• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pakan Ikan Berbahan Dasar Tepung Ampas Kelapa dan Tepung "Duckweed" (Lemna minor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kualitas Pakan Ikan Berbahan Dasar Tepung Ampas Kelapa dan Tepung "Duckweed" (Lemna minor)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PAKAN IKAN BERBAHAN DASAR TEPUNG

AMPAS KELAPA DAN TEPUNG

DUCKWEED

(

Lemna minor

)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Oleh :

BUNGA SEPTYANA DEWI

A 420 140 089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KUALITAS PAKAN IKAN BERBAHAN DASAR TEPUNG AMPAS KELAPA

DAN TEPUNG “DUCKWEED” (Lemna minor)

Abstrak

Pakan ikan merupakan salah satu komponen penting yang dapat digunakan untuk meminimalisir biaya produksi dalam budidaya ikan. Ampas kelapa mengandung protein sebesar 13,09% sehingga dapat dijadikan alternatif bahan baku pakan ikan. Tepung “Duckweed” (Lemna minor) merupakan salah satu sumber protein nabati sebagai bahan campuran pakan ikan yang memiliki kandungan protein sebesar 15-40%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan protein dan kualitas pakan ikan dari tepung ampas kelapa dengan tepung Lemna minor. Metode penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu berat tepung ampas kelapa (30 g, 40 g, dan 50 g) dan faktor kedua berat tepung Lemna minor (25 g dan 30 g) dengan 2 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi pakan ikan pada perlakuan A1L1 (tepung ampas kelapa 30 g dan tepung Lemna minor

25 g) sebesar 2,7907%, sedangkan kandungan protein pakan ikan terendah pada perlakuan A2L1 (tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 25 g) sebesar

2,4220%. Kualitas pakan ikan terbaik pada perlakuan A2L1 (tepung ampas kelapa 40

g dan tepung Lemna minor 25 g) diamati melalui indikator warna, aroma, serta tekstur pakan ikan.

Kata kunci : ampas kelapa, pakan ikan, Lemna minor (Duckweed), protein.

Abstract

Fish feed is one of most important component to minimize production costs in fish farming. Cocout pulp contains of 13,09% protein so that it can be used as an alternative raw material for fish feed. Flour "Duckweed" (Lemna minor) is one of natural protein source that has a protein content of 15-40%. The purpose of this study was to determine the protein content and quality of fish feed from coconut pulp flour with Lemna minor flour. This research method used Completely Randomized Design (RAL) with two factors. The first factor was the weight of the coconut pulp flour (30 g, 40 g and 50 g) and the second factor was the weight of the Lemna minor flour (25 g and 30 g) with 2 repetitions. The results showed that the highest protein content of fish feed was on treatment A1L1 (coconut pulp flour 30 g and Lemna minor flour 25

g) amount 2.7907%, while the lowest protein content of fish feed on treatment A2L1

(coconut pulp flour 40 g and Lemna minor flour 25 g) amount 2.4220%. The best of sensory testing (quality) was on treatment A2L1 (coconut pulp flour 40 g and Lemna

minor flour 25 g) observed from color, aroma, and texture of fish feed.

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Pakan merupakan makanan atau asupan nutrisi yang diberikan kepada hewan peliharaan yang berfungsi sebagai sumber energi bagi aktivitas sel-sel tubuh hewan seperti tumbuh, berkembang, dan bereproduksi (Buwono, 2000). Pakan ikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberlangsungan budidaya ikan yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan sumber pangan makhluk hidup lain, selain itu dapat pula dijadikan sebagai ikan hias dan pusat rekreasi/pemancingan (Priyadi & Toma, 2010). Kualitas pakan ikan ditentukan melalui sumber dan komposisi bahan, daya cerna bahan, serta jumlah dan seimbangnya berbagai asam amino. Kebutuhan jenis dan kadar asam amino ikan berbeda-beda tergantung pada spesies ikan, berat ikan, usia ikan, serta komposisi protein yang terkandung dalam pakan (Murtidjo, 2001). Penyediaan pakan ikan sering kali memerlukan biaya yang relatif tinggi yaitu mencapai 60-70% dari komponen biaya produksi dikarenakan harga pakan ikan yang terdapat di pasaran relatif mahal sehingga memicu timbulnya alternatif yaitu dengan membuat pakan melalui pemanfaatan sumber – sumber bahan baku yang relatif murah namun tetap memiliki kandungan nilai gizi yang baik, mudah di dapat, mudah diolah serta mudah diproses (Nasution, 2006). Salah satu bahan alternatif untuk pembuatan pakan ikan adalah ampas kelapa.

Ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan minyak kelapa murni yang masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sebesar 11,35% (Miskiyah dkk 2006). Hal tersebut menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Ampas kelapa mengandung protein mencapai 13,09%; air 13,35%; lemak 9,44%; abu 5,92%; serta 30,4% serat kasar yang mudah dicerna, dengan diadakannya pendekatan bioteknologi melalui fermentasi dapat meningkatkan daya guna protein serta nilai manfaat ampas kelapa (Elyana, 2011). Tepung ampas kelapa dapat dikombinasikan dengan bahan lain untuk dapat menghasilkan pakan ikan yang berkualitas baik.

(7)

3

Salah satu bahan tambahan yang berpotensi untuk dijadikan pakan ikan berprotein tinggi adalah Lemna minor. “Duckweed” (Lemna minor)

merupakan salah satu sumber protein alami yang memiliki kandungan protein tinggi sebesar 15 – 40% (Landesman et all , 2006). Lemna minor atau “duckweed” telah digunakan dalam beberapa tahun sebagai pengganti nutrisi air limbah dan sekaligus memproduksi makanan untuk ternak, ikan dan unggas. Selain itu, “Duckweed” mudah dipanen dari permukaan air dan dapat diproduksi sebagai tepung berprotein tinggi. “Duckweed segar mengandung protein mencapai 43% dari berat keringnya dan dapat digunakan tanpa membutuhkan proses lebih lanjut untuk pakan ikan (Yilmaz et all, 2004). Dibandingkan dengan tanaman lainnya, daun Lemna minor

mengandung serat halus sebanyak 5% dalam berat tanaman yang dibudidayakan. “Duckweed” memiliki kandungan protein kasar sebesar 37,6% dan serat 9,3% sehingga tumbuhan ini berpotensi untuk dijadikan pakan ikan (Culley et all, 1981).

Pelet menjadi salah satu pakan buatan yang paling banyak digunakan karena apabila diberikan dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat dalam sekali makan semua kebutuhan nutrisi ikan ternakyang berupa protein, lemak, dan karbohidrat dapat terpenuhi (Prasetya, 2015). Selain itu, pembuatan pakan dalam bentuk pelet dimaksudkan untuk memudahkan penyimpanan, transportasi, dan penyaluran dalam mesin pakan (Afrianto, 2005).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan protein dan kualitas sensoris pakan ikan dari tepung ampas kelapa dengan tepung “Duckweed” (Lemna minor).

2. METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Maret 2018 bertempat di Laboratorium Biologi. Pengujian kandungan protein dilaksanakan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(8)

4

(RAL) dengan 2 faktor, yaitu konsentrasi tepung ampas kelapa (30 g, 40 g, dan 50 g) dan konsentrasi tepung “Duckweed” (Lemna minor) 25 g dan 30 g. Masing – masing perlakuan dilakukan 2 kali pengulangan.

Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi fermentasi ampas kelapa, pembuatan tepung ampas kelapa, pembuatan tepung Lemna minor, dan pembuatan pakan ikan. Selanjutnya pakan ikan dari tepung ampas kelapa dan tepung “Duckweed” (Lemna minor) dilakukan uji protein dengan menggunakan metode Kjeldahl dan uji kualitas melalui 15 orang panelis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Kandungan Protein

Tabel 1. Rata – rata Kandungan Protein Pakan Ikan dari Tepung Ampas Kelapa dengan Penambahan Tepung “Duckweed” (Lemna minor)

No Perlakuan Kandungan

Protein (%)

Keterangan

1 A1L1 2,7907* Tepung ampas kelapa 30 gram dengan tepung

Lemna minor 25 gram

2 A1L2 2,6650 Tepung ampas kelapa 30 gram dengan tepung

Lemna minor 30 gram

3 A2L1 2,4220** Tepung ampas kelapa 40 gram dengan tepung

Lemna minor 25 gram

4 A2L2 2,5092 Tepung ampas kelapa 40 gram dengan tepung

Lemna minor 30 gram

5 A3L1 2,5885 Tepung ampas kelapa 50 gram dengan tepung

Lemna minor 25 gram

6 A3L2 2,4227 Tepung ampas kelapa 50 gram dengan tepung

Lemna minor 30 gram Keterangan : *) kandungan protein tertinggi

**) kandungan protein terendah Kontrol (pelet komersial) = 48%

Pada Tabel 1 menunjukkan kadar protein yang fluktuatif pada pakan ikan dari tepung ampas kelapa dengan tepung “Duckweed” (Lemna minor). Kadar protein tertinggi didapatkan pada perlakuan A1L1 (Tepung ampas

kelapa 30 gram dengan tepung Lemna minor 25 gram) dengan kadar mencapai 2,7907%,

sedangkan kadar protein terendah pada perlakuan A2L1 (Tepung ampas

(9)

