STRATEGI DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BATIK DI KOTA PEKALONGAN
STRATEGIES OF COOPERATIVES TRADE AND INDUSTRIAL OFFICE (DISPERINDAGKOP) AND UMKM IN DEVELOPING OF BATIK CREATIVE INDUSTRY IN PEKALONGAN CITY.
Oleh: Nur Istikhatu Fadlilah, FIS UNY, nuristikhatu@gmail.com Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan beserta hambatan-hambatan yang dihadapinya. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi serta data sekunder yang berupa literatur dan dokumen-dokumen resmi. Instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri yang dalam pelaksanaannya menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber, sedangkan teknik analisis data yang digunakan berupa analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Disperindagkop dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan yaitu: (1) meningkatkan daya saing produk UMKM melalui peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor, (2) menjadikan industri batik sebagai salah satu prioritas program pemerintah yang harus dikembangkan, (3) pengembangan jejaring (networking) kerja antara pemerintah, dunia usaha dan berbagai pemangku kepentingan, (4) meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif batik, (5) meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan UMKM dalam mengakses peluang pendanaan pada lembaga perbankkan maupun non perbankkan, (6) meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam negeri untuk mendorong daya saing produk, dan (7) memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah. Strategi tersebut telah dilaksanakan ke dalam beberapa program kegiatan dengan anggaran dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta dengan memanfaatkan kolaborasi antara cendekiawan, pelaku bisnis dan pemerintah. Sedangkan hambatan dalam pelaksanaan strategi tersebut meliputi hasil pelatihan kurang tersampaikan dan tidak bisa diterima oleh banyak perajin batik, kurangnya perhatian generasi muda pada perbatikan, dan banyak pengrajin yang gagap teknologi.
Kata kunci : Strategi, Pengembangan, Industri kreatif. Abstract
This research aims to know Strategies of Cooperatives Trade and Industrial Office (Disperindagkop) and UMKM in developing of batik creative industry in Pekalongan City. Along with the barriers faced. Design of the research is descriptive qualitative Research. The kind of data that used in this research was primary data obtained from the results of interviews and observation guidelines. Meanwhile the secondary data came from literature review and official documents. The research instrument is researchers herself, the practice is helped by the guidance from the interview and observation results. The data collecting technique used are interview, observation and documentation. To check the validity of data, researcher uses the source triangulation. While data analysis techniques uses the interactive analysis. The research results show that strategies of Disperindagkop and UMKM in developing of batik creative industry in Pekalongan City consist of :
(1)Increasing the competitiveness of products UMKM through increased productivity based superior products regions, defenseless competitiveness of global and Sports, (2)making batik industry as one of the priorities of government programs that must be developed, (3)networking employment between government, the business and various stakeholders, (4)Increasing the quality and product quality of batik creative industry, (5)Increasing cooperative institutional credibility and UMKM to access funding opportunities in the banking and non banking institutions, (6)Increasing use of local raw materials and the use of domestic product to push competitiveness Products, and (7)using modern technology and local wisdom to increase the competitiveness of regional top Products. The strategies have been implemented in some programs with budget and procedures work that have been determined and by using the collaboration of scholars, businesses and government. While the obstacles in the implementation of the strategies including the result of Training could not be delivered easily and could not be accepted by many batik artisans, the lack of attention to the younger generation on related items, and many craftsmen who stutter technology.
Keywords: Strategy , Development , Creative Industries
A. PENDAHULUAN
Batik menjadi tumpuan perekonomian masyarakat Kota Pekalongan. Industri batik Pekalongan prospeknya masih menjanjikan dibandingkan industri batik daerah yang lain. Kota Pekalongan berkembang menjadi pusat batik terbesar di Jawa. Dari data pemerintah kota Pekalongan pada tahun 2014 terdapat 861 jumlah industri batik yang tersebar di 14 kelurahan dan menampung 12.004 orang tenaga kerja. Selain itu nilai produksi batik sebesar 279.787,526 (dalam jutaan rupiah) dan jumlah Asset/investasi sebesar 38.316,8555 (dalam jutaan rupiah) menjadikan perekonomian Kota Pekalongan semakin baik.
