• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Modal Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "commit to user BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Modal Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

5 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Modal

Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji, 2008). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun istitusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 2000). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang memerlukan dana (borrowers). Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh

borrowers dan lender menyediakan dana tanpa harus terlibat

langsung kedalam menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktivitas riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.

Saham menurut Manurung (2009) adalah sekuritas kepemilikan dalam suatu bisnis atau perusahaan, yakni klaim terhadap pendapatan dan aset bisnis atau perusahaan. Penerbitan

(2)

commit to user

dan penjualan saham kepada publik merupakan salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan dan perusahaan dalam pembiayaan aktivitasnya.

2. Frekuensi Perdagangan Saham

Frekuensi perdagangan saham sangat mempengaruhi jumlah saham yang beredar, jika jumlah frekuensi perdagangan besar maka saham tersebut dinyatakan sebagai saham teraktif yang diperdagangkan dan secara tidak langsung berpengaruh pada volume perdagangan saham. Saham yang frekuensi perdagangannya besar diduga dipengaruhi transaksi saham yang sangat aktif, hal ini disebabkan karena banyaknya minat investor. Terjadinya peningkatan permintaan saham maka secara tidak langsung akan terjadi peningkatan frekuensi perdagangan (Ang, 1997).

Frekuensi perdagangan menggambarkan berapa kali saham suatu emiten diperjualbelikan dalam kurun waktu tertentu. Minat pelaku pasar pada perdagangan saham tertentu akan dapat dilihat disini. Frekuensi berhubungan secara positif terhadap jumlah pemegang saham yang berarti frekuensi menggambarkan aktif tidaknya saham dalam perdagangan pasar (Eleswarapu dan Khrisnamurti).

3. Nilai Tukar Uang (Kurs)

Menurut Nopirin (2000) nilai tukar merupakan semacam harga didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda maka akan terjadi perbandingan nilai

(3)

commit to user

atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah yang disebut nilai tukar atau kurs (exchange rate).

Nilai tukar satu mata uang mempengaruhi perekonomian apabila nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi. Nilai nilai tukar mata uang rupiah terapresiasi, barang atau jasa luar negeri menjadi relatif lebih murah dibandingkan barang atau jasa domestik. Sebaliknya bila nilai tukar mata uang rupiah terdepresiasi, barang atau jasa luar negeri relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang atau jasa domestik (Manurung, 2009). Nilai tukar (Exchange Rate) adalah jumlah unit suatu mata uang yang dapay dibeli dengan satu unit mata uang lain. (Brigham dan Houston,2004).

Dalam buku yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (2003) Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu:

1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed exchange rate)

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu. Pada sistem ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

(4)

commit to user

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang terkendali (Managed

Floating Exchange Rate)

Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar ditemtukan sesuai mekanisme pasar sepanjang dalam intervation bond atau batas pita intervensi yang ditetapkan oleh bank sentral.

3. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate) Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak susuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yang ada di pasar valuta asing.

Masing-masing sistem memilki kelebihan dan kelemahan. Pada sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianut (bebas, semi terkontro, atau terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing domestik.

(5)

commit to user

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar adalah:

1. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi yang lebih tinggi di negara X daripada di negara Y akan memimpin depresiasi mata uang negara X terhadap mata uang negara Y, atau sebaliknya.

2. Suku Bunga

Kenaikan suku bunga X terhadap suku bunga Y, akan menyebabkan investor di kedua negara untuk beralih dari mata uang Y untuk surat berharga berdenominasi mata uang X untuk mengambil keuntungan dari tingkat X lebih tinggi mata uang.

3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat akan menarik modal investasi untuk memperoleh aset domestik, sehingga meningkatkan permintaan mata uang domestik.

4. Risiko Politik dan Ekonomi

Investor lebih memilih untuk menyimpan dengan jumlah yang lebih kecil untuk aset berisiko, sehingga memiliki risiko lebih rendah dan lebih stabil secara politik ekonomi suatu negara dibandingkan menyimpan dengan jumlah yang lebih banyak untuk aset berisiko.

(6)

commit to user

Menurut Mankiw (2003) kurs dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kurs Nominal (Nominal Exchange Rate)

Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dari dua negara.

2. Kurs Riil (Real Exchange Rate)

Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa meperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barangdari negara lain.

4. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono,2000).

Menurut Bank Indonesia (2003) secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang

(7)

commit to user

dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best

practice antara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).

Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB).

Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification

of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

(8)

commit to user

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3. Kelompok Perumahan

4. Kelompok Sandang 5. Kelompok Kesehatan

6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat, yaitu:

1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian

(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil

keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan

(9)

commit to user

tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.

5. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga merupakan variabel ekonomi keuangan yang sangat penting dalam pasar keuangan. Pergerakan tingkat bunga akan memengaruhi pergerakan imbal hasil jatuh tempo (yield to maturity-YTM) sebagai ukuran tingkat bunga yang paling akurat. Tingkat bunga pasar utang berbeda dengan tingkat bunga bank sentral karena tingkat bunga bank sentral merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter, tetapi tingkat bunga bank sentral terintregasi dengan tingkat bunga pasar utang (Manurung dan Manurung,2009).

Menurut Mankiw (2003) dalam perekonomian terdapat dua tingkat suku bunga, yaitu tingkat suku bunga riil dan tingkat suku bunga nominal. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah dikoreksi terhadap dampak inflasi sedangkan suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa dilaporkan tanpa koreksi terhadap dampak inflasi.

Tingkat suku bunga dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang memiliki otoritas moneter di Indonesia yang biasa disebut BI Rate atau Suku Bunga Bank Indonesia.

Menurut Bank Indonesia (2003) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

(10)

commit to user

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight

(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

6. Harga Minyak Mentah Indonesia

Menurut Direktorat Jenderal Anggaran (2009) ICP

(Indonesian Crude oil Price) adalah harga rata-rata minyak mentah

Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan bagi hasil minyak. ICP atau harga minyak mentah Indonesia merupakan basis harga minyak mentah yang digunakan dalam APBN. ICP ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi setiap semester.

(11)

commit to user

Sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya, sampai dengan saat ini terdapat 50 jenis minyak mentah Indonesia yang masing-masing mempunyai harga yang berbeda. 50 jenis ICP tersebut pada dasarnya terbagi tiga kelompok yaitu :

1. 8 jenis minyak mentah (SLC, Cinta, Widuri, Duri, Attaka, Belida, Arjuna, dan Senipah Condensate); harganya berdasarkan formula ICP yang mengacu pada publikasi APPI, RIM dan PLATT’S;

2. 1 jenis minyak mentah (Bontang Return Condensate/BRC) harganya dihitung berdasarkan Publikasi MOPS Naphta;

3. 41 jenis minyak mentah lainnya harganya dihitung berdasarkan formula yang mengacu pada 8 jenis ICP tersebut di atas (huruf a).

ICP sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar minyak internasional. Kondisi pasar minyak internasional yang mempengaruhi ICP dimaksud, yaitu:

1. Faktor Fundamental

Faktor yang dipengaruhi mekanisme penawaran (produksi, stok, kondisi kilang, fasilitas pipa dan kebijakan produksi) dan permintaan (tingkat pertumbuhan ekonomi kebutuhan musim dan ketersediaan teknologi sumber tenaga alternatif).

(12)

commit to user

2. Faktor Non Fundamental

Faktor lain di luar mekanisme penawaran dan permintaan, seperti kekhawatiran pasar akibat gangguan politik, keamanan dan aksi spekulasi di pasar minyak. Sejak periode 1968 s.d. 1989, Harga resmi minyak mentah Indonesia (ICP) ditetapkan dengan mengacu Patokan Minyak mentah OPEC dan Penerapan TRP (Tax Reference Price) untuk perhitungan pajak KPS, dan ASP (Agreed Selling Price) - untuk harga ekspor. Sejak April 1989 diberlakukan Formula ICP. ICP ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini oleh Menteri yang membawahi bidang perminyakan.

Formula ICP harus memenuhi 4 prinsip utama, yaitu:

1. Fairness & transparency (jelas, obyektif dan transparan)

2. International Competitiveness (dapat bersaing dengan

harga minyak mentah dari kawasan atau negara lain)

3. Stability (formula relatif stabil dan ICP yang dihasilkan

dari formua tidak berfluktuatif)

4. Continuity (diberlakukan dalam periode yang cukup

panjang)

Untuk memenuhi 4 prinsip yang dimaksud, formula ICP mengacu pasar publikasi yang diterbitkan oleh lembaga independen internasional, yaitu:

1. Platts adalah penyedia jasa informasi energi terbesar di

(13)

commit to user

juga gas alam, kelistrikan, petrokimia, batubara dan tenaga nuklir.

2. RIM Intelligence Co, adalah badan independen yang berpusat di Tokyo dan Singapore, mereka menyediakan data harga minyak untuk pasar asia pasific dan timur tengah.

3. APPI (Asian Petroleum Price Index), menggunakan sistem panel (panel pricing) dimana penentuan harga minyak dilakukan oleh partisipan pelaku industri (seperti:

trader, refiner dan producer). APPI dikeluarkan oleh

SeaPac Services di Hongkong. APPI dianggap sebagai mekanisme penentuan harga yang standar untuk wilayah Asia Timur.

Formula ICP diberlakukan sejak April 1989 yang dalam perkembangannya terus dievaluasi untuk dilakukan penyesuaian. Untuk menjaga akurasi dari ICP agar dapat mencerminkan harga sebenarnya, setiap 6 bulan tim harga melakukan evaluasi kinerja dari hasil publikasi-publikasi yang dijadikan acuan pada formulasi ICP dengan publikasi-publikasi lainya serta membandingkan dengan perbadingan harga minyak tertentu dari beberapa publikasi yang ada.

B. Penelitian terdahulu

1. Nowak. Et al (2014) dalam penelitian yang berjudul “How does public

information affect the frequency of trading in airline stocks?”. Mereka

(14)

commit to user

perusahaan dan pengumuman makroekonomi mempengaruhi naik turunnya transaksi di saham penerbangan Amerika. Fokus penelitian ini adalah hubungan antara informasi dengan probabilitas perdagangan saham. Data yang digunakan adalah data dari perusahaan penerbangan di Amerika pada periode agustus-september 2006. Metode penelitian menggunakan alat analisis ADC

(Autoregressive Conditional Duration dan AHC (Autoregressive

Conditional Hazard).

Hasil penelitian yang didapat adalah informasi makroekonomi memilki hubungan positif dan harga minyak dunia memilki hubungan positif terhadap probabilitas perdagangan.

2. Makan, et al (2012) dalam penelitian yang berjudul “A study of the

efect of macroeconomi: Variabels on Stock Market”. Mereka meneliti

mengenai pengaruh antara inflasi, kurs nilai tukar, harga emas, rata-rata pertumbuhan, dan harga minyak. Pengamatan dilakukan selama 7 tahun dari April 2005 sampai Maret 2012. Metode penelitian menggunakan analisis kolerasi dengan data bulanan. Hasil penelitian yang didapat adalah inflasi memiliki hubungan negatif dengan pasar saham.

3. Hayo dan Kutan (2004) dalam penelitian yang berjudul “The Impact Of News, Oil Prices, adn Global Market Developments on Russian

Financial Market”, menguji pengaruh harga minyak dunia, efek dari

berita dan perkembangan ekonomi dunia terhadap pasar uang Rusia. Varibel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks S&P 500, Indeks Pasar Modal Rusia, tingkat harga minyak dunia, dan

(15)

commit to user

berita yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi Rusia. Metode analisis penelitian ini menggunakan metode kausalitas Granger. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa pasar modal Rusia sangat sensitif terhadap pergerakan harga minyak dunia. 4. Adaramola, Olugbenga (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

The Impact of Macroeconomic Indicators on Stocks Prices in

Nigeria”. Variabel penelitan yang digunakan adalah jumlah

penawaran uang, tingkat suku bunga, kurs nilai tukar, inflasi, harga minyak, dan PDB. Metode analisis penelitian ini mengggunakan metode time series dan cross-sectional data dari Januari 1985 sampai April 2009. Hasil penelitiannnya adalah Kurs nilai tukar memilki hubungan positif terhadap harga saham di Nigeria.

5. Prasati, et al (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengumngkapan Informasi

Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham”. Mereka meneliti mengenai pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) dan tingkat pengungkapan informasi website terhadap frekeunsi perdagangan saham pada perusahaan finansial. Objek penelitian ini adalah perusahaan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Internet Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi website. Variabel dependen yaitu frekeunsi perdagangan saham. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling. Metode pengumpulan data yaitu studi dokumentasi, studi

(16)

commit to user

skala dummy sedangkan tingkat pengungkapan informasi website

menggunakan skala poin 4 sistem. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 19.0.

Hasil penelitian menunjukan (1) Internet Financial Reporting (IFR) berpengaruh positif terhadap frekeunsi perdagangan saham, (2) Tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekeunsi perdagangan saham, (3) Internet Financial

Reporting (IFR) dan tingkat pengungkapan informasi website secara

bersama-sama berpengaruh positif terhadap frekeunsi perdagangan saham C. Kerangka Berpikir Gambar II.1 Kerangka Berpikir NILAI TUKAR (KURS) INFLASI HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA TINGKAT SUKU BUNGA Frekuensi Perdagangan Saham

(17)

commit to user

D. Hipotesis

1. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Frekuensi Perdagangan Saham.

Indoensia merupakan sebuah negara yang didominasi oleh impor untuk negara yang didominasi oleh impor depresiasi mata uang akan memiliki dampak yang kurang baik pada pasar saham domestik. Rupiah yang terus mengalami depresiasai oleh dollar Amerika menyebabkan produk impor memiliki harga yang mahal. Akibat dari hal tersebut permint,kaan akan barang-barang inpor akan bergerak secara elastis, volume impor akan meningkat, yang akan berakibat pada arus kas yang lebih rendah, keuntungan dan harga saham perusahaan domesti akan menurun. Dengan keadaan kurs rupiah melemah, para investor akan cenderung untuk melakukan trading di bursa untuk menghindari kerugian lebih lanjut.

H1: Nilai tukar memiliki pengaruh positif terhadap Frekuensi perdagangan saham.

2. Pengaruh Inflasi terhadap Frekuensi Perdagangan Saham.

Inflasi yang terjadi di suatu negara akan menekan keuntungan perusahaan yang berakibat para investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi. Apabila tingkat inflasi naik, maka frekuensi perdagngan saham akan meningkat.

H2: Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Frekuensi perdagangan saham.

3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Frekuensi Perdagangan Saham.

(18)

commit to user

Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang menggunakan sebagian modal dengan hutang, naiknya tingkat suku bunga akan menaikkan bunga hutang perusahaan yang akan mempengaruhi biaya modal perusahaan yang dikeluarkan. Biaya modal yang tinggi akan membuat beban yang berat bagi perusahaan dan akan mengurangi keuntungan perusahaan, harga saham akan ikut turun apabila keuntungan menurun.

Dengan adanya keadaan tersebut akan membuat para investor khawatir dan mendorong mereka untuk melakukan trading di bursa untuk meminalkan ataupun mencegah kerugian lebih lanjut. Hal tersebut akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham di bursa.

H3: Tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap Frekuensi Perdagangan saham.

4. Pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia terhadap Frekuensi Perdagangan Saham.

Dalam beberapa sektor yang ada di pasar modal, harga minyak mentah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi harga saham. Naiknya harga minyak dunia akan menaikkan biaya perusahaan dan akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Para investor akan melihat hal tersebut sebagai sinyal yang tidak baik yang akan mendorong para investor untuk melakukan trading di bursa untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

Hal tersebut akan menyebabkan frekuensi perdagangan saham di bursa mengalami peningkatan.

(19)

commit to user

H4: Harga minyak mentah Indonesia memilki pengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Identifikasi Bakteri Selulolitik pada empat titik sampel tanah Mangrove Muara Sungai Gunung Anyar. Sampel Tanah

substrat kaca yang telah dikeringkan dan diletakkan di atas alat spin coater , kemudian larutan ZnO sebagai lapisan penyangga diteteskan di atas substrat kaca yang

Pengamatan di rumah kaca menunjukkan bahwa tanaman kacang tanah yang ditanam pada pot berisi contoh Alfisol kapuran Tuban (pH >7) mengalami klorosis sedangkan yang ditanam

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Gejala klinis tetanus hampir selalu berhubungan dengan kerja toksin pada susunan saraf pusat dan sistem saraf autonom dan tidak pada sistem saraf perifer atau otot..

Berdasarkan keseluruhan analisis di atas, dapat dipahami bahwa verba oriruA dan verba oriru B tidak dapat selalu saling bersubtitusi.Keduanya dapat saling

Menyatakan Penjelasan Pasal 106 ayat (1) terhadap frasa menggunakan telepon bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara

Menurut Sumarsono (2007), berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik seperti air dan unsur hara