• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) umur 6 minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) umur 6 minggu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

Aktivitas Fagositosis Sel PMN Ayam Broiler

Aktivitas fagositosis diperoleh dengan menghitung jumlah sel PMN yang aktif memfagosit bakteri dari 100 sel PMN dan dikalikan 100%. Hasil pengamatan aktivitas fagositosis (%) sel PMN ayam broiler yang dilakukan pada umur 3 minggu

dan

6 ~ninggu ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%)

Umur 3 minggu umur 6 minggu RO 77.00

*

13.44" 66.33

*

4.51" R1 87.67 3.30" 71.00

*

13.12" R 2 83.00

*

10.20" 71.67* 11.93" R3 86.33

*

6.13= 83.00 5 4.58" R4 87.33 5 1.25" 76.33

*

15.31" Keterangan :

Superscript yang sama pada kolom (a) dan baris (x,y) yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata (P>0.05). RO (pakan kontrol); RI (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5%); R 2 (Pakan basal 4- serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm); R 3 (Pakan basal + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm); R4 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm)

Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler tidak berbeda nyata antar kelo~npok perlakuan pakan dan antar tunur ayam (P>0.05). Aktivitas fagositosis pada urnur 3 minggu kelompok kontrol (RO) sekitar 77.00

*

13.44% sedangkan pada kelo~npok perlakuan (Rl, R2, R3, dan R4) aktivitas fagositosisnya berkisar antara 72.8% hingga 93.2%. Di antara perlakuan tersebut, nilai aktivitas fagositosis yang cenderung lebih tinggi ditunjukkan ole11 kelompok perlakuan dengan penanlbahan bawang putill dan kunyit (RI). Ketika ayam berumur 6 minggu, kelompok perlakuan pakan dengan penambahan kunyit dan ZnO (R3) memiliki aktivitas fagositosis yang cenderung lebih baik (83.00 5 4.58%).

Aktivitas fagositosis pada kelo~npok kontrol (RO) menunjukkan ~lilai yang ce~~derung lebih rendah (66.33

*

4.51%) dibandingkan dengan seluruh perlakuan. Hasil penganatan memperlihatkan bahwa kombinasi antara kunyit, bawang putib dan Zn (Rl, R2, R3, R4) cenderung me~nperlibatkan aktivitas fagositosis yang lebih tinggi dibanding kontrol, walaupun tidak berbeda secara signifikan (P>0.05).

(2)

Sampel darah ayam broiler urnur 3 minggu menunjukkan aktivitas fagositosis yang lebih tinggi dibandingkan pada saat berumur 6 minggu. Aktivitas fagositosis sel PMN pada seluruh kelompok perlakuan ini mengalami p e n m a n saat berumur 6 minggu secara tidak signifkan (P>0.05).

Perbedaan aktivitas fagositosis ini dapat disebabkan oleh faktor tunu ayam yang mempengaruhi tingkat stress sewaktu dipanen. Menurut Zulkifli et al. (2000) ayam yang berumur 42 hari akan lebih mudah mengalami stress d i b d i k a n dengan ayam umur 21 hari. Penyebab terjadinya stress antara lain tidak tersedianya pakan dan air minunl, gangguan sosial, keramaian, kepadatan berlebihan, gerakan, getaran, dan perubahan suhu yang ekstrim (Zulkifli et al. 2000). Kondisi stress akan memicu pelepasan ACTH dari hipofise anterior secara signifikan, menyebabkan peningkatan sekresi kortisol dari kelenjar adrenal. Peningkatan kortisol dalam tubuh akan menurunkan migrasi leukosit menuju daerah yang mengalami peradangan dan menurunkan fagositosis. Selain itu kortisol juga menekan sistem imunitas melalui penghambatan produksi eosinofil dan limfosit, terutama limfosit T (Guyton & Hall 1996). Harmon (1998) menyatakan bahwa pemberian preparat kortikosteroid kepada ayam akan menyebabkan limfopenia dan peningkatan jumlah heterofil dalam sirkulasi. Heterofilia yang disebabkan oleh respon terhadap kortikosteroid ini disebut dengan heterofilia stress (Duncan & Prasse 1979). Menurut Millet et al. (2007) terdapat korelasi antara kondisi stress yang dialami b u g saat penangkapan dan penanganan terhadap kemampuan bakterisidal oleh leukosit. Berkurangnya kemampuan leukosit dalam membunuh bakteri saat hewan mengalami stress ini dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan fagositosis sel PMN. Vaksinasi

New Castle Disease

0)

yang dilakukan sebelum pengambilan darah pada umur 3 minggu juga dapat menimbulkan stress pada ayam. Vaksinasi merupakan salah satu penyebab stress yang umum terjadi pada ayam broiler (Rosales 1994). Berdasarkan hasil pemeriksaan diferensial leukosit, terjadi kondisi heterofilia pada ayam broiler berumur 3 minggu dan 6 minggu (Harahap 2008).

Menurut Duncan dan Prasse (1979), selain respon stress, heterofilia dapat disebabkan oleh faktor epinefrin dan respon peradangan. Heterofilia yang diinduksi oleh epinefrin (heterofilia fisiologis atau pseudoheterofilia) disebabkan

(3)

oleh pergerakan heterofil dari pool marginal ke pool sirkulasi tanpa disertai pergerakan dari sumsum tulang sehingga tidak dijumpai heterofil muda dalam darah. Respon ini bersifat sementara dan bertahan selama 20-30 menit setelah pelepasan epinefrin. Respon ini muncul sebagai akibat ketakutan, gerakan badan dan respon yang berlebihan, penanganan yang kasar, lingkungan yang asing, takikardia, hipertensi, seizure, dan prosespartus. Heterofilia yang disebabkan oleh epineliin banyak terjadi pada hewan muda (Meyer & Harvey 2004).

Heterofilia juga timbul sebagai respon tubuh akibat peradangan seperti infeksi bakteri, virus, fungi, parasit, nekrosa, benda asing, dan endotoksin. Tingginya jumlah heterofil ini disertai dengan adanya heterofil muda dalam sirkulasi (Duncan & Prasse 1979).

Rata-rata aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler setiap perlakuan pakan tanpa memperhatikan umur berkisar antara 64.13% hingga 91.12%. Nilai rata-rata aktivitas fagositosis kelompok kontrol (71.67 i 7.54%) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok R1 (79.33 i 11.79%), R2 (77.33 i 8.01%), R3 (84.67 i 2.36%), maupun R4 (81.83 i 7.78%). Rataan aktivitas fagositosis setiap perlakuan pakan ditampilkan pada Gambar 7.

RO R1 R2 R3 R4

kelompok perlakuan

Gambar 7 Nilai rataan aktivitas fagositosis sel PMN

Nilai rata-rata aktivitas fagositosis yang cendemg lebih tu~ggi di antara seluruh perlakuan ditunjukkan pada kelompok dengan penambahan serbuk kunyit 1,596 dan ZnO 120 ppm (R3). Nilai rataan aktivitas fagositosis perlakuan R3 ini

(4)

lebih tinggi daripada aktivitas fagositosis kelompok kontrol dengan persentase sebesar 15.35%.

Penambahan kunyit dalam pakan mampu membantu meningkatkan kemampuan fagositosis karena adanya efek antimikroba pada kunyit. Hal ini dibuktikan pada penelitian Ismunanto (2005) yang meneliti pengaruh perendaman karkas ayam broiler dengan larutan kunyit. Perendaman tersebut berpengamh nyata terhadap p e n m a n bakteri koliform dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan oleh kandungan pigmen kurkuminoid kunyit yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat bakterisidal. Senyawa fenolik tersebut dapat melisiskan mikroba, menginduksi kebocoran metabolit esensial yang dibutuhkan mikroba, mentsak permeabilitas sel, dan merusak sistem kerja enzim (Pridle & Wright 1971 dalam Ismunanto 2005). Ibs dan Rink (2003) menyatakan bahwa Zn yang diberikan secara in vitro sebanyak 500 pmoUL dapat menginduksi neutrofil dan aktivitas kemotaktik leukosit polimorfonuklear secara langsung.

Kapasitas Fagositosis Sel PMN Ayam Broiler

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler berumur 3 minggu dm1 6 minggu. Kapasitas fagositosis merupakan kemampuan 50 sel PMN dalam fagositosis bakteri. Hasil pengamatan kapasitas fagositosis ditampilkan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Kapasitas fagositosis (bakteril50 sel)

Umur 3 minggu Umur 6 minggu RO 284.67

*

45.55" 361.33

*

23.67ay R1 313.33

*

47.44% 390.67 % 93.22" R2 351.33

*

27.68" 385.00* 39.69" R3 261.67 83.67% 378.67 % 85.69% R4 258.33

*

26.50m 348.33

*

21.94" Keterangan :

Superscript yang sama pada kolom (a) d m baris (x,y) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). RO @&an konhol); R1 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5%); R2 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm); R3 (Pakan basal + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm); R4 (Pakan basal + serbuk bawnng put31 2,594 + serbuk Avnyit 1,5% + ZnO 120 ppm)

(5)

Kapasitas fagositosis antar kelonlpok perlakuan pakan pada ayam broiler berumur 3 minggu dan 6 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05). Pada saat ayam berumur 3 minggu, kapasitas fagositosis kelompok kontrol (RO) adalah 284.67

*

45.55 bakteril50 sel. Kapasitas fagositosis pada kelompok perlakuan (Rl, R2, R3, R4) memiliki nilai kisaran sebesar 178 sampai 379.01 bakterif50 sel. Di antara s e l d perlakuan tersebut, kapasitas fagositosis umur 3 minggu cenderung lebih baik ditunjukkan oleh perlakuan pakan dengan penambahan bawang putih dan ZnO (R2). Penambahan kunyit dan ZnO (R3) dan kombinasi ketiganya (R4) menunjukkan kapasitas fagositosis yang cenderung lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Nilai kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler berumur 6 minggu berkisar antara 292.98 sampai 483.89 bakteril50 sel. Kapasitas fagositosis umur 6 minggu pada kelompok dengan penambahan bawang putih dan kunyit (Rl) cenderung lebih baik dari kelompok perlakuan lainnya. Kapasitas fagositosis pada kelompok yang ditambah kunyit, bawang putih, dan ZnO (R4) cenderung lebih rendah daripada kelompok kontrol yang memiliki kapasitas fagositosis sebesar 361.33

*

23.67 bakteril50 sel.

Kapasitas fagositosis ayam broiler umur 6 minggu menunjukkan peningkatan dari umur 3 minggu. Kelompok kontrol menunjukkan peningkatan kapasitas fagositosis yang signifikan (P<0.05) sementara kapasitas fagositosis kelompok perlakuan (R1, R2, R3, R4) menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan (P20.05). Peningkatan kapasitas fagositosis yang signifikan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa pertambahan umur ayam mampu m e m p e n g d peningkatan kemampuan fagositosis sel PMN.

Rendahnya kapasitas fagositosis pada umur 3 minggu disebabkan oleh belum matangnya sistem kekebaian hewan muda secara fungsional, sehingga sel PMN belum dapat berfungsi secara optimal dalam fagositosis bakteri. Menurut Lowenthal et al. (1994), kurang matangnya sistem kekebalan ayan pada 1-2 minggu awal setelah menetas dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah sel matang yang fungsional atau karena adanya supresi terhadap sel fungsional tersebut. Apabila pada periode

ini

tidak diantisipasi, maka akan menyebabkan kekerdilan pada ayam atau bahkan mengalami kematian sehingga menurunkan produktivitas. Tingkat kerentanan terhadap penyakit ini akan menurun dengan bertambahnya

(6)

umur ayam. Tizard (2004) menyatakan bahwa ayam memiliki kekebalan pasif berupa antibodi maternal yang akan bertahan hingga umur 10-20 hari setelah menetas dan mengalami p e n m a n secara bertahap. Menurut Ask et al. (2006) antibodi maternal tidak mempengaruhi tingkat kerentanan individu terhadap kolibasilosis, tingkat kerentanan ini justru berasosiasi dengan perubahan hormon tiroid dalam ha1 metabolisme tubuh atau dengan respon antibodi spesifik terhadap E. coli pada tiap individu.

Selain pengaruh antibodi maternal terhadap status kekebalan, perbedaan imunitas pada umur muda dan dewasa dapat disebabkan oleh adanya tingkat perubahan fisiologis tubuh sesuai dengan tingkat umur. Menurut Agar (2003), tingkat pertumbuhan dibagi menjadi empat tingkat yaitu fase tumbuh (youtWgvowth), fase remaja Quvenile/adolescent), fase dewasa (adult), dan fase tua (post-maturiiy/geriatric). Hewan muda memerlukan protein dan kalsium yang lebih tinggi untuk membantu proses pertumbuhan sedangkan pada hewan dewasa kebutuhan aka1 protein dan kalsium relatif lebih rendah meskipun keduanya memerlukan energi yang relatif sama (Scanes 2004). Pemberian pakan pada fase dewasa tidak begitu berpengaruh dibandingkan dengan fase muda. Hal ini disebabkan oleh kestabilan status fisiologis hewan dewasa. Sehingga apabila hewan muda diberi pakan yang h a n g berkualitas maka akan menyebabkan perkembangan tulang dan otot yang kurang optimal, pertumbuhan terganggu, dan gangguan imunitas.

Rata-rata nilai kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler tanpa memperhatikan umur berkisar antara 237.44 hingga 406.68 bakteril50 sel. Nilai rata-rata kapasitas fagositosis kelompok kontrol (323 5 54.21 bakterif50 sel)

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok R1 (352 5 54.68

bakteril50 sel) dan R2 (368.17 5 23.81 bakteri150 sel) tetapi cenderung lebih

tinggi dibandingkan kelolnpok

R3

(320.17 it 82.73 bakteril50 sel) dan R4 (303.33

1 63.64 bakter250 sel). Nilai rata-rata kapasitas fagositosis setiap perlakuan pakan

(7)

RO R 1 R2 R3 R4 kelompok perlakuan

Gambar 8 Nilai rataan kapasitas fagositosis sel PMN

Kapasitas fagositosis yang cenderung lebih tinggi di antara seluruh kelompok ditunjukkan oleh perlakuan dengan penambahan bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm (R2). Rata-rata nilai kapasitas fagositosis kelompok R2 ini (368.17

*

23.81 bakteril50 sel) lebih tinggi dari kelompok kontrol (323 i 54.21

bakteril50 sel). Penambahan kunyit 1.5%, bawang putih 2.5%, dan ZnO 120 ppm (R4) memperlihatkan kapasitas fagositosis yang cenderung lebih rendah di antara seluruh perlakuan yaitu sebesar 303.33 i 63.64 bakted50 sel.

Penambahan bawang putih ke dalam pakan dapat meningkatkan imunitas ayam pedaging. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Suharti (2004), yang menlbuktikan bahwa serbuk bawang putih yang ditambahkan dalam pakan sebesar 2.5% dapat menurunkan koloni bakteri S. typhimurium dan meningkatkan kadar y-globulin.

Suplementasi Zn terbukti dapat meningkatkan kapasitas fagositosis. Kapasitas fagositosis yang diarnati pada kambing peranakan etawah pada periode sekitar partus yang diberi Zn menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol (Widhyari 2005). Peningkatan ini disebabkan oleh kemampuan Zn dalam membantu meningkatkan produksi sitokin, interleukin (IL)-1, dan IL-2. Sitokin berfungsi sebagai modulator dalam sistem imun dan keberadaan Zn dapat mempengaruhi sistem ini. Selain mempengaruhi kerja sitokin, Zn juga dapat

(8)

menginduksi neutrofil dan menginduksi aktivitas kemotaktik leukosit polimorfonuklear secara langsung (Ibs & Rink 2003).

Gambaran sel PMN yang sedang memfagosit dan tidak memfagosit bakteri E. coli ditampilkan pada Garnbar 9 dan 10.

Gambar 9 Sel PMN yang tidak memfagosit bakteri E. coli

berbesaran objektif 100x)

Gambar 10 Sel PMN yang sedang memfagosit bakteri E. coli

(9)

Dalam penelitian ini penambahan kunyit, bawang putih, dan Zn belum dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh adanya kemun&nan penurunan efektivitas serbuk kunyit, bawang putih, dan ZnO apabila diberikan secara bersamaan ataupun karena pemberian secara oral bersama pakan. Menurut Nagpurkar et al. (1998), konsumsi serbuk bawang putih yang tidak dilapisi (non enteric-coated) menyebabkan alliin diubah menjadi allicin dalam lambung. Perubalian ini terjadi pada kondisi keasaman lambung (pH) yang berada di atas 1- 3, jika tidak rnencapai pH tersebut maka enzim alliinase menjadi inaktif sehingga fungsi bawang putih menjadi kurang efektif. Senyawa pelapis ini mampu melindungi sediaan dari keasaman lambung sehingga sediaan akan diabsorbsi secara maksimal di usus halus. Contoh senyawa pelapis ini antara lain asam lemak, senyawa lilin (wax), shellac (resin), dan plastik (polimer) (Anonim 2008e).

Faktor hormonal juga dapat mempengaruhi fimgsi Zn. Zink yang diberikan bersamaan dengan kondisi imunosupresi atau pemberian preparat kortikosteroid akan menyebabkan efek persaingan dalam sistem imunitas sehingga efek Zn yang diharapkan tidak mencapai maksimal. Pemberian Zn dan herbal yang berfungsi sebagai imunostimulan hams dihindari pada pasien dengan gangguan autoimunitas (autoimmune disorders) atau pasien yang menjalani terapi imunosupresi (Miller 1998).

Gambar

Gambar 7 Nilai rataan aktivitas fagositosis sel  PMN
Gambar 8 Nilai rataan kapasitas fagositosis sel PMN
Gambar 10 Sel PMN yang sedang memfagosit bakteri E.  coli  (perbesaran objektif 100x)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Besaran tarif yang dibebankan kepada pengguna fasilitas parkir di tepi jalan umum belum sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan para guru SD Gugus II di Kecamatan Labuapi tentang konsep luas daerah dan

Hal ini dapat terjadi karena jumlah xilosa sebagai sumber karbon telah berkurang sehingga xilitol yang terbentuk akan lebih sedikit dan apabila persediaan xilosa telah habis,

Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan formulasi proporsi antara jumlah filtrat rosella ungu dengan dekstrin dan penggunaan alat pengering yang baik untuk mendapatkan

Karena polip menyebabkan sumbatan hidung, maka harus dikeluarkan, tetapi sumbatan karena polip tidak hanya ke dalam rongga hidung yang menghalangi aliran udara , tetapi  juga

[r]

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terjadinya interpretasi tidak ada pengaruh secara simultan antara Program Musyawarah Guru Mata

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,