Pada tanggal 1 Desember 2014 Kota Pekalongan dinobatkan oleh UNESCO sebagai “Kota Kreatif Dunia” untuk kategori Kerajinan dan
Kesenian Rakyat. Seperti yang dilansir dari Indonesia.Travel (dalam mahaprabu.com, 5/12/2015),
Dengan menjadi anggota baru Jaringan Kota Kreatif setiap tahunnya wajib memberikan laporan tahunan kepada UNESCO, terkait dengan kemajuan yang dibuat terkait implementasi kebijakan dan kegiatan, baik yang bersifat lokal maupun internasional dan kerja sama dengan kota-kota lainnya. Jika sampai tidak memenuhi syarat atau dipandang tidak memenuhi komitmen, maka status keanggotaannya pun bisa dicabut (Lutfi dalam Teknopreneur.com, 15/12/2014.
Mempertahankan predikat Kota Kreatif tersebut tidaklah mudah, terlebih banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri batik Pekalongan diantaranya adalah masuknya batik Cina ke pasar
Indonesia khususnya Kota Pekalongan. Persaingan yang ketat dan pemasaran batik Cina yang lebih murah 50% dari harga pasar yang telah ada, menjadikan batik lokal kehilangan pangsa pasarnya karena lebih dibanjiri produk batik Cina. Disamping itu, terdapat juga permasalahan mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, tidak ada standarisasi harga pasar hasil produksi, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi dan lain sebagainya.
Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang sampai sekarang belum mendapatkan solusi yang efektif, di sini Pemerintah Kota Pekalongan pada umumnya dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Pekalongan pada khususnya memiliki peran penting dalam penyelesaian rentetan permasalahan tersebut. Mengingat industri kerajinan batik merupakan penopang pertumbuhan perekonomian Kota Pekalongan sekaligus aset budaya dan mata pencaharian mayoritas masyarakat Pekalongan. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya pengembangan industri batik yang lebih kreatif dan efisien agar mampu bertahan dalam pasaran dan Kota
Pekalongan mampu mempertahankan predikat Kota Kreatif Dunianya.
Pengembangan industri batik merupakan bagian dari ekonomi bisnis yang memerlukan strategi sangat baik. Dalam pengembangan tersebut semua pemilik industri batik tidak mampu berjalan dan membangun industrinya sendiri, Akan tetapi mereka memerlukan peran berbagai elemen untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengembangan yang akan dilakukan memerlukan strategi khusus agar mampu mencapai hasil yang lebih baik dari yang sebelumnya. Strategi tersebut harus melihat dari semua aspek dan lingkungan serta harus belajar dengan menganalisis dari permasalahan yang ada untuk mencapai pengembangan yang maksimal. Oleh karena itu penulis tertarik pada permasalahan tentang strategi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan beserta hambatan-hambatan yang dihadapinya. B. METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Pekalongan. Penelitian dilakukan pada bulan April 2016 sampai dengan bulan Juli 2016. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Pekalongan bagian fungsional perencana, ketua Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan, ketua paguyuban pengrajin canting di Kampung Canting Landungsari, dan Pengrajin industri kreatif batik Pekalongan.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, dan dalam pelaksanaannya menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Sumber Data
Data primer diperoleh langsung dari wawancara terhadap informan penelitian dan observasi di tempat penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi yang didapat di lokasi penelitian
Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dengan
menggunakan pedoman wawancara namun pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang sesuai dengan alur kondisi yang ada.
2. Observasi
Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan, peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan adalah data yang berasal dari Kantor BPS Kota Pekalongan berupa Kota Pekalongan dalam angka 2015 berisi tentang keadaan umum dan kondisi geografis, keadaan ekonomi, sosial dan potensi Kota Pekalongan. Dan data dari Kantor Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan berisi tentang profil Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan serta data-data terkait industri batik Kota Pekalongan.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber. Yaitu dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Teknik Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yaitu proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses analisis data ini menggunakan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Strategi Disperindagkop dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan
Strategi pengembangan industri kreatif batik oleh Disperindagkop dan UMKM diperoleh dari hasil analisis lingkungan yang sebelumnya telah dilakukan survei dan diskusi bersama dengan para pemangku kepentingan yang kemudian dilakukan analisis SWOT. Dimana analisis dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan dan peluang yang ada untuk meminimalisasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dinilai ideal karena telah
memperhatikan semua faktor baik internal maupun eksternal, sehingga dari analisis lingkungan tersebut diperoleh strategi yang tepat.
Strategi yang dihasilkan tersebut adalah meningkatkan daya saing produk UMKM melalui peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor; menjadikan industri batik sebagai salah satu prioritas program pemerintah yang
harus dikembangkan,
pengembangan jejaring
(networking) kerja antara
pemerintah, dunia usaha dan berbagai pemangku kepentingan; meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif batik; meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan UMKM dalam mengakses peluang pendanaan pada lembaga perbankkan dan non perbankkan; meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam negeri untuk mendorong daya saing produk; dan memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah.
2. Pelaksanaan strategi Disperindagkop dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan
Ukuran keberhasilan dari strategi bukan dari suatu strategi yang telah dirumuskan, melainkan dari strategi itu dilaksanakan di lapangan. Untuk mengimplementasi strategi, organisasi memerlukan perumusan program, anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur untuk memastikan program berjalan seperti yang diharapkan (Taufiq Amir, 2011:193)
Pelaksanaan strategi
Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan dalam pengembangan industri kreatif batik dijabarkan ke dalam berbagai program dan kegiatan. Program yang dilaksanakan tersebut sudah bersifat Action-oriented yaitu bahwa semua strategi diorientasikan pada tindakan. Dimana bukan lagi membahas soal strategi yang dirumuskan tetapi lebih pada bagaimana eksekusinya di lapangan. Program yang dilakukan juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku usaha dalam pengembangan industri kreatifnya.
Pelaksanaan strategi tersebut dibiayai oleh APBD Kota Pekalongan dan pada pelaksanaan program tertentu ada sedikit bantuan tambahan dana dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT). Setiap anggaran yang diajukan sudah melalui tahap perincian dan pemikiran yang matang, tujuannya adalah agar dana yang ada mampu mencakupi semua program. Akan tetapi pada kenyataannya anggaran yang disediakan masih saja terbatas sehingga masih perlu dilakukan efisiensi yang berdampak pada pelaksanaan program kegiatan. Dampak tersebut yaitu kegiatan yang dilakukan tidak bisa mencakup semua UMKM karena jumlahnya yang terlalu banyak.
Disperindagkop dan UMKM
Kota Pekalongan dalam
melaksanakan program
pengembangan industri batik hanya mengacu pada prosedur dan indikator kinerja yang telah tercantum dalam Renstra Disperindagkop dan UMKM kota Pekalongan tanpa adanya standar operasional prosedur (SOP) khusus.
Pelaksanaan dari masing-masing strategi sebagai berikut :
a. Meningkatkan daya saing produk UMKM melalui peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor.
Strategi ini dilaksanakan dalam program kegiatan berupa pelatihan dan bimbingan regulasi bisnis internasional dan fasilitasi pameran produk ekspor. Program bertujuan memberi pengetahuan kepada pelaku industri batik mengenai mekanisme bisnis internasional dengan sasaran kegiatan pada pengusaha batik sejumlah 30 orang dengan anggaran dari APBD.
b. Menjadikan industri batik sebagai salah satu prioritas program pemerintah yang harus dikembangkan.
Program dari strategi ini berupa penyelenggaraan pekan batik yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pameran batik dan handycraft, fashionshow batik, pesta kuliner, dialog batik, pentas seni dan budaya, serta karnaval dan parade batik. Tujuan dari program kegiatan ini adalah
memperkenalkan batik
Pekalongan kepada masyarakat
luas, dalam negeri maupun luar negeri.
c. Pengembangan jejaring (networking) kerja antara pemerintah dunia usaha dan berbagai pemangku kepentingan.
Program kegiatan yang melibatkan beberapa pemangku kepentingan ini adalah fasilitasi penyelenggaraan curhat bisnis yaitu dengan mendatangkan pihak pemerintah yaitu walikota Pekalongan, pelaku industri batik, dan cendekiawan. Kegiatan dilakukan dengan sistem diskusi dan curhat bersama.
d. Meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif batik.
Program kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan strategi ini adalah sosialisasi HKI dan pendaftaran merk batik label bagi peningkatan daya saing UKM di era pasar global. Kegiatan ini memiliki hasil akhir
berupa meningkatnya
kepemilikan paten merk produk IKM.
e. Meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan UMKM dalam mengakses
peluang pendanaan pada lembaga perbankkan dan non perbankkan.
Program dalam strategi ini berupa fasilitasi akses modal dengan kredit usaha produksi melalui Pekalongan Mikro Finance Expo yang bertujuan untuk mendekatkan pelaku
UMKM dengan lembaga
keuangan dan kantor permodalan resmi dalam pengembangan modal usaha.
f. Meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam negeri untuk mendorong daya saing produk.
Program dari strategi ini berupa pembinaan kemampuan dan keterampilan kerja melalui pelatihan zat warna alam dan pembuatan canting batik. Tujuannya adalah memberi fasilitas kepada pelaku UMKM dalam peningkatan produktivitas dan pengembangan produk, yaitu dengan mengganti bahan pewarna ekspor dengan bahan pewarna alami. Dalam kegiatan ini menggunakan dana APBD dan mendapat dan tambahan bantuan dari dana bagi hasil
cukai hasil tembakau
(DBHCHT).
g. Memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah.
Strategi ini dilaksanakan dalam program berupa penguatan kelembagaan telecenter sebagai pusat layanan bisnis sentra dan
program peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bagi industri kecil menengah berupa sosialisasi E-Marketplace, yaitu website resmi yang dibuat
dan dikelola oleh
Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan sebagai sarana pemasaran online yang tepercaya
yaitu melalui
www.pasarbatik.pekalongankota. go.id.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan strategi-strategi yang ada pada umumnya sudah tepat sasaran dan sudah dilaksanakan dengan baik. Hanya saja program kegiatan dilakukan hanya sekali dua kali saja tanpa adanya kegiatan. Sehingga banyak pelaku usaha yang gagap jika harus mempraktekkan ilmu yang diperolehnya secara sendiri.
Selain itu strategi pengembangan industri kreatif batik Pekalongan memanfaatkan kolaborasi diantara tiga aktor industri kreatif seperti yang tertulis dalam Rancangan Pengembangan Industri Kreatif oleh Departemen Perdagangan RI (2008:54) yang
diharapkan mampu
mengembangkan industri batik di kota Pekalongan melalui industri kreatif.
Ketiga aktor tersebut adalah cendekiawan (intellectuals) dalam hal ini berkolaborasi dengan lembaga perguruan tinggi yang ada di Kota Pekalongan, bisnis (business) yaitu melibatkan pelaku usaha batik dan komunitas batik serta kolaborasi dengan pemerintah (government) yang menjadi syarat dasar bagi sebuah pengembangan industri kreatif.
3. Hambatan pelaksanaan strategi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan
1. Hasil pelatihan kurang tersampaikan dan tidak bisa diterima oleh banyak pengrajin batik.
Banyaknya jumlah
pengusaha batik di Kota Pekalongan tidak memungkinkan bagi pemerintah memberikan fasilitas yang merata. Beberapa pelatihan hanya diberikan kepada beberapa pengusaha saja sedangkan para pengusaha tersebut tidak mampu menyampaikan hasil pelatihan tersebut kepada pengusaha lainnya, sehingga pelatihan yang diberikan tidak merata dan tidak dapat dinikmati semua pengusaha. Terlebih pelatihan yang diberikan cenderung teoritis dan kurang bisa diaplikasikan. 2. Kurangnya perhatian generasi
muda pada perbatikan.
Banyak generasi muda yang tidak lagi peduli akan warisan nenek moyangnya tersebut. Sehingga dalam pengembangan industri kreatif batik didominasi oleh perajin tua yang cenderung monoton dan kurang inovasi. 3. Banyak pengrajin yang gagap
teknologi
Minimnya keterampilan pengrajin dalam menggunakan teknologi sangat menghambat pengembangan industri batik, terlebih adanya tuntutan
perkembangan teknologi yang mengharuskan para pengrajin mengakses teknologi untuk dapat bersaing di pasaran. Namun banyak pengrajin batik yang gagap teknologi sehingga terhambat dalam persaingan pasar.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Strategi Dinas perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM dalam pengembangan industri kreatif batik di Kota Pekalongan diperoleh dari hasil analisis SWOT menghasilkan tujuh strategi yaitu meningkatkan daya saing produk UMKM melalui peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor; menjadikan industri batik sebagai salah satu prioritas program
pemerintah yang harus
dikembangkan; pengembangan jejaring (networking) kerja antara pemerintah, dunia usaha dan berbagai pemangku kepentingan; meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif batik; meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan UMKM dalam mengakses peluang
pendanaan pada lembaga
perbankkan maupun non
perbankkan; meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam negeri untuk mendorong daya saing produk; dan memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah.
