• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTORI SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG IWOL DISTRIK OKABA KABUPATEN MERAUKE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTORI SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG IWOL DISTRIK OKABA KABUPATEN MERAUKE"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KERJASAMA :

home

[Document title]

(2)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 1 Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Karunia dan Ridho-Nya, maka penyusunan dokumen “Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat di Kampung Kumbe Distrik Malind Kabupate Merauke Tahun 2016” dapat diselesaikan sesuai rencana.

Pada prinsipnya dokumen ini telah memuat seluruh rangkaian tahapan kegiatan dalam menyelesaikan pekerjaan dimaksud. Kemudian dalam rangka penyempurnaan dokumen ini, telah dilakukan pembahasan bersama dengan PIU, DOB dan masyarakat, dalam rangka mencari masukan konstruktif yang akan digunakan dalam membangun masyarakat pesisir.

Akhirnya kami merasa bahwa dokumen ini masih perlu penyempurnaan yang intensif, agar menjadi suatu dokumen yang memadai bagi pemangku kepentingan. Dengan ini kami menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan laporan ini. Dan atas kerjasamanya yang baik tersebut, disampaikan terima kasih.

Merauke, Desember 2016

CCDP-IFAD Kab. Merauke Ketua PIU

Martha Bayu W. Wijaya, A.Pi., M.Sc

(3)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 2

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Merauke sebagai salah satu lokasi kegiatan proyek pembangunan masyarakat pesisir (coastal community development), potensi sumberdaya kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal, baik potensi penangkapan, budidaya dan pariwisata bahari. Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut tersebut telah berdampak pada lambatnya peluang dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kemiskinan masyarakat yang ada di daerah pesisir.

Rendahnya pemanfaatan potensi sumberdaya yang besar tersebut, lebih disebabkan antara lain; 1) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, 2) Kurangnya sarana dan prasarana yang menopang kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya kelautan, 3) Keterbasan modal, 4) Kurang efektifnya penegakan hukum, dan 5) Kurang terpadunya perencanaan dan pelaksanaan antar sektor dan antar wilayah dalam mengakses pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan. Oleh karena itu, upaya percepatan pembangunan kawasan pesisir dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan harus segera dipacu dan diintegrasikan dengan kegiatan lain yang sejenis.

Pembangunan wilayah pesisir dan laut meliputi banyak aspek, antara lain aspek ekologis, sosial budaya, ekonomi, politik serta pertahanan dan keamanan yang menghasilkan beberapa kegiatan pembangunan, seperti pengembangan pemukiman, industri, pariwisata dan rekreasi, transportasi, perikanan, perlindungan dan pelestarian sumberdaya hayati, pertanian dan kehutanan. Kebijakan pembangunan wilayah pesisir di Indonesia diarahkan dalam rangka :

a) Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha,

b) Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah pada peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan lestari,

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 3 c) Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pesisir dalam pelestarian

lingkungan,

d) Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan wilayah pesisir dan lautan.

Sejalan dengan upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan (PSDKP) yang mana perkembanganya selama ini cenderung berbanding terbalik antara hasil/volume produksi eksploitasi yang cukup besar dengan masih banyaknya masyarakat pesisir yang hidupnya masih dibawah standar kelayakan hidup sehat dan sejahtera. Namun kondisi yang terjadi saat ini, adalah justru semakin luasnya kerusakan dan penurunan kualitas ekosistem pesisir dan dan laut yang ada disebagian besar wilayah perairan Merauke sebagai akibat pola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan (PSDKP) secara destruktif dengan tidak memperhatikan aspek pelestarian lingkungan.

