• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prof Aryati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prof Aryati"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL Prof. Dr. Aryati, dr, MS, Sp. PK (K) Nama : dr. putu Indah Budi Apsari S.Ked Nim : 011614153020

Prodi : IKD

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antibodi, antigen, analit dan sebutkan contohnya

Jawaban:

Antibodi (bahasa Inggris: antibodi, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresikan oleh sel B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut, contohnya: IgA, IgD, IgM, IgE, IgG. Struktur antibodi terdiri dari dua rantai berat (heavy chain = H) dan dua rantai ringan (light chain = L). Rantai H IgG memiliki massa molekul sekitar 50 –55 kDa, sementara rantai H IgM memiliki massa molekul sekitar 65 – 70 kDa. Rantai L (dengan massa molekul 20 – 25 kDa, memiliki isotype kappa atau lambda dan ditemukan berikatan dengan seluruh kelas rantai H. Rantai peptida ini berikatan melalui ikatan non-kovalen dan jembatan non-kovalen disulfida. Ikatan disulfida ini relatif terekspos dan oleh karena itu dapat mudah di reduksi atau oksidasi. Domain konstan (Fc) IgG dan IgM dapat berinteraksi dengan sel dan sistem efektor dalam tubuh, dan domain variabel Fab-nya dapat berinteraksi dengan antigen. Lokasi pada struktur antigen tempat berikatan dengan antibodi disebut ‘epitope’ atau disebut ‘antigenic determinant’, sedangkan lokasi pada struktur antibodi yang dapat berikatan dengan antigen disebut ‘paratop’.

Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam menghasilkan antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) yang bergabung dengan protein-pembawa atau carrier. Contoh antigen mikroba patogen dan atau toksin mikroba, toksin tanaman, protein spesifik atau senyawa lain yang berstruktur spesifik, senyawa obat, narkotik, psikotropik, senyawa pestisida, dll.

Analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya. Bahan ini diperiksa dari sampel darah, urin, feses, sputum, cairan efusi, dan lain sebagainya.

2. Validitas interna dan eksterna untuk uji serologis beserta contohnya Validitas interna (disebut juga validitas laboratoris) meliputi:

(2)

 Akurasi : kemampuan tes untuk memberikan hasil yang tepat,. Akurasi menyangkut faktor spesifisitas dan presisi. Akurasi yang tinggi menunjukan hasil yang tepat tanpa bias.

 Reprodusibilitas/ presisi: pengulangan tes dalam satu seri pemeriksaan (within-run) antar seri pemeriksaan (between-run), antar analisis

Validitas Eksterna (disebut juga validitas klinis) meliputi:Sensitifitas diagnostik

Spesifisitas diagnostik

Misalnya NRP, NRN, ED, RL

3. Klasifikasi Metode berdasarkan kadar bahan tinggi dan rendah  Kadar bahan tinggi (mg/ml, µg/ml)

Dimana reaksi antigen antibodi tampak, contoh uji:  Presipitasi, contoh: sRID, IEP, CIEP, Rocket EP

Digunakan antigen larut Aplikasi klinis:

1. Pemeriksaan VDRL- deteksi antibodi non-treponemal pada sifilis 2. Penentuan CRP

3. Pemeriksaan RID (Radial Imunodiffusion) untuk penentuan IgM, IgG, IgA  Aglutinasi: uji aglutinasi menggunakan antigen tidak larut

Antigen yang tidak larut harus diikatkan terlebih dahulu dengan partikel lateks atau sel darah merah.

Aplikasi klinis:

1. Pemeriksaan golongan darah direk (slide) : deteksi antigen di permukaan sel darah merah

2. Uji Widal pada demam tifoid 3. Plano test (tes kehamilan)  Fiksasi Komplemen

Kadar Bahan Rendah (ng/ml, pg/ml)

Hasil reaksi antigen antibodi tak tampak, perlu faktor penguat atau label

Contoh: IFA-fluoresens, RIA-radioisotop, ELISA-enzim, ICT(imunokromatografi), PCR

IFA

Imunofluoresen adalah metode imunologi untuk mendeteksi antibodi dari berbagai kelas immunoglobulin dalam serum, cairan ludah, cairan otak dengan cara mereaksikan antibodi dan antigen spesifik dan anti-antibodi yang dilabel dengan Fluoresence Isothiocyanat (FITC), sehingga terpancar sinar warna hijau atau merah jika di label dengan Rodhamin. Tetapi dalam perkembangan sekarang imunofluoresen banyak digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi antigen-antigen atau antibodi dalam mukosa usus, mukosa mulut, jaringan, urine, dan cairan mata. Fluoresensi

(3)

merupakan pemancaran sinar oleh atom atau molekul setelah terlebih dahulu disinari. Zat warna yang dapat befluoesensi disebut fluorokrom. Pada dasarnya teknik fluoresen antibodi ini merupakan kombinasi cara-cara imunologis dan pewarnaan. Adanya antigen akan diperlihatkan dengan perantaraan antibodi yang telah disenyawakan dengan fluorkrom. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Metode IFA dikenal ada 2 macam pemeriksaan yaitu

1. Antibodi Fluorescent Teknik, Langsung

Suatu bentuk teknik antibodi fluorescent memanfaatkan terkonjugasi fluorochrome ke antibodi, yang ditambahkan secara langsung ke jaringan atau suspensi sel untuk mendeteksi antigen tertentu. Atau dengan cara melabel langsung antibodinya.

2. Antibodi Fluorescent Teknik, Langsung

Suatu bentuk teknik antibodi fluorescent yang biasa digunakan untuk mendeteksi antibodi serum dan kompleks imun pada jaringan dan mikroorganisme dalam spesimen dari pasien dengan penyakit menular. Teknik ini melibatkan pembentukan sebuah kompleks antigen-antibodi yang diberi label dengan fluorescein-conjugated anti-antibodi immunoglobulin. Atau melalui perantara antibodi yang kedua dalam produk pasar dikenal dengan Konjugat Imunoglobulin Fragment.

ELISA (Enzim-linked immunosorbent assay)

Merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibodi dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG & IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya). Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim, dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich. Berikut ini adalah beberapa macam teknik ELISA yang sering digunakan, antara lain:

1. ELISA direct

Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada

(4)

sampel. ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal) untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji.

2. ELISA indirect

Teknik ELISA indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang paling sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan antibodi. ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji. 3. ELISA Sandwich

Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich, antibodi primer seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder seringkali disebut sebagai antibodi deteksi. Dalam pengaplikasiannya ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah pada suatu larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi.

4. ELISA Biotin Streptavidin (Jenis ELISA modern)

Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan untuk mendeteksi antibodi dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi. Teknik ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibodi, dimana prinsip kerjanya sama dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan pada teknik ini adalah antigen penangkap dan antigen detector (antigen bertaut enzim signal, bersifat opsional apabila antibodi yang diinginkan tidak tertaut dengan enzim signal). 5. ELISA Kompetitif

Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan dari teknik ELISA terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu kompetitor

(5)

ke dalam lubang microtiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi. Kelebihan dari teknik ELISA kompetitif ini adalah tidak diperlukannya purifikasi terhadap larutan sampel yang mengandung antibodi atau antigen yang diinginkan, tapi hasil yang diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi akibat siIFA spesifisitas dari antibodi dan antigen. 6. ELISA Multiplex

Teknik ELISA multiplex merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan untuk pengujian secara simultan, sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik ELISA terdahulu

RIA-radioisotop

Radioimmunoassay merupakan metode laboratorium (in vitro method) untuk mengukur dengan relatif tepat jumlah zat yang ada pada tubuh pasien dengan isotop radioaktif yang bercampur dengan antibodi yang disisipkan ke dalam sampel. Radioimmunoassay merupakan revolusi dalam pemeriksaan medis. Dengan menggunakan prinsip ini titer atau kadar berbagai hormon, antigen, antibodi, enzim dan obat dalam darah dapat diukur dengan ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi. Karena limit deteksi yang sangat baik ini maka RIA digunakan sebagai peralatan laboratorium standar. RIA memanfaatkan radioaktivitas dari isotop radioaktif yang diinjeksikan ke dalam sampel. Cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah seperti detector Geiger-Muller, scintillator, dan sebagainya.

ICT

Uji imuokromatografi menggunakan serum tunggal, dapat mendeteksi IgG, Ig M anti Dengue dalam satu strip sekaligus, waktunya singkat 15-30. Prinsip kejanya sama dengan uji Captured ELISA, fase padatnya menggunakan kertas nitroselulose. Imunokromatografi assay (ICT) merupakan perluasan dari teknologi uji aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957. Imunokromatografi assay (ICT) merupakan uji laboratorium yang handal sehingga amat dibutuhkan di negara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay tidak membutuhkan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk membacanya cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata telanjang sehingga jauh lebih pratktis.

Polymerase Chain Reaction (PCR).

Metode yang cepat dan sederhana, untuk mengkopi dan memperbanyak urutan DNA spesifik yang dinginkan dan divisualisasikan sebagai pita yang jelas pada agarose gel. Komponen- komponen yang diperlukan pada proses PCR adalah template DNA; sepasang primer, yaitu suatu oligonukleotida pendek yang mempunyai urutan nukleotida

(6)

yang komplementer dengan urutan nukleotida DNA templat; dNTPs (Deoxynucleotide triphosphates); buffer PCR; magnesium klorida (MgCl2) dan enzim polimerase DNA Tahapan :

Denaturasi , Initial denaturation : 5 menit, pada suhu 94 0C, Denaturation : 1 menit 940C

Anneling dari primers -Hibridasi dari DNA yang dinginkan dengan bantuan DNA primer. 1 menit 50 C

 Extensi regio DNA tersebut oleh enzim DNA polymerase. Final elongation 10 menit, pada suhu 720C

Referensi

Dokumen terkait

( personal hygiene ) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis..

Pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku (aspek formil); Menimbang, bahwa secara subtansi objek HUM a quo, secara yuridis materiil terdapat

Standar Kompetensi : Siswa mampu membaca Al-Quran dengan fasih dan baik, aktif membaca Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Menjelaskan

Setiawati, Arini dan Nafrialdi, 2009, Obat Gagal Jantung, In: Gunawan, Sulistia, G., Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta : Departemen Farmakologi dan

Jika ada lipstick merek lain yang harganya lebih murah dari Wardah kosmetik, ada kemungkinan untuk mencoba beralih, namun dilihat dulu apakah. warnanya sesuai

Tujuan pengembangan usaha agribisnis oleh pondok pesantren selain untuk menambah pemasukan finansial bagi pengembangan pondok pesantren juga sebagai sarana pendidikan dan pelatihan

Teknik pengolahan menggunakan data citra Landsat 7 dan 8 di Pulau Lombok menunjukkan meskipun perhitungan anomali suhu efektif standar memberikan pola suhu yang