• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

A. Teori Struktur Modal

1. Modigliani and Miller (MM) Theory

Menurut Adler (2006) Keuangan perusahaan jelas akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Modigliani dan Miller menilai struktur modal perusahaan. Modigliani dan Miller yang dikenal dengan MM. Teori yang dimiliki MM ini mempunyai asumsi sebagai berikut:.

1. Perusahaan dengan kelas sama mempunyai risiko yang sama dimana risiko bisnis tersebut diukur dengan standard deviasi dari laba sebelum bunga.

2. Investor mempunyai harapan yang sama atau homogen terhadap laba perusahaan dan risiko perusahaan terhadap EBIT di masa mendatang.

3. Surat hutang obligasi dan penyertaan dalam bentuk saham diperdagangkan pada pasar saham yang sempurna (perfect capital market). Ciri pasar efisien :. a. tidak adanya pajak pribadi dan pajak perusahaan

b. adanya informasi yang merata dan dapat diakses dengan tanpa biaya c. investor bersikap rasional serta tidak adanya biaya transaksi

d. investor dapat melakukan diversifikasi atas investasinya

e. adanya tingkat bunga pinjaman dan meminjamkannya yang sama besarnya yaitu tingkat bunga bebas risiko.

(2)

Ketika MM teori dipromosikan, tidak adanya pajak merupakan asumsi pertama. Proporsi I :

Nilai Perusahaan adalah kapitalisasi laba bersih (EBIT) atau laba sebelum bunga dan pajak dengan tingkat kapitalisasi (ko) yang konstan sesuai dengan tingkat risiko perusahaan. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang sama dengan nilai perusahaan yang mempunyai hutang. Ini juga berarti struktur modal tidak berlaku pada perusahaan tersebut.

Proporsi 2:

Biaya ekuitas yang mempunyai hutang keL, merupakan jumlah dari biaya ekuitas yang tidak mempunyai hutang plus risk premium.

Proporsi 3 :

MM teori Investasi baru akan meningkatkan nilai perusahaan.

2. Pecking Order Theory

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan-perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencakupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai.

Pendanaan atas dasar pecking order theory, perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal. Apabila

(3)

digunakan dana yang berasal dari eksternal maka urutan pendanaan yang disarankan adalah pertama dari laba ditahan, diikuti hutang, dan yang terakhir penerbitan ekuitas baru.

Pecking Order Theory mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal (retained earnings) sebanyak mungkin untuk membiaya proyek-proyek di dalam perusahaan. Utang menjadi pilihan kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bond, preffered stock, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbitkan common stock (exrernal equity). Hal ini terjadi karena adanya transaction cost didalam mendapatkan dana dari pihak eksternal.

3. Asymmetric Information Theory

Asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manager perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya (Gitman, 2009). Adanya asymmetric information membuat manager perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak.

(4)

4. Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (Lukas Setia Atmaja, 2008 : 12), manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut biaya agensi.

Biaya agensi menurut Lukas Setia Atmaja (2008 : 12) adalah biaya yang muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain ( agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Salah satu pendapat dalam agency theory adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakini bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Mereka juga berpendapat bahwa agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang

(5)

saham perusahaan (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal.

B. Struktur Modal

1. Pengertian Struktur Modal

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.

Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.

Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, diantaranya adalah:

Weston dan Copeland (dalam Situmorang, 2010) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham. Nilai buku modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke ekuitas pemegang saham.

(6)

Menurut Gitman (dalam Situmorang, 2010), “definisi struktur modal adalah campuran dari utang jangka panjang dan ekuitas yang harus dipertahankan oleh perusahaan". Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal ekuitas yang digunakan oleh perusahaan.

Pengertian modal secara dasar atau modal yang benar-benar dimiliki perusahaan adalah modal sendiri yang merupakan kelebihan nilai aktiva di atas hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman. Hal ini sesuai dengan pengertian ekuitas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007):

PSAK No.21, Paragraf 2 dan 3, yaitu:

1. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.

2. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kombinasi penggunaan hutang dan modal sendiri oleh perusahaan untuk membiayai aktifitasnya dalam rangka peningkatan nilai perusahaan.

(7)

2. Arti Penting Struktur Modal

Arti penting struktur modal dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik di antara tiap-tiap komponen yang terdapat dalam struktur modal tersebut. Perbedaan karakteristik tersebut secara umum mempunyai pengaruh kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang.