Pertumbuhan jumlah penduduk masyarakat pesisir di Kabupaten Merauke sampai pada tahun 2011 adalah sejumlah 10.909 jiwa. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk masyarakat pesisir tersebut yang terus mengalami peningkatan serta tidak diimbangi dengan pola ekspansi diversifikasi usaha yang produktif menyebabkan kehidupan masyarakat pesisir cenderung terbelakang dan miskin. Oleh karena itu, berbagai upaya dalam rangka memberdayakan masyarakat pesisir di Kabupaten Merauke terus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam, karakter masyarakat pesisir dan daya dukung lingkungan. Berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke adalah fasilitasi pemberian modal usaha, pengembangan Lembaga Keuangan Mikro untuk kelompok usaha produktif, penyaluran bantuan sarana produksi nelayan berupa alat tangkap, jaring dan mesin. Namun disadari, berbagai bentuk bantuan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat pesisir di Kabupaten Merauke akibat terbatasnya ketersediaan anggaran yang ada.

Oleh karena itu, guna mendorong kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Merauke secara optimal, maka peran serta berbagai stakeholder baik pemerintah pusat, swasta, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, Perguruan Tinggi maupun unsur-unsur yang terkait lainnya dalam mendukung berbagai upaya kegiatan yang produktif bagi pemberdayaan masyarakat nelayan sangat perlu dan mendesak untuk digalakkan. Untuk itu, melalui

(5)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 4 kesempatan ini kami dari Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam hal ini Unit Pelaksana Proyek (PIU) CCD-IFAD akan mengadakan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat yang dihajadkan dalam rangka melihat kondisi awal terkait aspek pembangunan, pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut, jumlah kelembagaan kelompok masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keragaan serta sebaran infrastruktur sosial dan publik pada masing-masing desa sasaran untuk selanjutnya dijadikan pedoman atau instrumen dalam rangka penyusunan kegiatan pembangunan yang akan dibiayai melalui Proyek Coastal Community Development (CCDP) Tahun Anggaran 2016 di Kabupaten Merauke.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud :

Dokumen Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat di 6 Kampung Baru CCDP-IFAD Kabupate Merauke Tahun 2016 dimaksudkan sebagai pedoman dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat di Kabupaten Merauke, Propinsi Papua

Tujuan :

Tujuan kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat adalah untuk menginventarisasi berbagai aspek pembangunan, pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, kelembagaan kelompok masyarakat serta keragaan dan sebaran infrastruktur publik dan sosial pada beberapa desa sasaran program CCDP-IFAD di Kabupaten Merauke yang mampu mendukung usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran :

Sasaran kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat adalah terhimpunya sebaran data-data dasar terkait dengan aspek pembangunan, pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, kelembagaan kelompok masyarakat serta keragaan dan sebaran infrastruktur publik dan sosial pada beberapa desa sasaran program CCDP-IFAD di Kabupaten Merauke.

1.3. Output dan Outcome Output :

Laporan kegiatan dan Dokumen Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat Kabupaten Merauke.

(6)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 5

Outcome :

Terwujudnya pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat Kabupaten Merauke berdasarkan prinsip keterpaduan.

1.4. Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut : a) Kegiatan Persiapan

b) Kegiatan Pengumpulan Data Sekunder

c) Focus Group Discussion/Konsultasi Publik di 6 kampung d) Kegiatan Survey Lapangan

e) Analisis Data dan Penyusunan Peta-Peta Tematik f) Penyusunan Draft Dokumen

g) Penyusunan Laporan

1.5. Metodologi

1.5.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Bebasis Masyarakat di 6 Kampung Baru CCDP-IFAD Kabupaten Merauke dilakukan selama dua bulan kalender yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Desemberr 2016. Kegiatan ini dilakukan di Distrik Malind (Kampung Kumbe, Kaiburse, Onggari, Domande) dan Distrik Okaba (Kampung Iwol, Wambi). Kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Bebasis Masyarakat di 6 Kampung Baru CCDP-IFAD dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu dan terintegrasi.

