• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI KISTA OVARIUM DI KEBIDANAN RS TK III DR REKSODIWIRYO PADANG KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI KISTA OVARIUM DI KEBIDANAN RS TK III DR REKSODIWIRYO PADANG KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST

OPERASI KISTA OVARIUM DI KEBIDANAN

RS TK III DR REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

WENI ARI CUNTI 143110235

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(2)

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST

OPERASI KISTA OVARIUM DI KEBIDANAN

RS TK III DR REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

WENI ARI CUNTI 143110235

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien post operatif Kista Ovarium di Kebidanan RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya mengucapkan terima kasih kepada, Yth :

1. Ibu Dra. Hj. Syarwini, S.Kep,M.Biomed selaku pembimbing I dan ibu Hj. Metri Lidya, S,Kp. M. Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Bapak H.Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang 3. Ibu Hj.Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

4. Ibu Ns.Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam administrasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

5. Ibu Dra. Lisa Megahati, Apt, MM selaku Direktur utama RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang

6. Ibu Betraweli, S.ST selaku Kepala ruangan kebidanan RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian. 7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi Keperawatan Padang

Poltekkes Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan banyak membantu.

8. Orang tua dan keluarga peneliti yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.

9. Sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan ini.

Peneliti menyadari karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan masukan, tanggapan, kritik dan

(5)

saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2017

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR ORISINALITAS... v

LEMBAR PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR SKEMA... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Konsep Kista Ovarium... 6

1. Pengertian... 6

2. Penyebab... 6

3. Patofisiologi... 8

4. Jenis-jenis kista ovarium... 10

5. Tanda dan gejala ... 13

6. WOC... 14

7. Respon tubuh terhadap fisiologis ... 16

8. Pemeriksaan penunjang... 17

9. Penatalaksanaan... 17

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Kista Ovarium... 18

1. Pengkajian... 18

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan... 21

3. Rencana Keperawatan... 22

4. Implementasi Keperawatan... 29

5. Evaluasi Keperawatan... 29

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Tempat dan waktu penelitian... 30

C. Populasi dan sampel ... 30

D. Alat/Instrumen pengumpulan data... 31

E. Jenis dan teknik pengumpulan data ... 31

F. Prosedur pengumpulan data ... 33

G. Rencana analisis ... 34

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS... 36

A. Deskripsi Kasus... 36 B. Pembahasan ... 49 BAB V PENUTUP... 58 A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 WOC Kista Ovarium... 14

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan... 21

Tabel 4.1 Deskripsi Pengkajian... 35

Tabel 4.2 Deskripsi Diagnosis Keperawatan ... 41

Tabel 4.3 Deskripsi Rencana Keperawatan... 42

Tabel 4.4 Deskripsi Implementasi Keperawatan... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Ganchart Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Surat izin pengambilan data dan melakukan studi awal dari RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari Direktur Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran 4 Surat izin penelitian dari Direktur RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang

Lampiran 5 Surat selesai penelitian dari Direktur RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang

Lampiran 6 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 7 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Maternitas

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause juga selama kehamilan (Nugroho, 2012).

Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per 100.000 wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan per tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428 kasus, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70% diantaranya wanita karier yang telah berumah tangga (Siringo, 2013).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di Rumah Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun (Siringo,2013). Insiden kista ovarium di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mengalami kenaikan pada tahun 2012-2014. Kejadian kista ovarium pada tahun 2012 sebanyak 312 kasus, pada tahun 2013 meningkat menjadi 375 kasus dan pada tahun 2014 meningkat tajam sebanyak 611 kasus (Trisnawati,2015).

Penderita kista ovarium di Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang dari tahun 2015-2016 juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 tercatat sebanyak 11 kasus sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 20 kasus (Data Rekam Medis RS Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang).

(14)

Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang umum dialami oleh wanita berusia 20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa kista ovarium fungsional, kistadenoma, kista teratoma, fibroma, endometrioma (kista coklat) dan kehamilan tuboovarium (kehamilan ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut adalah kista fungsional. Kista fungsional termasuk kista di kopus luteum dan folikel biasanya lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 2 bulan. Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali menjalani pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa ovarium yang tidak menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan nyeri persisten atau menunjukkan karakteristik mencurigakan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Reeder, 2013).

Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu proses keganasan atau pun kondisi yang lebih berbahaya, seperti kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista ovarium, baik neoplastik jinak (benigna) maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan tindakan operasi. Untuk itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien (Arif, Purwanti, Soelistiono, 2016). Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila dibiarkan kista bisa bermutasi dan berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama dibiarkan kista akan semakin membesar dan menggangu kesehatan (Mumpuni dan Andang, 2013).

