• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTORING ISLAM SEBAGAI KONSELING SEBAYA UNTUK TAHAP AWAL BERADAPTASI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTORING ISLAM SEBAGAI KONSELING SEBAYA UNTUK TAHAP AWAL BERADAPTASI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENTORING ISLAM SEBAGAI KONSELING SEBAYA UNTUK TAHAP AWAL BERADAPTASI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Dea Asri Oktiarini ¹ Nur’Aini Zulfa2

¹ Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 1Email : oktiarini.dea@gmail.com

2Email : nuafa.aini@gmail.com

ABSTRAK

Konseling sebaya merupakan suatu bagian dari komunikasi interpersonal dimana seorang konseli dapat lebih leluasa untuk menceritakan masalah kepada konselor yang secara usia dan status tidak jauh berbeda. Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki program berupa mentoring yang didesain sebagai bentuk konseling sebaya. Tidak hanya memberikan bimbingan agama, tetapi juga menjadi tempat berdiskusi untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan di dunia perkuliahan. Seperti permasalahan adaptasi lingkungan perkuliahan yang dialami oleh mahasiswa baru. Adaptasi pada mahasiswa baru dimulai dengan tahap awal interaksi yang terus menerus dengan diri sendiri, tubuh, perilaku, pemikiran dan perasaan, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar kampus. Mentoring dilaksanakan setiap satu minggu sekali, dan memiliki materi yang berbeda setiap minggunya. Didalam mentoring terdiri dari mentor sebagai pembimbing dan mentee sebagai subyek yang dibimbing. Mentor menjadi seorang fasilitator yang membantu mentee untuk mengembangkan diri. Mentor juga berperan andil dalam memberikan informasi tentang dunia perkuliahan baik secara kurikulum dan iklim kampus kepada mentee yaitu mahasiswa baru.

Kata Kunci: Konseling Sebaya, Mentoring, Adaptasi Diri.

ABSTRACT

Peer counseling is a part of interpersonal communication in which a counselee can be more free to tell the matter to the counselor that age and status are not much different. Muhammadiyah University of Purwokerto has the form of mentoring program is designed as a form of peer counseling. Not only provides religious guidance, but also a place to discuss and find solutions to problems in the world of college. As environmental adaptation problems experienced by college freshmen. Adaptation to the new students starting with the early stages of continuous interaction with ourselves, body, behavior, thoughts and feelings, with others and with the environment around the campus. Mentoring takes place every single week, and have different material each week. In mentoring consists of a mentor as a mentor and mentee as subjects who guided. Mentor become a facilitator who helps the mentee to develop themselves. Mentor also play a part in providing information about the world lecturing both curriculum and campus climate to the mentee that new students.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan di indonesia memiliki beberapa tingkatan mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah mengengah pertama, dan sekolah menengah atas. Sistem pendidikan dari pendidikan usia dini sampai sekolah menengah atas tidak jauh berbeda, sesuai dengan peraturan yang sudah di tetapkan. Namun berbeda dengan sistem yang ada di universitas atau taraf pendidikan tinggi. Sistem yang ada di universitas berbeda jauh dengan yang ada di pendidikan dasar dan menengah. Mahasiswa memiliki kebebasan yang lebih, mereka tidak terikat dengan pakaian dan jam perkuliahan. Perbedaan ini membuat mahasiswa baru yang masuk ke universitas memiliki kesulitan untuk beradaptasi. Mulai dari adaptasi lingkungan sekitar kampus, adaptasi dengan dosen, adaptasi dengan teman dan adaptasi dengan peraturan yang ada di kampus.

Mahasiswa yang memiliki kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan maupun sistem perkulihan, akan menimbulkan masalah pada proses perkuliahan. Karena mahasiswa baru tidak memiliki gambaran yang tepat mengenai apa, siapa, dan bagaimana tugas seorang mahasiswa.