1.5.2 Metode Penelitian a. Pendekatan Studi

Peta pemanfaatan kawasan adalah peta yang memuat lokasi kegiatan usaha komersial dan perikanan di wilayah pesisir, alokasi kegiatan penduduk setempat, serta lokasi-lokasi yang dilindungi (konservasi). Untuk pemetaan potensi sumberdaya desa/Kampung pesisir, maka diperlukan berbagai data biogeofisik berupa data SDA berupa kondisi geologi, tanah, air, udara, iklim, flora, fauna, dan sebagainya. Dari hasil analisis kelayakan biogeofisik dan lingkungan, maka selanjutnya akan dihasilkan kesesuaian lahan untuk berbagai peruntukan tersebut.

Tujuan d e s k studi adalah pengambilan dan pengumpulan data sekunder yang sudah tersedia, serta dipelajari guna mendapatkan gambaran sementara untuk perencanaan pengambilan dan verifikasi data di lapangan. Data yang

(7)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 6 dikumpulkan dan dipelajari adalah data-data yang bersifat khusus ataupun yang bersifat umum. Adapun data-data sekunder yang dicari pada kegiatan desk studi meliputi kondisi geografis, kondisi Sosial-Ekonomi masyarakat, serta kondisi Institusi dan Kelembagaan pada lokasi survey.

b. Observasi

Tujuan observasi adalah mengenal rona awal dari wilayah/lokasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian (Inventori Sumberdaya Desa Berbasis Masyarakat). Pada kegiatan observasi juga diharapkan sudah diketahui sumber- sumber informasi, baik sumber informasi secara personal maupun sumber informasi secara institusi/kelompok. Observasi dilakukan agar pada saat pelaksanaan kegiatan, semua tim bisa langsung melakukan tugasnya masing- masing dilapangan secara detail dan tersistematis.

c. Focus Group Discussion (FGD)

Metode ini dilaksanakan dengan melibatkan kelompok masyarakat dan digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi berdasarkan persepsi stakeholder : mengenai masalah-masalah yang ada, alternatif solusi, kebijakan- kebijakan yang tidak relevan, aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian, program-program yang sedianya dikembangkan, dan sebagainya. Kegiatan FGD merupakan proses awal dalam menjaring aspirasi masyarakat sebagai pengguna/pemanfaatan langsung sumberdaya di wilayah pesisir dan laut.

(8)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 7

2.1 Administrasi dan Geografi Wilayah

Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten yang berada pada wilayah Provinsi Papua dimana secara geografis terletak antara 137° – 141° Bujur Timur dan 5° – 9° Lintang Selatan. Dengan luas mencapai hingga 46.791,63 Km2 atau 14,67

persen dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua menjadikan Kabupaten Merauke sebagai kabupaten terluas tidak hanya di Provinsi Papua namun juga di antara kabupaten lainnya di Indonesia. Secara administratif Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik, dimana Distrik Waan merupakan distrik yang terluas yaitu mencapai 5.416,84 Km2 sedangkan Distrik Semangga adalah distrik yang terkecil dengan luas hanya

mencapai 326,95 Km2 atau hanya 0,01 persen dari total luas wilayah Kabupaten

Merauke. Sementara luas perairan di Kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 Km2.

Kabupaten Merauke dibatasi oleh daratan dan lautan. Secara geografis, Kabupaten Merauke disebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea, di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Laut Arafuru. Jika ditinjau menurut kelas ketinggiannya, Kabupaten Merauke merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki kelas ketinggian antara 0-60 mdpl.

2.2 Topografi

Kabupaten Merauke merupakan daerah datar di mana sebagian besar wilayah berada pada ketinggian antara 3 - 4 meter di atas permukaan laut (dpl) dan hanya tiga wilayah yaitu Distrik Muting, Elikobel, dan Ulilin yang berada pada ketinggian antara 40 - 60 meter dari permukaan air laut. Seperti halnya dengan daerah Indonesia yang beriklim tropis, suhu udara rata-rata di Kabupaten Merauke berkisar antara 23° – 32°C dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 2.962,3 mm sedangkan jumlah hari hujan tertinggi yaitu 210 dicapai pada tahun 2013.

Keadaan Topografi Kabupaten Merauke umumnya datar dan berawa disepanjang pantai dengan kemiringan 0-3% dan kearah utara yakni mulai dari Distrik Tanah Miring, Malind,Okaba sedangkan Jagebob, Elikobel, Muting dan Ulilin keadaan Topografinya bergelombang dengan kemiringan 8 – 12%. Kondisi Geografis

BAB II

KEADAAN UMUM

LOKASI KEGIATAN

(9)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 8 Kabupaten Merauke yang relatif masih alami, merupakan tantangan serta peluang pengembangan bagi Kabupaten Merauke yang masih menyimpan banyak potensi ekonomi untuk menunjang pembangunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada berikut.

Tabel 2 . 1 . Kemiringan Lereng di Kabupaten Merauke

Kelas Lereng (Km2) Luas Persentase Sebelah Wilayah

0–3% 5.598 12,42 Kimaam, Malind, Okaba, Kurik,

Semangga

3–8% 30.513 67,70 Merauke, Tanah Miring, Jagebob, Sota 8–12% 18.960 19,88 Kurik, Muting, Elikobel dan Ulilin

Jumlah 45.071 100,00

Sumber: Bappeda Kabupaten Merauke 2.3 Kependudukan

Menurut Data BPS dalam angka 2015 (Tabel 1 dan 2) Jumlah Penduduk Kabupaten Merauke Sebesar 213.484 Jiwa dengan Total 20 Distrik. Jumlah penduduk Distik Malind sebanyak 2.083 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.090 jiwa dan perempuan sebanyak 993 jiwa sedangkan Jumlah penduduk Distik Okaba sebanyak 5.232 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.757 jiwa dan perempuan sebanyak 2475 jiwa . Kepadatan penduduk di Distrik Malind adalah 4.25 Km² sedangkan Distrik Okaba adalah 3.35 Km².

Tabel 2.2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Distrik di Kabupaten Merauke, 2014 Distrik Luas Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk Population Density /people per sq-km) Subdistrict Area km2 Population (people) % Jumlah/Total % (2) 3) (4) (5) (6) 1 Kimaam 4.630,30 9,90 6.214 2.91 1.34 2 Waan 2.868,06 6,13 4.804 2.25 1.67 3 Tabonji 5.416,84 11,58 5.485 2.57 1.01 4 Ilwayab 1.999,08 4,27 5.480 2.57 2.74 5 Okaba 1.560,50 3,34 5.232 2.45 3.35 6 Tubang 2.781,18 5,94 2.397 1.12 0.86 7 Ngguti 3.554,62 7,60 2.007 0.94 0.56 8 Kaptel 2.384,05 5,10 1.861 0.87 0.78 9 Kurik 977,05 2,09 14.270 6.68 14.61 10 Animha 1.465,60 3,13 9.530 4.46 6.5

(10)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 9

No Distrik Luas % Jumlah/Total % kepadatan

11 Malind 490,60 1,05 2.083 0.98 4.25 12 Merauke 1.445,63 3,09 95.562 44.76 66.1 13 Naukenjerai 905,86 1,94 13.878 6.5 15.32 14 Semangga 326,95 0,70 18.183 8.52 55.61 15 Tanah Miring 1.516,67 3,24 7.494 3.51 4.94 16 Jagebob 1.364,96 2,92 3.114 1.46 2.28 17 Sota 2.843,21 6,07 2.009 0.94 0.71 18 Muting 3.501,67 7,48 5.469 2.56 1.56 19 Elikobel 1.666,23 3,56 4.053 1.9 2.43 20 Ulilin 5.092,57 10,88 4.359 2.04 0.86 Merauke 2014 46.791,63 100,00 213.484 100,00 4,56

Sumber :BPS dalam Angka 2015

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut Distrik dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke, 2014

No. Distrik Penduduk (orang) Rasio Jenis Kelamin/Sex Ratio Population (people)

Subdistrict Laki-laki/ Perempuan/ Jumlah/

1 Kimaam 3.250 2.964 6.214 109,65 2 Waan 2.535 2.269 4.804 111,72 3 Tabonji 2.753 2.732 5.485 100,77 4 Ilwayab 2.918 2.562 5.48 113,90 5 Okaba 2.757 2.475 5.232 111,39 6 Tubang 1.238 1.159 2.397 106,82 7 Ngguti 1.042 965 2.007 107,98 8 Kaptel 991 870 1.861 113,91 9 Kurik 7.529 6.741 14.27 111,69 10 Animha 4.979 4.551 9.53 109,40 11 Malind 1.090 993 2.083 109,77 12 Merauke 49.805 45.757 95.562 108,85 13 Naukenjerai 7.358 6.520 13.878 112,85 14 Semangga 9.752 8.431 18.183 115,67 15 Tanah Miring 3.903 3.591 7.494 108,69 16 Jagebob 1.674 1.440 3.114 116,25 17 Sota 1.042 9670 2.009 107,76 18 Muting 2.854 2.615 5.469 109,14 19 Elikobel 2.211 1.842 4.053 120,03 20 Ulilin 2.306 2.053 4.359 112,32 Merauke 111.987 101.497 213.484 110,33

(11)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 10 2.4 Kondisi Fisik

Secara fisik, Kabupaten Merauke memiliki karakter sebagai kota pesisir, dengan demikian perairannya memiliki peran yang cukup penting. Aspek fisik perairan ini membawa potensi tersendiri khususnya potensi sumberdaya kelautan berupa hasil laut, maupun manfaat ekonomi laut untuk prasarana transportasi laut yang menguntungkan secara ekonomi.

Sungai-sungai besar di Kabupaten Merauke yakni Bian, Digul, Maro, Yuliana, Lorents, dan Kumbe merupakan potensi sumber air tawar untuk pengairan dan dapat digunakan sebagai prasarana angkutan antara kecamatan dan desa–desa. Sumber air tawar dari rawa–rawa, air permukaan dan air tanah cukup tersedia untuk dimanfaatkan. Dibeberapa tempat air tanah mengandung belerang panas.

Pantai Selatan dibentuk oleh hutan sedimen, tergolong endapan alivium, dan di Utara dibentuk oleh pasir kwarsa dan batu apung. Berdasarkan data tingkat kesuburan tanah Kabupaten Merauke tergolong rendah sampai sedang. Jenis tanah yang terdapat diwilayah Kabupaten Merauke terdiri atas tanah organosol, alluvial dan hidromorf kelabu yang terdapat di daerah-daerah rawa dan payau. Jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk buatan sedimen yang menyebar di wilayah distrik Okaba, Merauke dan Kimaam.

2.5 Klimatologi

Kabupaten Merauke memiliki iklim antara musim penghujan dan musim kemarau. Menurut Oldeman (1975), wilayah Kabupaten Merauke berada pada zona (Agroclimate Zone C) yang memiliki masa basah antara 5 - 6 bulan. Dataran Merauke mempunyai karakteristik iklim yang agak khusus yang mana curah hujan yang terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat - Barat Laut (Angin Muson Basah) dan Muson Timur - Timur Tenggara (Angin Muson Kering) dan juga dipengaruhi oleh kondisi Topografi dan elevasi daerah setempat.

Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata mencapai 1330.4 mm, data tersebut diambil dari informasi iklim bulan Juli 2014 – Juli 2015. Bila dilihat dari data yang diperoleh dari Kantor Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Merauke Juli 2014 – Juli 2015 curah hujan tertinggi ada pada bulan Januari sampai dengan Mei 2015. Selain dari bulan tersebut curah hujan sangat rendah. Untuk jumlah hari hujan dalam sebulan, Januari 2015 memiliki hari hujan tertinggi yaitu sebanyak 27 hari dan untuk hari hujan terendah ada pada bulan Oktober 2014 sebanyak 1 hari. Pada saat tahun 2015 ini Kabupaten Merauke sedang dilanda musim kemarau panjang yang mengakibatkan kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat

(12)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 11 dan petani. Berdasarkan data iklim yamg dikeluarkan oleh Kantor Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menunjukkan bahwa kecepatan angin rata-rata Juli 2014 - Juli 2015 sekitar 12 knots, dengan kecepatan maksimal sebesar 32 knots.

Penyinaran matahari rata-rata di Merauke adalah 191.83 jam/bulan. Penyinaran terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 129 jam dan yang tertinggi sebesar 261 jam/bulan pada bulan oktober . Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim Tropis Basah, kelembaban rata-rata berkisar antara 76 ± 87%. Sepanjang tahun juli 2014 – juli 2015 temperatur udara tertinggi di Kabupaten Merauke terjadi pada bulan Desember yang mencapai 32,80ᵒC, sedangkan temperatur terendah berlangsung pada bulan September 21 ᵒC.

Kelembaban udara yang terjadi selama Juli 2014 - Juli 2015 rata – rata sebesar 97%, kelembaban udara ini masih tergolong relatif tinggi. Berikut ini tabel informasi terkait iklim bulanan yang terjadi pada Juli 2014 – Juli 2015.

Tabel 2 . 4. Iklim Bulan Juli 2014 – Juli 2015 Merauke

BULAN UNSUR IKLIM

JULI AGS SEP OKT NOP DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

CURAH HUJAN (MM) 15 22 8,1 2,6 59,3 47,7 304,3 327 251,4 130,3 119,9 21,2 21,6 Maks 2,4 6,6 5,2 2,6 47,4 12,4 45 61 79,1 58,8 37,6 5,4 8,7 Hari Hujan 14 18 7 1 6 27 27 21 16 16 12 16 7 KELEMBABAN % 83 83 80 76 78 81 87 87 86 86 85 85 82 SUHU UDARA (OC) Rata 24,8 25,2 25,3 26,7 28 28,4 26,9 27 27,1 27,3 26,4 25,7 25,1 MAKS 28,9 29 29,8 31,8 32,7 32,8 29,9 31 31,1 31,7 30,7 30 29,6 MIN 22 22,6 21 22,5 24,3 24,9 24,2 24,2 24,1 24,3 23,3 22,9 21,8 LAMA PENYINARAN MATAHARI (JAM) 156 129 178 261 220 180 130 141 175 198 198 168 168

KEC. ANGIN RATA 16 9 19 9 16 14 15 13 6 6 7 7 7

MAX 24 24 24 26 23 18 32 20 21 18 20 20 9

ARAH ANGIN T T T TG T U BL BL U T T TG T

PENGUAPAN (MM)

1011,8 1014,2 10113,9 1010,3 1008,6 1007,2 1007,7 1010 1009 1009,2 1011,2 1011,1 1013

Sumber: BMKG Kabupaten Merauke

2.6 Angin

Wilayah studi merupakan bagian dari Laut Arafura dan Laut Banda, dimana pengaruh angin Muson sangat berperan penting dalam menentukan karakteristik oseanografi di kawasan ini. Kawasan ini juga sebagai sumbu utama pergerakan angin Muson, yang berganti arah dua kali dalam setahun. Pada puncak periode musim barat, yang diwakili oleh bulan Desember, angin muson bertiup dari arah barat di kawasan ini, kemudian berbelok di sekitar bujur 132°BT kearah selatan. Kecepatan angin berkisar antara 2 – 5 m/s, yang relatif lebih lemah dibandingkan dengan periode musim timur. Kondisi yang berlawanan terjadi pada puncak periode musim timur (diwakili bulan Agustus), dimana angin kuat bertiup dari arah tenggara dengan kecepatan penuh di atas 10 m/s (Gambar 1.4). Tiupan angin yang lebih kuat di musim timur berimplikasi terhadap pembangkitan gelombang yang juga lebih besar terjadi

(13)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 12 pada musim timur. Variasi musiman suhu permukaan laut (SPL) juga menunjukkan pola musiman yang nyata, dimana SPL pada periode musim barat lebih hangat dibandingkan dengan musim timur.

