• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan khas daerah sebagai ciri khas suatu daerah mengandung nilai budaya atau identitas suatu daerah. Semua daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman makanan khas yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Seperti halnya daerah Riau, dengan kearifan lokalnya memiliki makanan khas yaitu Bolu Kemojo. Bolu kemojo kerap juga disebut dengan bolu kojo berasal dari kata kemboja atau bunga kamboja. Disebut demikian karena loyang yang digunakan untuk membuat bolu ini memiliki bentuk seperti bunga kamboja. Bolu kemojo cukup populer di Riau dan acapkali dijadikan sebagai buah tangan usai bertandang ke ranah melayu ini.

Masyarakat Riau sering membuat bolu kemojo secara bersama-sama karena saat pesta adat atau upacara adat biasanya disajikan bolu kemojo dalam jumlah yang banyak. Dari ini bisa terlihat aktifitas gotong-royong yang merupakan warisan nenek moyang.

Beberapa merek bolu kemojo yang ada antara lain Al-Mahdi, Pak Unggal, Cik Puan, Mimie, Kembang Sari, Luky, Mega Rasa, Dapur Ummi, dan Insan Sukses. Salah satu produsen Bolu Kemojo yang ada di Pekanbaru adalah Bolu Kemojo Monalisa. Bolu kemojo Monalisa didirikan oleh seorang ibu rumah tangga yang bernama Siti Maymonah yang biasa dipanggil Mona. Mona memulai bisnisnya berjualan Bolu kemojo Monalisa dengan modal nekat awalnya Mona tidak menjual bolu kemojo ke pusat oleh-oleh atau swalayan tetapi hanya membuat bolu kemojo jika ada yang berpesan saja untuk acara syukuran. Dengan banyak yang memesan Mona membuat inisiatif memberi label kemasan bolu kemojo dan mendaftarkannya supaya mempunyai sertifikat halal MUI, tetapi keamsan yang digunakan hanya menggunakan klipwrap saja sehingga produk tidak nyaman untuk dipegang/dibawa.

Mona memulai bisnis nya pada awal Februari 2007 awalnya beliau hanya menitipkan ke swalayan terdekat saja, tetapi dengan banyaknya pembeli maka swalayan tersebut menghubungi Mona bahwa produknya laku terjual dengan cepat. Mona bisa memproduksi bolu kemojo sehari 20 loyang yang awalnya hanya memilik satu varian rasa, rasa pandan tetapi Mona membuat varian rasa baru yang masyarakat umum sudah kenal yaitu rasa durian. Bolu Kemojo Monalisa dipasarkan di swalayan dan toko oleh-oleh. Produk bolu kemojo Monalisa memiliki dua variasi rasa yaitu rasa durian dan pandan.

(2)

Gambar 1.1 Kemasan Bolu Kemojo Monalisa Sumber : Bolu Kemojo Monalisa

Logo merupakan sebuah tanda, lambang, ataupun simbol yang mengandung makna untuk digunakan menjadi suatu identitas atau ciri pada organisasi, perusahaan, individu atau produk sehingga masyarakat mudah untuk mengingatnya. Logo dibuat dalam rangka mengukuhkan sistem signifikasi suatu produk melalui saluran visual (Danesi, 2004:373). Pada akhirnya, logo dapat membantu masyarakat sebagai konsumen untuk mengenali suatu produk dari sebuah perusahaan.

Demikian lainnya dengan dengan kemasan Bolu Kemojo Monalisa. Berdasarkan gambar 1.1 terlihat kemasan produk Bolu Kemojo Monalisa kurang informatif, kemasan primer cepat rusak karena tidak melindungi produk dengan baik, tidak ada prinsip-prinsip desain kemasan, dan logo yang kurang menarik. Selanjutnya, merek bolu kemojo Monalisa tidak sekuat merek bolu kemojo Al-Mahdi, Mega Rasa maupun Mimie, serta kurang menariknya penulisan dan logo bolu kemojo Monalisa dan banyak brand yang nama merek sama dengan monalisa sehingga nama branding tidak kuat.

Kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra suatu produk yang ingin disampaikan dari produsen, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan fungsi produk. Desain kemasan memerlukan banyak pemikiran dan tentu saja bukan suatu hal yang mudah. Desain kemasan dan penggunaan kemasan memiliki peran yang penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dan proses penciptaan merek. Kemasan juga memiliki peran yang serupa dengan elemen komunikasi pemasaran yang lain. Salah satu alasannya adalah konsumen mungkin tidak berpikir secara mendalam mengenai suatu brand/merek tertentu sebelum mereka pergi ke toko untuk membeli suatu produk. Di mata konsumen, hal pertama yang mereka lihat ketika mereka mencari produk yang tepat adalah penampilan luar dari produk itu

(3)

sendiri. Penampilan luar ini adalah kemasan yang membungkus produk dan memiliki fungsi utama untuk menahan dan melindungi produk (Kotler dan Armstrong, 2012:256).

Bisnis makanan khas daerah khususnya bolu kemojo Monalisa merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kegiatan pemasaran secara efektif dan efisien. Tujuan dari kegiatan pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka akan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kegiatan pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan dikatakan berhasil apabila dibuktikan dengan meningkatnya volume penjualan dan sebaliknya volume penjualan mengalami penurunan bila kegiatan pemasaran yang diterapkan tidak tepat.

Pengetahuan mengenai cara berjualan atau memperdagangkan produk maupun makanan menjadi penting bagi para pedagang makanan atau usaha- usaha lainnya. Saat ini dihadapkan pada beberapa permasalahan, seperti menurunnya pendapatan yang disebabkan oleh menurunnya daya beli konsumen terhadap suatu produk sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dalam kegiatan berdagang. Di samping itu, para pedagang makanan tradisional yang mengalami penurunan pendapatan diakibatkan konsumen/pembeli beralih dan lebih memilih makanan fast food atau makanan impor lainnya karena makanan impor yang terlihat praktis dan siap saji serta fasilitas yang menyenangkan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perancangan Logo dan Kemasan Bolu Kemojo Monalisa”. Diharapkan dapat mengubah minat masyarakat untuk lebih tertarik terhadap bolu kemojo Monalisa setelah melakukan perancangan logo dan kemasan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Nama branding tidak kuat, banyak produk dengan nama merek yang sama

2. Kemasan berbentuk pembungkus plastik atau klipwrap sehingga tidak melindungi produk dengan baik

3. Label kemasan hanya berisi keterangan sertifikat halal MUI, izin Dinkes, dan varian rasa produk

4. Secara keseluruhan tampilan kemasan belum menggunakan prinsip desain komunikasi visual dan kemasan yang hanya dibalut plasrik membuat produk tersebut tidak nyaman dipegang/dibawa

(4)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang logo dan kemasan bolu kemojo Monalisa.

1.4 Ruang Lingkup

Untuk mencapai penulisan yang terarah, maka diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup yang sesuai tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.

1. Siapa (Who)

Perancangan ini ditujukan kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat yang menyukai makanan khas daerah Indonesia sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Pekanbru.

2. Kenapa (Why)

Perancangan ini dilakukan untuk membuat sebuah karya berupa pembuatan ulang kemasan karena logo dan kemasan bolu kemojo Monalisa tidak menarik.

(5)

3. Apa (What)

Logo dan kemasan yang ingin dibuat sebagai gambaran produk makanan khas daerah berdasarkan asal makanan tersebut yang meliputi nilai filosofis dan fakta menarik dengan menyertakan ikon daerah tersebut pada logo dan label kemasan tersebut yang juga sebagai dasar struktur logo dan kemasan tersebut.

4. Dimana (Where)

Pengumpulan data akan dilakukan secara meluas melalui survei jarak jauh pada konsumen bolu kemojo, dan penelitian ini akan dilakukan daerah Pekanbaru dan sekitarnya. Hasil perancangan akan digunakan untuk produk bolu kemojo Monalisa agar dapat bersaing dengan merek-merek bolu kemojo lainnya.

5. Bagaimana (How)

Dalam perancangan logo dan kemasan ini, peneliti merujuk pada prinsip-prinsip desain komunikasi visual.

6. Kapan (When)

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga April 2018 untuk pengumpulan data dan perancangan logo dan kemasan akan dimulai pada bulan April hingga Juni 2018.

1.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk merancang ulang logo dan kemasan bolu kemojo Monalisa.

1.6 Metode Pengumpulan Data dan Analisis 1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk mempermudah proses penelitian, peneliti akan melakukan beberapa metode sebagai cara pengumpulan data, yaitu :

1. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis yang bersumber dari para ahli yang telahi melakukan penelitian yang setiap cara pandang pemikiran setiap para ahli berbeda-beda (Soewardikoen, 3013:6).

Penulis mengumpulkan data yang bersumber dari jurnal dan buku-buku, untuk mendapatkan landasan teori dalam perancangan. Kajian pustaka adalah penelaahan terhadap bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.

(6)

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2013:145)

Penulis melakukan pengamatan langsung ke tempat produki Bolu Kemojo Monalisa. 3. Wawancara

Wawancara ialah lembar struktur berisi daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh narasumber yang dilakukan dengan wawancara secara langsung atau tatap muka yang melakukan interaksi terhadap narasumber (Soewardikoen, 3013:31).

Penulis melakukan wawancara terstruktur mengenai desain logo dan kemasan Bolu Kemojo Monalisa kepada pemilik Bolu Kemojo Monalisa.

4. Kuesioner

Kuesioner ialah mengumpulkan pertanyaan secara online maupun offline untuk menghitung data kuesioner yang telah dibuat dalam program komputer (Soewardikoen, 2013:32).

Penulis menyebarkan beberapa pertanyaan tertutup berkaitan dengan logo dan kemasan Bolu Kemojo Monalisa kepada konsumen yang sudah melakukan pembelian Bolu Kemojo Monalisa dan konsumen potensial dengan sasaran usia produktif yang sudah berpenghasilan.

1.6.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode VIEW. Peneliti menggunakan metode VIEW untuk melihat daya tarik visual (visibility) logo dan kemasan, mengetahui informasi produk (information), melihat daya tarik konsumen untuk membeli (emotional appeal) kemasan, serta kemudahan pembuatan dan penyimpanan (workability) suatu kemasan. Setelah keempat dimensi tersebut dianalisis, akan terlihat faktor mana yang berperan dalam penyelesaian masalah logo dan kemasan (Shimp, Terence A., 2014:312).

1.7 Kerangka Perancangan

Perancangan Logo dan Kemasan Bolu Kemojo Monalisa Fenomena

Kemasan produk Bolu Kemojo Monalisa kurang informatif, kemasan primer cepat rusak karena tidak melindungi produk dengan baik, tidak ada

(7)

Gambar 1.2 Kerangka Penelitian Sumber : Modifikasi Penulis

Hasil Rancangan Desain ulang logo dan kemasan

Bolu Kemojo Monalisa Analisis

Data Studi Pustaka

Kuesioner Wawancara

Konsep Logo dan Kemasan

Teori: VIEW (visibility, information, emotional appeal, workability) Shimp, Terence A. (2014:312)

(8)

1.8 Pembabakan

Pembabakan berisi sistematika Perancangan yang dibagi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Landasan perancangan karya yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan & manfaat peraancangan, metodologi perancangan, dan kerangka perancangan dari karya yang akan dibuat.

BAB II DASAR PEMIKIRAN

Berbagai macam teori yang meliputi tentang logo, branding, packaging, teknologi pengemasan produk, dan Desain Komunikasi Visual yang semuanya digunakan sebagai landasan pemikiran untuk analisis data dan konsep perancangan dari latar belakang masalah yang dibahas.

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH

Kumpulan data-data yang telah diperoleh dari hasil analisis objek sebagai acuan dalam perancangan serta penjelasan mengenai hasil observasi, wawancara serta analisis karya sejenis yang berkaitan terhadap masalah yang dibahas sebagai dasar perancangan.

BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

Konsep dan hasil perancangan yang berlandaskan dari analisis dan data berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam merancang karya secara keseluruhan.

BAB V PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1 Kemasan Bolu Kemojo Monalisa  Sumber : Bolu Kemojo Monalisa
Gambar 1.2 Kerangka Penelitian  Sumber : Modifikasi Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Utami (2010:193), menyatakan “Suasana café ( store atmosphere ) adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, music, dan wangi-wangian untuk

Iklan ini disusun oleh Nadia Budiani Arini dengan prasyarat sebagai laporan tugas akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual S-1 Fakultas Ilmu Komputer Dian

Identitas visual yang akan penulis buat yaitu logo, karena dengan adanya logo perusahaan rumah produksi ikan asap bapak Sa‟at akan mudah diingat oleh konsumen, dan

Bagaimana cara membuat media informasi yang efektif sesuai dengan keilmuan dibidang desain komunikasi visual, bagi masyarakat kota Bandung mengenai bagaimana

Komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah segala sesuatu

Manfaat untuk instansi Universitas Telkom adalah sebagai salah satu kontribusi ilmu dalam Desain Komunikasi Visual dan menjadikan hasil perancangan ini sebagai

Merancang kampanye parasit Toxoplasma dan cara mencegahnya dengan ilmu Desain Komunikasi Visual, didesain sedemikian rupa agar mengedukasi dan tetap menarik untuk dipelajari oleh

“Bagaimana bentuk rancangan desain komunikasi visual yang komunikatif dan estetik untuk mempromosikan Museum Sangiran agar lebih dikenal dan diminati sebagai