Salah satu hal yang dapat membantu mahasiswa baru untuk mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan maupun sistem perkuliahan adalah dengan konseling sebaya. Carr (Wardani & Trisnani, 2015) mengemukakan “Basically peer counseling is a way for students to learn how to

care about others and put their caring into practice”. Konsep dasar konseling sebaya adalah salah

satu cara bagi remaja untuk belajar bagaimana memperhatikan dan membantu remaja lain, sehingga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Universitas Muhammadiyah Purwokerto adalah universitas yang memiliki visi Unggul Modern dan Islami. Perwujutan dari Islami yaitu adanya kelompok mentoring atau bimbingan belajar Islam secara berkelompok dikhususkan untuk mahasiswa baru. Mentoring bukan hanya membahas tentang agama, tetapi juga menjadi sarana pengenalan kehidupan kampus. Pengenalan kehidupan kampus dalam mentoring merupakan salah satu bentuk kegiatan konseling sebaya. Dalam mentoring terdapat 1 pembimbing atau yang disebut sebagai mentor, yang mendampingi 12–13 mahasiswa baru yang di sebut sebagai mentee. Mentoring mampu menjadi kegiatan konseling sebaya karena, mentee dapat bertanya dan bercerita dengan nyaman, kepada mentor yang secara umur mereka tidak terpaut jauh.

Konseling sebaya merupakan sarana untuk membagi informasi dan membantu mencari solusi setiap masalah yang di alami anggota mentoring. Perintah untuk saling membantu atau

(3)

tolong menolong juga terdapat pada ajaran Agama Islam yaitu yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS Al-Maidah:2)

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Konseling

Menurut Shertzer dan Stone (Afsari, Saepulloh, & Marlina, 2016) konseling adalah salah satu cara untuk menolong individu melalui kegiatan interaksi pribadi antara konselor dan konseli sehingga konseli mampu memahami diri dan lingkungan konseli, serta mampu membuat keputusan dan membuat tujuan berdasarkan nilai yang diyakini konseli sehingga konseli lebih merasa bahagia dan perilakunya lebih efektif.

Sedangkan Gladding (Wardani & Trisnani, 2015), mengemukakan konseling sebagai suatu aktivitas yang bersifat profesional dan berjangka waktu yang pendek, memilki ciri khas komunikasi interpersonal, dengan usaha dan bantuan psikologis kepada individu yang sehat mental agar mampu mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan proses perkembangan dan situasi kehidupan konseli.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa konseling adalah kegiatan yang bersifat komunikasi efektif oleh konselor dan konseli, untuk membantu konseli dalam mencari solusi yang tepat atas masalah yang sedang dialami oleh konseli, sehingga konseli dapat melanjutkan kehidupan dengan merasa lebih bahagia dan bermakna.

2. Pengertian Konseling Sebaya

Menurut Tindall dan Gray (Noviza, 2011), konseling teman sebaya adalah aktifitas membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu non-profesional. Tindall & Gray (Noviza, 2011), juga berpendapat bahwa konseling teman sebaya adalah hubungan yang membantu seseorang dengan metode individual (one-to-one helping relationship),

(4)

kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong.

Sedangkan Kan (Noviza, 2011), berpendapat “Peer counseling is the use problem solving

skills and active listening, to support people who are our peers”. Kan membedakan antara

konseling teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (peer support). Menurut Kan peer

support lebih bersifat umum (bantuan informal; saran umum dan nasehat diberikan oleh dan

untuk teman sebaya); sementara peer counseling merupakan suatu metode yang terstruktur. Dapat disimpulkan, konseling sebaya adalah kegiatan komunikasi interpersonal oleh teman sebaya untuk memberikan bantuan pemecahan masalah dan menyemangati individu untuk mencapai keadaan dan perasaan yang lebih baik.

3. Adaptasi

Menurut Calhoun (Kumalasari & Ahyani, 2012), mendefinisikan penyesuaian diri adalah interaksi yang terus menerus dengan diri sendiri, tubuh, perilaku, pemikiran dan perasaan, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Sedangkan menurut Kartono (Kumalasari & Ahyani, 2012), penyesuaian diri merupakan usaha untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan, perbedaan dan respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang tepat bisa diatasi dengan baik.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Schneiders (Handono & Bashori, 2013), menyatakan bahwa penyesuaian diri memiliki empat aspek, yaitu:

a. Adaptation, artinya penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik, berarti memiliki hubungan yang memuaskan dengan lingkungannya. Penyesuaian diri dalam hal ini diartikan dalam konotasi fisik.

b. Comformity, artinya seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik bila memenuhi kriteria osial dan hati nuraninya.

c. Mastery, artinya orang yang mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan suatu respons diri sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien.

(5)

d. Individual variation, artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan responsnya dalam menanggapi masalah.

PEMBAHASAN

Mahasiswa baru pada umumnya belum memahami tentang dunia perkuliahan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki program mentoring sebagai bimbingan agama, namun bukan hanya sebagai ajang dakwah tetapi juga sebagai tempat konseling baik mengenai urusan agama ataupun duniawi.

Mentoring terdiri dari 1 pembimbing atau yang sering di sebut mentor, yang mendampingi 12–13 mahasiswa baru yang di sebut sebagai mentee. Mentoring ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali, dan memiliki materi yang berbeda setiap minggunya. Mentor bukan merupakan seseorang yang menggurui, namun seorang fasilitator yang membantu mentee untuk mengembangkan diri. Selain mentor juga berperan andil dalam memberikan informasi tentang dunia perkuliahan baik secara kurikulum dan iklim kampus.

Mentor yang juga seorang mahasiswa akan memberikan kesan kepada mentee untuk bisa lebih dekat karena memiliki status yang sama yaitu sebagai mahasiswa. Dimana sama-sama memiliki permasalahan yang tidak jauh berbeda dan bisa diselesaikan dengan solusi yang sama-sama satu pemikiran.

Dalam mentoring banyak peluang untuk saling tolong-menolong antara mentee-mentee dan mentor, ketika satu mentee memiliki masalah maka mentee yang lain juga memberikan kontribusi solusi yang baik. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2, yaitu:

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia harus saling tolong-menolong dalam kebaikan, seperti konseling sebaya yang merupakan perwujudan dari tolong-menolong yang baik.

(6)

Karena, ketika seorang konseli menceritakan permasalahan yang dialami kepada konselor, seorang konselor dapat memberikan perhatian kepada konseli, perhatian itu merupakan hal yang baik yaitu membantu konseli untuk merasa lebih tenang, ringan, karena sudah mampu menceritakan permasalahan yang dihadapi. Ketika konselor membantu menemukan solusi yang baik, hal itu juga merupakan sebuah bantuan yang dapat menyelesaikan masalah konseli.

Selain itu di dalam mentoring merupakan kegiatan keagamaan yang baik dan menjadikan lingkungan bergaul lebih kondusif, positif dan islami. Sebagaimana pergaulan yang baik juga mempengaruhi individu didalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda mengenai pentingnya lingkungan yang baik, yaitu:

Artinya: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak

wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari

No.5534 dan Muslim No.2628)

Artinya: “Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di

antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman”. (HR Abu Dawud no.

4833 dan at-Tirmidzi no. 2378)

Sesuai dengan hadits diatas, berteman dengan orang yang baik maka akan tertular menjadi baik. Dalam mentoring, untuk menjadi seorang mentor harus melewati prosedur, dimana seseorang yang terpilih menjadi mentor merupakan orang-orang yang memiliki kapabilitas dalam segi keagamaan, perkuliahan, dan pergaulan yang baik. Ketika seorang mentee memasuki dunia perkuliahan dan didampingi oleh mentor yang sudah memiliki kapabilitas dalam segi keagamaan, perkuliahan, dan pergaulan, maka seorang mentee juga memiliki gambaran nyata dari mentor sendiri.

(7)

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tindall & Gray (Noviza, 2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar layanan yang diberikan melalui konseling teman sebaya tingkat suksesnya lebih tinggi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Miller (Noviza, 2011) mendapatkan hasil bahwa konseli yang mengikuti konseling sebaya mampu melakukan identifikasi diri dengan teman sebaya, dan konseli menganggap bahwa “konselor” sebaya memiliki kemauan membangun jembatan komunikasi.

Langkah-langkah konseling sebaya dalam mentoring:

a. Persiapan : Mentor dan mentee mempersiapkan waktu dan tempat pertemuan yang sesuai setiap satu minggu sekali.

b. Sesi Diskusi I : mengenai aktivitas yang dijalani selama satu minggu.

c. Sesi Diskusi II : mengungkapkan permasalahan yang dialami setiap anggota mentoring. d. Sesi Diskusi III : membahas sekaligus mencari solusi yang tepat.

e. Materi : pemberian materi keislaman yang mendasar pada Al-Qur’an surat Al- Maidah ayat 2 mengenai tolong menolong yang baik.

f. Penutup : evaluasi kegiatan mentoring dan perencanaan pertemuan berikutnya. Mentoring Islam sebagai bentuk konseling sebaya yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dapat memberikan dampak yang baik untuk mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan lingkungan kampus.

KESIMPULAN

Mentoring merupakan kegiatan positif bukan hanya untuk berdakwah, mentoring juga bermanfaat untuk konseling sebaya sebagai sarana untuk tolong menolong, membagi informasi, dan memberikan gambaran bagaimana seorang mahasiswa seharusnya. Sehingga seorang mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan kampus maupun lingkungan sekitar kampus.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Afsari, N. H., Saepulloh, C., & Marlina, E. (2016). Hubungan Antara Konseling Teman Sebaya Dengan Keterampilan Pengambilan Keputusan Remaja Dalam Mengindari Perilaku Seks Bebas. Lentera, 28 , (1) , 1-22.

Handono, O. T., & Bashori, K. (2013). Hubungan Antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan pada Ssantri Baru. Empathy, 1, (2), 79-89.

Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, 1, (1) , 21-31.

Noviza, N. (2011). Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Suatu Inovasi Layanan Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi. Wardah, 22, (22), 83-98.

Wardani, S. Y., & Trisnani, R. P. (2015). Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Psikopendagogia, 4, (2) , 87-92.

Referensi

Dokumen terkait

Pihak-pihak akan berusaha sekerasnya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mendorong dan mengembangkan kerjasama teknis bidang pertahanan dan keamanan

Penggunaan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur deklaratif perintah dalam interaksi sosial antara santri, ustadz, kyai, Bu Nyai, dan pengurus di Pondok

Selanjutnya, hal yang berkaitan dengan kendala manajemen, di antaranya: Kemampuan manajemen pengelola yang masih terbatas menyebabkan Jobdesk tiap intruktur

Bahkan ada saja perwakilan perusahaan yang memberikan nilai sangat jelek pada lembar evaluasi Job Fair, karena penggunaan sistem paperless ini dianggap menyulitkan

Langkah 2 diulangi dengan menggunakan variasi pengisian fluida kerja dietil eter dengan bukaan katup ¾ selama 15 detik ke pemanas kolektor seri dan kondensor, menggunakan 2 tabung

Terima kasih atas kesehatan, kekuatan, kesabaran, dan segala yang terbaik yang telah Tuhan Yesus berikan bagi penulis sehingga penulis dapat melewati setiap

Analisis Potensi Tegakan Hasil Inventarisasi Hutan di KPHP Nunukan Unit IV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, struktur dan komposisi jenis tegakan hutan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan menjahit terhadap peningkatan kemampuan motorik halus Anak Berkemampuan Mental Rendah (ABMR) kelas 6