Menurut hasil penelitan Siringo, dkk (2013) di Rumah Sakit ST Elizabeth Medan menemukan 116 orang penderita kista ovarium pada tahun 2008-2012 yang terjadi pada kelompok umur 27-39 tahun (29,7%) dengan kista ovarium jinak (94,8%) dan kista ovarium ganas (5,2%). Sedangkan penelitian Fadhilah,dkk (2015) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar menemukan penderita kista ovarium sebanyak 124 orang pada tahun 2011-2013 yang terjadi pada kelompok

(15)

umur 28-35 tahun (32%), pendidikan tamat SMA/sederajat (71%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (50%), keluhan tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%), ukuran diameter kista tertinggi 2-9 cm (47,6%) serta lama rawatan penderita kista ovarium adalah 4,5 hari atau 5 hari.

Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya serta asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium adalah suatu proses keperawatan yang diberikan kepada pasien secara langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Asuhan keperawatan meliputi pendidikan klien tentang proses terapi. Menurut Digiulo dan Mary (2014) diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kista ovarium adalah nyeri akut dan ansietas. Intervensi yang dapat dilakukan adalah meyakinkan kepada pasien bahwa kista bisa sembuh, menjelaskan kepada pasien penyebab rasa sakitnya dan rasa sakit yang lebih parah saat haid.

Studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 di ruang kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang ditemukan satu orang pasien post operasi histerektomi dengan diagnosa medis kista ovarium. Berdasarkan hasil observasi, pengkajian pada pasien kista ovarium meliputi pengkajian luka bekas operasi serta nyeri yang dirasakan pasien. Petugas kesehatan sudah memberikan pemahaman kepada pasien bahwa nyeri yang dirasakan adalah pengaruh dari luka bekas operasi. Petugas sudah memantau tanda-tanda vital, memberikan analgetik kepada pasien untuk mengurangi nyeri,mengobservasi luka operasi. Petugas kesehatan juga sudah memberikan pendidikan tentang proses terapi namun petugas belum mengkaji kebutuhan psikologi pada pasien karena jika tidak diperhatikan akan mengakibatkan klien mengalami gangguan harga diri.

(16)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menerapkan asuhan keperawatan pada pasien post operatif dengan kasus Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017?”

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien post operatif dengan Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan post opertif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

f. Mampu melakukan pendokumentasian pada pasien dengan post opertif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017

(17)

D. Manfaat Penulisan 1. Peneliti

Penelitian karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium yang telah dipelajari.

2. Rumah Sakit

Penelitian karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operaitf Kista Ovarium

3. Institusi Pendidikan

Penelitian karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kasus Kista Ovarium

(18)

Menurut Saydam (2012), kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan.

2. Penyebab kista ovarium

Menurut Nugroho (2012), kista ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan hormone pada hipotalamaus, hipofisis dan ovarium. Penyebab lain timbulnya kista adalah ovarium adalah adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus, adanya zat dioksin dan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya kista, faktor makan makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya kista (Mumpuni dan Andang, 2013).

Arif,dkk (2016) mengatakan faktor resiko pembentukan kista ovarium terdiri dari:

a. Usia

Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.

b. Status menopause

Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang rendah.

c. Pengobatan infertilitas

Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista berkembang.

(19)

d. Kehamilan

Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).

e. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.

f. Merokok

Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang merokok. g. Ukuran massa

Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan besar bersifat ganas.

h. Kadar serum petanda tumor CA-125

Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.

i. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium, payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita terkena kista ovarium.

j. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel. k. Obesitas

(20)

Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena kista

ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista ovarium.

3. Jenis-jenis Kista ovarium

Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi dua yaitu: a. Kista ovarium neoplastik

1) Kistadenoma ovarii serosum

Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan.

2) Kistadenoma ovarii musinosum

Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel bewarna sel gelap terletak di bagian basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktul epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon di mana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet. 3) Kista dermoid

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.

4) Kista ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding

(21)

kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjad putaran tungkai dengan gejala-gejala mendadak.

5) Kista endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel endometrium. b. Kista ovarium non neoplastik

1) Ovarium polisistik (Stein-Leventhal Syndrome)

Penyakit ovarium polisistik ditandai dengan pertumbuhan polisistik kedua ovarium, amnorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Sekitar 50% pasien mengalami hirsutiseme dan obesitas. Walaupun mengalami pembesaran ovarium, ovarium polisistik juga mengalami sklerotika yang menyebabkan permukaannya bewarna putih tanpa identasi seperti mutiara sehingga disebut juga sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak folikel berisis cairan di bawah fibrosa korteks yang mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang sama.

2) Kista folikuler

Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.

3) Kista korpus luteum

Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka. a) Kista granulosa lutein

Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel garnulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap berikutnya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah

(22)

rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorpsi darah ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan.

b) Kista theka lutein

Biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista sering kali bersamaan dengan ovarium polisistilk, mola hodatidosa, koro karsinoma, terapi hCG dan klomifen sitrat. Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umunya tidak diperlukan tindakan pembedahan untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan laparatomi untuk menyelamatkan penderita. 4) Kista inklusi germinal

Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista biasanya ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atad satu lapisan epitel kubik dan isinya jernih dan serus.

