• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan dimulai dari tingkat pendidikan PAUD, TK, SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi (PT). Dalam setiap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berpedoman pada aturan-aturan pendidikan yang berlaku di Indonesia dan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945 (UU Sisdiknas no.20 th.2003 dalam Elmubarok,2007:2).

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dan diutamakan oleh sebagian besar warga negara Indonesia. Hal ini karena di dalam pendidikan terdapat berbagai nilai pendidikan yang dapat diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, sebagai bekal dalam kehidupan yang akan datang, khususnya dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan dan persaingan hidup yang semakin ketat, kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan lebih beragam. Diharapkan dengan adanya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, dapat mencetak generasi penerus bangsa yang dibekali dengan pengetahuan, etika, kecerdasan, keterampilan, pendidikan karakter, kepribadian yang unggul baik dalam bidang akademik maupun non akademik (Zamroni dalam Elmubarok,2007:3).

(2)

2 Dalam kegiatan belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini seorang pendidik (guru) diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Adapun peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, evaluator. Dalam proses pembelajaran di kelas 1 SD seorang pendidik diharapkan dapat menciptakan pembelajaran PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inovatif Kretif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot). Didalam proses belajar mengajar, hendaknya guru menerapkan penanaman pendidikan nilai dalam aspek yang menunjang kegiatan belajar mengajar yaitu dari aspek metode proses belajar mengajar, media proses belajar mengajar, dan pengembangan bahan pembelajaran (Nasution,2012:80).

Dalam proses belajar mengajar guru menggunakan berbagai metode dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun metode yang digunakan adalah metode diskusi, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode ceramah, metode percobaan, metode simulasi. Dalam metode belajar mengajar itu dapat ditanamkan pendidikan nilai, misalnya metode diskusi dapat menanamkan rasa saling menghargai antar teman, keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi. Metode tanya jawab dapat menumbuhkan rasa menghargai antar teman dan guru. Metode ceramah dapat menumbuhkan rasa menghargai kepada guru.

Sedangkan dilihat dari sudut pandang media proses belajar mengajar guru hendaknya dapat memanfaatkan media belajar dengan sebaik-baiknya. Karena media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Disamping itu media belajar dapat memahamkan siswa terhadap bahan ajar atau materi pelajaran yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dapat bermacam-macam. Adapun jenis media yang digunakan antara lain: (1) media grafis atau media dua dimensi seperti gambar, foto; (2) media model solid atau media dimensi tiga, seperti model-model benda ruang dimensi tiga; (3) media proyeksi seperti film, OHP; (4)

(3)

3 media informasi, komputer, internet; (5) media lingkungan (Marshall Muchuhan dalam Triyanto,2010:129).

Dalam proses belajar mengajar media ini sangat dibutuhkan dalam memahamkan siswa terhadap materi pelajaran. Pemilihan media pembelajaran dan pengembangan media pembelajaran sangat diperlukan. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan materi yang dipelajari oleh siswa, sesuai dengan SK, KD,dan indikator yang akan dicapai. Dengan menggunakan media pembelajaran guru dapat menanamkan pendidikan nilai, misalnya media lingkungan dapat menumbuhkan kepada peserta didik rasa menghargai terhadap alam, mencintai lingkungan dan menjaga lingkungan.

Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan pembelajaran, hendaknya guru memperhatikan beberapa hal, yaitu guru menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode, media dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi pembelajaran. Dalam hal ini bahan yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran konvensional adalah program pembelajaran yang berisi deskripsi singkat isi pelajaran, topik, dan jadwal pelajaran untuk setiap kali pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa, dan cara pemberian nilai hasil belajar siswa. Dengan pengembangan bahan yang dirancang oleh guru maka dapat menumbuhkan kepada peserta didik sikap disiplin, menghargai, dan termotivasi dalam proses pembelajaran. Misalnya pemberian PR kepada peserta didik dapat menumbuhkan rasa disiplin, tanggung jawab (Dick dalam Riyanto,2010:132).

Pendidikan nilai dengan pendidikan karakter terdapat keterkaiatan. Tetapi istilah dari pendidikan nilai dan pendidikan karakter berbeda. Menurut penulis nilai lebih luas cakupannya dengan pendidikan karakter. Karkter bagian dari pendidikan nilai. Menurut Nornby dan Pornwell yang dikutip oleh Barnawi (2012:20) secara harfiah menjelaskan bahwa karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.

(4)

4 Sedangkan pendidikan nilai adalah salah satu proses pembelajaran yang didalamnya mengandung unsur nilai pendidikan yang baik. Pendidikan nilai itu adalah salah satu proses pendidikan yang dikembangkan dalam dunia pendidikan saat ini agar terbentuk insan yang cerdas, berkarakter, dan berakhlak mulia. Dalam proses pendidikan di SD pendidikan nilai dapat ditanamkan, dikembangkan dalam proses belajar mengajar, yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam pendidikan nilai guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai pendidik, pengajar, pendamping, pembimbing kepada peserta didik dalam membentuk siswa yang berkarakter, cerdas, unggul dalam bidang akademik maupun non akademik. Sehingga dengan pendidikan nilai diharapkan guru dapat membantu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang unggul, berkualitas dalam bidang akademik maupun non akademik.

Dalam pembelajaran tematik yang merupakan salah satu model pembelajarn terpadu (integrated instruction) yaitu suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Sehingga dengan pembelajaran tematik yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas 1 SD dapat memberian kontribusi yang baik dalam memmajukan pendidikan di Indonesia, sekaligus penanaman pendidikan nilai sejak dini kepada peserta didik, sehingga dapat mewujudkan peserta didik yang beakhlak mulia, unggul dalam bidang akademik maupun non akademik Penerapan pendidikan nilai, misalnya dari aspek kognitif (pengetahuan) siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari aspek afektif (sikap) dalam proses pembelajaran guru dapat menumbuhkan sikap menghargai, disiplin waktu, jujur, tanggung jawab kepada peserta didik. Dari aspek

(5)

5 psikomotorik (perilaku) dapat membentuk perilaku siswa yang berakhlak mulia, misalnya sopan santun terhadap guru, berbicara yang sopan kepada teman, orang tua dan guru (Depdiknas dalam Triyanto,2010:79).

Menurut M.J. Langeveld (dalam Elmubarok,2007:2) pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan, dalam arti dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri. Menurut John Dewey mewakili aliran filsafat pendidikan modern merumuskan Education is all one growing; it has no end beyond it self, pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya. Dalam proses pertumbuhan ini anak mengembangkan diri ke tingkat yang makin sempurna atau life long education, dalam arti pendidikan seumur hidup.

Menurut Ki Hajar Dewantoro mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan moral (kekuatan batin, karakter) fikiran (intellect) dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras. Dalam proses pembelajaran guru harus mempunyai kepribadian yang patut diteladani, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro dalam tri pusat yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru memberi teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di belakang memberikan dorongan/motivasi). Menurut Piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Piaget membagi perkembangan berpikir anak ke dalam tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkret), dan usia 11 tahun lebih (operasi formal). Pada setiap tahapan tersebut menunjukkan perilaku yang unik,

(6)

6 dinamis, dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia tersebut. Menurut Kimble dan Garmezi menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan.

Dalam era globalisasai saat ini, kompleksitas permasalahan yang dihadapi di Indonesia dapat kita lihat dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu mulai dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Bahkan akhir-akhir ini, permasalahan pendidikan di Indonesia semakin beragam. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masalah pendidikan di lingkungan sekitar, bahkan dimedia massa maupun elektronik dimuat berbagai berita tentang permasalahan pendidikan.

Sebagai contoh permasalahan yang dapat kita lihat dalam dunia pendidikan yaitu masalah kebocoran tentang kunci jawaban soal ujian di tingkat SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi (PT). Ditingkat PAUD/TK dapat dilihat permasalahan, misalnya berebut mainan, tempat duduk, alat tulis, bertengkar. Di tingkat SD dapat dilihat kasus tentang masalah perkelahian antara kelas dengan kelas yang berujung pada kematian bahkan sampai di bawa kearah hukum, masalah antar siswa kelas rendah (1-3) yang dalam proses kegiatan belajar saling berebut alat tulis, tempat duduk, permaianan, dan lain-lain. Bahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar atau dalam komunikasi di dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat peserta didik (siswa), generasi penerus bangsa masih banyak menggunakan bahasa yang kurang sopan, menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa daerah dengan tidak baik dan benar, sopan santun terhadap guru ataupun orang tua pada saat ini sudah mulai pudar. Ditingkat SLTP, SMU, maupun Perguruan Tinggi (PT) dapat kita lihat adanya demo mahasiswa, perkelahian antar siswa/siswi SLTP maupun antar siswa SMU (Elmubarok,2008:29).

(7)

7 Permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini, dapat terjadi karena beberapa faktor yang memunculkan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan yaitu dari faktor pendidik maupun dari faktor peserta didik. Dari faktor pendidik yaitu dalam proses kegiatan belajar mengajar pendidik (guru), lebih menekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), pembelajaran pada aspek kepribadian, pendidikan karakter, sikap (afektif) maupun perilaku (psikomotorik) kurang diperhatikan oleh guru. Sedangkan dari faktor peserta didik (siswa) dimungkinkan karena faktor lingkungan, latar belakang keluarga bekal pendidikan keagaman kurang, keteladanan dari orang tua atau keluarga tentang pendidikan nilai budi pekerti luhur kurang diperhatikan. Pendidikan yang pertama dan utama yaitu di lingkungan keluarga. Orang tua sangat berperan dalam penanaman pendidikan nilai terhadap anak.(Elmubarok,2008:32).

Permasalahan pendidikan yang terlihat di SDI Mohammad Hatta dapat diperoleh dari data hasil wawancara dengan guru kelas tentang siswa yang terlambat masuk kelas, tingkat kemandirian pada siswa dalam penyelesaian tugas yang masih kurang, tingkat pemahaman dalam materi pembelajaran. Selain itu data penunjang permasalahan pendidikan nilai yatu dari aspek nilai sopan santun pada hasil observasi pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran ada satu atau dua siswa yang keluar kelas tidak meminta izin kepada guru kelasnya. Hal itu merupakan salah satu permasalahan bentuk penanaman pendidikan nilai yang ada dalam SD Islam Mohammad Hatta. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas terdapat kendala dalam penanaman pendidikan nilai yaitu faktor eksternal, internal.

Berdasarkan pengamatan pembelajaran di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta yang telah menggunakan kurikulum 2013 terdapat tiga aspek yang menjadi penilaian dalam RPP kelas 1 yaitu penilaian sikap spiritual(KI-1) sikap sosial (KI-2) penilaian pengetahuan(KI-3) penilaan keterampilan(KI-4). Dalam penilaian sosial (KI-2) yang meliputi nilai jujur, disiplin,

(8)

8 percaya diri, toleransi, kerjasama, gotong royong, tanggungjawab, sopan santun. Penilaian pengetahuan yaitu meliputi kegiatan pembelajaran, menggali pengetahuan melalui soal ulangan, tugas. Penilaian keterampilan terlihat pada proses pembelajaran, misalnya dalam kegiatan menggunting, menempel, senam olahraga. Dalam pengamatan pendidikan nilai di SD Islam Mohammad Hatta yaitu diterapkan melalui cara pengamatan kondisi nyata dilapangan, kemudian dicek indikator dari masing-masing pendidikan nilai aspek sosial, dikategorikan masing-masing indicator yang ada ke dalam kelompok sikap sosial(KI-2), sikap spiritual(KI-1).Disamping penilaian pengetahuan(KI-3), dan keterampilan (KI-4)

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta, semua penilaian digunakan, tetapi hal penting disamping pembelajaran yaitu aspek nilai sosial, spiritual untuk membantu mewujudkan dari tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Disamping itu dalam penerapan Kurikulum 2013, pada tahun ajaran 2013/2014 telah diterapkan pada kelas I dan kelas IV. Pada kurikulum ini, penilaian di SD salah satunya menggunakan penilaian otentik yang merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (Output). Serta adanya keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Pada jenjang pendidikan SD hal penting yang dominan diajarakan yaitu soft skill yang meliputi attitude atau sikap. Dalam kaitannya dengan pendidikan nilai sikap merupakansalah satu cara dalam mengimplementasikan pendidikan nilai.

Berdasarkan fenomena permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini, maka sebagai bekal dalam upaya menanamakan pendidikan nilai dan membentuk

(9)

9 kepribadian yang berkarakter pada peserta didik yang unggul dalam bidang akademik maupun non akademik, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang permaslahan pendidikan nilai khususnya di tingkat SD (Sekolah Dasar) kelas rendah (kelas 1) yaitu dengan judul “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Proses Pembelajaran Kelas 1 di SD Islam Mohammad Hatta Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam penanaman pendidikan nilai, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk penanaman pendidikan nilai dalam proses belajar mengajar di kelas1 SD Islam Mohammad Hatta Malang?

2. Apa kendala yang dihadapi dalam penanaman pendidikan nilai di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta Malang?

3. Apa solusi kendala dalam pendidikan nilai di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian, antara lain:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penanaman nilai pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas1 SD Islam Mohammad Hatta Malang

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penanaman pendidikan nilai di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta Malang

3. Untuk mengetahui solusi penanganan kendala pendidikan nilai dalam pembelajaran di kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta Malang

(10)

10 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang ingin dicapai pada penelitian, anatara lain:

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Untuk menambah wawasan tentang pendidikan nilai yang dikembangkan guru dalam proses pembelajaran di kelas 1 SD serta dapat mengaplikasikan dalam proses pembelajaran sebagai calon pendidik

2. Untuk menambah wawasan tentang kendala yang dihadapi pendidikan nilai dalam proses pembelajaran di kelas 1 SD serta dapat menemukan solusinya

3. Untuk menambah wawasan tentang solusi penanganan pendidikan nilai di kelas 1 SD

1.4.2 Manfaat Teoritis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

1. Untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori pendidikan nilai yang diperoleh di bangku kuliah dalam proses pembelajaran sebagai calon pendidik

2. Untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori proses pendidikan nilai yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dalam mengembangkan pendidikan nilai sebagai calon pendidik dan menemukan solusi kendala dalam pendidikan nilai

1.4.2.2 Bagi Guru

1. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam penanaman pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kelas 1SD

(11)

11 2. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menemukan solusi kendala dalam

pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kelas 1 SD

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian tidak terlalu meluas, serta dapat mengarahkan jalan penelitiannya, maka peneliti memberikan ruang lingkup penelitian, yaitu: 1. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan implementasi pendidikan nilai dalam

proses pembelajaran kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta

2. Subyek penelitian adalah siswa kelas 1 SD Islam Mohammad Hatta

1.6 Definsi Istilah

Agar tidak terjadi penfsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan istilah atau definisi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak siswa dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga di tengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. Zamroni (dalam Elmubarok,2008:3).

2. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Muhaimin (dalam Riyanto,2010:131).

3. Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Kaswardi (dalam Elmubarok,2008:12).

4. Implementasi pendidikan nilai merupakan hasil belajar atau pengalaman belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat berdampak langsung dan tidak langsung. Dampak

(12)

12 langsung pengajaran dinamakan dampak instruksional (instructional effects), sedangkan dampak tidak langsung dari keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang khas yang dirancang guru disebut dampak pengiring (nurturant effects). Joni (dalam Elmubarok 2008:78).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk menyelesaikan polinomial dengan derajat yang lebih tinggi atau persamaan tak linear selain polinomial, tidak ada rumus yang dapat digunakan untuk

Oleh karena itu penegasan Irwandi untuk tidak bermain mata dengan pihak yang berkecimpung dalam pengadaan barang jasa dalam rangka menciptakan keterbukaan, transparansi,

Untuk mendapatkan data tentang inklusivitas kelas pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V sebelum dan ketika pelaksanaan pembelajaran

Penelitian dilakukan di Perguruan Tinggi Negeri, Untuk melihat lebih jelas gambaran mengenai objek penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

(dilihat pada Tabel 10).Untuk dapat menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dan komunikasi budaya organisasi, dengan pengujian

Penggunaan teknologi anaerobik dengan menggunakan reaktor rektor fixed bed (reaktor unggun tetap), selain dapat membantu menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maximum aturan, kemudian menggunakanya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan

Rasio-rasio ini antara lain adalah Gross profit margin, digunakan untuk mengukur kemapuan tingkat keuntungan kotor yang di peroleh setiap rupiah penjualan; Net