• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT LAPORAN AKHIR EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENINGKAIAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT LAPORAN AKHIR EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENINGKAIAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT LAPORAN AKHIR

EVALUASI

KEBIJAKAN

DAN PROGRAM

PENINGKAIAN

KERUKUNAN

UMAT

BERAGAMA

DIREKTORAT AGAMA DAN PENDIDIKAN

DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DAN

KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN

PERENCANAAN

PEMBANGUNAN

NASIONAL/BAPPENAS

TA. 2006

(2)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

Kata Pengantar

Sesuai dengan Keputusan Menneg PPN/Kepala Bappenas No. 050/M.PPN /O3/2OOZ tentang Organisasi dan Tata Kefia Kantor Menneg PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Tugas pokok Direktorat Agama dan Pendidikan adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pefaksanaan penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang agama dan pendidikan serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.

Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi tersebut, salah satu fungsi yang harus dilaksanakan adalah evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.

Evaluasi ini dilakukan Bappenas untuk memperoleh informasi yang lebih konprehensif terhadap pelaksanaan Program peningkatan Kerukunan Umat Beragama, sehingga pada akhirnya Bappenas akan mendapatkan masukan dan pedoman dalam melakukan perumusan rencana strategic terhadap upaya mewujudkan harmoni sosial dimasa yang akan datang.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa evaluasi ini masih jauh dari sempurna. Namun dari analisis yang dilakukan, terdapat beberapa temuan, kesimpulan dan saran serta rekomendasi yang dapat dirumuskan dan dipergunakan sebagai masukan kebijakan upaya Peningkatan kerukunan umat beragama di masa yang akan datang. Mengingat berbagai kelemahan mulai dari keterbatasan data dan informasi yang kami kumpulkan, serta metode dan pendekatan analisis yang dilakukan mungkin kurang sesuai, maka kritik dan saran sangat diharapkan agar laporan kajian ini menjadi lebih baik dan lebih berguna bagi upaya mewujudkan kehidupan yang harmonis, toleran dan saling menghargai serta menghormati martabat kemanusiaan. Terima kasih.

Jakarta, Desember 2006

.Acc. No. Cla-q! Checked :

Direktur Agama dan Pendidikan Bappenas

(3)

1 ,l 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 5 7 7 I 1 0 1 4 1 5 1 6 1 8 1 8 1 9 26 26 28 29 29 30 30 30 3 1 32 33 3.3 3.4 A. B. | [ .

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

O

O

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

a

o

o

o

o

o

o

DAFTAR

ISI

Kata Pengantar Daftar lsi PENDAHULUAN.. 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran 1.4. Ruang Lingkup 1.5. HasilYangDiharapkan 1.6. SistematikaPelaporan METODOLOGI

2.1. Disain Studi Evaluasi... 2.2. Pendekatan yang digunakan ... 2.3. Data yang diperlukan

2.4. Pengumpulkan Data 2.5. AnalisaData.,-..,...

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kerukunan Hidup Umat Beragama

3.2 Tantangan Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia

Kebijakan Kerukunan Hidup Umat Beragama Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Struktur Organisasi PKUB

Dasar Hukum PKUB

tv.

PROGRAM PEMBANGUNAN

4.3. RPJMN 2004-2009 4.4. RKP 2005

V. RENGANA KERJA, STRUKTUR ORGANISASI, JADUAL,

DAN PENUGASAN PERSONIL

5.1 Rencana Kerja 5.2 Strukur Organisasi

vt.

EVALUASI PROGRAilT PENINGKATAN KERUKUNAN

UMAT BERAGAMA TAHUN 2OO5

6.1. Tujuan dan Sasaran 6.2. Hasilyang Dicapai

6.3. Faktor Penunjang/Penghambat 6.3. Tindak Lanjut

6.4. Evaluasi, Hambatan, Upaya Pemecahan 6.5. Kesimpulan dan Rekomendasi

DAFTAR RUJUKAN

TABEL

Tabel 1 Perbandingan Jumlah Rumah tbadah Tahun i9T4 dan2004 Tabel 2 Pencapaian Sasaran Pembangunan Tahun 2005

(4)

o

o

o

a

o

O

o

o

o

o

o

O

O

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

a

o

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat beberapa perubahan mendasar. Perubahan tersebut meliputi antara lain tentang (1) Kerangka penganggaran jangka menengah; (2) sistem anggaran terpadu; dan (3) Anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja, pada dasarnya anggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan anggaran yang didasarkan pada program, kegiatan dan kinerja yang akan dicapai, Selanjutnya hal tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP No. 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga.

undang-undang Nomor 25 Tahun 2a04 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa pimpinan Kementrian/ Lembaga harus

melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan

Kementrian/Lembaga periode sebelumnya dan hasil evaluasi tersebut menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan nasional untuk periode berikutnya.

sesuai dengan Keputusan Menneg ppN/Kepala Bappenas No. 050/M.PPN/O3/2OO2 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Menneg ppN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok Direktorat Agama dan Pendidikan adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang agama dan pendidikan sefta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.

Sesuai dengan Kedudukan, Tugas dan Fungsi setiap Direktorat di lingkungan Deputi sumber Daya Manusia dan Kebudayaan salah satu fungsi yang harus dilaksanakan adalah evaluasi, pemantauan dan penilaian pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional,

Evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional untuk Bidang Agama merupakan salah satu tugas dan fungsi Direktorat Agama dan pendidikan. Untuk itu evaluasi kebijakan dan program yang dilakukan oleh Direktorat Agama dan Pendidikan pada tahun anggaran (TA) 2006 difokuskan pada program pembangunan nasional bidang agama, yaitu Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.

Program Peningkatan Kerukunan umat Beragama bertujuan untuk memantapkan dasar-dasar kerukunan intern dan antarumat beragama yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju persatuan dan kesatuan nasional. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai melalui

(5)

I

o

o

o

o

o

o

o

o

o

I

o

O

o

o

o

o

O

o

O

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

program ini adalah mewujudkan harmoni sosial dalam kehidupan intern dan antarumat beragama yang toleran dan saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai.

1,2. Tujuan

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama, yang meliputi kegiatan, pembiayaan, capaian output dan dampak program yang telah dilakukan pada TA 2005 dalam lingkup nasional.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ini adalah:

1. Melakukan pengumpulan data dan informasi kegiatan, pendanaan, output dan dampak Program Peningkatan Kerukunan umat Beragama. 2. Melakukan kajian literatur, rapat, dan diskusi tentang penilaian capaian

program serta kunjungan lapangan.

3. Menyusun laporan terhadap evaluasi yang dilakukan. L.4. Hasil yang diharapkan

Tersedianya dokumen laporan evaluasi Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama, serta rekomendasi alternatif kebijakan bagi proses perencanaan program peningkatan kerukunan umat beragama. secara khusus, hasil yang diharapkan dari kegiatan evaluasi ini adalah: (1) terididentifikasinya capaian output dan dampak (indikator kerja) hasil pelaksanaan program peningkatan kerukunan umat beragama; dan (2) teridentifikasinya masalah dan tantangan dalam pelaksanaan program peningkatan kerukunan umat beragama sefta rencana tindak lanjut.

1.5. Sistematikapelaporan

Laporan pendahuluan ini memaparkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada paruh triwulan kedua, dengan alur uraian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, ruang lingkup, hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Evaluasi Kebijakan dan Program peningkatan Kerukunan umat Beragama .

BAB II METODOLOGI

Bagian ini akan menjelaskan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi Kebijakan dan Program peningkatan

(6)

o

a

o

O

o

o

o

o

o

Kerukunan umat Beragama, yaitu tahap mulai dari penyusunan format atau desain evaluasi sampai dengan perumusan hasil.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini akan membahas tentang landasan teori dengan melakukan kajian pustaka (literature review) yang berkaitan dengan kerukunan hidup umat beragama.

BAB IV PROGRAM PEMBANGUNAN

Bagian ini akan menjelaskan mengenai landasan-landasan kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pembangunan nasional yang terkait s e c a r a l a n g s u n g dengan program peningkatan kerukunan umat b e r a g a m a .

PELAKSANAAN KEGIATAN, STRUKTUR ORGANISASI, DAN PENUGASAN PERSONIL

Bagian ini akan menjelaskan mengenai pelaksanaan kegiatan, tentang struktur organisasi dan penugasan personil.

HASIL EVALUASI

B a g i a n i n i akan menjelaskan mengenai hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap program peningkatan kerukunan umat beragama p a d a tahun 2005. BAB V

o

o

I

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

O

BAB VI

(7)

o

o

I

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

O

o

o

o

o

o

O

o

o

o

o

o

o

o

o

O

a

O

I

o,

o

BAB II

METODOLOGI

Untuk mencapai sasaran yang tefah ditetapkan, maka langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain:

2.1. Disain Studi Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Program peningkatan Kerukunan umat Beragama TA 2005 daram cakupan nasionar, diperrukan

data dan informasi dari berbagai sumber, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun tingkat sekolah. Data tersebut meliputi data tentang capaian kinerja program selama kurun waktu 2005.

2.2. Pendekatan yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam mendisain studi evaluasi program Peningkatan Kerukunan umat Beragama TA 2005 adalah melalui kajian literatur, rapat koordinasi, workshop dan diskusi dengan para nara sumber. 2.3. Data yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam kegiatan evaluasi ini diperlukan sejumlah data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari beberapa sumber. Data yang dimaksud adarah (1) ringkup perencanaan kegiatan program peningkatan Kerukunan Umat Beragama; (2) ringkup pelaksanaan kegiatan program peningkatan Kerukunan

umat Beragama; (3) lingkup sistem dan manajemen pelaksanaan kegiatan program Kerukunan umat Beragama; (4) lingkup pengawasan pelaksanaan kegiatan program Kerukunan umat Beragama; (5) capaian dari peraksanaan kegiatan program Kerukunan Umat Beragama; serta (6) kendara dan permasarahan

yang dihadapi dafam peraksanaan kegiatan program Kerukunan

umat Beragama. 2.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam rangka kegiatan evaluasi

ini dilakukan melalui dua teknik pengumpuran data yaitu studi dokumentasi

dan wawancara dengan sumber data, khususnya dengan staf terkait di ringkungan Departemen Agama serta institusi rain baik di tingkat pusat maupun daerah.

(8)

o

o

o

I

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

o

O

o

o

o

o

o

2,5. Analisa Data

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti Departemen Agama serta dari instansi lain, dilakukan evaluasi dan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk mengetahui perkembangan pembangunan kerukunan umat beragama selama kurun waktu 2005.

(9)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

BAB III

TINJUAN PUSTAKA

1.1. KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

Istilah "Kerukunan Hidup Umat Beragama" bukanlah istilah baru yang dikenal di lingkungan Departemen Agama RI. Menurut sejarahnya isitilah ini muncul sejak diselenggarakannya Musyawarah Antar Agama yang diselenggarakan pada tanggal 30 Nopember 1967 oleh Pemerintah dan berlangsung di gedung Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Jakarta. Musyawarah ini diselenggarakan berangkat dari adanya berbagai persoalan yang menyangkut agama-agama di negeri ini juga sebagai realisasi dari keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat dan agama yang sesungguhnya sudah menjadi kenyataan dan diterima sebagai kekayaan bangsa kita. Kata "rukun" sendiri dipahami sebagai (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan; (2) asas; (3) baik dan damai. Merukunkan berarti (a) mendamaikan; (b) menjadikan bersatu hati. Kerukunan berarti pula (a) perihal hidup rukun; (b) rasa rukun; kesepakatan. Jadi Kerukunan Hidup Umat Beragama berarti perihal hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar; bersatu hati dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agamanya atau antara umat dalam satu agama.

Kerukunan selalu berkaitan dengan kata 'Toleransi". Hal ini disebabkan bahwa kerukunan dapat terwujud apabila semua pihak memiliki rasa tenggang rasa dan saling menghargai satu sama lain. Toleransi, tulis Robert Wissberg seperti yang dikutip oleh Jurnal Harmoni (2003), mengandung orientasi psikologis dan mentaf, yang diliputi perasaan terlibat, kecenderungan hati, sikap batin, orientas/pemikiran, dan bahkan keyakinan untuk mengikatkan diri pada togetherness, Karena toleransi merupakan masalah hati dan pikiran, maka "toleransi adalah properti individual,,. Dalam arti, watak toleransi sepenuhnya subyektif, ia berada di alam mental, di luar verifikasi obyektif. Karena itu, hanya mereka yang toleran saja yang mampu mengembangkan sikap-sikap demokratis yang atomistik namun tetap independen terhadap apa yang dipikir benar pihak lain. Pada bagian lain Weissberg melukiskan kata toleransi dengan kalimat pendek berikut: to live and let live together.

Kebersamaan bisa dibangun melalui sikap toleran. Namun kebersamaan itu tidak harus mengikis sempurna identitas pribadi atau ke "diri'hn masing-masing demi identitas bersama atau ke "kita" an, apalagi melebur identitias itu ke dalam identitas yang seragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kerukunan tanpa toleransi, begitu pula sebaliknya,

(10)

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

'.,2. TANTANGAN KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Sejumlah kerusuhan dan konflik sosial telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia beberapa tahun ini. Beberapa diantaranya berskala besar dan berlangsung lama, seperti kerusuhan di Maluku dan Maluku utara (1998), poso (1998), Maluku Utara (2000), dan beberapa tempat lain. Bahkan untuk kasus kerusuhan Poso upaya perdamaian masih seringkali diusik oleh peledakan di tempat-tempat umum dan pembunuhan dan penculikan terhadap anggota masyarakat sehingga menimbulkan suasana mencekam serta saling curiga.

Kajian-kajian yang telah dilakukan oleh Departemen Agama mengatakan bahwa konflik di Maluku pada awalnya disebabkan oleh karena kesenjangan ekonomi dan kepentingan politik. Eskalasi konflik meningkat cepat karena mereka yang bertikai melibatkan sentimen keagamaan untuk memperoleh dukungan yang cepat dan luas. Agama dalam kaitan ini bukan pemicu konflik, karena isu agama itu muncul belakangan.

Konflik di antara umat beragama dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor keagamaan dan faktor non-keagamaan. Berikut uraian singkat mengenai kedua faktor tersebut.

a. Faktor Keagamaan

Agama pada dasarnya memiliki faktor integrasi dan disintegrasi. Faktor integrasi, antara lain, agama mengajarkan persaudaraan atas dasar iman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Agama mengajarkan kedamaian dan kerukunan di antara manusia dan sesama makhluk. Agama juga mengajarkan budi pekerti yang luhur, hidup tertib, dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku. Ajaran agama yang disebutkan itu bersifat universal. Selain itu, terdapat ajaran agama yang juga bisa menimbulkan disintegrasi bila dipahami secara sempit dan kaku. Diantaranya, setiap pemeluk agama meyakini bahwa agama yang dianutnya adalah jalan yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan prasangka negatif atau sikap memandang rendah pemeluk agama lain, Secara internal, teks-teks keagamaan dalam satu agama juga terbuka terhadap aneka penafsiran yang dapat menimbulkan aliran dan kelompok keagamaan yang beragam, bahkan bertentangan satu sama lain sehingga menimbulkan konflik.

Selain faktor yang terkait dengan doktrin seperti disebutkan di atas, ada faktor-faktor keagamaan lain yang secara tidak langsung dapat menimbulkan konflik antara dan intern umat beragama. Diantaranya: 1) penyiaran agama; 2) bantuan keagamaan dari luar negeri;3) perkawinan antarpemeluk agama yang berbedai 4) pengangkatan anak; 5) pendidikan agama; 6) perayaan hari besar keagamaan; 7) perawatan dan pemakaman jenazah; 8) penodaan agama; 9) kegiatan kelompok sempalan; 10) transparansi informasi keagamaan; dan 11) pendirian rumah ibadah.

(11)

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

O

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

Berikut ini penjelasan tentang sebagian dari faktor-faktor itu. penyiaran agama merupakan perintah (paling tidak sebagian) agama. Kegiatan ini sering dilakukan tanpa disertai dengan kedewasaan dan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain untuk memilih sendiri jalan hidupnya. Akibatnya, terjadi kasus-kasus pembujukan yang berlebihan atau bahkan pemaksanaan dan anrkis yang sifatnya terselubung maupun terang-terangan. Kasus semacam itu dapat merusak hubungan antarumat beragama yang pada akhirnya melahirkan konflik horizontal. Untuk mengurangi kasus-kasus tersebut, pemerintah mengeluarkaan SKB Menag dan Mendagri Nomor t/L979 tentang Tatacara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.

Faktor lain terkait dengan perkawinan. Dalam kemajemukan masyarakat Indonesia, perkawinan antarpemeluk agama yang berbeda sering menjadi pemicu terganggunya hubungan antarumat beragama. Hal itu terlihat jika perkawinan dijadikan salah satu alat untuk mengajak pasangan agar berpindah agama. Konversi agama dilakukan untuk mengesahkan perkawinan. Setelah perkawinan berlangsung beberapa lama, orang yang bersangkutan kembali ke agamanya semula dan mengajak pasangannya untuk memeluk agama tersebut.

Kasus yang juga sering muncul adalah terkait dengan pendirian rumah ibadah. Kehadiran sebuah rumah ibadah sering mengganggu hubungan antarumat beragama atau bahkan memicu konflik karena lokasinya berada di tengah komunitas yang kebanyakan menganut agama lain. Rumah ibadah dalam kaitan ini tidak hanya dilihat sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah atau kegiatan keagamaan semata, tetapi juga sebagai simbol keberadaan suatu kelompok agama. Permasalahannya menjadi rumit jika jumlah rumah ibadah tersebut dipandang oleh pihak lain tidak berdasarkan kebutuhan, mefainkan untuk kepentingan penyiaran agama pada komunitas lain. Kasus-kasus yang terkait dengan perusakan rumah ibadah menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi lahirnya SKB Menag dan Mendagri No. 1/1969, yang kemudian diganti dengan Peraturan Bersasama

Menag dan Mendagri No. 9 Tahun 2006/No. B Tahun 2006 tanggal 2006.

b. FaktorNon-Keagamaan

Adapun faktor-faktor non-keagamaan yang ketidakrukunan umat beragama meliputi beberapa ekonomi; 2) kepentingan politik; 3) perbedaan kemajuan teknofogi informasi dan transportasi.

diidentifikasi sebagai penyebab hal, antara lain: 1) kesenjangan

nilai sosial budaya; serta 4) Kehadiran penduduk pendatang di satu daerah sering menimbulkan kesenjangan ekonomi, sebab mereka lebih ulet dan terampil bekerja dibandingkan dengan penduduk asli. Kondisi itu sering menimbulkan kecemburuan sosial dan dapat memicu konfrik. seranjutnya, daram berbagai kasus, muncurnya suatu kelompok politik seringkali juga dipengaruhi oleh misi keagamaan dari para efit kelompok politik tersebut. Ketegangan

(12)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

pada gilirannya dilihat sebagai pertikaian antarkelompok politik yang berbeda agama. Demikian pula perbedaan nilai budaya juga dapat menjadi penyebab konflik bila suatu komunitas yang kebetulan menganut agama tertentu mengalami ketersinggungan karena perilaku atau tindakan pihak lain yang kebetulan menganut agama berbeda kurang memahami atau kurang menghargai adat istiadat atau budaya yang mereka hormati.

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi juga faktor amat penting. Faktor pertama, membuat berita cepat menyebar dan tersiar, termasuk berita yang belum jefas kebenarannya dan bersifat provokatif. Sedangkan faktor kedua, membuat manusia menjadi mudah bergerak dari satu daerah ke daerah lain, termasuk ke daerah konflik, baik antardaerah dalam wilayah suatu negara atau bahkan yang bersifat antarnegara.

4.4. KEBIJAKAN KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

Ada dua kebijakan besar yang dfambil pemerintah dalam membangun dan memelihara kerukunan umat beragama di Indonesia, yaitu:

1) Pemerintah berupaya memberdayakan masyarakat pada umumnya dan kelompok-kelompok agama serta pemuka agama pada khususnya untuk menyelesaikan sendiri masalah-masalah kerukunan umat beragama, seperti pendirian wada-wadah musyawarah antarumat beragama di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri, Pemerintah Daerah dan instansi pemerintah lainnya memfasilitasi dan memberi dukungan terhadap berbagai dialog antarumat beragama, pendidikan agama berwawasan kerukunan, dan pengembangan wawasan multikultural di kalangan pemuka agama.

Dialog pengembangan wawasan multkultural antara pemuka agama pusat dan daerah misalnya, dalam tiga tahun terakhir telah dilaksanakan di 19 provinsi dengan difasilitasi pemerintah. Melalui kegiatan dialog ini telah terungkap sejumlah kearifan local yang berperan dalam membina kehidupan yang harmonis di antara warga masyarakat yang memeluk beraneKa ragam agama. Sebagai contoh, di Sumatera Utara terdapat adapt dalihan na tolu. Di Bali ada konsep menyama braya (rasa persaudaraan). Di Jambi dan Pekanbaru dijumpai budaya dan adat Melayu yang sarat dengan petuah-petuah bijak yang menJunjung persatuan bangsa. Begitu juga di Jawa Timur ada konsep siro yo ingsun, ingsun yo siro, yang merupakan perwujudan kongkrit egalitarianisme dan sikap persaudaraan. Di Kalimantan Tengah terdapat Rumah Betang, yaitu rumah panjang yang dihuni berbagai anggota keluarga yang mungkin juga berbeda agama, yang dilandasi cinta, kasih sayang, persaudaraan dan kerukunan; begitu juga konsep handep/habaring hurung yang menjunjung nilai-nilai gotong royong

(13)

11

o

o

a

a

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

dan kebersamaan. Di Sulawesi Selatan terdapat kearifan setempat suku Bugis yaitu konsep sipakalebbi dan sipakatu yang berarti saling menghormati dan mengingatkan. Demikian beberapa contoh kearifan lokal atau local wisdams di seJumlah daerah, baik kearifan yang telah lama mentradisi menjadi bagiam budaya daerah setempat maupun kearifan baru yang disepakati bersama.

Selain itu, kegiatan-kegiatan dialog ini berhasil mengidentifikasi sejumlah hal yang disebut-sebut potensi kerukunan dan ketidarukunan umat beragama pada setiap daerah. Dengan demikian, kegiatan dialog ini memberi sejumlah masukan untuk dikembangkan ataupun dihindari dalam rangka memantapkan kerukunan umat beragama di daerah itu.

2) Pemerintah memberikan rambu-rambu dalam pengelolaan kerukunan beragama itu, baik yang dilakukan oleh umat sendiri maupun pemerintah. Rambu-rambu itu berupa peraturan perundangan yang mengatur lalu lintas kehidupan warga negara yang mungkin memiliki kepentingan berbeda karena kebetulan menganut agama berbeda.

Diantara peraturan perundang-undangan yang telah dimiliki untuk membina kerukunan umat beragama adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (2), yang berbunyi:

Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

2. Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA Hak Asasi Manusia. Pasal 28 E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Pasal 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasimanusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, dan keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

(14)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

3. Undang-Undang Nomor 1 PNPS/1965 tanggal 27 Januari 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, beserta Penjelasannya, yo. UU No. 5 Tahun 1969. Undang-Undang ini telah berhasil menjaga kerukunan umat beragama dan mengurangi atau bahkan mencegah pernyataan penistaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) dan pernyataan kebencian antarumat beragama di depan publik.

4. undang-undang Nomor 2L Tahun 2001 tentang otonomu Khusus bagi Provinsi Papua, khusus Pasal 53-55 yang mengatur tentang pemberian bantuan kepada organisasi keagamaan di Papua.

5. Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun t978, tanggal 1 Agustus 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama di Indonesia.

6. TKeputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun t978, tanggal 15 Agustus 1978 tentang Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia. 7, Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun L979, tanggal 2 Januari t979 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.

8. Instruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun L978, tanggal 11 April 1978 tentang Kebija ksanaa n Mengena i Al ira n-Alira n Kepercayaa n.

9. Instruksi Menteri Agama Nomor 14 Tahun t979t tanggal 31 Agustus 1978 tentang Tindak Lanjut Istruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun L978, tanggal 11 April 1978 tentang Kebijaksanaan Mengenai Aliran-Aliran Kepercayaan. 10'Instruksi Menteri Agama Nomor 8 Tahun t979, tanggal 27 September 1979

tentang Pembinaan, Bimbingan, dan Pengawasan terhadap Organisasi dan Aliran dalam Islam yang Bertentangan dengan Ajaran Islam.

l1.Surat Edaran Menteri Agama Nomor MA/432/L981 tanggal 2 September 1981 tentang Penyelenggaraan Ha ri-Hari Besar Keaga maan.

12. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 Bab 31 yang menetapkan arah dan kebijakan dan program-program pokok pembangunan di bidang agama.

13. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2006/No.8 Tahun 3006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

14. Peraturan Menteri Agama No. I Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Departemen Agama.

Seperti diketahui sekitar akhir tahun 2004 atau awal 2005 mencuat kembali pendapat-pendapat dalam masyarakat yang menganjurkan untuk mencabut atau

(15)

o

o

I

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

O

O

O

o

o

o

o

o

o

o

o

a

O

o

o

o

o

o

o

mempertahankan SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh pemeluk-Pemeluknya.

Merespon perkembangan tersebut, maka Departemen Agama melalui Badan Litbang dan Diklat Keagamaan telah melakukan kajian terhadap SKB tersebut. pada tanggal 31 Maret 2005, kajian tersebut telah selesai. Diantara hasil kajian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahwa masalah pendirian rumah ibadah memang dapat menjadi penyebab terganggunya hubungan antarumat beragama, karenanya perlu diatur kembali. Tanpa pengaturan, justru dapat mengarah kepada suasana anarkis atau bahkan chaos.

2. Bahwa dalam SKB No. L/t969 tersebut terdapat kalimat-kalimat yang multitafsir.

3. Bahwa gangguan hubungan antarumat beragama akibat persoalan pendirian rumah ibadah biasanya terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak-pihak yang hendak mendirikan rumah ibadah dan umat beragama di sekitar lokasi pendirian rumah ibadah.

4, Bahwa adanya SKB tersebut ternyata tidak menghalangi berdirinya rumah-rumah ibadah baru. Setelah mengkaji data statistik yang ada dengan membandingkan keadaan tahun L977 dan 2004, jumlah rumah ibadah bagi semua kelompok agama ternyata meningkat pesat, yaitu:

Tabel 1

Perbandingan Jumlah Rumah Ibadah tahun L977 dengan 2004

AGAMA 1977

2004

o/o Kenaikan

Islam 392.O44 643.834

64.22

Kristen

t8.77 4 3 . 9 0 9 1 3 1 . 3 8 Katholik 4.934 L2.473

1 5 2 . 8 0

Hindu 4.247

2 L . 4 3 t

475.25 Buddha

L.523

7.L29 368.09 JUMLAH/RATA.RATA 421,725 7 3 L . 7 7 6

238.3s

Keterangan: Data ini telah diverifikasi

Kristen, Dirjen Bimas Katholik, dan Dirjen Bimas Hindu Oan euOOna Oaridgal i, 7 Maret 2005, dan tgl 18 April 2006)

5. Bahwa SKB tersebut secara normatif memperlakukan sama kepada semua kelompok agama, tidak mendiskriminasi sesuatu kelompok agama. Bahkan kata-kata "adil dan tidak memihak" juga tertera pada pasal 5 SKB tersebut. Hanya saja masalah memang terjadi pada tingkat pelaksanaan di lapangan.

(16)

o

o

I

o

O

o

o

I

o

o

o

I

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

I

6. Bahwa di antara sebab terjadinya masalah di lapangan itu adalah:

a. SKB tersebut hanya terdiri dari 6 pasal, sangat singkat dan bersifat umum, sehingga dapat multitafsir.

b. Sampai dengan tahun 2004, dari 33 provinsi yang ada di Indonesia hanya beberapa provinsi yang telah menjabarkan SKB itu ke dalam aturan yang lebih rinci dan jelas, yaitu DKI Jakarta (t979 dan 2oo2) dengan membentuk Tim Khusus yang meresponi setiap permohonan pendirian rumah ibadah, Provinsi Riau (19s1) dan Bengkulu (1993) yang mensyaratkan minimal calon jemaah 40 KK, sulawesi renggara yang mensyaratkan 50 KK, dan provinsi Bali (2003) yang antara lain mensyaratkan calon jemaah minimal 100 KK. Provinsi lainnya belum menjabarkan SKB tersebut sehingga tata cara dan persyaratan pendirian rumah ibadah dirasakan tidak jelas di berbagai daerah.

c. Tidak adanya standar pelayanan terukur sehingga beberapa permohonan pendirian rumah ibadah mungkin tidak diresponi dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Akibatnya timbul perasaan di kalangan sebagian pemohon bahwa harapan mereka untuk beribadah tidak dilayani.

Tindak lanjut dari hasil kajian tersebut adalah telah dilakukan rapat bersama antara Mendagri, Menag, Jaksa Agung, Kapolri, Menkum dan HAM, sejumlah pejabat lain dan para tokoh agama terkait. Setelah melalui pertemuan-pertemuan yang intensif pada akhirnya pada tanggal 21 Maret 2006 telah ditandatangani revisi dari SKB Menag dan Mendagri No. 1 Tahun 1969, yaitu Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006/Nomor B Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah lbadah.

4,4. PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Lembaga yang bertugas untuk menangani Kerukunan Umat Beragama di Indonesia adalah Pusat Kerukunan Umat Beragama Departemen Agama Republik Indonesia. Pusat Kerukunan Umat Beragama Departemen Agama RI ini berada di bawah Sekretaris Jenderal yang dimaksudkan sebagai unit operasional kerukunan umat beragama dengan prinsip kebersamaan, kesetiakawanan dan saling menghormati dengan wawasan multikultural.

Lembaga ini memiliki visi terciptanya kerukunan umat beragama dengan mengembangkan toleransi untuk mewujudkan perdamaian yang harmonis didasarkan atas kesadaran adanya perbedaan dalam rangka merekatkan kesatuan dan persatuan bangsa. Sedangkan misi dari Pusat ini adalah : Mengupayakan

(17)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

pemantapan internalisasi pemahaman dan penghayatan ajaran agama; Menciptakan adanya pendekatan humanis kultural dengan melepaskan pendekatan formal struktural; Memantapkan Tri Kerukunan Umat Beragama secara bertahap dan terjabarkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama; Memantapkan daya tahan dan pemahaman umat beragama secara efektif; Membentuk forum kerukunan umat beragama di daerah.

Tugas Pokok yang diemban Pusat Kerukunan Umat Beragama berdasarkan KMA Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Departemen Agama pasal L23 dan L24 menyatakan bahwa Pusat Kerukunan Umat Beragama melaksanakan perumusan bahan kebijakan dan koordinasi serta pembinaan kerukunan hidup umat beragama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsinya adalah :

1. Perencanaan dan perumusan kebijakan di bidang kerukunan serta hubungan antar umat beragama;

2. Penyusunan serta pelaksanaan pengembangan dan kajian kebijakan kerukunan

3. Penilaian dan penelaahan pengendalian serta penyajian laporan.

A. Struktur Organisasi Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB)

PKUB terdiri dari:

1. Bidang Pengembangan Kebijakan Kerukunan;

Bidang Pengembangan Kebijakan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan dan kajian perundang-undangan kerukunan serta melaksanakan pengembangan dan pembinaan program kerja sama umat beragama.

Sedangkan fungsinya adalah:

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang kerukunanl dan

b. Pembinaan dan pengembangan program kerja sama di bidang kerukunan. 2, Bidang Pengendalian dan Pelaporan;

3. Subbagian Tata Usaha

Bidang Pengembangan Kebijakan dan Kerukunan terdiri dari:

1. Subbidang Kajian Kebijakan Perundang-undangan Kerukunan;

Subbidang ini memiliki tugas melakukan pengkajian dan penyusunan bahan perumusan kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang kerukunan.

2. Subbidang Bina Program

(18)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

Subbidang ini memiliki tugas melakukan pembinaaan dan penyusunan program di bidang kerukunan hidup umat beragama.

Bidang Pengendalian dan Pelaporan terdiri dari: 1. Subbidang Inventarisasi dan Pengendalian;

Subbidang ini memiliki tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan peta kerukunan serta pelaksanan pengendalian dan pelaporan program.

2. Subbidang Kerjasama Lembaga Keagamaan.

Subbidang Kerjasama Lembaga Keagamaan, mempunyai tugas melakukan pembinaan dan kerjasama dengan lembaga keagamaan.

Subbidang

lnventarisasi

dam

Pengendalian

B. Dasar Hukum PKUB

t. Keputusan

Presiden

165 Tahun 2000 tentang Kedudukan,

Tugas,

Fungsi,

Kewenangan,

Susunan

Organisasi

dan Tata Kerja Departemen;

2. Inpres

Nomor

7 Tahun

1999

tentang

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah;

3, Keputusan

Menteri

Agama Nomor 01 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan,

Susunan Organisasi

dan Tata Kerja

Departemen

Agama;

4. Daftar Isian Pembangunan

(DIP) Proyek

Peningkatan

Kerukunan

Umat

Beragama

Tahun

2004 Nomor

063/XXV/t/--12004

l 6

KEPAIA

PUSAT

KERUKUNAN

UMATBEMGAMA

(PKUB)

Bidang Pengembangan Kebijakan Kerukunan

(19)

o

o

o

O 5. Daftar Isian Kegiatan (DIK) Sekretariat Jenderal Departemen Agama

Pusat Jakarta Nomor: 007/25/2004 tanggal 1 Januari 2OO4 m.a. o 1 5 . 1 . 0 2 . 6 8 1 1 . 2 5 . 0 1 . 0 0 1 . 5 2 5 0 .

(20)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

BAB IV

PROGRAM

PEMBANGUNAN

Landasan-landasan kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pembangunan nasional yang terkait secara langsung dengan program kerukunan umat beragama khususnya pada tahun 2005 akan diuraikan berdasarkan dokumen perencanaan sebagai berikut :

1. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2004-4009 tentang Rencana pembangunan Janga Menengah Nasional (RPJMN)

2. Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Kerja pemerintah (RKp) Tahun 2005

4.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RpJMN) TAHUN

2004 - 2009

Dalam RPJMN Tahun 2004 - 2009 dua arah kebijakan pokok bidang agama adalah :

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Pemahaman Beragama serta Kehidupan Beragama, dan

2. Peningkatan Kerukunan Intern dan Antarumat Beragama

sedangkan program pembangunan bidang agama dalam RPJMN Tahun 2oo4-2009 dikelompokkan sebagai berikut:

1. Program Peningkatan pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan

2. Program Peningkatan pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan 3. Program Peningkatan pelayanan Kehidupan Beragama

4. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

5. Program Penelitian dan pengembangan Agama, dan 6. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama

Kemudian atas dasar RPJMN tersebut telah disusun visi dan misi Departemen Agama, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Agama No. 6 Tahun 2006. Di dalamnya ditegaskan bahwa visi Departemen Agama adalah: ,.Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antarsesama pemeluk agama dan antar pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Adapun misi Departemen Agama adarah sebagai berikut:

(21)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

O

a

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

1. Meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, pengamatan, dan pelayanan kehidupan beragama

2. Meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan 3. Meningkatkan kualitas pendidikan umat beragama 4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji

5. Memberdayakan umat beragama dan lembaga keagamaan 6. Memperkokoh kerukunan umat beragama

7, Mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasana

kebangsaan Indonesia.

5.1. Rencana Kerja pemerintah (RKp) Tahun 2OOs

Program-program pembangunan pada RKp rahun 2005 bidang agama

diharapkan dapat mendukung tiga agenda prioritas Rencana pembangunan Nasional (REPENAS), yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan rakyat; (2) Memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan (3) Mempercepat reformasi.

Untuk itu, pembangunan bidang agama dalam tahun 2005 dilaksanakan dalam rangka peningkatan pelayanan kehidupan beragama; peningkatan pemahaman, pengamalan, dan pengembangan nilai-nilai keagamaan; peningkatan kerukunan umat beragama; peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan; serta pemberdayaan dan peningkatan kapatasitas dan kualitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.

l. Program Peningkatan pelayanan Kehidupan Beragama

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ajaran agama, mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelayanan kehidupan beragama.

Sasaran yang ingin dicapai adalah tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen pelayanan serta terpenuhinya sarana dan prasarana keagamaan guna memberi kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadah.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1' Memberikan bantuan untuk rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan;

2' Meningkatkan pelayanan nikah melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas pencatat nikah serta pembangunan dan rehabilitasi balai nikah dan penasehatan perkawinan (KUA);

3. Memberikan bantuan sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pelaba pura dan wihara serta hibah;

(22)

4 . 5 . 7 . B .

o

o

o

o

a

o

o

o

o

a

o

o

a

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

Meningkatkan

fungsi dan peran tempat ibadah

sebagai

pusat pembelajaran

dan

pemberdayaan

masyarakat

melalu

i ba

ntuan untuk pengembangan

perpustakaan

;

Meningkatkan

mutu pembinaan,

pelayanan,

perlindungan

jamaah, efisiensi,

transparansi, dan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

penyelenggaraan ibadah haji;

6. Meningkatkan pelayanan pembinaan sukaya/bahagia;

keluarga

sakinah/sukinah/hita

Meningkatkan pembinaan jaminan produk halal dan pelatihan bagi pelaku usaha, auditor, serta meningkatkan kerja sama sektor terkait di bidang produk halal; Meningkatkan pelayanan dan pengelolaan zakat dan wakaf serta ibadah sosial lainnya;

9. Memberikan bantuan kitab suci dan lektur keagamaan; 10. Meningkatkan sarana dan kualitas tenaga teknis hisab rukyat; 11. Melanjutkan pengembangan sistem informasi keagamaan; dan 12. Meningkatkan kualitas tenaga pelayanan keagamaan.

2. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, pengamalan, dan Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan pengembangan nilai-nilai ajaran agama bagi setiap individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara.

sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama, serta pengembangan nilai-nilai keagamaan.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1. Melakukan penyuluhan dan bimbingan keagamaan bagi masyarakat dan aparatur negara melalui bantuan operasional untuk penyuluh agama;

2, Menyediakan sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaanl 3. Melaksanakan pelatihan bagi penyuluh, pembimbing, mubalig/dai dan orientasi

bagi pemuka agama;

4. Mengembangkan materi, metodologi, manajemen penyuluhan dan bimbingan keagamaan;

5. Memberikan bantuan paket dakwah untuk daerah konflik dan bencana alam;

terpencil,

pasca

6. Memberikan bantuan penyelenggaraan musabaqah tilawatil qur'an (MTe), Pesparawi, Utsawa Dharma Gita, Festival Seni Baca Kitab Suci Agama Budha dan kegiatan sejenis lainnya; dan

7. Membentuk jaringan dan kerjasama lintas sektor serta masyarakat untuk memberantas pornografi, pornoaksi, praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme

(23)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

(KKN), perjudian, penyalahgunaan narkoba, prostitusi, dan berbagai jenis praktik asusila.

3. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama bagi peserta didik pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan guna meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan budi pekerti luhur yang terwujud dalam perilaku keseharian serta mempersiapkan peserta didik menjadi ahli ilmu agama.

Sasaran yang ingin dicapai adalah terbinanya individu-individu yang mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama sehingga tercipta masyarakat beragama yang baik, serta terbinanya calon-calon ahli ilmu agama yang kompeten.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1. Menata-ulang kurikulum dan materi pendidikan agama agar berwawasan multikultural, pengembangan konsep etika sosial berbasis nilai-nilai agama, metodologi pengajaran dan sistem evaluasi;

2. Melanjutkan penataran tenaga kependidikan dan penyetaraan D-II dan D-III bagi guru agama;

3. Melanjutkan pengembangan wawasan dan pendalaman materi bagi pendidik dan tenaga kependidikan agama dan keagamaan melalui berbagai lokakarya, workshop, seminar, studi banding dan orientasi;

4. Memenuhi kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan agama;

5. Melaksanakan perkemahan pelajar/mahasiswa, lomba karya ilmiah agama, dan pementasan seni keagamaan;

6. Membina dan mengembangkan bakat kepemimpinan keagamaan bagi peserta didik, santri, mahasiswa, dan guru/dosen agama;

7. Menyelenggarakan pesantren kilat, pasraman kilat, babaja/samanera/samaneril 8. Memberikan bantuan sarana/ peralatan, buku pelajaran agama, buku bacaan bernuansa agama lainnya pada sekolah umum, perguruan tinggi umum dan lembaga pendidikan keagamaan;

9. Melaksanakan pendidikan pascasarjana (S-2 dan S-3) bagi pendidik dan tenaga kependidikan; dan

10. Melakukan kerjasama internasional program pendidikan agama dan keagamaan.

(24)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

O

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

4, Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama

Program ini bertujuan untuk memantapkan dasar-dasar kerukunan intern dan antarumat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju persatuan dan kesatuan nasional,

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya suasana kehidupan keagamaan yang kondusif bagi pembinaan kerukunan intern dan antarumat beragama.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1. Melakukan internalisasi ajaran agama di kalangan umat beragama;

2. Membangun terciptanya hubungan antar umat beragama, majelis agama dengan pemerintah rnelalui forum dialog dan temu ilmiah;

3. Mewujudkan sekretariat bersama antar umat beragama di seluruh propinsi; 4. Melakukan silaturahmi/safari kerukunan umat beragama baik nasional maupun

ditingkat daerah/ regiona I ;

5. Membentuk Forum Komunikasi Kerukunan Antar Umat Beragama di tingkat propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan;

6. Melanjutkan pembentukan jaringan komunikasi kerukunan antar umat beragama dan meningkatkan peran jaringan kerjasama antar umat beragama;

7. Melakukan rekonsiliasi tokoh-tokoh agama di daerah pasca konflik; 8. Menyediakan data kerukunan umat beragama;

9. Pembinaan umat beragama di daerah pasca konflik; 10. Sosialisasi wawasan multikultural bagi umat beragama; 11. Pengembangan wawasan multikultural bagi guru-guru agama;

12. Meningkatkan potensi kerukunan hidup umat beragama melalui pemanfaatan budaya setempat dan partisipasi masyarakat;

13. Mendorong tumbuh kembangnya wadah-wadah kerukunan sebagai penggerak pembangunan;

14. Melakukan silaturahmi antara pemuda agama, cendekiawan agama, tokoh agama;

15. Menyelenggarakan lomba kegiatan keagamaan bernuansa kerukunan di daerah potensi konflik; dan

16. Meningkatkan kualitas tenaga penyuluh kerukunan umat beragama.

5. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

Program ini bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas, kualitas, serta peran lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan dalam menunjang perubahan sosial masyarakat, mengurangi dampak negatif ekstrimisme masyarakat, serta memberikan pelayanan pendidikan dan

(25)

3 .

4 . 5 . 6 . 7 . 8 .

o

I

o

a

t

o

o

o

o

o

O

I

o

o

o

o

o

o

t

t

o

o

o

o

a

a

o

o

o

o

o

o

o

t

o

pengembangan sumber daya manusia terutama bagi masyarakat pedesaan dan ekonomi lemah.

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya peranan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan dalam pembangunan nasional dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam rangka menghadapi perubahan sosial.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1. Memberdayakan lembaga-lembaga sosial keagamaan, seperti kelompok jemaah keagamaan, majelis taklim, organisasi keagamaan, Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), Badan Amil Zakat, dan petugas wakaf;

2. Memberikan bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Memberikan subsidi dan imbal-swadaya pembangunan dan rehabilitasi sarana serta prasarana kepada lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Memberikan block-grant dalam pengembangan manajemen lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Melakukan kunjungan belajar antar lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Melanjutkan upaya pengkajian, penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Membangun jaringan kerja sama dan sistem informasi tembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;

Meningkatkan kualitas tenaga pengelola lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.

6. Program Penelitian dan Pengembangan Agama

Program ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi bagi pengembangan kebijakan pembangunan agama, penyediaan data dan informasi bagi masyarakat akademik dan umum dalam rangka mendukung tercapainya program-program pembangunan agama.

Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dan informasi keagamaan yang diperlukan dalam rangka mendukung pencapaian program pembangunan bidang agama

Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:

1. Melakukan kajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung pelayanan kehidupan

(26)

o

o

o

O

I

o

o

o

o

o

t

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

I

o

o

o

o

o

o

beragama, peningkatan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan kerukunan dan harmonisasi kehidupan beragama, peningkatan mutu pembinaan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan, dan pemberdayaan serta pemanfaatan lektur keagamaanl

2. Melakukan kajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas dan perluasan sarana kediklatan;

3. Melakukan tinjauan bagi antisipasi dampak negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang semakin cepat dan kompleks;

4. Melakukan sosialisasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan melalui kegiatan workshop, seminar, penerbitan;

5. Menyelenggarakan lomba-lomba penulisan/karya ilmiah, buku cerita, sketsa dan komik keagamaan;

6. Meningkatkan kemampuan akademik tenaga struktural maupun fungsional antara lain melalui bedah buku.

4.3. Pelaksanaan program pembangunan

Kegiatan pembangunan Pusat Kerukunan Umat Beragama tahun 2OO5 adalah sebagai berikut:

1. Bantuan untuk Orsos/yayasan/LSM dan pembinaan Umat Beragama di daerah pengungsi pada 6 (enam) Provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, surawesi renggara, dan Maruku Tenggara;

2. Pengadaan buku lainnya;

3. Perawatan Gedung Kantor;

4. Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung;

5. Pengadaan Meubelair;

6. Pengadaan Alat pengolah Data;

7. Pembangunan prasarana Gedung Bersama Antaraumat;

B. Perekayasaan Perangkat Lunak Co Location Server;

9. Orientasi Aplikasi Sistem;

10. Pelatihan Instruktur Pemberdyasaan Rekonsiliasi 6 (enam) angkatan pada Provinsi; Kafses, Sulsel, Sultra, NTB, Sumbar, dan Riau.

11. Orientasi Aplikasi Sistem;

(27)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

12. Pembinaan Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama (monitoring) dan Sosialisasi KMA No. 473 Tahun 2003 pada 30 provinsi;

13. Peningkatan Wawasan Multikultural bagi Guru-guru Agama di 3 Provinsi (Maluku, Jawa Timur, dan Kalteng);

14. Perkemahan Pemuda, Mahasiswa, dan LSM dalam kerukunan Hidup Beragama di 3 Provinsi (Sumsel, Kalsel, dan DKI Jakarta); dan

15. Studi Banding Tokoh Agama/Masyarakat ke Pusat-pusat agama dunia (Thailand, India, Mesir, dan Vatikan).

(28)

1 . 2 .

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

BAB V

RENCANA KERJA, STRUKTUR ORGANTSAST,

IADUAL, DAN

PENUGASAN

PERSONIL

5.1. Rencana Kerja

Kegiatan Evaluasi Kebijakan dan Program Peningkatan Kerukunan Uamt Beragama dilaksanakan selama B (delapan) bulan dan dimulai pada bulan April 2006 hingga bulan Nopember 2006. Adapun proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Dii'ektorat Agama dan Pendidikan dalam rangka pelaksanaan evaluasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menyusun kerangka acuan kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan

Dalam tahapan persiapan akan dilaksanakan kegiatan evaluasi kebijakan dan program peningkatan kerukunan umat beragama adalah m€nyusun kerangka acuan kerja menjadi acuan yang lebih operasional dan jadwal pelaksanaan kegiatan evaluasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas kegiatan yang akan dilaksanakan. Kerangka acuan kerja berisi tentang (a) latar belakang, (b) tujuan, (c) ruang lingkup, (d) hasil yang diharapkan, dan (e) rencana atau jadwal kegiatan. Pembahasan tersebut dilakukan antara lain melalui serangkaian pertemuan koordinasi dan diskusi baik secara internal di lingkungan Direktorat Agama dan Pendidikan, maupun secara lintas instansi (eksternal) terutama dengan pihak pelaksana program, yaitu Departemen Agama.

2. Pengumpulan Berbagai Sumber Data dan Informasi

Pengumpulan sumber data dan informasi ini dilakukan melalui antara lain:

Melakukan diskusi intern mengenai program RKP yang akan di evaluasi Diskusi internal dilakukan dalam rangka menentukan program-program RKP 2005 yang akan di evaluasi. Berdasarkan hasil diskusi, diperoleh kesepakatan melakukan evaluasi atas pelaksanaan program di bidang agama dalam RKP 2005 dengan lingkup hanya pada pelaksanaan tingkat nasional khususnya untuk Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama. Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan pihak Departemen Agama. Telah dilakukan berbagai kegiatan seperti identifikasi data dan informasi tahap awal yang diperlukan, antara lain meliputi informasi mengenai kebijakan, program dan kegiatan selama TA 2005, serta indikator kinerja RKP Tahun 2005,

Melakukan Tinjauan Literatur 3 .

(29)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

4 .

Telah dilakukan tinjauan literatur tahap awal, terutama yang ebrkaitan dengan literatur tentang kebijakan pembangunan agama dan peraturan perundang-undangan yang relevan dengan program peningkatan kerukunan umat beragama.

Melakukan Penyerasian Data dan Informasi

Setelah data dan informasi didapat, maka dilakukan penyerasian berbagai data dan informasi yang didapat untuk kemudian di kumpulkan dan dianalisa.

Melakukan Analisis Data dan Informasi Awal

Setelah dilakukan penyerasian data dan informasi, maka dilakukan analisis awal terhadap data dan informasi yang didapat.

Pengumpulan data dan Informasi, yaitu melanjutkan kegiatan :

- Identifikasi Data dan Informasi hasil capaian program tahun anggaran 2005

- Tinjauan Literatur, yaitu dokumen kebijakan perencanaan dan penganggaran

- Pertemuan/Diskusi/Workshop yang membahas analisa data dan informasi

Analisis data lanjutan

Analisa data akan dilanjutkan dengan fokus pada hasil capaian pelaksanaan program yang tercermin dalam indikator kinerja program peningkatan kerukunan umat beragama. Analisa Indikator kinerja diprioritaskan pada indikator kinerja hasil capaian program RKP Tahun 2005.

Penyusunan Draft Laporan

Sesuai dengan jadwal pelaporan, laporan berikut yang akan disusun adalah laporan akhir. Laporan ini yang akan memuat pembahasan awal mengenai hasil analisa dan interpretasi capaian indikator kinerja program peningkatan kerukunan umat beragama.

Presentasi Hasil Evaluasi

Hasil penyusunan draft laporan evaluasi, dipresentasikan untuk mendapatkan masukan serta perbaikan dari para narasumber.

5 . 6 .

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

7 . 8 . 9 .

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

1 Persiapan

2 Pengumpulan data dan literatur

3 Rapat, workshop, diskusi, kunjungan

4 Penyusunan Draft laporan

5 Persentasi hasil evaluasi

(30)

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

5.2. Struktur Organisasi/Tim Pelaksana

KEPUTUSAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA PERENCANAAN PE}IBANGUNAN NASIONAT/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

NoMoR : KEP. lsESlO|/2OaG T A N G G A L : 3 0 J A N U A R I 2 0 0 6 SUSUNAN KEANGGOTAAN

TIM EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENINGKATAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA A. Penanggungjawab B. TPRK - Ketua - Anggota C. Nara Sumber

D. Focus Group Discussion

E. Tenaga Pendukung

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas

Direktur Agama dan Pendidikan 1. Drs. M. Sjuhdi Rasjid

4, Emmy Suparmiyatun, SH, MPM 5. Ir. Suharti, MA

6. Rahmat Hidayat, ST, MT

7, Drs. Amich Alhumami, MA, M.Ed 8. Ahmad Taufik, S.Kom

9, Benny Azwir, ST, MM-T 10. Setyo Hari Priyono, S.IP 1. Drs. Mujahid, AK, MA 2. Drs. H. M. Fatah 1. Drs. Indrajaya, M.Sc

2. Tatang Muttaqin, S,Sos, M.Ed 3, Drs. Bogat Widiatmoko, MA 1. Erna Rosita

2 , S a n i m a n 3. Hendriyanto

(31)

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

a

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

O

o

o

o

o

BAB VI

HASIL EVALUASI

Sejarah Kerukunan Hidup Umat Beragama sesungguhnya telah dimulai semenjak tahun 60-an. Menurut sejarahnya isitilah kerukunan hidup umat beragama ini muncul sejak diselenggarakannya Musyawarah Antar Agama yang diselenggarakan pada tanggal 30 Nopember 1967 oleh Pemerintah dan berlangsung di gedung Dewan pertimbangan Agung (DpA) Jakarta. Musyawarah ini diselenggarakan berangkat dari adanya berbagai persoalan yang menyangkut agama-agama di negeri ini juga sebagai realisasi dari keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat dan agama yang sesungguhnya sudah menjadi kenyataan dan diterima sebagai kekayaan bangsa kita.

Ketegangan hubungan atau saling curiga (mutual distrust) baik antara pemerintah dengan umat beragama, antarberbagai penganut penganut umat beragama di beberapa pelosok nusantara, atau dalam intern umat beragama sendiri menjadi pertimbangan utama diselenggarakannya Musyawarah Antarumat Beragama. Dalam perkembangannya kemudian, dibentuklah Wadah Musyawarah Antarumat Beragama yang melakukan aksi-aksi nyata untuk ikut mewujudkan kerukunan di bumi nusantara ini. Pencantuman masalah kerukunan umat beragama pada undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan Nasional, merupakan penegasan kembali perlunya perhatian berbagai pihak terhadap masalah tersebut.

Landasan kebijakan pemerintah di bidang pembangunan nasional yang terkait secara langsung dengan program kerukunan umat beragama adalah Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2004-4009 tentang Rencana pembangunan Janga Menengah Nasionat (RpJMN), yaitu program peningkatan Kerukunan Umat Beragama. Untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan program peningkatan Kerukunan Umat Beragama, yang meliputi kegiatan, pembiayaan, capaian output dan dampak program yang telah dilakukan pada TA 2005 dalam lingkup

nasionat, maka dilakukan Evaluasi. Hasil yang diharapkan nantinya adalah tersedianya dokumen laporan evaluasi Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama, serta rekomendasi alternatif kebijakan bagi proses perencanaan program peningkatan kerukunan umat beragama,

6.1 Tujuan dan Sasaran

Program ini bertujuan untuk memantapkan dasar-dasar kerukunan intern dan antarumat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosiar menuju persatuan dan kesatuan nasionar.

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya suasana keagamaan yang kondusif bagi pembinaan kerukunan intern dan beragama.

kehidupan antarumat

Gambar

Tabel 1 Perbandingan  Jumlah  Rumah  tbadah  Tahun  i9T4 dan2004 Tabel  2 Pencapaian  Sasaran  Pembangunan  Tahun  2005
Tabel Pencapaian  Sasaran  Pembangunan  Bidang  Agama khususnya  Program Peningkatan  Kerukunan  Umat Beragama  Tahun  2005  terlampir.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang telah melakukan penataan sistem informasi hukum website JDIH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Untuk mengurangi cacat dengan melakukan implementasi komposisi cat yang baru yang didapat dari hasil DOE dan membuat Standard Operating Prosedure (SOP) dalam proses penimbangan

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 037 Tahun 2016 tentang Formasi Jabatan Fungsional

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentangPetunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam

Namun demikian, keuntungan-keuntungan yang diharapkan dari intranet menuju pada sebuah tantangan penting untuk bisnis menggunakan teknologi ini adalah bagaimana mengembangkan

Bapak Mohon Siregar selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), mengatakan bahwa proses yang dilakukan dalam pelaksanaan pengawasan Badan Permusyawaratn Desa

Dari tabel component rotated matrix, ditemukan 9 faktor yang memengaruhi wisatawan melalukan medical tourism di Malaysia yang kemudian diberi penamaan ulang, yaitu