4. Patofisiologi

Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak 1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satu tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan dengan lepasnya

(23)

steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada hipotalamus-pituitari neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 unit dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupan reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal.pada rentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi peningkatan hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH.

Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad di mana melibatkan folikel dan korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang disekresi secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga.

Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti pasti terjadi kegagalan ovarium (Prawirohardjo,2011).

Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan

(24)

mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karena darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amnorea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2008).

5. Manifestasi klinis

Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain: a. Sering tanpa gejala.

b. Nyeri saat menstruasi.

c. Nyeri pada perut bagian bawah. d. Nyeri saat berhubungan badan.

e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki. f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.

g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

(25)
(26)
(27)

7. Respon tubuh terhadap fisiologis

Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi menurut Wiknjosastro (2008) adalah sebagai berikut:

a. Sistem gastrointestinal

Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan pembengkakan perut. Apabila tumor menekan kandung kemih dapat menimbulkan gangguan miksi.

b. Sistem pencernaan

Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti lambung. Penekan pada lambung dapat mengakibatkan mual muntah serta kehilangan nafsu makan.

c. Sistem pernafasan

Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan paru-paru menjadi terdesak sehingga sirkulasi oksigen terganggu maka timbul rasa sesak.

d. Sistem reproduksi

Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormon meningkat, pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel telur menjadi matang menimbulkan kista ovarium. Akibat dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke dalam kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi saat terjadi perdarahan sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

e. Sistem kardiovaskuler

Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale yang akan menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Wiknjosastro,2008) dan (Nugroho,2012), pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sebagai berikut:

(28)
(29)

Kaji ada lesi, kebersihan mulut, warna bibir, mukosa bibir 6) Leher

Kaji adanya pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran vena jugularis 7) Thorak

Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris 8) Paru-paru

Biasanya pasien merasakan sesak karena kista menekan organ disekitarnya.

9) Jantung (a) Inspeksi

ictus cordis tidak terlihat (b) Palpasi

Ictus cordis teraba (c) Perkusi

Pekak (d) Auskultasi

Bunyi jantung S1 dan S2 normal 10) Payudara/mamae

Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi, papilla mamae menonjol, dan tidak ada pembengkakan

11) Abdomen (a) Inspeksi

Biasanya perut tampak membuncit (b) Palpasi

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, teraba masa pada abdomen (c) Perkusi

Biasanya redup (d) Auskultasi

Bising usus normal 12) Genitalia

Biasanya siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlangsung lama saat menstruasi (Nugroho,2012)

13) Ekstermitas

Biasanya tekanan pada tumor dapat menyebabkan edema pada tungkai 14) Pemeriksaan penunjang

(a) Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista

(b) Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk menentukan sifat-sifat tumor.

(c) Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.

(30)

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan pre operasi dan post operasi menurut NANDA 2015-2017 sebagai berikut:

a. Pre operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik 3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi

b. Post operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik 2) Resiko infeksi behubungan dengan prosedur invasive 3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan

5) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan strategi koping tidak efektif

6) Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen 7) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi

8) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan 9) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan 3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan

No Diagnosis

keperawatan NOC NIC

(1) Pre operasi Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis Kontrol Nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil :

1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Menggambarkan faktor penyebab 3) Melaporkan perubahan Manajemen Nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,

onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

2) Observasi adanya

(31)

terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan

4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri

5) Melaporkan nyeri yang terkontrol

petunjuk nonverbal mengenai

ketidaknyamanan

terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif

3) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat 4) Gunakan strategi

komunikasi terapeutik 5) Gali pengetahuan dan

kepercayaan pasien mengenai nyeri

6) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat

menurunkan atau

memperberat nyeri 7) Berikan informasi

mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur

8) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

9) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi relaksasi)

10) Dorong pasien

untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat

11)Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol

(32)

nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan 12) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik Eliminasi urine

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mengontrol eliminasi urin dengan kriteria hasil:

1) Pola eliminasi baik 2) Bau urine, jumlah urine,

warna urine, kejernihan urine normal

3) Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya 4) Mengenali keinginan

untuk berkemih

Perawatan retensi urin 1) Lakukan pengkajian komprehensif sistem perkemihan

2) Monitor efek dan obat-obat yang diresepkan 3) Pasang kateter urin

sesuai kebutuhan 4) Anjurkan keluarga

untuk mencatat urin output sesuai kebutuhan 5) Monitor intake dan

output Monitor cairan

1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi

2) Tentukan faktor resiko

yang mungkin

menyebabkan ketidakseimbangan cairan

3) Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubahan cairan

(33)

4) Periksa turgor kulit 5) Monitor berat badan 6) Monitor asupan dan

pengeluaran

7) Monitor membrane mukos, turgor kulit, dan respon haus

8) Monitor warna,

kuantitas dan berat jenis urine

9) Monitor tanda dan gejala ansietas

Ansietas b.d perubahan status kesehatan

Mengontrol kecemasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mengotrol kecemasan dengan kriteria hasil:

1) Mengurangi penyebab kecemasan

2) Menggunakan strategi koping yang efektif 3) Menggunakan teknik relaksasi 4) Mempertahankan hubungan sosial 5) Mempertahankan tidur adekuat 6) Mengendalikan respon kecemasan Pengurangan kecemasan 1) Gunakan pendekatan

yang tenang dan meyakinkan

2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama prosedur 3) Dorong keluarga untuk

mendampingi klien dengan cara yang tepat 4) Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi

5) Pertimbangkan

kemampuan klien dalam mengambil keputusan 6) Kaji untuk tanda verbal

dan non verbal

kecemasan Terapi relaksasi

(34)

1) Gambarkan

rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia

2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di masa lalu yang sudah memberikan manfaat 3) Ciptakan lingkungan

yang tenang dan tanpa distraksi

4) Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman

5) Minta klien rileks dan merasakan sensasi yang terjadi

6) Tunjukkan dan

praktikkan teknik relaksasi pada klien 7) Dorong pengulangan

teknik relaksasi dan praktik-praktik tertentu secara berkala

(2) Post operasi Nyeri Akut b.d agen cidera fisik

Kontrol Nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil :

1) Mengenali kapan nyeri terjadi

2) Menggambarkan faktor penyebab

Manajemen Nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,

onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

2) Observasi adanya

(35)

3) Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan

4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri

5) Melaporkan nyeri yang terkontrol

petunjuk nonverbal mengenai

ketidaknyamanan

terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif

3) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat 4) Gunakan strategi

komunikasi terapeutik 5) Gali pengetahuan dan

kepercayaan pasien mengenai nyeri

6) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat

menurunkan atau

memperberat nyeri 7) Berikan informasi

mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan

dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur

8) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

9) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi relaksasi)

10) Dorong pasien

untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat

11) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan

12) Dukung

istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu

(36)

penurunan nyeri Resiko Infeksi

b.d prosedur invasif

Kontrol Resiko : Proses Infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mengontrol infeksi dengan kriteria hasil:

1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi

2) Mengenali faktor resiko individu terkait infeksi 3) Mengetahui perilaku

yang berhubungan dengan resiko infeksi 4) Mengidentifikasi tanda

dan gejala infeksi 5) Memonitor perilaku

diri yang berhubungan dengan resiko infeksi 6) Memonitor faktor di lingkungan yang berhubungan dengan resiko infeksi 7) Mencuci tangan 8) Mempertahankan

lingkungan yang bersih

Kontrol Infeksi

1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dilakukan untuk setiap pasien

2) Batasi jumlah

pengunjung

3) Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan

4) Anjurkan pasien

mengenai teknik

mencuci tangan dengan tepat

5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

6) Gunakan sabun

antimikroba

7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien

8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal 9) Pakai sarung tangan

steril dengan tepat 10) Pastikan teknik

perawatan luka yang tepat

11) Berikan terapi antibiotik yang sesuai

12) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi 13) Ajarkan pasien dan

keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi

Kerusakan Mempertahan Kondisi Perawatan Luka

(37)

Integritas Kulit b.d cedera kulit

Kulit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu mempertahankan kondisi kulit dengan kriteria hasil:

1) Suhu kulit normal

2) Elastisitas dan kelembaban kulit dapat di pertahankan

3) Perfusi jaringan baik 4) Mampu melindungi kulit

dan perawatan alami

1) Angkat balutan dan plester perekat

2) Ukur luas luka

3) Berikan rawatan insisi pada luka

4) Berikan balutan yang sesuai jenis luka

5) Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase

6) Periksa luka setiap kali perubahan balutan

7) Bandingkan dan catat setiap perubahan luka 8) Anjurkan pasien dan

anggota keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi

9) Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan tampilan

Sumber : NANDA 2015-2017, Moorhead. S, Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) (edisi 5). Mosby: Lowa City, Bulechek. G, dkk. 2016.

Nursing Interventions Classification (NIC) (edisi 6). Mosby : Lawa City

4. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diharapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan

(38)

untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah : tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai.

S : Subjek yaitu data yang di dapatkan dari pasien mengenai apa yang di rasakan pasien.

O : Objektif yaitu data yang di dapatkan baik dari hasil pengukuran vital sains maupun data yang tampak secara psikis dari pasien.

A : Assignment yaitu keterangan mengenai tindakan keperawatan berhasil tidaknya di lakukan pada pasien.

P : Planning yaitu tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini berbentuk deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi saat ini. Jenis rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian ini menggunakan studi kasus tentang penerapan asuhan keperawatan

(39)

pada pasien dengan post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang. Waktu penelitian di lakukan pada bulan Januari-Juni 2017. Penerapan asuhan keperawatan dilakukan selama 6 hari pada tanggal 5-10 Juni 2017.

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien kista ovarium yang dirawat di ruang kebidanan Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang. Populasi pada bulan Mei sebanyak 2 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan/pengukuran. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan peneliti.. Sampel dalam penelitian ini adalah dua orang pasien dengan kista ovarium di kebidanan Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang. Adapun kriteria sampel meliputi: a. Kriteria inklusi yaitu kriteria yang harus dimilki individu dalam

populasi untuk dapat dijadikan sampel dalam penelitian. 1) Pasien bersedia menjadi responden

2) Pasien kooperatif b. Kriteria eksklusi

1) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

2) Pasien yang mengalami perburukan kondisi selama penelitian

(40)

D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian gynekologi-onkologi, alat perlindungan diri (APD), alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari termometer, stetoskop, tensi meter, arloji dengan detik, penlight, timbangan.

E. Jenis dan Teknik pengumpuan data

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien dengan menggunakan format pengkajian. Data primer dari penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dan pemeriksaasn fisik secara langsung kepada pasien. Data primer yang diperoleh akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengakajian gynekolgi onkologi yang telah disediakan sebelumnya meliputi: identitas pasien dan penanggung jawab, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat haid, riwayat obstetrik dan aktivitas sehari-hari.

2) Hasil pemeriksaan fisik berupa : keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dam pemeriksaan fisik head to toe.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh rekam medis, kepala ruangan, petugas di ruangan kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang. Data sekunder umumnya berupa data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

2. Teknik Pengumpulan data

(41)

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan pengukuran dan dokumentasi

1. Observasi

Merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Observasi adalah pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Alatnya berupa lembaran pengkajian keperawatan seperti pemeriksaan fisik dengan metode inspeksi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung responden yang diteliti dengan menggunakan format pengkajian ginekologi dan onkologi. Sebelum mengawali wawancara, peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai hal-hal yang akan ditanyakan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden didasarkan pada format pengkajian yang telah dibuat peneliti. Pedoman wawancara yang dipakai pada studi kasus ini adalah lembaran pengkajian keperawatan meliputi identitas, riwayat kesehatan, ADL (sesuai dengan format masing- masing tatanan ilmu ).

3. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop, nadi dan pernafasan menggunakan arloji dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti foto

(42)

rontgen, CT scan, dan USG. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang telah dilakukan.

F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Prosedur Administrasi

Prosedur administrasi yang dilakukan meliputi izin dari pihak institusi pendidikan peneliti yaitu Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang, kemudian mengurus perizinan pengambilan data dari Direktur Rumah Sakit melalui instaldik Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang dan melakukan pembayaran biaya penelitian. Setelah itu, peneliti mendapat izin dari direktur rumah sakit dan menerima surat izin penelitian dari instaldik untuk dilampirkan ke kepala Instalasi rawat inap kebidanan, kemudian melampirkan surat izin penelitian dari kepala instalasi untuk diserahkan ke kepala ruangan kebidanan untuk dapat memulai penelitian. Kemudian, peneliti bersama kepala ruangan megidentifikasi pasien. Dari hasil identifikasi ditemukan satu orang pasien dengan post operatif kista ovarium.

2. Prosedur Asuhan Keperawatan

Prosedur asuhan keperawatan dimulai dengan memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi lalu mengidentifikasi responden dan didapatkan satu orang yang memenuhi kriteria. Setelah itu, peneliti menemui pasien dan memberikan penjelasan tentang tujuan kedatangan peneliti, memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya, setelah pasien dan keluarga mengerti, responden menandatangani informed concent di hadapan peneliti. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden pertama selama satu hari,kemudian peneliti melanjutkan asuhan keperawatan di rumah. Karena keterbatasan waktu penelitian, peneliti tidak mendapatkan responden kedua, maka peneliti mengidentifikasi pasien yang melakukan kontrol ulang di Poli. Responden kedua ditemukan peneliti di Poli Syakira RS Reksodiwiryo Padang pada 6 Juni 2017, setelah responden setuju untuk menjadi partisipan serta diketahui dan disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Imiah makan

(43)

peneliti melanjutkan asuhan keperawatan dengan melakukan kunjungan rumah.

Peneliti mulai melakukan pengkajian dengan sumber informasi pasien dan keluarga pasien. Pengkajian dimulai dari mengkaji identititas pasien hingga mengumpulkan data-data yang terkait dengan kondisi pasien untuk dianalisis, lalu menetapkan diagnosis keperawatan. Setelah itu, merumuskan intervensi yang mungkin untuk dilakukan. Selanjutnya, melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, lalu membuat evaluasi dan dokumentasi setiap kali selesai melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Pertemuan selanjutnya dimulai dengan melakukan evaluasi kegiatan sebelumnya dan validasi perasaan dan keluhan pasien. Setelah itu menjelaskan tujuan pertemuan dan membuat kontrak waktu dengan responden, lalu melanjutkan kegiatan asuhan keperawatan, dan melakukan prosedur yang sama dipertemuan selanjutnya, lalu diakhiri dengan fase terminasi kepada pasien dan keluarga.

G. Hasil Analisis

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengatur, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengaktegorikannya sehingga diperoleh hasil temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Dalam studi kasus,data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada responden pertama serta responden kedua dengan teori dan penelitian terdahulu.