Adapun karakteristik dari tiap-tiap sumber pembiayaan yang pokok antara lain adalah modal sendiri dan modal asing. Karakteristik utama dari modal sendiri terletak pada tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali setiap keadaan dan tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Pada umumnya elemen-elemen modal sendiri adalah antara lain modal saham, cadangan dan laba ditahan. Modal saham adalah modal dasar perusahaan, sedangkan laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham dan belum ditetapkan tujuan penggunaannya. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva dan pada investasi untuk menghadapi resiko kerugian/kegagalan yang relatif besar.

Karakteristik umum modal asing adalah semakin lama jangka waktu dan semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang-hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas kesempatan bagi perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berskala dari hutang tersebut. Meskipun

(8)

demikian, hutang tersebut harus tetap dibayar kembali pada waktu yang tepat tanpa melihat kondisi keuangan perusahaan pada saat itu.

Supaya tercapai struktur modal yang optimal, maka perusahaan harus dapat mengelola dengan baik bagaimana memilih sumber-sumber pembiayaan yang ada di pasar modal, yang mampu memberikan nilai maksimal atas harga saham perusahaan dan juga mempunyai biaya yang minimal atas jenis modal yang dipilihnya.

 

C. Komponen-Komponen Struktur Modal

Menurut Bernstein & Wild dalam buku Sugiarto (2009 : 2), yang menyatakan bahwa hakikatnya struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan lebih menggambarkan target komposisi hutang dan modal (ekuitas) dalam jangka panjang pada suatu perusahaan.

Terdapat beberapa rasio untuk mengukur struktur modal menurut Syamsuddin (2009 : 54-56) diantaranya adalah :

1. Debt Asset Ratio (DAR)

Rasio yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dapat dibayar oleh kreditur. Semakin tinggi DAR semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Rumus :

Total Liabilities DAR =

(9)

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Besar kecilnya penggunaan hutang dalam perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas ekonomi, dan besar kecilnya rentabilitas modal sendiri akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan.

Rumus :

 

3. Time Interest Earned (TIE)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan di dalam membayar bunga-bunga atas segala utang-utangnya.

Rumus :

Long Term Debt DER =

Stockholders Equity

Earning Berofe Interest and Taxes TIE =

(10)

1. Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang biasanya timbul, karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi hutang-hutang yang lain.

Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2007:324), “utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman utang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi utang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (utang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut.

Kelebihan penggunaan hutang jangka panjang bagi perusahaan sebagai sumber dana perusahaan, yaitu :

(11)

1) Biaya hutang terbatas, dimana para kreditur tidak ikut menikmati laba yang diperoleh perusahaan

2) Jika digunakan pembiayaan hutang, pemilik perusahaan (pemilik saham mayoritas) tidak ikut mengendalikan pengelolaan perusahaan

3) Bunga yang dibayarkan merupakan pengurangan pajak penghasilan

4) Melalui financial leverage di mungkinkan laba per lemar saham akan meningkat.

Kelemahan penggunaan hutang jangka panjang bagi perusahaan sebagai sumber dana perusahaan, yaitu :

1) Hutang memiliki biaya yang tetap, jika perusahaan mengalami kemunduran yang tajam maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam membayar hutang

2) Tingkat leverage yang tinggi berarti memerlukan tingkat laba yang semakin tinggi pula

3) Hutang memiliki tingkat jatuh tempo yang pasti dan sewajarnya perusahaan harus melunasi sesuai dengan waktu yang ditentukan

4) Karena hutang jangka panjang merupakan suatu ikatan dalam jangka waktu yang relatif lama, bobot resiko yang terkandung didalamnya cukup tinggi 5) Dalam ikatan kontrak jangka panjang, persyaratannya cenderung lebih berat

dibandingkan persyaratan hutang jangka pendek

6) Selalu ada batasan seberapa besar dana dapat digali melalui hutang jangka panjang.

(12)

2. Modal Sendiri

Menurut Sundjaja at al. (2007:324), “modal sendiri/equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”. Modal sendiri/ekuitas modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik. Modal sendiri merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya.

 

a. Saham preferent (prefered stock)

Saham preferen adalah saham yang memiliki preferensi atas saham biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan, saham preferen memberikan pendapatan yang relatif konstan, disamping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi dari pada biaya hutang, karena resiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari resiko pemegang obligasi pemegang saham preferen memiliki preferen dalam pembayaran deviden.

Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at.al (2007) adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan

2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika

(13)

usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya

3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui utang baru dan divestasi.

b. Saham biasa (common stock)

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.

Dari segi investor (Sundjaja, 2007) keuntungan menggunakan saham (modal sendiri) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan 2. Tidak ada jatuh tempo

3. Karena menanggung resiko yang lebih besar, maka kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih tinggi dibanding dengan pemegang modal pinjaman.

(14)

c. Laba ditahan

Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan yang ditahan, dan merupakan salah satu sumber dan internal perusahaan. Besarnya laba dimasukkan dalam cadangan atau laba ditahan, selain tergantung pada besarnya laba diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung pada dividend policy yang dijalankan perusahaan. Meskipun laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen, maka bagian laba yang dijalankan cadangan adalah jumlahnya.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Berdasarkan hasil kajian studi teoritis, yakni pecking order theory dan kajian empiris, dapat diidentifikasikan faktor-faktor utama yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, antara lain :

1. Profitabilitas

Pengertian Prifitabilitas menurut Gitman (2009), terdapat banyak cara untuk mengukur profitabilitas, berbagai pengukuran ini memugkinkan analis untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan dilihat baik dari sisi penjualan, aset ataupun investasi pemilik.

(15)

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Sutrisno (2009:222) adalah sebagai berikut :

1. Profit Margin (NPM)

Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.

Rumus :

2. Return On Assets (ROA)

ROA sering disebut juga rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dlam mengfhasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Rumus :

3. Return On Equity (ROE)

ROE yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Rumus :

Laba Setelah Pajak NPM =

Penjualan Bersih

Laba Setelah Pajak ROA =

Total Aktiva

Laba Setelah Pajak ROE =

(16)

4. Return On Investment (ROI)

ROI merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.

Rumus :

5. Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan ukuran kemempuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang pemiliki.

Rumus :

2. Likuiditas

Setiawan (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung tidak melakukan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.

Menurut Benny Alexandri dan Linna Ismawati (2007:16) Mengukur likuiditas ada bermacam-macam yaitu :

Laba Setelah Pajak ROI =

Total Aktiva

Laba Setelah Pajak EPS =

(17)

1. Current Ratio

Yaitu membandingkan total aktiva lancar dengan hutang lancer, rumusnya adalah :

2. Acid Test (Quick) Ratio

Yaitu ukuran yang lebih yang lebih konservatif dalam mengukur likuiditas karena persediaan tidak ikut digunakan sebagai pembilangnya. Rumusnya adalah :

3. Net Working Capital

Yaitu rasio modal kerja bersih yang digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya adalah :

3. Growth (Pertumbuhan)

SFAC No. 1 (FASB) menyatakan bahwa user khususnya investor dan kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba untuk menilai

Aktiva Lancar CR =

Hutang Lancar

Aktiva Lancar - Persediaan QTR =

Hutang Lancar

Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar NWC =

(18)

earning power dan menilai risiko apabila berinvestasi atau memberikan pinjaman. Pernyataan SFAC No. 1 memberikan pengertian bahwa pengguna laporan keuangan sangat berkepentingan terhadap informasi laba. Informasi laba akan berguna dalam memberikan prediksi dan estimasi khususnya dalam prediksi dan estimasi pertumbuhan laba, dimana prediksi dan estimasi dibuat dengan mengolah informasi-informasi yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Prediksi dan estimasi pertumbuhan laba sangat berguna bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, serta bagi para manajemen untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah mereka terapkan.

Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan cara :

4. Size (Ukuran Pertumbuhan)

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari laporan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar, tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan

Laba t – Laba t-1 Pertumbuhan Laba =

(19)

didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.

Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan cara :

5. Risiko Bisnis

Menurut Gitman (2009) risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai bagian dari risk premium, yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti produk, pelanggan dan cara penghasilan produknya (Brown dan Reilly 2009). Oleh karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

RISK = STD Return Saham

Ukuran Perusahaan = log (Total Aktiva)

Pi,t – Pi,t-1 Return =

(20)

6. Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva

Laba ditahan terhadap total aktiva berguna untuk memprediksi prospek profitabilitas perusahaan pada masa yang akan datang dengan kondisi ekonomi yang berbeda. Laba ditahan terhadap total aktiva dipandang sebagai indikator prospek perusahaan. Laba ditahan terhadap total aktiva dapat dihitung sebagai berikut :

 

7. Struktur Aktiva

Menurut Syamsudin (2007:9) struktur aktiva adalah:

Penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap.

Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam satu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa.

Laba Ditahan Retained Earning to Total Aktiva =

(21)

Variabel ini diukur dengan rumus :

E. Penelitian Terdahulu

Tinambunan (2008) dalam penelitiannya menguji pengaruh kebijakan dividen perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan dividen perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Secara parsial kebijakan dividen dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal beberapa sektor industri yang dianalisis.

Weli perwira (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur dan menguji hipotesis pecking order theory. Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah profitability, liquidity, institutional ownership, manajerial ownership, growth, size serta struktur modal. penelitian ini menggunakan pendekatan model packing order theory. Hasil dari penelitian ini adalah variabel liquidity, size mempunyai pengaruh terhadap leverage perusahaan serta mendukung hipotesis pecking order theory, sedangkan variabel profitability, institutional ownership, managerial ownership, growth tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage yang tidak mendukung hipotesis pecking order theory.

Aktiva Tetap SA =

(22)

Talberg, et al (2008) dalam jounal of economics and finance dengan menganalisis capital structure across industries. Penelitian ini menguji hubungan structure assets, growth, profitability, company size, company age revenue per employee sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa structure assets, company size memiliki hubungan positif terhadap capital structure. Profitability, growth, company age memiliki hubungan negatif terhadap capital structure. Sedangkan revenue per employee tidak memiliki hubungan terhadap capital structure.

La Rocca, et al (2009) dalam journal of economics and finance dengan menganalisis effect of diversification on capital structure. Penelitian ini menguji pengaruh ROA, non-debt tax shield, tangibility, size, growth opportunities sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa capital structure dipengaruhi oleh ROA, non-debt tax shield, tangibility, size, growth opportunities.

Al-Fayoumi, et al (2009) dalam journal of economics and finance dengan menganalisis ownership stucture and corporate finance. Di mana penelitian ini menguji pengaruh dan hubungan antara profitability, size, growth, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh profitability, size, dan growth. Dan kepemilikian manajerial memiliki hubungan negatif terhadap capital structure, sedangkan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif terhadap capital structure.

(23)

Abimanyu (2009) dalam penelitiannya dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian 2005-2007. Faktor-faktor tersebut adalah struktur aset, profitabilitas, operating laverage, dan likuiditas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas, operatin laverage, likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Situmorang (2010) dalam penelitiannya menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel independen mempengaruhi struktur modal. Secara parsial struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

(24)

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh variabel profitabilitas, likuiditas, growth, dan size. Kerangka konseptual disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas (X1) Struktur Modal (Y) Likuiditas (X2) Growth (X3) Size (X4)

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual  Profitabilitas  (X 1 )  Struktur Modal  (Y) Likuiditas (X2) Growth   (X 3 )  Size  (X 4 )

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Metode Jigsaw Pada Pembelajaran Akhlak Pada Kelas VIII SMPN 18 Malang Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... Faktor Pendukung Dan Penghambat Penggunaan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series mulai tahun 2016 sampai 2018 meliputi harga produsen kentang tingkat di Indonesia, Jawa Barat,

Dalam pengelolaan fasilitas jaringan WLAN (Wirelass Local Area Network), terkadang siswa dan guru mendapatkan masalah saat melakukan pratikum jaringan internet dan

Dengan demikian maka sisi positif dengan adanya politisasi pada sektor publik ialah ada ruang bagi politisi untuk mengontrol birokrasi yang sekarang cenderung otonom dan

Daya tumbuh kecambah biji krokot dengan perlakuan kontrol, berbeda nyata dengan daya tumbuh kecambah pada perlakuan larutan daun Pinus merkusii 2000 ppm, serta larutan daun

[r]

Pada perlakuan konsentrasi kunyit 20% dengan lama perendaman selama 60 menit warna tahu menjadi kuning dan berubah kuning buram selama penyimpanan 72 jam,

Komponen makna yang lain, seperti manusia, usia lanjut, dan pengalaman hanya ada dalam makna kata ragam sehari-hari, sedangkan gaib, abadi, dan sakti hanya ada dalam