[
[
[
[ 1
1
1 ]]]]
1
JUDUL
: Penentuan Orde Reaksi Pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit
Dengan Metode Totrasi Iodometri
TUJUAN
:
1.
Mengetahui besarnya bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit
2.
Mengetahui cara penentuan ketengikan minyak kelapa sawit
3.
Mengetahui orde reaksi pada proses ketengikan minyak kelapa sawit
KAJIAN TEORI
:
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu. Satuan laju reaksi M/s (Molar per detik). Sebagaimana diketahui, reaksi kimia
berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Hal ini berarti, selama reaksi kimia
berlangsung reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah
produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk. Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
A
B
Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan
koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi
masing-masing spesi. Contohnya dalam reaksi 2A
B, terlihat bahwa 2 mol A dikonsumsi
untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah
dua kali laju pembentukan spesi B.
Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju reaksi (V)
terhadap konsentrasi laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan
bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
aA + Bb
Cc + Dd
v = k [A]
x[B]
yx dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan melalui
eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan b.
[
[
[
[ 2
2
2 ]]]]
2
Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi reaktan A dan
B terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde
reaksi reaktan secara keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.
Reaksi Orde Satu
Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi
reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum reaksi dengan orde satu dapat
digambarkan oleh persamaan reaksi berikut:
A
Produk
Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan: v = – ∆ [A]/∆ t dan juga dapat dinyatakan
dalam persamaan : v = k [A].
Satuan k dapat diperoleh dari persamaan:
k = v/[A] = M.s
-1/M = s
-1atau 1/s
Dengan menghubungkan kedua persamaan laju reaksi
– ∆[A]/∆ t = k [A]
Maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
ln { [A]
t/ [A]
0}= – kt
atau
ln [A]
t= – kt + ln [A]
0dimana :
ln = logaritma natural
[A]
0= konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)
[
[
[
[ 3
3
3 ]]]]
3
Reaksi Orde Dua
Merupakan reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu reaktan yang dipangkatkan
dengan bilangan dua atau konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan
dengan bilangan satu. Untuk orde dua didapatkan persamaan sebagai berikut:
1 / [A]
t= kt + 1 / [A]
0Reaksi Orde Nol
Merupakan reaksi dimana laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan. Penambahan
maupun pengurangan konsentrasi reaktan tidak mengubah laju reaksi. Untuk orde nol
didapatkan persamaan sebagai berikut:
[A]
t= -kt + [A]
0Berikut ini beberapa cara penentuan orde reaksi yaitu:
1.
Bentuk Differensial
a.
Metode variasi atau metode differensial non grafik
A + B
hasil/produk
Dengan persamaan : r = k[A]
x[B]
ydimana x = orde reaksi untuk reaktan A, y merupakan orde reaksi untuk reaktan B
dan [A] dan [B] merupakan konsentrasi reaktan A dan B.
Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan mencari
konsentrasi yang sama. Misalnya untuk mencari orde reaksi B dapat ditentukan
dengan mencari konsentrasi A yang sama. Berikut ini persamaan laju reaksi
bentuk differensial:
[
[
[
[ 4
4
4 ]]]]
4
Orde 0
Orde 1
Orde 2
Satu pereaksi
Dua pereaksi
Orde 3
Orde n
b.
Metode differensial grafik
Persamaan
dx/dt = r = k (a-x)
n[
[
[
[ 5
5
5 ]]]]
5
2.
Bentuk Integral
a.
Merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan konsentrasi dengan
waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan menggunakan orde reaksi akan
diperoleh persamaan yang memberikan harga k yang konsisten.
Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;
Orde 0
Orde 1
Jika t = 0, x= 0 maka:
Orde 2
kt =
Orde 3
kt =
k
dt
dx
=
)
(
a
x
k
dt
dx
−
=
c
kt
x
a
dt
k
x
a
dx
dt
k
x
a
dx
x
a
k
dt
dx
+
=
−
−
∫
=
−
∫
−
=
−
−
=
)
(
ln
)
(
)
(
)
(
x
a
a
t
k
−
=
ln
[
[
[
[ 6
6
6 ]]]]
6
b.
Integral Grafik
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen.
Ketengikan Minyak
Ketengikan oksidatif merupakan ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi oksigen
diudara secara spontan jika bahan yang mengandung minyak dan lemak dibiarkan kontak
dengan udara. Minyak dan lemak mudah mengalami oksidasi spontan adalah minyak yang
mengandung asam lemak tak jenuh.