(44)
(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Ny. AP (partisipan I) berusia 25 tahun datang ke Poliklinik Syakira RS Reksodiwiryo Padang untuk melakukan kontrol ulang atas tindakan operasi pengangkatan kista ovarium. Asuhan keperawatan pada partisipan I dilakukan pada tanggal 6 -10 Juni 2017. Ny.A berusia 43 tahun datang ke Poliklinik Syakira untuk kontrol ulang atas tindakan operasi kista ovarium. Asuhan diberikan pada partisipan II dilakukan pada 5-9 Juli 2017.

Tabel 4.1 Deskripsi Pengkajian

Asuhan Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Identitas pasien Ny.AP tinggal di Jl.Parak Gadang no.26 Padang dan tinggal bersama suaminya yaitu Tn.Wd yang berumur 28 tahun serta 1 orang anaknya yang berumur 4 tahun. Pendidikan terakhir Ny.AP yaitu SMA.

Ny.A bekerja sebagai guru TK yang beralamat di Jln. Berlian II no.41 Pengambiran Padang dan tinggal bersama suaminya yaitu Tn.W yang berusia 53 tahun serta bekerja sebagai swasta. Pendidikan terakhir Ny.A yaitu Diploma II.

Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 3 bulan yang lalu., siklus menstruasi tidak teratur serta keluar darah berwarna merah segar diluar siklus menstruasi.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Juni 2017, klien sudah dilakukan tindakan operasi atas indikasi kista ovarium. Klien mengatakan sedikt nyeri pada luka bekas operasi, luka bekas operasi sudah mulai mengering. Klien mengatakan

Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah sejak 3 bulan yang lalu, siklus menstruasi teratur.

Saat di lakukan pengkajian pada tangga 5 Juni 2017, klien sudah di lakukan tindakan operasi atas indikasi adanya kista ovarium serta multiple mioma uteri. Klien mengatakan nyeri sudah tidak ada lagi, luka operasi sudah kering. Klien mengatakan masih

(46)

sebelumnya tidak mengetahui penyebab klien menderita kista ovarium dan belum mengetahui mengenai penyakit kista ovarium.

berhati-hati saat beraktifitas karena takut luka bekas operasi akan menjadi parah.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Ny.AP mengatakan pernah di rawat sebelumnya di ruang kebidanan RS Rekodiwiryo Padang selama 5 hari.

Ny.A mengatakan pernah dirawat sebelunya di ruang kebidan RS Reksodiwiryo Padang selama 5 hari. Ny.A pernah menderita gastritis.

Keterbatasan peneliti :

Saat peneliti melakukan penelitian, Ny.A sudah diperbolehkan pulang maka peneliti melakukan kunjungan rumah

Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien serta riwayat penyakit DM, hipertensi dan penyakit menular.

Ny.A mengatakan mempunyai keluarga yang menderita penyakit kanker payudara serta memiliki keluarga yang memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus.

. Riwayat onkologi Ny.AP mengatakan haid pertama pada umur 12

tahun, siklus haid tidak teratur, lamanya haid 6 hari. Klien mengatakan 3 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah saat haid merah pekat.

Ny.A mengatakan haid pertama pada umur 12 tahun, siklus haid teratur, lamanya haid 7 hari. Klien mengatakan 3-5 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah saat haid merah pekat sampai kehitaman.

Riwayat obstetri Klien sudah memilki 1 orang anak dengan persalinan spontan pada tahun 2013, berat bayi 2300 gram, klien pernah ikut KB selama 1 tahun dengan metoda suntik.

Klien belum memiliki anak dan tidak pernah ikut KB.

ADL Ny.AP sebelum sakit makan 3 kali sehari namun mempunyai kebiasaan makan makanan cepat saji seperti mie. Saat ini klien sudah makan makan yang berserat dan tinggi protein.

Ny.A mengatakan sebelum sakit mempunyai kebiasaan makan makanan cepat saji serta makan 2-3 kali serta makan sering terlambat. Saat ini Ny.A dianjurkan makan makanan yang mengandung

(47)

Pola tidur

Tidur siang tidak teratur, tidur malam teratur dengan jumlah jam tidur ±6 jam. Masalah tidur tidak ada pada malam hari.

BAB & BAK

Kebiasaan BAK lebih 5 kali sehari dengan jumlah lebih kurang 250 cc, warna kuning, tidak ada masalah BAK.

Kebiasaan BAB 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek, tidak ada masalah BAB.

tinggi protein serta banyak mengkonsumsi buah dan sayur.

Pola tidur siang Ny.A kurang teratur karena Ny.A sebelum sakit harus bekerja, sedangkan tidur malam ± 6 jam.

Saat di rumah kebiasaan BAK Ny.A lebih dari 5 kali sehari dengan jumlah lebih kurang 250cc, warna kuning, Ny.A mengatakan lebih sering pipis pada malam hari.

Kebiasaan BAB saat sakit 1 kali sehari,warna kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek, tidak ada masalah saat BAB.

Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, hasil pengukuran TD: 110/70 mmHg, suhu: 36,6oC (36,5oC-37,5oC), nadi 80 kali

permenit, pernafasan 20 kali permenit (normal 16-20 kali peremenit).

Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat lesi, mata simteris kiri dan kanan, konjutiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung tampak kotor dan tidak ada lesi serta tidak ada kelainan. Mukosa bibir tampak kering, telinga

Saat dilakukan pemeriksaan fisik,keadaaan umum tampak baik, kesadaran compos mentis, GCS 15, hasil pengukuran TD: 120/80 mmHg, suhu 37o C,

nadi 82 kali permenit, pernafasan 19 kali permenit.

Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat lesi, mata simetris kiri dan kanan, konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung tampak bersih, tidak ada lesi serta tidak ada kelainan. Mukosa bibir tampak lembap, telinga

(48)

simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak teraba pembesaran vena jugularis.

Pemeriksaan thoraks, simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada, saat di palpasi fremitus kiri dan kanan sama, saat diperkusi terdengar sonor, saat di auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung ditemukan ictus cordis tidak terlihat,irama jantung regular.

Pada pemeriksaan abdomen tampak luka bekas operasi, terdapat nyeri tekan, saat perkusi terdengar timpani,saat auskuktasi terdengar bising usus positif.

Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembap, warna merah muda, tidak ada edema,akral teraba hangat, capillary refil kembali dalam dua detik,

simetris kiri dan kanan,tidak ada kelainan. Tidak ada teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada pembesaran vena jugularis.

Pemeriksaan toraks simetris kiri dan kanan, saat di perkusi terdengar sonor, saat di palpasi fremitus kiri dan kanan sama, di auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung tidak terlihat iktus kordis, iktus kordis teraba di RIC 5. Pada pemeriksaan abdomen,terdapat luka bekas operasi, tidak ada asites, tidak terdapat nyeri tekan, saat perkusi terdengar timpani, saat auskultasi bising usus normal.

Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembab, tidak ada edema, capillary refill kembali dalam dua detik, akral teraba hangat.

Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Mei 2017, hemoglobin 10,0gr/dl (normal 12-16 gr/dl) Analisa Data Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

berhubungan dengan ketidakmpampuan pengambilan keputusan

DS:

1. Ny.AP mengatakan tidak ada pantangan makan

2. Ny.AP mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

berhubungan dengan ketidakmampuan pengambilan keputusan

DS:

1. Ny.A mengatakan tidak ada pantangan makanan

2. Ny.A mengatakan sering makan makanan yang cepat saji

3. Ny.A mengatakan sebelum sakit sering

(49)

DO:

1. Ny.AP tampak kurang mengerti dengan penyakitnya

2. Ny.AP tampak kurang berminat untuk mencari bantuan kesehatan

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

DS:

1. Ny.AP mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakitnya

2. Ny.AP mengatakan baru memeriksakan penyakitnya setelah merasakan nyeri hebat DO :

1. Klien tampak belum paham dengan penyakitnya

2. Klien tampak bingung saat ditanya tentang penyakitnya

Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yang lebih baik

DS :

1. Klien mengatakan keinginan untuk menghindari faktor terjadi kista

2. Klien menyatakan keinginan untuk

berolahraga DO:

1. Ny.A tampak belum mengerti dengan penyakitnya

2. Ny.A tampak tinggal dengan suaminya saja 3. Ny.A tampak ingin penyakitnya tidak

kambuh

Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

DS:

1. Ny.A mengatakan sebelumnya tidak mengetahui penyakitnya

2. Ny.A mengatakan mengabaikan rasa nyeri yang dirasakan karena dianggap hal yang biasa

DO:

1. Klien tampak belum mengerti dengan penyakitnya

2. Klien tampak bingung saat dikaji pengetahuan tentang penyakitnya.

Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yang lebih baik

DS:

1. Klien mengungkapkan keinginan untuk sembuh

(50)

melakukan penanganan gejala kista ovarium

DO:

1. Klien tampak memiliki keinginan untuk melakukan pengangan penyakitnya

2. Klien tampakingin menghindari faktor resiko penyakitnya terjadi lagi

penyebab kista agat tidak muncul lagi

DO:

1. Klien tampak memiliki kemauan untuk mengubah perilaku hidup sehat

2. Klien tampak menghindari faktor resiko dengan mengkonsumsi makanan yang berserat

3. Klien tampak menghindari makanan yang cepat saji

Tabel 4.2 Deskripsi Diagnosis Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah yang muncul pada partisipan I adalah :

Diagnosis pertama ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan dengan

ketidakmampuan pengambilan keputusan

Diagnosis kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Diagnosis keperawatan ketiga yaitu kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

Berdasarkan hasil pengkajian masalah keperawatan yang muncul pada partisipan II adalah :

Diagnosis pertama yaitu Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan pengambilan keputusan

Diagnosis kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Diagnosis keperawatan ketiga yaitu kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