5

2,4220%. Hasil kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan A1L1

dengan konsentrasi tepung ampas kelapa yang dibutuhkan sebesar 30 gram, sedangkan pada konsentrasi tepung ampas kelapa 40 gram dan 50 gram kandungan protein rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Mutiasari (2017) yang menyatakan bahwa penambahan tepung ampas kelapa dalam pakan dengan jumlah maksimal 20% tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan bandeng (Chanos chanos). Namun apabila penambahan melebihi jumlah maka dapat menghambat pertumbuhan ikan bandeng. Penambahan tepung “Duckweed” (Lemna minor) pada penelitian ini mempunyai kandungan protein tertinggi pada konsentrasi 25 gram. Hal ini sesuai dengan penelitian Ilyas (2014) yang mengatakan bahwa kemampuan optimum dalam memanfaatkan Lemna perpusilla adalah sebanyak 25% terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Secara umum, kadar protein pada pakan ikan yang terbuat dari tepung ampas kelapa dan tepung “Duckweed” (Lemna minor) masih tergolong rendah dan kurang sesuai dengan kadar protein pada kontrol (Pelet Komersial) yaitu sebesar 48%. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan baku yang digunakan berupa sumber protein nabati dengan kandungan asam amino yang kurang lengkap dibandingkan dengan sumber protein hewani. Meskipun protein pakan ikan yang dibuat oleh peneliti memiliki kadar protein yang lebih rendah dari kontrol (Pelet Komersial), tetapi pakan ikan yang dibuat dari tepung ampas kelapa dan tepung “Duckweed” (Lemna minor) ini masih dapat digunakan karena tergolong pakan sumber energi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Subekti (2009) bahwa pakan digolongkan menjadi 5 kelompok berdasarkan kandungan zat gizinya, yaitu pakan sumber energi, sumber protein, sumber vitamin, sumber mineral, dan pakan tambahan. Pakan dengan kandungan protein kurang dari 20% dapat digolongkan menjadi pakan sumber energi.

(10)

6 3.2Kualitas

A1L1 A1L2 A2L1

A2L2 A3L1 A3L2

Gambar 1. Hasil Produk Pakan Ikan dari Tepung Ampas Kelapa dan Tepung “Duckweed” (Lemna Minor)

Keterangan :

A1L1: Tepung ampas kelapa 30 g dan tepung Lemna minor 25 g

A1L2: Tepung ampas kelapa 30 g dan tepung Lemna minor 30 g

A2L1 : Tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 25 g

A2L2: Tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 30 g

A3L1 : Tepung ampas kelapa 50 g dan tepung Lemna minor 25 g

A3L2: Tepung ampas kelapa 50 g dan tepung Lemna minor 30 g

Tabel 2. Hasil Uji Sensoris Pakan Ikan dari Tepung Ampas Kelapa dengan Penambahan Tepung “Duckweed” (Lemna minor)

No Perlakuan Aspek

Warna Aroma Tekstur

1 A1L1 Hijau Laurel Sedap (Kelapa) Halus

2 A1L2 Hijau Most Sedap (Kelapa) Halus

3 A2L1 Hijau Most Sedap (Kelapa) Halus

4 A2L2 Hijau Most Sedap (Kelapa) Halus

5 A3L1 Hijau Most Sedap (Kelapa) Halus

6 A3L2 Hijau Most Sedap (Kelapa) Berbutir

Keterangan :

A1L1: Tepung ampas kelapa 30 g dan tepung Lemna minor 25 g

A1L2: Tepung ampas kelapa 30 g dan tepung Lemna minor 30 g

A2L1 : Tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 25 g

A2L2: Tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 30 g

A3L1 : Tepung ampas kelapa 50 g dan tepung Lemna minor 25 g

A3L2: Tepung ampas kelapa 50 g dan tepung Lemna minor 30 g

(11)

7

Berdasarkan hasil uji kualitas pakan ikan dari tepung ampas kelapa dengan tepung “Duckweed” (Lemna minor) yang dilakukan oleh 15 panelis, diperoleh keterangan sebagai berikut :

Kualitas warna pakan ikan pada perlakuan A1L1 memiliki warna

hijau laurel sama dengan warna kontrol (Pelet Komersial)., sedangkan pada perlakuan A1L2, A2L1, A2L2, A3L1, dan A3L2 memiliki warna hijau

most. Kualitas aroma menunjukkan bahwa pada semua perlakuan memiliki aroma sedap (kelapa), sedangkan pada kontrol (Pelet Komersial) memiliki aroma khas pelet. Kualitas tekstur pakan ikan pada perlakuan A1L1, A1L2, A2L1, A2L2, A3L1 memiliki tekstur halus, pada perlakuan

A3L2 memiliki tekstur berbutir, sedangkan kontrol (Pelet Komersial)

memiliki tekstur kasar.

Menurut Aslamyah (2012), warna pada pakan ikan sangat bergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Pada penelitian ini perbedaan warna yang timbul disebabkan oleh adanya penggunaan berat tepung “Duckweed” (Lemna minor) yang berbeda. Sependapat dengan Nopriani (2014) yang menyatakan bahwa “Dukweed” (Lemna minor) merupakan sumber hijauan pakan yang memiliki kualitas tinggi. Warna hijau pada pelet ikan dipengaruhi oleh konsentrasi dari pemberian tepung “Duckweed” (Lemna minor) yang mengandung pigmen klorofil atau zat hijau. Semakin banyak berat tepung “Duckweed” (Lemna minor) yang digunakan maka akan semakin pekat warna hijau yang dihasilkan. Aroma pakan ikan pada penelitian ini dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan baku yang ditambahkan pada proses pembuatan pakan ikan. Aroma sedap (kelapa) dihasilkan dari aroma bahan baku yang digunakan yaitu tepung ampas kelapa. Aroma sedap (kelapa) lebih mendominasi karena penggunaan tepung ampas kelapa yang lebih banyak yaitu sebesar 30 g, 40 g, dan 50 g jika dibandingkan dengan tepung “Dukweed” (Lemna minor) yang hanya sebesar 25 g dan 30 g. Menurut Aslamyah (2012) menyatakan bahwa aroma pakan menentukan kualitas pakan karena berkaitan erat dengan penerima atau daya pikat ikan pada pakan. Pakan

(12)

8

ikan yang mempunyai bau yang enak akan menarik minat ikan untuk segera memakan pakan ikan tersebut. Kualitas tekstur pakan ikan disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang telah dihaluskan menjadi tepung, sehingga menghasilkan tekstur halus. Menurut Aslamyah (2012) bahwa tekstur pakan dapat dilihat dari permukaan pakan yang mulus, berserat atau berlubang. Hal tersebut dipengaruhi oleh kehalusan bahan baku, jumlah serat, dan jenis bahan pengikat (binder) yang digunakan. semakin halus pakan maka semakin baik pula kualitasnya, karena pakan yang halus memudahkan proses pencernaan ikan.

4. PENUTUP

Kandungan protein tertinggi pakan ikan mencapai 2,7907% pada perlakuan A1L1 (tepung ampas kelapa 30 gram dan tepung Lemna minor 25 gram).

Sedangkan hasil kandungan protein terendah pakan ikan terdapat pada perlakuan A2L1 (tepung ampas kelapa 40 gram dengan tepung Lemna minor

25 gram) sebesar 2,4220%. Kualitas pakan ikan terbaik terdapat pada perlakuan A2L1 (tepung ampas kelapa 40 g dan tepung Lemna minor 25 g)

dengan warna hijau most, aroma sedap (kelapa) dan tekstur halus.

Terimakasih kepada kedua orang tua, Dra. Titik Suryani, M.Sc selaku dosen pembimbing, seluruh dosen FKIP Biologi dan teman – teman semua yang telah memberi dukungan, bantuan, motivasi, serta do’a dalam penelitian dan penulisan artikel ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy; dan Evi L. 2005. Pakan Ikan: Pembuatan, Penyimpanan, Pengujian, Pengembangan. Yogyakarta: Kanisius.

Aslamyah, Siti; dan Muh.Yusri Karim. Uji Organoleptik, Fisik, dan Kimiawi Pakan Buatan untuk Ikan Bandeng yang Disubstitusi dengan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia.Vol. 11. No. 2. Hal: 124-131.

Buwono, I. D. 2000. KebutuhanAsam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

(13)

9

Chemical Quality and Use of Duckweed (Lemnaceae) in Aquaculture, Waste Management and Animal Feed. J Worldmariculture Soc, 12. Elyana, Puri. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi Aspergillus oryzae dalam Pakan Komersial terhadap Pertumbuhan Ikan

Nila (Oreochromis niloticus Linn.).Skripsi.Surakarta: UNS Press. Ilyas, A. P., Kukuh. N., Enang, H., dan Tri, W. 2014. Pemanfaatan Lemna Perpusilla sebagai Pakan Kombinasi untuk Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Sistem Resirkulasi. Limnotek.Vol. 21.No. 1. Hal: 193

201.

Landesman, L.; Jiayang C.; Yuri Y.; and Jeremy G. 2006. Nutritional Value of Wastewater Grown Duckweed for Fish and Shrimp Feed. Nort

Carolina State University: Department of Biological and Agricultural Engineering and Department of Forestry.

Miskiyah; Ira M.; Winda H. 2006. Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Murni menjadi Pakan Ikan.Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Mutiasari, Winny; Limin S.; dan Deny S. C. U. Kajian Penambahan Tepung Ampas Kelapa pada Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.Vol. VI.No. 1. Hal: 683

690.

Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Nasution, Emma Z. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan Standar Mutu Pakan Ikan.Jurnal Sains Kimia. Vol.

10. No. 1.

Nopriani., Karti, P. D. M. H., Prihantoro, I. (2014). Produktivitas Duckweed (Lemna minor) Sebagai Hijauan Pakan Alternatif Ternak Pada Intensitas Cahaya yang Berbeda. JITV, 19(4) 272-286.

Prasetya, B. 2015. Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Priyadi, Agus; Eni K.; danToma M. 2010. Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Sintasan Larva Ikan Upside Down Catfish (Synodontis nigriventris).Artikel Prosiding Seminar

Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembanga

(14)

10

Subekti, Endah. 2005. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian.Vol. 5.No. 2. Hal: 63-71.

Yilmaz, Erdal; Ihsan A.; Gŏkhan G. Use of duckwed, Lemna minor, as a protein feedstuff in practical diets for common carp, Cyprinuscarpio, fry. Journal of Fisheries and Aquatic Sciences.Vol. 4: 105-109.

Gambar

Tabel  1.  Rata  –  rata  Kandungan  Protein  Pakan  Ikan  dari  Tepung  Ampas  Kelapa dengan Penambahan Tepung  “Duckweed” (Lemna minor)
Gambar  1.  Hasil  Produk  Pakan  Ikan  dari  Tepung  Ampas  Kelapa  dan  Tepung

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1)Mendekripsikan pola pekerjaan “urang kandang ” (2)Menganalisis pola ekonomi kekerabatan Minangkabau dan pemberdayaan pada usaha

Peralatan komunikasi VHF-A/G yaitu, peralatan komunikasi radio yang bekerja pada frekuensi 117,975 MHz sampai dengan 137 MHz dan digunakan sebagai sarana komunikasi

Kajian tentang tahap kepuasan terhadap kemudahan dan perkhidmatan gerai makanan laut di Kota Kinabalu ini adalah signifikan dalam menambah baik kualiti penawaran dan

Namun, penerapan citizen journalism pada akun Twitter GNFI peneliti anggap tidak diterapkan secara maksimal karena sumber berita dari portal berita, yang adalah karya seseorang

Adhedhasar analisis dhata undhak- undhakan katrampilan siswa sajrone ngundhakake katrampilan nembang gambuh nggunakake medhia audio visual MP4 lumantar LCD

metode yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan (asosiasi atau korelasi) antara 2 variabel yang keduanya bertipe data nominal (kategorik)..

Konfigurasi jaring dirancang dengan mempertimbangkan efek perambatan kesalahan pada pengukuran sipatdatar. Pola jaring dalam suatu kawasan atau subsistem jaringan diusahakan

El primer grupo de variables analizaban aquellos elementos estructurales del di- seño que determinan el aspecto visual de la portada: la retícula (en la que se analizó la longitud