KAJIAN SPASIAL
TINGKAT KERENTANAN AIR
AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
DI DAS KAMBANIRU SUMBA TIMUR
EKO PUJIONO
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG
Seminar Regional “Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan dalam Perpektif Tata Ruang” Kerjasama antara Balai Penelitian Kehutanan Kupang – UGM Yogyakarta
OUTLINE
• Pendahuluan
– Bukti-bukti perubahan iklim & kondisi NTT
– Kerentanan sumberdaya air & studi sebelumnya – Tujuan kajian
• Metodologi
– Lokasi – Rancangan – Prosedur • Kajian spasial• Kajian berbasis ilmu sosial (metode scoring)
• Hasil dan Pembahasan
– Trend perubahan ch dan suhu – Kondisi sumberdaya air
– Tingkat kerentanan sumberdaya air
PENDAHULUAN
3 Alif Fungsi Lahan (LULUCF) Peningkatan GRK Peningkatan suhu Terganggu nya siklus hidrologi Ketersediaan air• Global
PENDAHULUAN
4 KERENTANAN AIR KENAIKAN SUHU PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN TREND PERTUMBUHAN PENDUDUK PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN KECILNYA POTENSI AIR PRMUKAAN Trend kenaikan suhuNTT 0,2 C/40 th (Faqih, 2011) Pola CH hanya 3-4 bln basah (Bappeda NTT, 2009) Tahun 2015 NTT diprediksi krisis / defisit air (KLH, 2001) Neraca Air Region
Nusa Tenggara kritis (Bappenas, 2010)
Semakin luasnya lahan kritis (BPDAS BN, 2011)
STRATEGI ADAPTASI & MITIGASI
PENDAHULUAN
5
• Studi tentang kerentanan air diperlukan untuk:
– Pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan
– menetapkan prioritas kegiatan yang terkait dengan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim
• Studi terkait sebelumnya (Lokasi Jawa):
– Swandayani (2010) , penelitian kerentanan masyarakat di DAS Ciliwung dengan menggunakan kriteria paparan indeks penggunaan air,
– Rositasari, et al., (2011) penelitian kerentanan terhadap perubahan iklim di pesisir Cirebon dengan menggunakan remote sensing,
– Effendi (2012) penelitian kajian tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Garang, Jawa Tengah dengan SIG
• Di NTT (iklim semi arid) Kajian tentang kerentanan terhadap perbahan iklim masih terbatas
• Tujuan kajian: menggambarkan tingkat kerentanan air akibat
METODOLOGI
• Lokasi
6
• DAS Kambaniru
alasannya
:
DAS Kambaniru merupakan
salah satu DAS Prioritas I yang
ada di Provinsi NTT, selain DAS
Benain, Noelmina dan Aesesa
Di daerah hulu, terdapat
kawasan Taman Nasional
Laiwanggi Wanggameti yang
merupakan water catchment
METODOLOGI
• Data
7
Data Waktu pengambilan data Sumber
Data time series suhu rata-rata bulanan 1973 – 2012 BMKG
Data time series curah hujan rata-rata bulanan 1973 – 2012 BMKG
Data kebencanaan Kab. Sumba Timur 2011 – 2012 BPBD
Data pokok sumberdaya air Kab. Sumba Timur 2009 DPU
Data lapangan optimalisasi pengelolaan DAS 2011 BPDAS
Peta curah hujan di NTT
Peta penutupan lahan di NTT Peta lahan kritis di NTT
Daerah Dalam Angka
1970 – 2012 2009 2006 2012 BPDAS BPKH BPDAS BPS
METODOLOGI
• Rancangan Penelitian
8
• DAS digunakan sebagai unit analisis
alasannya
:
Pendekatan DAS lebih holistik dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antara faktor biofisik dan sosial
ekonomi lebih cepat dan lebih mudah,
DAS mempunyai batas alam yang jelas di lapangan,
DAS mempunyai keterkaitan biogeofisik yang sangat kuat
antara hulu dan hilir sehingga mampu menggambarkan
perilaku air akibat perubahan karakteristik landskap,
Adanya suatu outlet dimana air akan terakumulasi, sehingga
aliran air dapat ditelusuri.
METODOLOGI
• Rancangan Penelitian
9Penetapan
Unit
Analisis
DAS
Pembagian
wilayah DAS
menjadi 3
region:
- Hulu
- Tengah
- Hilir
Pada setiap region
dipilih sampel
penelitian berbasis
desa
•distribusi desa
didasarkan pada 2
karakteristik,
kedekatan dengan
sungai dan hutan
•Jumlah responden tiap
desa 5-10 informan
kunci (local knowledge
METODOLOGI
• Prosedur Penelitian
Luaran
Metode
Alat dan
Bahan
Prosedur
penelitian
Tujuan
megambarkan tingkat kerentanan air terhadap perubahan iklim Analisa perubahan iklim Suhu, CH (time series) 30 th Analisa trend (regresi) Informasi kejadian perubahan Iklim Analisa kondisi sumberdaya airData primer & sekunder debit dan kualitas air
Pengukuran kecepatan & luas penampang air; Informasi kondisi sumberdaya air Identifikasi tingkat kerentanan Data spasial; BPS; wawancara Scoring& Overlay thd kriteria & indikator Peta kerentanan Kuisioner;
wawancara Pemilihan skor tertinggi Informasi tingkat kerentanan Keterkaitan kerentanan air dengan rencana tata ruang daerah
RTRW daerah Overlay & deskriptif
Info Kesesuaian RTRW dg pengelolaan sumberdaya air
METODOLOGI
• Prosedur Penelitian – Penaksiran tingkat kerentanan dengan
pendekatan spasial
Memakai konsep IPCC (2001):
Vulnerability = f (Exposure+Sensitivity-Adaptive Capacity)
Elemen Kriteria Indikator
Paparan (Exposure) Perubahan kondisi DAS o Curah hujan
o Pola penggunaan lahan o Tingkat kekritisan lahan
Kepekaan (Sensitivity) Permintaan air o Kepadatan penduduk
o Akses terhadap sumberdaya air Ketergantungan terhadap lahan o Presentase masyarakat yang
bergantung pada pertanian
Kemampuan adaptasi (Adaptive
capacity)
Kualitas SDM o Indeks pendidikan o Perilaku konservasi Sosial ekonomi masyarakat
Fasilitas kesehatan Daerah resapan air
o Tingkat kesejahteraan masyarakat o Konflik
o Dukungan pemerintah Fasilitas yang ada
Presentase daerah resapan air
METODOLOGI
• Prosedur Penelitian – Penaksiran tingkat kerentanan dengan
pendekatan spasial
• Tahap I, pemilihan kriteria dan indikator kerentanan (berdasarkan studi terdahulu)
• Tahap II, pemberian bobot dan skor (weighting and scoring) pada kriteria dan indikator yang telah ditetapkan. Pembobotan dilakukan berdasarkan studi literature, pendapat para ahli dan wawancara dengan masyarakat. Bobot dan skor diberikan berdasarkan derajat kepentingan kriteria dan indikator tersebut terhadap kerentanan air.
• Tahap III, penentuan indeks kerentanan, yang dilakukan dengan
mengurangi indeks paparan dan kepekaan dengan indeks kemampuan adaptasi. Tahap ini dibantu dengan bantuan tools raster calculator pada
software ArcGIS 9.3. Hasil akhir ditampilkan dalam bentuk peta paparan,
METODOLOGI
• Prosedur Penelitian – Penaksiran tingkat kerentanan dengan
pendekatan ilmu-ilmu sosial (metode skoring)
Aspek Kriteria Indikator
Sosial Tingkat pendidikan - Pendidikan formal (tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, sarjana) Aksesibilitas - Aksesibilitas desa? (kendaraan, jarak, waktu tempuh, sarana
transportasi)
Kelemba-gaan - Aktivitas lembaga formal - Aktivitas lembaga non formal
- Tupoksi/peran (ekonomi/ sosial/sumber daya alam) - Jumlah anggota
Ekonomi Sumber pendapat-an (portofolio) Sumber pendapatan berasal dari satu atau beberapa jenis sumber Mata pencaha-rian Mata pencaharian utama dan ketergantungan terhadap sumber daya
alam
Infrastruktur Bangunan hidrologi - Ketersediaan, jumlah dan fungsi bangunan hidrologi (sumur resapan, dam, irigasi, dll)
Pola pemukiman daerah garis sungai
- Jumlah/proporsi bangunan dan rumah tidak permanen - Jarak bangunan dengan sumber bencana
- Proporsi pemukiman di grs sungai Ekologi Tutupan hutan - Luas/proporsi hutan saat ini
- Luas/proporsi hutan yang diubah peruntukkannya Kondisi bantaran sungai - Jumlah/proporsi bantaran sungai yang labil
Sumber: Prasetyo (2009)
HASIL DAN PEMBAHASAN
14 23 24 25 26 27 28 29 30 J an … F eb … Ma rc h A pril May Jun e J ul y A ug … S ep … Oct … No v … Dec … S u h u r ata -r ata b u lanan ( oC) 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ave y = 0.012x + 1.004 R² = 0.171 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00 27.50 28.00 1970 1980 1990 2000 2010 2020 S u h u r ata -r ata ( oC) TahunSuhu rata-rata Linear (Suhu rata-rata )
Pola bulanan suhu udara
•
Informasi kejadian perubahan iklim di sekitar DAS Kambaniru
Trend suhu rata-rata tahunan
Pola bulanan suhu udara suhu
maksimum terjadi pada musim hujan (nov-des) dan suhu minimum terjadi pada musim kemarau (puncak musim kemarau, Juli-Agustus)
Suhu rata-rata tahunan di Kabupaten Sumba Timur dari tahun 1973-2012
cenderung naik (sebesar 0,4OC), mengikuti persamaan y= = 0.0128x + 1.0042
15
Pola bulanan curah hujan Trend curah hujan tahunan
Pola curah hujan dapat diklasifikasikan sebagai pola hujan monsoon, karena
memiliki grafik berbentuk huruf “V”, dimana terjadi perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
Analisa trend menunjukkan terjadi
kecenderungan penurunan curah hujan rata-rata tahunan sekitar 30 mm selama periode 40 tahun (1973-2012) 0 50 100 150 200 250 300 350 Cu rah h u jan b u lanan (mm ) 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ave y = -0.764x + 2395. R² = 0.001 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1970 1980 1990 2000 2010 2020 CH tahu n an (mm ) Tahun
CH tahunan Linear (CH tahunan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
16 Nama Sungai Luas DAS (km2) Panjang Sungai rata-rata (km) Kemiringa n sungai rata-rata (%) Lebar sungai rata-rata (m) Curah hujan rata-rata (mm)
Base flow (m3/detik)
Max Min Kambanir
u
140.469 52 4 45 873 12 4.6
No Region Nama Sungai/ Desa Debit (m3/detik)
1. Hulu Sungai Tibolaha- Ds. Praingkareha 0,73 Sungai La Awu- Ds. Billa 0,19 Sungai Waikanabu 0,96 2. Tengah Sungai Maidang 2,67 Sungai Kiritana 3,23 3. Hilir Kambaniru 11,90
Debit aliran dasar (base flow) maksimum dan minimum (pengukuran 2007)
Debit Sesaat di DAS Kambaniru yang diukur pada Mei dan September 2012
Nilai Koefisien Regim Sungai (KRS): perbandingan antara debit maksimum dan debit minimum, sekitar 3
diklasifikasikan “baik” (< 50 baik, 50-120 sedang, >120 jelek)
• penelitian ini belum bisa menjawab keterkaitan kecenderungan perubahan suhu dan curah hujan terhadap hasil air karena tidak tersedianya data debit air dan data kualitas air secara time series,
• hasil wawancara terhadap 78 orang responden yang tersebar di 9 desa yang terpilih sebagai desa sampel menyebutkan bahwa kondisi sumber daya air di sekitar mereka secara kuantitas dan kualitas masih bisa mencukupi dan layak konsumsi untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian di sepanjang tahun baik musim penghujan atau musim kemarau
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
Skoring Kriteria & Indikator Kerentanan Air – Paparan/ Eksposure
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
Skoring Kriteria & Indikator Kerentanan Air – Kepekaan/ Sensitivitas
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
Skoring Kriteria & Indikator Kerentanan Air – Kapasitas Adaptif/ Adaptive capacity20
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
C. hujan Peng. Lhn Lhn Kritis
PAPARAN/ EXPOSURE
Kep. pddk Akses air % tgtg ptn
KEPEKAAN/ SENSITIVITY
Pddkn P. Konserv Kes. Masy.
KEMAMPUAN ADAPTASI/ ADAPTIVE CAPACITY
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 L u as ( x 100 0 h a) Region rendah sedang tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
Tingkat kerentanan Region DAS (ha) Total luas
Kerentanan (ha)
Hulu Tengah Hilir
Rendah 13.237,46 511,19 121,76 13.870,40
Sedang 40.502,87 7.237,52 367,55 48.107,93
Tinggi 26.406,98 25.193,42 26.890,28 78.490,67
Total luas region (ha) 80.147,30 32.942,12 27.379,58 140.469.00
56% total wilayah DAS tingkat
kerentanan tinggi, 34%
diklasifikasikan ke tingkat kerentanan
sedang dan 10% dikategorikan ke
tingkat kerentanan rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Informasi tentang kerentanan sumberdaya air DAS Kambaniru
Jan 2011 sampai Mar 2012 terdapat 67 kasus bencana di Kab Sumba timur 12 diantaranya terjadi di DAS
Kambaniru, dengan proporsi: 5 di region hilir, 4 di region tengah dan 3 di region hulu
Rata-rata kerentanan di hulu sedang, tengah & hilir tinggi
Region hulu dan tengah DAS Kambaniru, tingkat sensitivitas/ kerentanannya adalah sedang dan region hilir memiliki tingkat kerentanan yang tinggi
Skor kriteria dan indikator tingkat kerentanan masyarakat dalam pemanfaatan air berdasarkan metode skoring
Aspek Kriteria Hulu Tengah Hilir Total
Aspek Kategori
Sosial tingkat pendidikan 3 3 4 10 sedang Akses 3 2 2 7 rendah kelembagaan 3 3 5 11 tinggi
Ekonomi Sumber pendapatan 5 5 4 14 sangat tinggi Mata pencaharian 5 5 5 15 sangat tinggi Infrastruktur Bangunan hidrologi 2 2 2 6 rendah
Pola pemukiman di garis sungai 3 3 3 9 sedang Ekologi Tutupan hutan 3 4 5 12 tinggi
Bantaran sungai 1 2 3 6 rendah Total Spasial 28 29 33
Kategori Sedang Sedang Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Keterkaitan antara Kelestarian air, DAS dengan RTRW daerah
UU 26 th 2007 ttg tata ruang, pasal 17 (5) Dalam rangka pelestarian lingkungan (termasuk sumberdaya air), dalam rencana tata ruang
wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.
Rencana pola ruang RTRW 2010-2030 di DAS Kambaniru mengakomodir pasal tersebut
dengan mengalokasikan kawasan hutan dalam bentuk : taman nasional/cagar alam, hutan
lindung dan hutan produksi yang mayoritas
ditemukan di region hulu (water cathment area) untuk keperluan kelestarian lingkungan (air)
• Di sekitar DAS Kambaniru telah terjadi kenaikan suhu tahunan rata-rata dan penurunan rata-rata curah hujan tahunan selama 40 tahun terakhir (1973-2012).
• Efek perubahan suhu rata-rata dan curah hujan terhadap ketersediaan air belum bisa diamati karena ketidaktersediaan data sumberdaya air secara
timeseries.
• Berdasarkan pendekatan spasial, bagian tengah dan hilir sebagian besar masuk kategori tingkat kerentanan tinggi, sedangkan bagian hulu memiliki tingkat kerentanan sedang
• Upaya pelestarian sumberdaya air diakomodir dalam RTRW Provinsi NTT 2010-2030, dengan adanya rencana pola ruang berupa areal kehutanan yang mayoritas terdistribusi di region hulu DAS Kambaniru.