Tabel 4.3 Deskripsi Rencana Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

(51)

Intervensi Keperawatan

Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan ketidakmpuan mengambil keputusan dilakukan selama 5x pertemuan dengan tujuan agar klien mampu meningkatkan pengetahuan gaya hidup sehat dengan rencana tindakan keperawatan yaitu : identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat , tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok saran ,rumuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan ,hindari penggunanaan teknik menakut-nakuti sebagai strategi untuk memotivasi orang agar mengubah perilaku kesehatan atau gaya hidup ,libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan , tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga dan lain-lain

Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dilakukan selama 5x pertemuan dengan tujuan agar klien mampu meningkatkan pengetahuan gaya hidup sehat dengan rencana tindakan keperawatan yaitu : identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat , tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok saran ,rumuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan, libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan , tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga dan lain-lain bagi individu, keluarga, kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang lain terutama pada anak-anak,rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk

(52)

bagi individu, keluarga, kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang lain terutama pada anak-anak,rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi gaya hidup

Rencana keperawatan untuk diagnosa defisensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dilakukan selama 5x pertemuan dengan tujuan agar memanajemen penyakit dengan kriteria hasil: Menjelaskan kembali tentang penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas

Rencana tindakan keperawatan yaitu Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala) , identifikasi kemungkinan penyebab,jelaskan kondisi tentang klien ,jelaskan tentang program pengobatan alternative dan pengobatan ,diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi

memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi gaya hidup

Rencana keperawatan untuk diagnosa defisensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dilakukan selama 5x pertemuan dengan tujuan agar memanajemen penyakit dengan kriteria hasil: Menjelaskan kembali tentang penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas Rencana tindakan keperawatan yaitu kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala) , identifikasi kemungkinan penyebab,jelaskan kondisi tentang klien ,jelaskan tentang program pengobatan alternative dan pengobatan ,diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi ,diskusikan tentang terapi dan pilihannya ,eksplorasi kemungkinan

(53)

,diskusikan tentang terapi dan pilihannya ,eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/mendukung ,instruksikan kapan harus ke pelayanan, tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan

Rencana keperawatan untuk diagnosis kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dilakukan selama 5x pertemuan dengan rencana keperawatan yaitu: berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet yang bisa dicapai dengan professional kesehatan, memilih porsi yang sesuai dengan diet yang ditentukan, menghindari makanan dan minuman yang tidak diperbolehkan dalam diet, mengikuti rekomendasi dalam tahap diet, rencana makan sesuai dengan diet yang ditentukan.

sumber yang bisa digunakan/mendukung ,instruksikan kapan harus ke pelayanan, tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan

Rencana keperawatan untuk diagnosis kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dilakukan selama 5x pertemuan dengan rencana keperawatan yaitu: berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet yang bisa dicapai dengan profesional kesehatan, memilih porsi yang sesuai dengan diet yang ditentukan, menghindari makanan dan minuman yang tidak diperbolehkan dalam diet, mengikuti rekomendasi dalam tahap diet, rencana makan sesuai dengan diet yang ditentukan.

Tabel 4.4 Deskripsi Implementasi Keperawatan

(54)

Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmpuan mengambil keputusan seperti :mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi berprilaku hidup sehat, memberikan pengetahuan tentang cara berprilaku hidup sehat, melibatkan individu, keluarga dalam memodifikasi perilaku kesehatan.

Diagnosis kedua yaitu defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi seperti: mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, menjelaskan tentang proses penyakit, mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, menginstruksikan kapan harus ke pelayanan.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan seperti : mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat mengurangi atau meningkatkan motivasi untuk berperilaku hidup sehat, merusmuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan, melibatkan individu dan keluarga dalam memodifikasi perilaku kesehatan, menekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan berolahraga

Diagnosis kedua yaitu defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi seperti : Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, menjelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), mengidentifikasi kemungkinan penyebab, mendiskusikan gaya hidup sehat yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, mengintruksikan kapan harus ke pelayanan,

Gambar

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan No Diagnosis
Tabel 4.1 Deskripsi Pengkajian Asuhan
Tabel 4.2 Deskripsi Diagnosis Keperawatan
Tabel 4.4 Deskripsi Implementasi Keperawatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : untuk memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan post apendiktomi.. Hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

Kesimpulan: Dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini dimulai dari tahap pengkajian, menentukan

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : 1.. Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam upaya memberikan asuhan keperawatan

Tujuan umum dari penysusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi pesien dengan post operasi laparatomi (perforasi

Penerapan Teori Adaptasi Roy dan Symptom Management Humphreys pada Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Ovarium Post Operasi Sitoreduktif Dengan Kemoterapi.. Ika

Tujuan : Karya tulis ilmiah ini adalah guna mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum spontan disertai ketuban pecah dini yang meliputi

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang asuhan keperawatan

Selain itu terdapat faktor pendukung lainya diantaranya penulis mendapat bimbingan selama pendidikan dengan merencanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien.