• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PADA PENGUSAHA KAYU (STUDI KASUS: UD.BUNGA DESA, DESA KAPONG PAMEKASAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PADA PENGUSAHA KAYU (STUDI KASUS: UD.BUNGA DESA, DESA KAPONG PAMEKASAN)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

278 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

EVALUASI PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PADA PENGUSAHA

KAYU (STUDI KASUS: UD.BUNGA DESA, DESA KAPONG

PAMEKASAN)

Nafayanti Misbahul Jannah¹, Evi Malia², Ach. Baihaki³ ¹nafa.uim88@gmail.com

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura

ABSTRACT

This study aims to determine the imposition of income tax on timber entrepreneurs in UD. Village Flower. The research method used is qualitative by collecting data with 1) observation, 2) interviews and 3) documentation and data analysis with 1) Data Reduction, 2) Data Display (Data Presentation), 3) Conclusion or verification. The results showed UD. Bunga Desa has performed tax obligations, but not in accordance with PP No.46 of 2013 or in accordance with PP No.23 in 2018. UD.Bunga Desa is subject to a tariff of 1% times income. The tax base used to calculate the final income tax is the amount of gross circulation each month. In accordance with Government Regulation No.46 of 2013. However, what happened to UD. Bunga Desa was calculated on the basis of gross income earned in one tax year. Revenues of more than 6 million are subject to tax of Rp. 500,000 up to Rp 600,000, but if the income is less than 6 million, it is not taxable enough to report it.

Keywords: Income Tax, UD.Bunga Desa, tax rates, arithmetic, deposit, report ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan pada pengusaha kayu di UD. Bunga Desa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pengumpulan data dengan 1)obervasi, 2)wawancara dan 3)dokumentasi dan analisis data dengan 1) Reduksi Data, 2) Display Data (Penyajian Data), 3) Kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan UD.Bunga Desa telah melakukan kewajiban perpajakan, namun belum sesuai dengan PP No.46 tahun 2013 ataupun sesuai dengan PP No.23 tahun 2018. UD.Bunga Desa dikenakan tarif 1% dikalikan pendapatan. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung pajak penghailan final yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan. Sesuai PP No.46 tahun 2013. Namun yang terjadi pada UD.Bunga Desa perhitungan pajaknya dikenakan atas dasar penghasilan kotor yang diperoleh dalam satu tahun pajak. Pendapatan lebih dari 6 juta maka dikenakan pajak Rp. 500.000,- s/d Rp 600.000,- akan tetapi jika pendapatannya kurang dari 6 juta maka tidak dikenakan pajak cukup melaporkannya.

Kata Kunci: Pajak Penghasilan, UD.Bunga Desa, tarif pajak, hitung, setor, lapor. PENDAHULUAN

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2013). Pemerintah terus berusaha dalam memaksimalkan untuk penerimaan pajak. Adapun penerimaan pajak yang diperoleh oleh negara Indonesia tahun 2018, kurang lebih Rp 780,05 triliun atau 48,2% (Nota keuangan dan UU APBN 2018) dari target yang direncanakan sebesar Rp 1.618,1 triliun. Pajak sebagai sumber pendapatan

negara didukung langkah efesiensi dan efektifitas pengelolaaan sumber daya alam (migas dan non migas) serta perbaikan pelayanan publik. Untuk penerimaan pengelolaan sumber daya alam tidak bisa di andalkan lagi dikarenakan sekarang sifat dari sumber daya alam itu yang terbatas dan tidak dapat diperbarui. Pada perbaikan pelayanan publik seperti pajak salah satunya yang mana negara Indonesia sangat banyak para pengusaha dan pebisnis yang mana nantinya mereka akan dikenakan pajak selama usaha mereka terus berjalan maka mereka harus

(2)

279 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

membayar pajak sebagai sumber penerimaan pajak dengan kapasitas yang tidak terbatas, semakin hari semakin jumlah penduduk bertambah (Widayanti dan Nurlis 2010).

Di Indonesia, ada tiga jenis sistem pemungutan pajak meliputi: Self Assessment System, Official Assessment Sistem, Withholding Assessment Sistem. Adapun dalam Self Assessment Sistem adalah sistem sistem pemungutan pajak

yang membebankan penentuan

besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan, bagi wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Adapun dalam Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan pajak bumi bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.

Adapun dalam Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan pajak ini biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut.

Pelaporan para wajib pajak melakukan pembayaran pajak menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan pelaporan menggunakan surat pemberitahuan (SPT) yang telah disediakan oleh kantor pajak. Dalam hal pelaporannya nanti untuk jumlah wajib pajaknya yang telah dihitung sendiri pajaknya, disini SPT yang akan menjadi penghubung antara wajib pajak

dengan petugas pajak untuk pusat dan daerah dalam penegakan hukum pajak (Saidi, 2011:161).

PPh final tahun 2018 Jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yaitu paling lama:

1. 7 (tujuh) tahun pajak bagi wajib pajak orang pribadi;

2. 4 (empat) tahun pajak bagi wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer;

3. 3 (tiga) tahun pajak bagi wajib pajak badan berbentuk perseroan terbatas.

Pemerintah telah memutuskan untuk meringankan tarif PPh Final menjadi 0,5%. Namun, ketentuan ini bersifat opsional karena wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.

Pembayaran pajak pada UD. Bunga Desa sudah berjalan beberapa tahun yanga lalu. Dalam pembayaran pajak pada tahun 2015-2016, kadang membayar pajaknya didatangi oleh petugas pajak Pamekasan

setiap tahunnya yang mana

pembayarannya cukup satu tahun sekali. Namun untuk tahun 2017 UD. Bunga Desa mengalami kerugian sehingga tidak menyetorkan pajaak tahun tersebut. Pajak yang melekat pada pengusaha UD. Bunga Desa terdapat dua bagian yaitu pajak bangunan dan pajak kayu. Pajak bangunan dibayar setiap tahunnya sebesar Rp 15.000,- dan pajak kayu 0.5% dari penghasilan sesuai dengan aturan perpajakan (PPh tentang pajak penghasilan UU no.21 dan 23 tahun 2008).

Dalam Pasal 21 ayat 1 dijelaskan bahwa Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh

(3)

280 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh: a) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai; b) Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; c) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun; d) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan e) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

Dalam pasal 23 ayat 1 dijelaskan bahwa Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan: a) Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas: b) Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas: 1)Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan 2)Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

TINJAUAN TEORETIS Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) menjelaskan bahwa

wajib pajak orang pribadi melaporkan penghasilan melalui SPT tahunan dengan menggunakan self assessment. Wajib pajak orang pribadi, harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pajak dalam satu tahun pajak untuk bagian tahun pajak. Mengisi formulir SPT tahunan orang pribadi selangkah demi selangkah hingga menyampaikannya.

PPh Badan

Adapun undang-undang no.36 tahun 2008 menjelaskan bahwa PPh badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha yang bertempat kedudukan di Indonesia. Besarnya PPh yang terutang tergantung pada jumlah besarnya laba sebelum pajak. Laba sebelum pajak dapat dietahui secara akurat jika pembukuan yang dilakukan oleh wajib pajak (WP) telah sesuai dengan dengan ketentuan prinsip akuntansi berlaku umum.

PPh Final (Pajak Penghasilan Final)

Pajak penghasilan final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Adapun undang-undang no.36 tahun 2008 yang mengatur PPh final diatur dengan Pasal 4 ayat (2) yaitu:

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

2. Penghasilan berupa hadiah undian. 3. Penghasilan dari transaksi saham dan

sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha realestate dan persewaan tanah dan/atau bangunan.

5. Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan ketidakbenaran, penghentian

(4)

281 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

penyidikan tindak pidana, dan lain-lain).

Peraturan Pemerintah (PP) 23 Tahun 2018

Sistem informasi yang efektif merupakan kunci terselenggaranya pemungutan pajak secara adil. Sebaliknya apabila administrasi perpajakan itu tidak ditunjang oleh sistem informasi yang efektif, maka akan mengakibatkan ketimpangan, dan distorsi informasi. Untuk menciptakan sistem informasi yang efektif harus ada keterlibatan semua pihak, baik pemerintah maupun swasta.

Pokok-Pokok Peraturan

Terkait dengan PP 23 Tahun 2018, perlu diketahui terlebih dahulu secara garis besar apa saja yang menjadi pokok-pokok aturan dalam PP tersebut.

1. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah sebesar 0,5%, bersifat final dan dikenakan Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu..

2. PP 23 Tahun 2018; yang tidak termasuk dalam pengertian wajib pajak dalam PP 3. Jangka Waktu Pengenaan Tarif

Jangka waktu tertentu pengenaan pajak paling lama:

4. Ketentuan Khusus

Ketentuan khusus dalam PP 23 Tahun 2018 adalah pada saat PP ini mulai berlaku, bagi wajib pajak yang sejak awal tahun pajak 2018 sampai dengan sebelum peraturan pemerintah ini berlaku memenuhi syarat untuk menjalankan kewajiban perpajakan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto Tertentu, namun tidak memenuhi ketentuan wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan final berdasarkan peraturan pemerintah

Implementasi Perhitungan Pajak

Adapun menurut PP No 46 Tahun 2013 dan PP No.23 tahun 2018. Undang-undang PPh No.46 tahun 2013 tentang perhitungan

pajak penghasilan diatur dengan pasal 4 ayat (1-2) yaitu:

1. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan

2. Pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Perhitungan Pajak

Adapun menurut PP No 46 Tahun 2013 dan PP No.23 tahun 2018. Undang-undang PPh No.46 tahun 2013 tentang perhitungan pajak penghasilan diatur dengan pasal 4 ayat (1-2) yaitu:

1. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan 2. Pajak penghasilan terutang dihitung

berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

METODE PENELITIAN

Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian

Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif asosiatif dengan metode studi kasus yaitu evaluasi pengenaan pajak penghasilan pada pengusaha kayu di Desa Kapong. Penelitian ini dilaksanakan di usaha kayu yang beralamat di Desa Kapong Kabupaten Pamekasan. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan januari sampai dengan selesai di UD Bunga Desa Pamekasan

Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan. Dalam wawancara ini peneliti wawancarai pemilik UD. Bunga Desa dalam perhitungan perpajakannya menggunakan norma yang sesuai PP 23

(5)

282 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

tahun 2018 yang berlaku pada 1 Juli 2018 ini diterbitkan untuk mengganti peraturan lama yang memiliki sejumlah kekurangan dan perlu disesuaikan dengan kondisi perekonomian terbaru

Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi, peneliti melakukan penelitian tentang laporan keuangan yang ada pada tahun 2015 dan 2016. Peneliti melihat terdapat perbedaan besaran pembayarannya antara pembayaran pajak tahun 2015 dan 2016. Wawancara, dalam penelitian ini, teknik wawancara mendalam digunakan sebagian teknik pengumpulan data. Wawancara mendalam adalah proses perolehan keterangan untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar peneliti dengan informan. Penelitian ini menggunakan wawancara terstuktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstuktur agar fokus pada pokok permasalahan penelitian. Dokumentasi, Dalam penelitian ini

dokumentasi dilakukan untuk

mendapatkan data yang lengkap, seperti dokumen tentang laporan bulanan dan tahunan serta penjualan dan pemasukan tentang kayu yang ada. Dengan metode ini, peneliti dapat memperoleh informasi dari sumber tertulis suatu dokumen yang ada pada informan untuk dijadikan sebagai sumber pendukung untuk melihat evaluasi besarnya pajak penghasilan yang di dapat tiap tahunnya berdasarkan laporan tiap bulan pendapatan dan pengeluaran dari buku besarnya dan dokumen SPT dan SSP pajak penghasilannya.

PEMBAHASAN

Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi oleh peneliti berhasil mengumpulkan data untuk mengevaluasi pengenaan pajak penghasilan pada pengusaha kayu UD. Bunga Desa menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Adapun dalam usahanya dalam data pendapatan penjualan

kayu disini sudah berjalan dari tahun 1999 sampai tahun 2018 tidak sampai kurang dari 1 M. Lokasi penjualan yang jauh dari perkotaan, Banyaknya pesaing usaha didaerah Pasean serta pembeli yang membeli kayu tidak menentu sehingga pendapatan tiap harinya tidak begitu besar. UD. Bunga Desa merupakan UMKM dengan omset kurang dari 1 M setiap tahun.

Pengenaan Pajak Penghasilan Pada UD. Bunga Desa

Usaha kayu merupakan salah satu produk pengolahan kayu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan digunakan sebagai pelengkap perabotan rumah tangga ataupun pembuatan rumah dan lainnya. Dalam hal ini UD. Bunga Desa hanya menjual kayu batangan atau kayu mentah tanpa proses meubeler telah memiliki NPWP sebagai bukti wajib pajak. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan UD.Bunga Desa Bapak Tohimin (Pemilik sekaligus pengusaha dan konsultasi) menyatakan: “Ya mbak, usaha yang saya dirikan sudah

berjalan 20 tahun lamanya sejak 25 februari 1999 sebagai sebuah perusahaan

keluarga. Dalam usaha tersebut hanya ruang lingkup dalam kampung saja tapi sekarang sudah meluas di luar kabupaten, semenjak penjualan bertambah maka saya daftarkan ke kantor pajak Pamekasan.” Dalam hal ini juga disampaikan oleh Ibu Ummah (selaku bendahara) sekaligus istri dari Bapak Tohimin dengan menyatakan: “Memang usaha ini sudah lama berjalan dan sudah di daftarkan ke kantor pajak Pamekasan sebagai usaha milik pribadi walaupun usaha ini berbentuk usaha dagang serta lokasi usaha kami jauh dari perkotaan. Dalam setiap pembayaran pajak penghasilan memang dibayarkan setiap tahun dan setiap bulannya harus melaporkan hasil penjualan usaha kami walaupun hasilnya besar atau kecil ke kantor pajak.”

Dalam hal ini juga disampaikan oleh Bapak Tohimin (selaku pemilik usaha) menyatakan:

"Memang dalam usaha kayu ini yang dikenakan pajak penghasilannya (PPh)

(6)

283 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

dikenakan pajak penghasilan (PPh) yang mana dibayarkan tiap tahun. Dalam pembayaran/penyetorannya yang saya berikan langsung kepada petugas pajak Pamekasan yang mendatangi rumah saya. Dalam hal ini petuugas pajak Pamekasan

yang datang ke rumah berseragam pajak sebanyak dua orang kadang lebih.” Dalam hal ini juga disampaikan oleh Ibu Ummah (selaku bendahara) sekaligus istri dari Bapak Tohimin dengan menyatakan:

Memang selama ini pembayaran pajak saya lancar-lancar saja, akan tetapi tahun kemarin-kemarinnya saya mau bayar tapi katanya gak usah bayar pajaknya. Saya agak ngerti maksudnya dari itu. Kadang juga saya bayar 600 ribu kadang lebih dari itu, bingung saya.

Dalam hal ini juga disampaikan oleh Bapak Tohimin dengan menyatakan:

Ya memang sempat telepon dan tanya ke petugas kantor pajak dalam membayar pajaknya mengikuti pembayaran pajak, itupun saya baru dari petugas pajak yang

mendatangi rumah saya dan memberi surat pemberitahuan tentang peraturan

pajak pembayaran berikutnya. Dari petugas menyatakan bahwa pembayaran pajak penghailan (PPh) nanti setiap satu

tahun sekali.”

Implementasi Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak

Pengenaan Pajak penghasilan (PPh) adalah dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya PPh terutang. Dengan mengetahui dasar pengenaan pajak, kita dapat menghitung PPh dengan tepat. Untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak PPh disini dalam usaha kayu.

Dari wawancara diatas diperoleh informasi bahwa UD. Bunga Desa membayar pajaknya atas usahanya sebesar 600 ribu pertahun dan dibayarkan kepada petugas yang mendatangi ketempat usahanya. Namun mulai bulan Mei tahun 2019 membayar pajaknya ke kantor Pos sejumlah 100 ribu tiap bulan, bahwa untuk pembayarannya disuruh bayar sama petugas kantor pajaknya bisa 3 bulan sekali

Gambar 0.1 Tanda Terima Setoran Pajak (PN Billing)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Tohimin yang menyatakan:

Memang usaha kayu disini pendapatannya kadang sepi kadang rame,

gak tentu tergantung musim yang ada. Kalau musim panas sekarang lagi banyak

pembeli kayu sehingga saya membayar lebih besar dari biasanya pajak ke kantor

pajak Pamekasan. Akan tetapi untuk pengenaan pajak penghasilannya dalam

hal pembayarannya sekarang sudah masih bingung alias pusing masih belum tahu benar hanya sebatas langsung bayar di Alfa maret, Indomaret dan Kantor pos.

Adapun dalam pembayarannya pakai uang cash karena saya bayar dikantor pos, jadi saya itu bawa nomer ebilling sebagai proses bayarnya untuk kode pembayaran atau hampir sama dengan

password. Setelah melakukan pembayaran melalui kantor pos tidak usah lagi melaporkannya ke kantor pajak

Pamekasan setelah itu. ”

Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Tohimin yang menyatakan:

“Di akhir bulan setiap bulannya saya dibantu ibu Masrifah merekap pendapatn usaha ini dari tanggal 1 sampai ahir bulan, setelah itu saya menghitung pendapatanya, disetor lalu saya laporkan hasil rekapan satu bulan ke kantor pajak

Pamekasan agar diketahui untuk

pengenaan PPhnya. Setelah itu selesai saya pergi ke kantor pajak Pamekasan." Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Tohimin yang menyatakan:

“Selama usaha ini berjalan emang perhitungannya saya pakai buku besar dan kalkulator yang ada ini. Disini saya

(7)

284 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

hitung berdasarkan penjualan yang ada setiap harinya dari laba bersih setiap harinya dikumpulkan dalam satu bulan dalam pembukuan sendiri terhitung dari tanggal 1 sampai akhir bulan. Saya kasih contoh satu saja ya, pembelian kayu gelondongan sebesar 16 juta, jasa pengiriman barang ke lokasi 1 juta

sedangkan penjualan kayu tersebut

sebesar 20 juta maka laba bersih dalam satu transaksi tersebut 3 juta. Apabila dalam satu hari didapat 3 kali transaksi maka yang dihitung hanya laba bersih setiap transaksi saja.”

Hal demikian juga disampaikan oleh ibu

Masrifah (selaku bendahara) yang

menyatakan:

“Emang Mbak, disini perhitungannya masih manual buku besar tapi setiap ada transaksi kayu itu ditulis langsung pertransaksi setap hari. Tapi kalau pendapatan bersihnya kurang dari 6 juta maka UD.Bunga Desa tersebut tidak usah bayar pajak sebaliknya lebih dari 6 juta maka perhitungannya pajak nanti kantor pajak yang menentukan.”

Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Tohimin yang menyatakan:

“ Untuk pelaporannya itu agak sulit dan jauh lokasi di Pamekasan kota. Pelaporan yang saya lakukan setiap tangal 1, saya bawa buku besarnya dan catatan transakasi lainnya untuk bulan sebelumnya semuanya lalu saya pergi ke kantor pajak Pamekasan yang berada di Jalan R. Abdul Aziz No. 111, Rw. 02,

Jungcangcang, Kec. Pamekasan,

Kabupaten Pamekasan. Disini saya

melaporkan hasil pendapatan bersihnya berupa catatan transaksi penjualan atau hasil rekapannya bulan kemarin.”

Hal demikian juga disampaikan oleh ibu

Masrifah (selaku bendahara) yang

menyatakan:

“Memang dalam pelaporan untuk pajak penghasilan setiap bulannya seperti itu dan langsung setelah direkap keseluruhan saya (ibu Masrifah) kasih ke Bapak Tohimin lalu oleh beliau di laporkan

pengasilannya ke kantor pajak

Pamekasan, saya (ibu Masrifah) juga ikut dampingi sekalian beli alat tulis dan belanja yang lainnya sekalian satu jalan.

Dalam melaporkannya menggunakan

formulir SPT yang digunakan tiap bulan melapor. Adapun dalam pembayaran pajak penghasilan (PPh) saya pergi ke kantor pos dengan menunjukkan kode

billing UD. Bunga Desa. Setelah

membayar ke kantor pos saya langsung pulang tanpa harus melaporkammnya hasil pajak ke kantor pajak.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Tohimin yang menyatakan:

“Begini Mbak, setelah saya laporkan dan disetorkan hasil pendapatan usaha ini pada bulan kemarin semuanya. Setelah itu setiap tanggal 2 sampai ahir bulan saya, saya membayar /setorkan pajak saya bisa melalui di Kantor pos dan Giro Pamekasan atau Bank terdekat seperti BRI, Mandiri, BTPN dan BCA”

Hal demikian juga disampaikan oleh ibu

Masrifah (selaku bendahara) yang

menyatakan:

“Memang setiap tanggal 2 paling lambat tanggal 10 ikut Bapak Tohimin ke kantor pajak Pamekasan, ya sekalian belanja lainnya.”

Hasil dan Pembahasan

Setelah analisis data diatas, selanjutnya penulis akan membahas rumusan masalah yang telah disetujui di awal. Dalam pembahasan ini, akan membahas terkait indikator evaluasi yeng tercantum dalam kerangka konseptual yaitu pengenaan pajak penghasilan (PPh), sistem perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pada PPh pasal 21 dan pasal 23 tahun 2018. Berdasarkan analisis data yang telah di sajikan diatas, maka peneliti akan menyampaikan kesimpulan mengenai indikator-indikator tersebut.

Bahwa dalam UD. Bunga Desa disana membayar pajak penghasilan setiap tahun (tahun 2013-2018). Dalam pembayaran pajak penghasilan tersebut dilakukan setiap tahunnya sebesar Rp 600.000,- bisa lebih atau kurang tergantung dalam pendapatan. UD. Bunga Desa telah melakukan kewajiban perpajakannya, meskipun tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwasannya UD.Bunga Desa telah berupaya patuh terhadap ketentuan perpajakan. Namun, mereka kurang memahami peraturan perpajakan.

(8)

285 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Berdasarkan jenis usaha, seharusnya UD.Bunga Desa dikenakan tarif 1% dikalikan pendapatan. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung pajak penghailan final yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan. Sesuai PP No.46 tahun 2013. Namun yang terjadi pada UD.Bunga Desa perhitungan pajaknya dikenakan atas dasar penghasilan kotor yang diperoleh dalam satu tahun pajak. Jika pendapatan lebih dari 6 juta maka dikenakan pajak Rp. 500.000,- s/d Rp 600.000,-. Jika pendapatan akan tetapi jika pendapatannya kurang dari 6 juta maka tidak dikenakan pajak cukup melaporkannya.

Menurut PMK No.107 tahun 2013 tentang tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak menjelaskan bahwa wajib pajak menyetor PPh terutang ke kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh MK dengan menggunakan SP/sarana adminitrasi lain paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya den menyampaikan surat pemberitahuan masa PPh paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. Sedangkan dalam penyetoran pajak yang dilakukan oleh UD.Bunga Desa disetorkan kepada fiskus atau petugas pajak yang mendatanagi ke tempat usahanya.

Dari fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa UD.Bunga Desa memiliki kemauan untuk membayar pajak, namun faktor ketidaktahuan atau ketidak pahaman terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga UD.Bunga Desa dalam pelaksanaan perpajakannya tidak sesuai dengan aturan.

Menurut Tahar dan Rachman (2014) kepatuhan mengenai perpajakan merupakan tanggung jawab kepada Tuhan, bagi pemerintah dan rakyat sebagai wajib pajak untuk memenuhi semua kegiatan kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada kesadaran seorang wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Kesadaran itu sendiri merupakan bagian dari motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datangnya dalam diri individu itu sendiri

dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, seperti dorongan dari aparat pajak untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah DJP dengan melakukan reformasi modernisasi sistem administrasi perpajakan berupa perbaikan pelayanan bagi Wajib Pajak melalui pelayanan yang berbasis e-system seperti e-registration, e-filing, e-SPT, dan e-billing. (Pajak.go.id.2018)

Adanya para pegawai pajak yang selalu siap sedia memberikan penjelasan dan penyuluhan secara lengkap kepada wajib pajak merupakan standar pelayanan yang disiapkan sebagai fasilitas yang diperuntukkan bagi masyarakat. Oleh karena itu bagi wajib pajak, segeralah bergerak maju mengubah pola pikir tentang administrasi kewajiban perpajakan ini. Karena tak ada alasan untuk merasa bingung dan sulit, jika jalur informasi perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak sekarang ini sudah semakin banyak dan terintegrasi. Dan hanya diperlukan keterbukaan hati dan niat dari wajib pajak untuk mau memperbaiki.

(pajak.go.id.2018)

Pernyataan diatas harunya dapat mengatai permasalahan yang terjadi di UD.Bunga Desa, adanya petugas pajak harusnya memberikan pemahaman yang baik kepada wajib pajak. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengetahui pengetahuan itu untuk membayar pajak. Memang pengetahuan tentang pengetahuan dan pemahaman pajak bisa diperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak.

Menurut Rahadi (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan merupakan penyebab internal karena berada di bawah kendali wajib pajak sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian masing-masing Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

(9)

286 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

Menurut Budiartha (2013) menyatakan bahwa kurangnya upaya Wajib Pajak dalam memperhatikan sosialisasi atau iklan yang telah dilakukan oleh pihak aparat pajak, membuat wajib pajak cenderung tidak patuh dalam membayar kewajiban perpajakan. Wajib pajak yang akan membayar pajak tentunya perlu memahami manfaat dalam membayar pajak dan fungsi dari pajak itu sendiri. Semakin tingginya pemahaman tentang peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan semakin patuh dalam membayar pajak.

Slogan “lunasi pajaknya awasi penggunaannya” tidak hanya suara dan gaungnya semata yang nyaring namun bisa benar-benar terwujudkan bahwa pajak menjadi pendapatan utama negara yang diperuntukkan dan dikelola dengan transparan dan akuntabel bagi kepentingan masyarakatnya sendiri. (Pajak.go.id.2018) Adanya fiskus yang mendatangi tempat usaha wajib pajak bisa jadi merupakan trik atau cara yang perlu dilakukan oleh fiskus, mengingat Desa tersebut jauh dari kota dan usaha tersebut usaha mikro bia jadi kesadaran wajib pajak tersebut tidak memahami secara jelas tentang pembayaran dan aturan pajak sehingga itu adalah trik atau agar berapapun yang dibayarkan karena bukan usaha besar bayar pajak triliuan atau jutaan bisa jadi itu adalah caranya pajak mensosialisasikan dari tahun 2018 bayar pajak bayar sendiri adalah awal dari bayar pajak ke kantor Pajak .

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil penelitian ini bertujuan untuk membuktikan evaluasi pengenaan pajak penghasilan pada pengusaha kayu (Studi Kasus: UD.Bunga Desa, Desa Kapong Pamekasan). Bahwasannya UD.Bunga Desa telah melakukan kewajiban perpajakan, namun belum sesuai dengan PP No.46 tahun 2013 ataupun sesuai dengan PP No.23 tahun 2018. Dalam

pembayaran pajaknya mengenal 3 kategori yaitu:

1. Perhitungan

Menurut Undang-undang PPh No.23 tahun 2018 tentang perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski sedang dalam keadaan rugi.

Tata cara perhitungan pajak UD. Bunga Desa dalam perhitungan pajaknya dihitung berdasarkan penjualan yang ada setiap harinya. Akan tetapi penjualan tiap tahunnya dari penjualan maka disini menggunakan pencatatan dalam perhitungannya.

Berdasarkan pengumpulan data yang ada UD. Bunga Desa membayar pajak setiap tahun sebesar Rp. 500.000,- s.d 600.000,- hingga bulan Mei tahun 2019 membayar pajaknya tiap bulan sejumlah 100 ribu, berapapun omset yang diperolehnya tiap tahun.

2. Penyetoran

Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP. Untuk penyetoran kewajiban perpajakan pajak penghasilan yang dilakukan penghasilan wajib pajak pribadi dilakukan pada tanggal 2 sampai 15 setiap bulannya, hal tersebut sudah sesuai dengan 23 tahun 2018 Tentang PPh Final 0,5% bagi pelaku usaha.

3 Pelaporan

UD. Bunga Desa melaporkan pajak setiap bulannya, maka pengusaha kayu tersebut melampirkan dalam bentuk pencatatan beberapa transaksi untuk bulan kemarin baik yang pendapatannya kepada kantor pajak Pamekasan yang berada di Jalan R. Abdul Aziz No.111, Rw. 02, Jungcangcang, Kec. Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur 69317.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi. ( 2013). Hukum Pajak, ctk. Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Hardaya. (2013). menikmati kegiatan

membayar pajak seperti menikmati kegiatan berbelanja. Jakarta: Rineka Cipta.

(10)

287 |

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Inasius. (2012). Analisis PPN membangun sendiri untuk pengusaha kena pajak di Indonesia. Skripsi, SE. Bina Nusantara.

Kondoy, Violencia C.I, Grace B. Nangoi, Inggriani Elim. (2016). Analisis penerapan pajak penghasilan jasa konstruksi pada CV. Cakrawala. Jurnal Berkala ilmiah efisiensi, Vol.16 No.4

Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Jakarta: Andi Yogyakarta.

Mulyo Agung. (2009). Perpajakan Indonesia Seri PPN, PPnBM, dan PPh Badan, Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua. Bogor: Mitra Wacana Media

Nota keuangan dan UU APBN. (2018) tentang Nota Keuangan Beserta APBN, Himpunan Rencana Kerja Kementerian Lembaga.

Peraturan Menteri Keuangan no.101 tahun 2016 tentang PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Peraturan Menteri Keuangan/ PMK No. 101/PMK.010/2016

Peraturan Pemerintah no.23 tahun 2018 Tentang PPh Final 0,5% bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

PP No 46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

Raditya. (2016). Evaluasi Pajak Penghasilan Atas Jasa Konstruksi. Skripsi, SE. Sanata Dharma. Saidi. (2011) . Evaluasi pajak penghasilan

atas jasa konstruksi. Skripsi, SE. Sanata Dharma

Sugiyono. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Deskriptif Asosiatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Sumber data dan

metode pengumpulan data.

Bandung: Alfabeta.

Undang-undang no.28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.

Undang-undang PPh pasal 21 tentang pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain

Undang-undang PPh pasal 22 tentang

bentuk pemotongan atau

pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Undang-undang PPh pasal 23 tentang pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

Undang-undang Republik Indoneisa Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 tentang tarif pajak penghasilan Widayanti dan Nurlis. (2010). Kesadaran dalam membayar pajak. Salemba Empat, Jakarta

Widayanti dan Nurlis. (2010). perbaikan pelayananpublic. Salemba Empat, Jakarta

Gambar

Gambar 0.1 Tanda Terima Setoran Pajak  (PN Billing)

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa praktikan telah selesai melaksanakan praktik mengajar sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Berdasarkan pelaksanaan praktik mengajar tersebut, praktikan

1) Persepsi wajib pajak tentang PP No 23 Tahun 2018 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Kabupaten Bekasi. Hal ini

Berdasarkan hasil analisis statik suspensi pada kondisi pengereman maupun berbelok, maka hasil perancangan suspensi prototipe Campagna T-Rex Car ini dapat

WP yang memiliki peredaran bruto tertentu dan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) final berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan

Implementasi PP No 23 tahun 2018 tentang penghasilan yang diperoleh wajib pajak sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi

Atas penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan PP 23/2018 yang merupakan objek pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final,

Wajib Pajak yang sejak awal Tahun Pajak 2018 sampai dengan tanggal 30 Juni 2018 tidak memenuhi syarat untuk menjalankan kewajiban perpajakan berdasarkan Peraturan

Hasil ini menununjukkan bahwa terjadi meningkatan Pertumbuhan Wajib Pajak pelaksanaan administrasi perpajakan sebelum dan sesudah PP 23 Tahun 2018 khususnya dalam