-17. Available from: http://ceaccp.oxfordjournals.org.

11. Schneider N, Dreier M, Amelung VE, et al. Hospital Stay Frequency and Duration of Patients With Advanced Cancer Diseases-Differences Between The Most Frequent Tumor Diagnoses: A Secondary Data Analysis. 2007 Mar [cited 2013 Agst 2];16(2):172-7. Available from: ncbi.

12. Sheng WH, Chie WC, Chen YC, et al. Impact of Nosocomial Infections on Medical Costs, Hospital Stay, and Outcome in Hospitalized Patients. 2005 May [cited 2013 July 27]; 104(5):318-26. Available from: ncbi.

13. Chant C, Smith OM, Marshall JC, et al. Relationship of Catheter-Associated UTI to Mortality and Length of Stay in Critically Ill Patients: A Syestemic Review and Meta-analysis of Observasional Studies. 2011 May [cited 2013 July 27]; 39(5):1167-73. Available from: ncbi.

14. K. Swapan, Nath SGR. Problem-Based Microbiology: Elseiver Inc., 2006; 524.

15. Understanding Factors that Affect Length Stay in Hospital. Brisbane (Australia): International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research; 2009.

Gambar

Tabel 1. Diagnosis utama pasien rawat inap yang menjadi sampel penelitian  Diagnosis Utama  Frekuensi  Persentase (%)
Tabel 4.  Lama rawat inap pasien dengan dan tanpa komorbid ISK

Referensi

Dokumen terkait

pengаmbilаn sаmpel yаng digunаkаn dаlаm penelitiаn ini аdаlаh non probаbility sаmpling dengаn cаrа purposive sаmpling.. Jurnal Administrasi Bisnis

Untuk mengkaji masalah ini digunakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat “Deskriptif” dengan tujuan menggambarkan secara tepat mengenai kekuatan magis yang

Egon PELNI, hasil koefisien korelasi antara variabel kualitas pelayanan (X2) dan variabel keputusan penggunaan (Y) sebesar 0,662 yang berarti variabel kualitas

Setelah melihat bahwa Negara terbukti masih lemah dalam penanganan hukum kasus tindak pidana perdagangan orang, maka kemungkinan besar yang terjadi, menjadi

We now define a more complete metric evaluation pipeline developed as publicly available open source software to assess semantically labeled 3D models of complex urban scenes

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,

Upaya ini juga sesuai dengan sebagaimana yang telah dilakukan para ulama-ulama terdahulu di wilayah Priangan Timur termasuk di Tasikmalaya dimana mereka terlebih

Proses transformasi nilai-nilai kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat.