• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 264 dari 470

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI SMA NEGERI 1 WALENRANG

Megawati1

Universitas Cokroaminoto Palopo1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2) hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT), (3) perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri

1 Walenrang antara yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Jenis penelitian adalah eksperimen semu dan telah terlaksana di SMA Negeri 1 Walenrang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa yang terdiri dari posttest dan lembar keterlaksanaan strategi pembelajaran. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik porposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil belajar matematika siswa kelas XI/4 SMA Negeri 1 Walenrang setelah di ajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dikategorikan sedang, (2) hasil belajar matematika siswa kelas XI/2 SMA Negeri 1 Walenrang setelah di ajar dengan menggunakan model kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dikategorikan sedang, (3) hasil belajar matematika siswa dengan

menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw tidak jauh lebih efektif dari pada model kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT).

Kata Kunci: perbandingan, kooperatif tipe Jigsaw, kooperatif tipe Nmbered Head Together (NHT). 1. Pendahuluan

Kegiatan pengajaran di sekolah merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya yang secara otomatis berusaha untuk membawa masyarakat (anak didik atau siswa) menuju keadaan yang lebih baik.Keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri dan siswa sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Mengajar meliputi apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar. Dalam proses pembelajaran diharapkan antara guru, siswa dan lingkungan belajar saling mendukung sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yaitu perubahan perilaku dan lingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya

Berdasarkan dari hasil observasi di sekolah proses pembelajaran rata-rata dilaksanakan menggunakan sistem ceramah dimana proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga membuat siswa kurang aktif dalam mempelajari materi.

(2)

Page 265 of 470

Model pembelajaran kooperatif merupakan model yang mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

Beberapa metode yang bisa digunakan antara lain pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT). Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, Jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji ukir”. Ada juga yang menyebutnya fuzzle, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar. Model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada pembelajaran kooperatif metode Jigsaw keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru tidak menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa sehingga siswa mampu aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok. Tahapan-tahapan penerapan pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman.

2. Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. 3. Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok ada seorang

wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.

4. Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama. Pembelajaran kooperatif metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen (Majid, 2014:192) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa dan menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.

(3)

Halaman 266 dari 470

Langkah-langkah yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Ibrahim (Herdian, 2009: 1)

menjadi enam langkah sebagai berikut : 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pretest) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan olehguru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

(4)

Page 267 of 470

Siswa bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Metode pengajaran, seperti yang telah diuraikan di atas merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor keberhasilan pembelajaran selain dari faktor eksternal, keberhasilan dari proses pembelajaran juga banyak ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku seseorang, dengan latar belakang yang telah penulis kemukakan, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran metode Jigsaw dan Numbered Head

Together (NHT) pada pokok bahasan materi yang akan dijelasakan di kelas XI

semester II pada Sekolah SMA Negeri 1 Walenrang ditinjau dari gaya belajar siswa. Penerapan model pembelajaran ini merupakan inovasi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menelaah apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang antara yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Walenrang dengan subjek penelitian kelas XI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Numbered Head Together (NHT) padaSemester II (genap) tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Ekperimen) yang akan menyelidiki tentang pencapaian kompetensi belajar siswa (Ilyas, 2015:144). Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control Group

karena pada desain ini nilai postest akan dibandingkan untuk menentukan keefektifan treatment.

Adapun desain penelitian yang dapat digunakan dalam percobaan (eksperimen) yaitu:

Tabel 1. Desain penelitian

Kelompok Perlakuan Hasil Penelitian

Kelompok eksperimen I X O1

Kelompok eksperimen 2 Y O2

(5)

Halaman 268 dari 470

X : Perlakuan pada kelompok eksperimen I yaitu penerapan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw

Y : Perlakuan pada kelompok eksperimenII yaitu penerapan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

O1 :Hasil Postest pada kelompok eksperimen I

O2 :Hasil Postest pada kelompok eksperimen II

Satuan eksperimen penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Walenrang Kelas XI Semester Genap tahun ajaran 2016/2017.

Penentuan satuan eksperimen dalam penelitian ini menggunakan teknik

Porpusive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu,dimana sampel diambil tidak secara acak tetapi ditentukan berdasarkan pertimbangan guru (Sugiyono, 2014:85). Kedua kelas yang terpilih merupakan kelas eksperimen I yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw sedangkan kelas eksperimen II yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data hasil belajar siswa, uji statistik yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan bantuan software SPSS. Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskriptifkan tingkat hasil belajar matematika siswa berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan. Data tes hasil belajar matematika siswa dianalisis menggunakan deskriptif yaitu skor rata-rata data hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi matematika siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Numbered Head Together (NHT). Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan menggunakan uji-t (distribusi student

t). Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

homogenitas dari data hasil belajar siswa. Taraf signifikan yang digunakan (𝛼) adalah 0,05 dan 5%.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut yang berisi tentang gambaran umum skor hasil belajar siswa setelah diajar dengan model

(6)

Page 269 of 470

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) yang diperoleh dari data hasil posttest.

Tabel 2. Statistik Deskriptif hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT).

Statistik

Nilai Statistik

Kelas Jigsaw Kelas NHT

Ukuran Sampel Skor Rata-rata Skor Maksimum Skor Minimum Standar Deviasi 28,00 76,25 95,00 60,00 9,29 28,00 77,50 100,00 60,00 12,21 Sumbur: Hasil Analisis Data Primer (2017)

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berada pada kategori sedang dan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berada pada kategori sedang.

Berdasarkan dari nilai standar deviasi model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu 12,21 lebih besar dari pada nilai standar deviasi model kooperatif tipe Jigsaw yaitu 9,29. Jadi model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi diferensial dari pada model kooperatif tipe Jigsaw.

2) Hasil Analisis Statistik Inferensial

Sesuai dengan hipotesis penelitian diperoleh bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang antara yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Sebagai syarat untuk melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yaitu sebagai berikut.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan merupakan syarat dari pengujian hipotesis. Adapun keputusan yang diambil dari output SPSS yaitu nilai signifikansi dari tabel Test of normality di kolom Kolmogorov-Smirnova dapat terlihat bahwa nilai probabilitas = 0,851 berarti P > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data skor variabel hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal.

(7)

Halaman 270 dari 470

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh kesimpuan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji perbedaan rerata. Adapun keputusan yang diambil dari output SPSS yaitu nilai signifikansi dari tabel yang dilakukan dengan menggunakan Independen-Sample T-test yaitu dapat terlihat bahwa hasil Levene Statistic diperoleh P-value = 0,402 berarti P > 0,05, sehingga disimpulkan bahwa varians dari kedua kelas adalah homogen.

Uji hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji-t yaitu Independent Samples test. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji-t. kriteria pengambilan kesimpulan:

1) 𝐻0 ditolak jika nilai probabilitas < 0,05 (p < 0,05) 2) 𝐻0 diterima jika nilai probabilitas ≥ 0,05 (p ≥0,05) Dengan rumusan:

H0 : µ1 = µ2 melawan H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 = parameter rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan tipe Jigsaw.

µ2 = parameter rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan tipe Numbered Head Together (NHT). Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Levene’s Test For

Equality of

variances

t-test For Equality of Means

F Sig. T Df Sig.(2-tailed) Nilai Equalvariances Assumed Equalvariances not Assumed 4,798 0,03 -,301 -,301 54 49,564 0,765 0,765

Hasil analisis data pada uji-t diperoleh bahwa nilai probabilitas untuk kemampuan hasil belajar matematika dengan Independent sample t-test adalah 0,03. Oleh karena itu nilai probabilitas = 0,03 < 0,05, maka 𝐻0 ditolak dan H1 di terima sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang antara yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT).

(8)

Page 271 of 470

4. Kesimpulan

Berdasaran dari kesimpulan yang dapat ditarik pada hasil penelitian dan pembahasan ini yaitu dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw tidak jauh lebih efektif dari pada model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang antara yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Adapun saran yaitu melihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Walenrang. Pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), dapat menjadi salah satu rekomendasi pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Bagi calon peneliti yang ingin menerapkan pembelajaran Kooperatif ini dalam penelitiannya, maka harus meluangkan waktu khusus untuk menjelaskan model tersebut kepada siswa dan juga mengenalkan siswa dengan tugas-tugas, tujuan, dan struktur penghargaan.

Daftar Pustaka

[1] Bahtiar, Gani Abdul.2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

Melaluii Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Pada Materi Pokok Garis Dan Sudut Di Kelas VII MTs Lukman Hakim Samarinda. Samarinda; Universitas Mulawarman. Diakses 8

februari 2017

[2] Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta [3] Fitri Rahma, dkk. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line Pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xi Ips SMA Negeri 1 Batipuh. Volume

3 No. 1 Hal 18-22. FMIPA UNP.

[4] Hajira. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together (NHT) Poo Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Palopo.Skripsi. Palopo: Skripsi Tidak diterbitkan. FKIP UNCP.

[5] Herdian.2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Pagelaran

[6] Istisrokah. 2013. Proposal Pendidikan Eksperimen. (Online). Tersedia: http://lib.unnes.ac.id/19165/1/7101408239.pdf.

[7] Majid Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. [8] Pagerti, Budi. 2015. Pengaruh pembelajaran tutor sebaya terhadap motivasi

belajar, minat belajar dan hasil belajar matematika. Jurnal pendidikan

Indonesia: Guru MAN Model Sorong.

[9] Rahmawati. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered HeadTogether (Nht) Dan Jigsaw SMP Swasta Karya Indah Tapung. Riau Pekanbaru;

(9)

Halaman 272 dari 470

[10] Rosyad M.Fahmi. 2014. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Tipe Jigsaw Di SMKN 1 Jetis Mojokerto. volume 3, No 1, Surabaya; Universitas Negeri Surabaya.

[11] Sari Dyah Khoirina. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. (Online). Tersedia: http://lib.unnes.ac.id/968/1/7356.pdf.

Diakses 22 Januari 2017

[12] Sidik Amelia. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeam

Assisted Individualization (TAI) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas V SDI Ummul Quro Bekasi.Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

[13] Setyowati. 2014. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Dengan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Kelas Viii Smp Negeri 1 Srono Tahun Ajaran 2013/201. Jember; Universitas Jember.

[14] Sulistiyaningrum, Ervina. 2010. Perbandingan Model Kooperatif.(Online). Tersedia: https://dglib.uns.ac.id/...=/Perbandingan-model-kooperatif-tipe-jigsaw-dan-stad-stude

Diakses 8 februari 2017

[15] Sugiarti, dkk. 2015. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT) Dan Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Pada Siswa SMA (Studi Kasus di SMA Karangtaruna Semarang). Semarang; Fakultas Psikologi Universitas Semarang.

[16] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan (Kuantitatif,

Gambar

Tabel 1. Desain penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang

Penelitian ini bertujuan mengisolasi cendawan rizosfer dari tanaman krisan sehat dan menguji potensinya sebagai agens hayati untuk pengendalian Fusarium oxysporum penyebab penyakit

Pada hasil penelitian dari ketiga subjek tersebut menyatakan bahwa pada subjek I, II, III pola asuh orang tua subjek merasa orang tuanya overprotektif sejak

pendidikan agama Islam adalah intensitas pelaksanaan kemampuan, Fungsi, peran dan tanggung jawab dalam membentuk kepribadian dan akhlaq peserta didik

Nilai KTK zeolit sintetik dengan cara pengaktifan termal dan kimia mempunyai nilai yang pling besar karena pori-pori yang terbentuk pada butiran zeolit lebih

Sedang untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilaksanakan guru dalam mening- katkan hasil belajar siswa materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model

Berdasarkan indentifikasi hasil analisis terhadap faktor eksternal dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, maka diketahui bahwa faktor kunci

Kelurahan. 9) Merekapitulasi Usulan Kegiatan Infrastruktur Kewenangan Perangkat Daerah Teknis (Form Kel.7) dari seluruh kelurahan yang selain usulan kegiatan