Ketengikan merupakan proses autooksidasi dan kerusakan yang terjadi pada bau, rasa
lemak dan makanan berlemak. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu atau lebih iaktan
rangkap yang mudah terserang oksigen sehingga menimbulkan ketengikan. Bau tengik yang
dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil
akhir pemecahan hidroperoksida seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid, keton yang
bersifat volatil. Rasa tengik juga disebabkan karena terbentuknya aldehid tak jenuh (akreolin)
yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
Bilangan Peroksida
Didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g(1 kg) minyak atau
lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak atau lemak. Pada
percobaan ini, peningkatan bilangan peroksida digunakan sebagai indikator dan peringatan
bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
ALAT DAN BAHAN
Alat
o
Gelas kimia
o
Gelas ukur
o
Erlenmeyer
o
Buret
[
[
[
[ 7
7
7 ]]]]
7
o
Kaki tiga dan kasa
o
Corong
Bahan
o
Minyak kelapa sawit
kloroform
Larutan Na
2S
2O
30,1 M
o
Asam asetat glassial
KI jenuh
o
Aquades
Amilum 1%
ALUR
1.
Tahap Perlakuan Sampel
25 ml sampel
Larutan sampel
-dididihkan dengan lama pemanasan
15,30,45,60 menit dan waktu tak terhingga
(selama 2 jam)
[
[
[
[ 8
8
8 ]]]]
8
2.
Tahap Penentuan Bilangan Peroksida
1 gram sampel dari
masing-masing pemanasan
-ditambah 3,6 ml asam asetat glassial
dengan 2,4 ml kloroform
-ditambah 2 tetes larutan KI jenuh
-dibiarkan selama 1 menit, sesekali
digoyang
-ditambah 6 ml aquades
-ditambah 2 tetes amilum 1 %
-dititrasi campuran dengan Larutan
Na
2S
2O
30,1 M
[
[
[
[ 9
9
9 ]]]]
9
3.
Titrasi Blanko
3,6 ml asam asetat glassial
+
2,4 ml kloroform
-dimasukkan ke dalam erlenmeyer
-ditambah 2 tetes larutan KI jenuh
-didiamkan selama 1 menit, sesekali
digoyang
-ditambah 6 ml aquades
-ditambah 2 tetes amilum 1 %
-dititrasi dengan larutan Na
2S
2O
30,1 M
hingga warna biru hilang
[
[
[
[ 10
10
10
10 ]]]]
DATA PENGAMATAN
N
O
PERLAKUAN
HASIL
PENGAMATAN
DUGAAN/
REAKSI
KESIMPUL
AN
1.
Tahapan Perlakuan Sampel
Minyak sawit=
kuning (++) jernih
Minyak sawit
setelah pemanasan
=kuning (+) jernih
Apabila
minyak
dipanaskan
akan
membentuk
lemak
2.
Tahap Penentuan Bilangan
Peroksida
Minyak sawit =
kuning (+) jernih
Asam asetat
glassial= tidak
berwarna
Kloroform= tidsk
berwarna
KI jenuh= kuning
keruh (++)
Amilum = tidak
berwarna
+amilum = kuning
keunguan
Na
2S
2O
3= tidak berwarna
Bil.peroksida:
IO
3-+ 5I
-+
6H
+3I
2+
H
2O
I
2+
2SO
2O
32-2I
-+ S
4O
62-Orde reaksi
secara teori
adalah orde
1.
Semakin
besar waktu
pemanasan
pada minyak
maka
semakin
besar angka
peroksida,
sehingga
semakin
besar pula
tingkat
ketengikan
pada minyak.
25 ml sampel -dididihkan dengan lama pemanasan 15,30,45,60 menit dan 2 jam -dibiarkan ditempat terbukaSampel siap pakai
1 gram sampel dari masing-masing pemanasan
-ditambah 3,6 ml asam asetat glassial
-ditambah 2,4 ml kloroform
-ditambah 2 tetes larutan KI jenuh
-campuran didiamkan 1 menit dengan sewaktu-wktu digoyangkan
[
[
[
[ 11
11
11
11 ]]]]
V.I =1,4 ml
96
II = 1,7 ml
120
III=2,0 ml
144
IV=2,3 ml
168
V= 2,8 ml
208
3.
Titrasi Blanko
+KI jenuh = kuning
jernih
+aquades = larutan
keruh
+amilum = larutan
keruh
Kuning keunguan
V Na
2S
2O
3blanko=
0,2 ml
IO
3-+ 5I
-+
6H
+3I
2+
H
2O
I
2+
2SO
2O
32-2I
-+ S
4O
62-Volume
titrasi
Na
2S
2O
3pada blanko
tidak
melebihi
volume
titrasi
Na
2S
2O
3pada
sampel
sehingga
percobaan ini
sudah benar.
-ditambah 6 ml aquades -ditambah 2 tetes amilum 1%-dititrasi dengan larutan
Na
2S
2O
3 0,1MVolume Na
2S
2O
3 3,6 ml asam asetat glassial + 2,4 ml kloroform -dimasukkan ke dalam Erlenmeyer -ditambah 2 tetes larutan KI jenuh -didiamkan 1 menit dengan sesekali digoyangkan -ditambah 6 ml aquades -dititrasi dengan larutan Na2S
2O
3 0,1 Msampai warna biru hilang