2. Strategi pengembangan industri kreatif batik dilaksanakan ke dalam beberapa program. Program kegiatan dari semua strategi meliputi penyelenggaraan pekan batik, fasilitasi penyelenggaraan curhat bisnis, sosialisasi HKI dan pendaftaran merk dan batik label bagi peningkatan daya saing UKM di era pasar global, fasilitasi akses modal dengan kredit usaha produksi melalui Pekalongan Mikro Finance Expo, pembinaan kemampuan dan keterampilan kerja melalui pelatihan zat warna alam dan pembuatan canting batik, dan penguatan kelembagaan telecenter sebagai pusat layanan bisnis sentra serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi industri kecil menengah berupa sosialisasi E-Marketplace. Semua program kegiatan dibiayai dengan APBD dan
dalam pelaksanaan program tertentu mendapat dana tambahan bantuan dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) dengan prosedur kinerja yang telah tercantum dalam Renstra Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan. Selain itu, sebagai salah satu bagian dari ekonomi kreatif dalam pelaksanaan strategi juga menjalin kolaborasi dengan aktor utama pengembangan ekonomi kreatif yaitu cendekiawan, bisnis, dan pemerintah.
3. Dalam pelaksanaan strategi Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan masih menghadapi beberapa hambatan yaitu hasil pelatihan kurang tersampaikan dan tidak bisa diterima oleh banyak perajin batik, kurangnya perhatian generasi muda pada perbatikan, dan banyak pengrajin yang gagap teknologi.
Saran
1. Pihak pemerintah khususnya Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan
a. Dalam memberikan pelatihan hendaknya lebih aplikatif dan merata, tidak hanya teori yang diberikan tetapi juga disertai
dengan praktek kerja secara langsung.
b. Program kegiatan yang diselenggarakan seharusnya bersifat kontinuitas dan diselenggarakan secara bertahap.
c. Perlu meningkatkan kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis dan cendekiawan dalam upaya pengembangan industri kreatif di Kota Pekalongan.
2. Pengusaha Batik
a. Hendaknya lebih aktif dalam mengikuti pelatihan dan mampu menularkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dari hasil kegiatan yang diberikan pemerintah kepada para pengrajin yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. b. Perlu meningkatkan kualitas
produk dengan memperkaya motif dan warna serta mendaftarkan merk produknya pada HKI untuk mendapatkan sertifikat dan hak paten atas merk produk.
3. Masyarakat
a. Perlu adanya penanaman nilai pada generasi muda untuk
mengembangkan budaya membatik.
b. Ikut aktif menjaga fasilitas yang diberikan pemerintah dalam rangka pengembangan industri kreatif batik di sentra-sentra industri batik Kota Pekalongan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Syukur. 1987. Studi Implementasi : Latar Belakang, Konsep, Pendekatan
dan Relevansinya dalam
Pembangunan. Ujung Pandang :
Persuadi.
Bryson, John M. 1999. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Edisi Terjemahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
David, Fred R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat. Deddy Mulyana. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
lainnya. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:
Rencana Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2009-2025. Jakarta : Departemen Perdagangan.
Flavell, R.W.. & Joe Williams. 1996. Strategic Manajement : A Practical Approach. Sydney : Prentice-Hall.
Hadari Nawawi. 2000. Manajemen
Strategis : Organisasi nonprofit
Bidang Pemerintahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Perajin Batik Cemas Batik China. Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2008/ 10/01/00055036/perajin.batik.cemas.ba tik.cina pada tanggal 31 Desember 2015.
Pekalongan Raih Predikat Kota Kreatif Dari Unesco. Diakses dari http://www.mahaprabu.com/pekalonga
n-raih-predikat-kota-kreatif-dari-unesco-2/ pada tanggal 31 Desember 2015.
Lutfi. (2014). Pekalongan Jadi Anggota Kota Kreatif Dunia, Kenapa Ya?.
Diakses dari
http://teknopreneur.com/dinamika/tekn opreneur-pekalongan-jadi-anggota-kota-kreatif-dunia-kenapa-ya pada tanggal 31 Desember 2015.
Taufiq Amir. 2011. Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Pearce & Robinson. 1997. Manajemen Strategi : Formulasi, Implementasi &
Pengendalian. Jakarta : Binapura
Aksara.
Rangkuti, Freddy. 1998. Analisis SWOT :
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta : Gramedia Pustaka Sinar Utama.
Siagian, Sondang P. 2005. Manajemen Stratejik. Jakarta : Bumi Aksara.