• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana. Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana. Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK ANORGANIK DAN

PUPUK CAMPURAN (ORGANIK DAN ANORGANIK) (Studi Kasus di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan

Kubutambahan, Kabupaten Buleleng)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

OLEH RIFKI ARDIAN

1217351001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

PROGRAM NON REGULER FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 14 Januari 2017 Yang menyatakan,

Rifki Ardian NIM. 1217351001

(3)

ABSTRACT

Rifki Ardian, Registration: 1217351001. The Comparison of Hot Chili Farming Incomes by Using Organic Fertilizer and Mixture Fertilizer (Organic, and Inorganic) In Subak Kudungan, Bontihing Village, Kubutambahan Distric,Buleleng Regency. Supervised by: Ir. Wayan Sudarta, MS and Drs. I Ketut Rantau, M.Si.

The problem faced by famers of hot chili is obstacle the cultivation which done from the less production result of achieve national potential target of 10 to 20 tonnes/ha and to overcome obstacles especially in plants cultivation which done by applying a low-tech chemical inputs and cultivation technology of conservation which is implemented in integrated crop processing hot chili by applying organic fertilizer. Therefore this research aims to know the comparison of hot chili farming incomes by using organic fertilizer and mixture fertilizer. This research was conducted from August until September 2016 in Subak Kudungan Bontihing village Kubutambahan distric Buleleng regency. The data were analyzed by income analysis, R/C ratio analysis and Uji-t analysis. The results showed that hot chili farming incomes in one season per hectare using inorganic fertilizer is loweer than using a mixture fertilizer, use inorganic fertilizer Rp. 21. 586.846,00 and use mixture fertilizer Rp. 26.489.791,00. R/C ratio hot chili farming using organic fertilizer which is 2,09 higher than using mixture fertilizer 2,03. The result of Uji-t analysis showed hot chili farming incomes using inorganic fertilizer and mixture fertilizer was not significantly different at the level 5%.

Keywords: incomes, hot chili farming, inorganic fertilizer, mixture fertilizer, subak.

(4)

ABSTRAK

Rifki Ardian, NIM : 1217351001. Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran (Organik, dan Anorganik) di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Dibimbing oleh : Ir. Wayan Sudarta, MS. dan Drs. I Ketut Rantau, M.Si.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani cabai rawit adalah kendala dalam budidaya yang dilakukan dilihat dari segi hasil produksi kurang mencapai target potensial nasional sebesar 10 s.d 20 ton/ha dan untuk mengatasi kendala terutama kendala dalam budidaya tanaman dilakukan dengan cara menerapkan teknologi rendah input kimia dan teknologi budidaya konservasi yang diimplementasikan pada pengolahan tanaman terpadu cabai rawit dengan menerapkan pupuk organik. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Penelitian ini dilakukan di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan September 2016. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, dan analisis Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani cabai rawit dalam satu musim per hektar dengan menggunakan pupuk anorganik sebesar Rp 21.553.513,00, yang lebih rendah dibandingkan menggunakan pupuk campuran yaitu sebesar Rp 26.456.458,00. R/C ratio usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik yaitu 2,09 lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pupuk campuran sebesar 2,03. Hasil analisis Uji-t menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Kata kunci: Pendapatan, usahatani cabai rawit, pupuk anorganik, pupuk campuran, subak.

(5)

RINGKASAN

Subak Kudungan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi cukup besar untuk menghasilkan cabai rawit di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Lahan yang terdapat di wilayah ini tidak terlalu luas, akan tetapi sebagian besar lahan untuk saat ini masih diusahakan untuk berusahatani cabai rawit. Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan sementara ini mendapat program pemerintah yang bertujuan untuk menekan penggunaan pupuk anorganik dengan menambah pupuk organik sebagai campuran. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang dengan dosis yang tepat. Penggunaan pupuk campuran dilakukan petani di Subak Kudungan dikarenakan beberapa faktor utama yaitu mengenai dampak penggunaan bahan anorganik yang kedepannya akan merugikan lingkungan dan hasil produksi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran (organik, dan anorganik). Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan September tahun 2016 di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu penentuan lokasi secara sengaja dengan dasar pertimbangan tertentu, adapun dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Petani Subak Kudungan membudidayakan cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran, (2) Petani Subak Kudungan sudah lama membudidayakan cabai rawit sebagai komoditi unggulan, (3) Subak Kudungan merupakan salah satu subak percontohan penerapan teknologi di Kabupaten Buleleng.

(6)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan wawancara mendalam. Ruang lingkup populasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi seluruh petani aktif yang membudidayakan tanaman cabai rawit dan tergabung dalam anggota Subak Kudungan yaitu sebanyak 34 orang. Pengambilan responden dilakukan secara sensus yaitu semua petani dengan menggunakan pupuk campuran sebanyak 16 orang dan petani menggunakan pupuk anorganik sebanyak 16 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk campuran di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng lebih besar dibandingkan dengan usahatani cabai rawit menggunakan pupuk anorganik. Pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk campuran dalam satu musim tanam per hektar sebesar Rp 26.456.458,00, dan usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dalam satu musim tanam per hektar sebesar Rp 21.553.513,00.

R/C ratio usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik yaitu 2,09 dan 2,03 R/C ratio usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk campuran. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Uji-t dengan Software SPSS 17 didapat uji beda rata-rata dengan nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 1,331, perhitungan tersebut didapat hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan taraf (α 5%) sebesar 1,697, dengan hipotesis yaitu H0 diterima dan

H1 ditolak yang artinya secara uji statistik rata-rata pendapatan bersih usahatani

cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran per hektar dalam satu musim tanam tidak berbeda nyata pada taraf α 5%.

(7)

PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK ANORGANIK DAN

PUPUK CAMPURAN (ORGANIK, DAN ANORGANIK) (Studi Kasus di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan

Kubutambahan, Kabupaten Buleleng)

Rifki Ardian NIM: 1217351001

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wayan Sudarta, MS Drs. I Ketut Rantau, M.Si NIP. 19530924 198103 1 001 NIP. 19561130 198103 1 001

Mengesahkan Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS NIP. 19630515 198803 1 001

(8)

PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK ANORGANIK DAN

PUPUK CAMPURAN (ORGANIK, DAN ANORGANIK) (Studi Kasus di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan

Kubutambahan, Kabupaten Buleleng)

Dipersiapkan dan diajukan oleh Rifki Ardian

NIM : 1217351001

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal: 11 Januari 2017

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

No : 20/UN14.1.23/DL/2017

Tanggal : 11 Januari 2017

Tim Penguji Skripsi adalah

Ketua : Ida Ayu Listia Dewi, SP., M.Agb

Anggota :

1. Ir. Dewa Gede Raka Sarjana, M.MA 2. Ir. I Putu Dharma, M.Si

3. Drs. I Ketut Rantau, M.Si 4. Ir. Wayan Sudarta, MS

(9)

RIWAYAT HIDUP

RIFKI ARDIAN dilahirkan di Bekasi pada tanggal 31 Januari 1994, merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Baihaki Tanjung, BA (Ayah) dan (Ibu) Kamilaini Tanjung.

Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kranji VI Bekasi pada tahun 1999 sampai dengan 2006. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Bekasi pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis diterima sebagai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Bekasi dan dikatakan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi dengan Jurusan Pertanian Agribisnis, Program Studi Non-reguler di Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis, Non-reguler, Universitas Udayana.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis tidak jarang menemui hambatan, rintangan dan kesulitan, namun berkat rahmat-Nya dan juga dorongan semangat pada diri, serta bantuan dari semua pihak, akhirnya skripsi dengan judul “Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran (Organik, dan Anorgaik)” di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini begitu banyak bantuan, bimbingan serta dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak yang telah penulis terima. Sebagai salah satu bukti perwujudan tersebut dengan rasa hormat dan rendah hati yang tulus, penulis menghanturkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada para pihak sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Udayana yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian ini. 2. Ir. I Putu Dharma, M.Si selaku Ketua Sekertariat Program Studi

Agroteknologi Non-reguler Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, yang juga telah memberikan dukungan, bimbingan serta masukan kepada penulis dalam penelitian ini.

(11)

3. Ir. I Dewa Gede Raka Sarjana, M.MA selaku Ketua Sekertariat Program Studi Agribisnis Non-reguler Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, yang telah memberikan ijin dan kemudahan kepada penulis dalam penelitian ini. 4. Dr. I Gede Setiawan, SP, M.Si, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak pelajaran dan memotivasi penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Ir. Wayan Sudarta, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Drs. I Ketut Rantau, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan arahan kepada punulis dalam mencapai penyelesaian skripsi.

7. Segenap Dosen Program Studi Agribisnis Pertanian dan Staf Program Non-reguler Fakultas Pertanian atas segala bimbingan dan bantuan yang telah banyak penulis terima selama menjadi mahasiswa.

8. Ayah (Baihaki Tanjung, BA) tersayang dan Ibunda (Kamilaini Tanjung) tercinta, serta kakak (Adi Iskandar Saputra, SE., Jemmy Rinaldi, SP, M.Si., Heri Amrizal, SP.) yang sangat penulis sayangi atas semua pengertian, bantuan moril maupun materil, dan doa yang diberikan sehingga karya kecil ini dapat kupersembahkan untuk kalian.

9. Jemmy Rinaldi SP, M.Si dan Keluarga atas semua bantuan penegertian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis untuk mencapai hasil yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

10. Teman-teman mahasiswa di Program Non-reguler FP UNUD Program Studi Agribisnis Angkatan 2012 (Tisna, Fian, Swatika, Mardika, Adi, Cherry, Fariha, Indah, Komang, Resi, Galuh) dan teman-teman penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini serta atas segala dorongan moral yang diberikan kepada penulis, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, bahkan disana-sini masih banyak ditemukan kekurangan karena keterbatasan wawasan yang penulis miliki. Namun dengan rendah hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang kiranya dapat bermanfaat dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Desember 2016

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ...vii

HALAMAN PENGESAHAN ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ...xx I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cabai Rawit...10

(14)

2.1.2 Syarat tumbuh tanaman cabai rawit ...13

2.1.3 Budidaya tanaman cabai rawit ...17

2.2 Pupuk ...21

2.2.1 Pupuk organik ...22

2.2.2 Pupuk anorganik ...23

2.3 Usahatani...25

2.3.1 Faktor-faktor produksi dalam usahatani ...27

2.3.2 Biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani ...30

2.3.3 Analisis R/C ratio ...34

2.3.4 Analisis Uji T ...35

2.4 Penelitian Terdahulu ...35

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis ...37

2.6 Hipotesis ...40

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...41

3.2 Jenis dan Sumber Data...41

3.2.1 Jenis data ...41

3.2.2 Sumber data ...42

3.3 Penentuan Populasi dan Responden ...42

3.4 Metode Pengumpulan Data ...43

3.5 Variabel dan Batasan Operasional ...44

3.5.1 Variabel dan pengukuran variabel ...44

3.5.2 Batasan operasional...45

(15)

3.6.1 Analisis pendapatan ...47

3.6.2 Analisis R/C ratio ...48

3.6.3 Analisis Uji T ...49

3.6.4 Analisis deskriptif ...50

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Bontihing ...51

4.1.1 Keadaan topografi dan geografi Desa Bontihing ...51

4.1.2 Keadaan penduduk ...52

4.2 Deskripsi Subak Kudungan ...56

4.2.1 Aspek parahyangan ...57

4.2.2 Aspek pawongan ...58

4.2.3 Aspek palemahan ...61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ...63

5.1.1 Umur responden ...63

5.1.2 Pendidikan responden ...64

5.1.3 Penguasaan lahan responden ...66

5.1.4 Pekerjaan pokok dan sampingan responden ...67

5.2 Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan pupuk campuran ...68

5.2.1 Biaya usahatani ...69

5.2.2 Penerimaan dan pendapatan usahatani ...74

5.3 Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Menggunakan Pupuk Campuran di Subak Kudungan ...78 VI. SIMPULAN DAN SARAN

(16)

6.1 Simpulan ...81 6.2 Saran ...81 DAFTAR PUSTAKA ... 83

(17)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1.1 Produksi Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2011-2013 ... 3 1.2 Luas Panen Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2011-2013 ... 4 1.3 Produktivitas Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2011-2013 ... 5 3.1 Jumlah Populasi dan Responden Petani Cabai Rawit di Subak

Kudungan, Tahun 2016 ...43 3.2 Konsep, Indikator, Variabel dan Skala Pengukuran dalam Penelitian ...45 4.1 Luas Wilayah Desa Bontihing menurut Penggunaan Tanah Tahun

2014 ...52 4.2 Jumlah Penduduk Desa Bontihing berdasarkan Kepala Rumah Tangga

dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ...53 4.3 Jumlah Penduduk Desa Bontihing berdasarkan Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2014 ...54 4.4 Jumlah Penduduk Desa Bontihing menurut Tingkat Pendidikan Formal

Tahun 2014 ...54 4.5 Jumlah Penduduk Desa Bontihing berdasarkan Mata Pencaharian

Tahun 2014 ...55 5.1 Umur Responden Petani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk

Anorganik dan Menggunakan Pupuk Campuran di Subak Kudungan

Tahun 2016 ...63 5.2 Tingkat Pendidikan Responden Petani Cabai Rawit dengan

Menggunakan Pupuk Anorganik dan Menggunakan PupukCampuran di Subak Kudungan Tahun 2016 ...65 5.3 Rata-rata Luas Lahan Garapan Responden Usahatani Cabai Rawit

dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Menggunakan Pupuk

(18)

5.4 Jenis Pekerjaan Responden Petani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Subak Kudungan Tahun

2016 ...68 5.5 Biaya Rata-rata per LLG per Musim Tanam Tenaga Kerja Usahatani

Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk

Campuran di Subak Kudungan Tahun 2016 ...70 5.6 Biaya Rata-rata per LLG per Musim Tanam Usahatani Cabai Rawit

dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Subak Kudungan Tahun 2016 ...73 5.7 Rata-rata Pendapatan per Musim Tanam Usahatani Cabai Rawit

dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Subak Kudungan Tahun 2016 ...75 5.8 Perbandingan Rata-rata per Hektar per Musim Tanam Pendapatan

Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan

(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

2.1 Jenis Cabai Kecil/Jemprit ...10 2.2 Jenis Cabai Ceplik/Hijau ...10 2.3 Jenis Cabai Putih ...11 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai

Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 Identitas Responden Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik di Subak Kudungan Tahun 2016 ...86 2 Identitas Responden Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Campuran

di Subak Kudungan Tahun 2016 ...87 3 Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Responden Cabai Rawit dengan

Menggunakan Pupuk Anorganik di Subak Kudungan Tahun 2016 ...88

4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Responden Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Campuran di Subak Kudungan Tahun 2016 ...89 5 Analisis Uji-t dengan SPSS terhadap Perbandingan Pendapatan Usahatani

Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Campuran per Musim Tanam di Subak Kudungan Tahun 2016 (Uji-t dalam Hektar) ...90 6 Perhitungan Uji-t dengan Rumus Manual Terhadap Perbandingan

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Subak Kudungan Tahun 2016 per

(21)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki kedudukan yang sangat berpengaruh terahadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan daerah yang sangat potensial dalam pengembangan pertanian. Peningkatan sektor pertanian merupakan target utama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, peningkatan produksi pertanian akan berpengaruh pada petani dan juga masyarakat dalam arti luas. Akan tetapi dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, seringkali dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah, keterbatasan modal, minimnya inovasi yang diberikan kepada petani, serta kurangnya keterampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan (Antara., dkk, 1994).

Sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah sektor pertanian hortikultura, yang mana hortikultura utamanya sayur-mayur merupakan komoditi pertanian yang memiliki harga cukup tinggi dipasaran. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat adalah cabai rawit (Rostini, 2011). Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman hortikultura yang potensial untuk dikembangkan (Cahyono, 2003). Cabai rawit memiliki ukuran lebih kecil dari pada varietas cabai lainnya, cabai rawit dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 225.000 s.d 325.000 pada skala scoville. Kebutuhan akan cabai rawit terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya

(22)

industri yang membutuhkan bahan baku cabai rawit. Kebutuhan cabai rawit cukup tinggi yaitu sekitar empat kg/kapita/tahun yang dinyatakan oleh (Warisno, 2010).

Produksi cabai rawit di Indonesia dalam lima tahun terakhir (2010 s.d 2014) menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan sekitar 8,36% (BPS, 2015). Adapun produksi cabai rawit di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 521.704 ton, sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 32.523 ton dengan total produksi sebesar 554.227 ton, pada tahun 2012 produksi cabai rawit di Indonesia sebesar 702.252 ton, hasil produksi pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan total peningkatan sebesar 148.025 ton, adapun produksi cabai rawit pada tahun 2013 sebesar 713.502 ton dengan peningkatan produksi sebesar 11.250 ton, dan produksi cabai rawit pada tahun 2014 sebesar 795. 827 ton produksi pada tahun 2014 juga mengalami peningkatan sebesar 82.325 ton dibandingkan dengan tahun 2013.

Berdasarkan data maka dapat disimpulkan bahwa produksi cabai rawit setiap tahunnya mengalami peningkatan. Adapun peningkatan produksi cabai rawit di Indonesia dikontribusi oleh daerah sentra-sentra penghasil cabai rawit seperti Jawa timur, Jawa tengah, Jawa barat, Sumatera barat, NTB dan Bali. Peningkatan produksi cabai rawit berdasarkan data di atas tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan cabai rawit nasional sehingga impor cabai rawit terus dilakukan setiap tahunnya, hal ini dikarenakan belum tercapainya potensi terhadap produksi cabai rawit sebesar 10 s.d 20 ton/ha (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi beberapa kendala terutama pada budidaya tanaman dilakukan dengan menerapkan teknologi budidaya rendah

(23)

input kimia dan teknologi budidaya konservasi yang diimplementasikan pada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) cabai rawit.

Pengelolaan Tanaman Terpadu merupakan suatu pendekatan budidaya tanaman yang berdasarkan pada keseimbangan ekonomi dan ekologi, dengan tujuan utamanya adalah meraih keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, antara proses alami dan teknologi, dengan selalu mengingat keberlanjutan dari usahatani tersebut (Setiawati, 2010). .

Bali memiliki kondisi tanah yang sangat potensial untuk penanaman sayur-mayur. Produksi sayur-mayur di Bali dari tahun 2010 s.d 2014 sangat baik, dimana produksi sayur-mayur tahun 2014 sebesar 221.620 ton. Sayur-mayur yang paling banyak diproduksi adalah jenis kubis sebesar 42.794 ton (19,30 %) dan cabai rawit sebesar 28.440 ton (12,83%), (BPS, 2015). Produksi cabai rawit di Povinsi Bali tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan hasil yang bervariasi, dimana pada tahun 2010 produksi cabai rawit sebesar 11.826 ton, tahun 2011 sebesar 17.055 ton, tahun 2012 sebesar 16.041 ton, tahun 2013 sebesar 20.425 ton, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 28.440 ton (BPS, 2015). Adapun data selengkapnya mengenai produksi, luas panen dan produktivitas cabai rawit dapat dilihat pada Tabel (1.1, 1.2, 1.3).

Tabel 1.1

Produksi Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 s.d 2013

Kabupaten/Kota Produksi (ton)

2011 2012 2013 Klungkung 4.371 3.010 4.282 Karangasem 6.132 6.132 9.005 Buleleng 2.732 2.730 5.082 Kabupaten Lainnya* 3.820 4.167 2.056 Provinsi Bali 17.055 16.039 20.425

(24)

Data pada Tabel 1.1, menunjukan bahwa sejak tahun 2011 s.d 2013, Kabupaten Karangasem dan Buleleng memiliki nilai produksi cabai rawit tertinggi di Provinsi Bali. Produksi cabai rawit tertinggi di Kabupaten Karangasem terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 9.005 ton, di Kabupaten Buleleng tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan angka mencapai 5.082 ton, di Kabupaten Klungkung tertinggi pada tahun 2011 sebesar 4.371 ton, sedangkan di Kabupaten lainnya tertinggi pada tahun 2012 sebesar 4.167 ton.

Tabel 1.2

Luas Panen Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 s.d 2013

Kabupaten/Kota Luas Panen (ha)

2011 2012 2013 Klungkung 867 895 847 Karangasem 764 759 659 Buleleng 703 579 551 Kabupaten Lainnya* 710 1123 861 Provinsi Bali 3.044 3.356 2.918

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Bali, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 maka dapat terlihat bahwa luas panen tertinggi di Kabupaten Karangasem pada tahun 2011 sebesar 764 hektar, di Kabupaten Buleleng luas panen tertinggi pada tahun 2011 sebesar 703 hektar, sementara itu di Kabupaten Klungkung luas panen tertinggi berada pada tahun 2012 dengan luasan lahan sebesar 895 hektar, dan pada Kabupaten lainnya mencapai luas lahan panen tertinggi pada tahun 2012 dengan angka sebesar 1.123 hektar. Sektor hortikultura di Kabupaten Klungkung, Karangasem dan Buleleng memang sangat berpotensi dalam mendukung peningkatan produksi cabai rawit di Provinsi Bali.

Sentra produksi cabai rawit di Bali berada di Kabupaten Karangasem, tetapi dengan berkembangnya peningkatan produktivitas di Kabupaten Buleleng

(25)

tidak menutup kemungkinan Kabupaten Buleleng menjadi sentra produksi cabai rawit di Bali. Hal ini terlihat pada Tabel 1.3, tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 produktivitas setiap tahunnya di Kabupaten Buleleng terus menigkat, penigkatan produktivitas ini sebenarnya tidak didukung dengan adanya luas lahan panen yang cukup bahkan luas lahan yang ada mengalami penurunan setiap tahunnya, dengan demikian peningkatan produktivitas di Kabupaten Buleleng terjadi dikarenakan kesadaran petani di Kabupaten Buleleng yang ingin berusahatani cabai rawit semakin meningkat dan perkembangan pemanfaatan teknologi menjadi salah satu faktor lain meningkatnya produktivitas di Kabupaten Buleleng.

Tabel 1.3

Produktivitas Cabai Rawit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 s.d 2013

Kabupaten/Kota Produktivitas (ton/ha)

2011 2012 2013 Klungkung 5,04 3,36 5,06 Karangasem 8,03 8,08 13,66 Buleleng 3,89 4,72 9,22 Kabupaten Lainnya* 5,38 3,71 2,39 Provinsi Bali 5,6 4,78 7,00

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Bali, 2014

Perkembangan usahatani cabai rawit di Kabupaten Buleleng tidak luput dari kontribusi daerah pendukung produksi cabai rawit, adapun daerah pendukung kontribusi cabai rawit di Kabupaten Buleleng berada di Kecamatan Kubutambahan, yang menarik dari Kecamatan Kubutambahan ini merupakan daerah yang menjadi percontohan untuk usahatani cabai rawit di Kabupaten Buleleng semua teknologi baru yang baik untuk tanaman cabai rawit akan dipercontohkan dibeberapa subak di Kecamatan Kubutambahan, salah satu subak

(26)

yang sangat menerima teknologi/inovasi baru untuk usahatani cabai rawit yaitu di Desa Bontihing, Subak Kudungan.

Subak Kudungan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan cabai rawit di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Luas lahan yang terdapat di wilayah ini tidak terlalu luas, akan tetapi sebagian besar lahan untuk saat ini masih diusahakan untuk berusahatani cabai rawit. Usahatani cabai rawit di Subak Kudungan, Desa Bontihing selama ini mendapat perhatian dari instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengembangkan usahatani cabai rawit di kawasan tersebut. Banyak sekali teknologi yang dikembangkan di Subak Kudungan, mulai dari pemakaian mulsa plastik sebagai pengganti dari mulsa jerami, penggunaan pupuk organik untuk menekan penggunaan pupuk anorganik dan banyak teknologi lain yang dikembangkan di Subak Kudungan.

Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan sementara ini mendapat program pemerintah yang bertujuan untuk menekan penggunaan pupuk anorganik dengan menambah pupuk organik sebagai campuran. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang dengan dosis yang tepat. Sejarah penggunaan pupuk organik pada pertanian sejatinya sudah lama digunakan oleh petani di Indonesia, tetapi dengan masuknya teknologi pupuk anorganik yang dirasakan petani lebih meningkatkan produksi pertanian maka, petani beralih menggunakan pupuk anorganik dibandingkan pupuk organik. Penggunaan pupuk campuran ini dilakukan petani di Subak Kudungan dikarenakan beberapa faktor utama yaitu mengenai dampak penggunaan bahan anorganik yang kedepannya akan merugikan lingkungan dan hasil produksi.

(27)

Subak Kudungan memiliki lahan sawah seluas 36 ha, dengan jumlah anggota subak sebanyak 47 orang dan sekitar 34 orang aktif sebagai petani, dan 13 orang lainnya tidak aktif. Pola tanam di subak ini adalah padi-cabai rawit, dimana padi ditanam pada bulan Januari s.d April, dan Mei s.d Desember adalah tanaman cabai rawit. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, varietas cabai rawit yang diusahakan umumnya menggunakan benih lokal.

Dilihat dari observasi di lapangan bahwa keseluruhan kegiatan pertanian yang dilakukan antara petani cabai rawit dengan mengunakan pupuk anorganik dan petani cabai rawit menggunakan pupuk campuran tidak berbeda nyata, perbedaan hanya terletak pada aktivitas pengolahan lahan. Petani cabai rawit dengan menggunakan pupuk campuran menambah pupuk organik pada saat pengolahan lahan, sedangkan petani cabai rawit yang menggunakan pupuk anorganik hanya mengolah lahan.

Adanya perbedaan dari aktivitas pemupukan tersebut, biaya penambahan pupuk dan tenaga kerja yang digunakan antara petani yang telah menggunakan pupuk campuran dan menggunakan pupuk anorganik, tentunya akan menghasilkan produksi dan biaya yang berbeda. Fenomena inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit dengan Menggunakan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran (Organik, dan Anorganik)” studi khasus di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat dibahas adalah bagaimana perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit

(28)

dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran (organik, dan anorganik) di Subak Kudungan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran (organik, dan anorganik) di Subak Kudungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait seperti.

1. Petani Subak Kudungan

Sebagai informasi maupun bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan usahatani cabai rawit dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan.

2. Mahasiswa

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah serta menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman, di samping itu merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa dalam meraih gelar Sarjana Pertanian Universitas Udayana.

3. Universitas Udayana

Menambah daftar penelitian cabai rawit dan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain dalam melakukan penelitian.

(29)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk campuran dan usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik di Subak Kudungan. Penggunaan pupuk organik dilakukan petani pada saat pengolahan lahan saja selebihnya petani menggunakan pupuk anorganik, dengan kata lain dalam penelitian ini petani yang menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik bisa dikatakan petani yang menggunakan pupuk campuran.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang berupa analisis pendapatan bersih usahatani, analisis R/C ratio dan analisis Uji-t. Perbandingan pendapatan bersih usahatani cabai rawit dengan menggunakan pupuk anorganik dan menggunakan pupuk campuran hanya akan dijelaskan secara deskriptif berdasarkan analisis pendapatan, R/C ratio dan Uji-t masing-masing usahatani.

Data yang dikumpulkan mencangkup data karakteristik responden (umur, pendidikan, penguasaan lahan, serta pekerjaan pokok dan sampingan responden) produksi, harga jual cabai rawit, dan biaya usahatani cabai rawit termasuk pupuk organik dan anorganik pada musim tanam terakhir tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Agustus tahun 2016 s.d September tahun 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukannya tanda-tanda LMN mendukung untuk terjadinya sindrom guillain barre sindrom, pada pasien ini ditemukan adanya tanda LMN yang didapatkan atrofi otot +

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, karunia, bimbingan dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Kegiatan pengabdian ini dilakukan di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar, beberapa permasalahan yang muncul dalam mengembangkan pariwisata di Kecamatan Tambang

Sumber radiasi bekas non 226 Ra yang mempunyai waktu paro panjang dan aktivitasnya cukup tinggi, kondisioning dilakukan dengan menempatkan sumber radiasi bekas dalam wadah yang

berada diluar batas konkol sehingga masih dirasa perlu wtuk melakukan perbailcan proses mtuk mendapatkan hasil bilangao warna kekuningan sesuai dengan standart

Listening Ability of the Eighth Grade Students of SMP N 3 Jepara Taught by Using Dictogloss in Academic Year 2013/ 2014.Skripsi.English Education Department.Teacher

Peserta Nama TWK TIU

Dalam keadaan normal harus terdengar bunyi jantung II yang terpecah pada saat inspirasi; bila bunyi jantung II selalu terdengar tunggal berarti kalup