Distribusi Frekuensi wind rose

Gambar 2.1. Data Distribusi frekuensi dan gambar wind rose

2.7 Geologi Dan Geomorfologi

Distribusi tipe substrat dasar laut perairan Merauke didominasi oleh fraksi lumpur. Fraksi pasir dan lanau terbatas hanya ditemukan di titik sampling di sekitar Tanjung Dolok (2 stasiun sampling) dan di sekitar pintu Selat Mariana tabonji (2 titik sampling). Di luar kedua wilayah tersebut fraksi substrat dasar laut didominasi oleh lumpur. Sebaran tipe substrat di dalam Selat Mariana di dekat dermaga Kimaam dan bagian selatan selat, didominasi pasir dan lanau. Hanya terdapat satu titik sampling dimana fraksi lumpur dominan. Deskripsi statistik dari di perairan Merauke dapat di lihat pada tabel berikut;

Tabel 2 . 5. Deskripsi statistik data substrat dasar laut di perairan Merauke

Sumber : hasil survei bulan September 2015 di perairan Merauke

Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Merauke terdiri atas tanah organosol, alluvial dan hidromorf kelabu yang terdapat di daerah-daerah rawa dan payau. Jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk buatan sedimen yang menyebar di wilayah Distrik Okaba, Merauke dan Kimaam. Lahan-lahan yang

Fraksi-3 (%) Fraksi-4 (%) Fraksi-5 (%) Debu (%) Liat (%) N=23 1-0.5 mm 0.5-0.25 mm < 0.25 mm Rerata 9.62 19.59 29.67 9.41 31.72 Stdev 7.99 10.13 13.92 6.13 24.54

(14)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 13 tanahnya tergolong masih mentah (melumpur) yaitu pada tanah Hydraquents sangat sulit untuk konstruksi tambak, tanah tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu (di drainase). Masalahnya jika tanah tersebut mengandung bahan sulfidik, maka konsekuensi dari perlakuan tersebut akibat proses oksidasi berkepanjangan.

2.8 Sarana Dan Prasarana

Tingkat pendidikan penduduk Distrik Malind dan Distrik Okaba relatif rendah. Hal ini bias dilihat dari sarana pendidikan yang tersedia di Distrik tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing Kantor Kelurahan tahun 2016 dan survey lapangan, diketahui bahwa Distrik Malind telah memiliki sekolah Taman Kanak-Kanak 1 buah, meskipun hanya 2 kelas dan 3 orang guru. Distrik ini memiliki 7 Sekolah Dasar (SD) negeri yang tersebar di tiap-tiap Desa, serta 4 (empat) SMP negeri dengan jumlah guru 21 orang. Distrik Malind belum tergolong Distrik yang bersih dan sehat karena berdasarkan BPS (2015) Distrik Malind belum memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai untuk penduduknya, termasuk jamban yang ada hanya jamban umum. Distrik Malind memiliki fasilitas kesehatan hanya berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 4 buah, 5 buah posyandu di masing-masing desa, 3 (satu) bidan praktek swasta serta memiliki dukun bayi 5 (lima) orang. Umumnya penyakit yang menyerang masyarakat Distrik Malind adalah penyakit saluran pernafasan bagian atas. Fasilitas ibadah yang terdapat di Distrik Malind yakni Gereja,Masjid dan Mushollah. Distrik Malind memiliki 3 (tiga) buah mesjid dan 4 (empat) buah gereja dan 2 (dua) Mushollah. Sedangkan sarana komunikasi jaringan telekomunikasi seluler masih tersendak di Desa Dumande dan sebagian wilayah Desa Onggari, juga ada playstation 1 buah dan video game 1 buah. Fasilitas lapangan olahraga yang terdapat di Distrik Malind adalah sepak bola 1 buah yang hanya terdapat di Desa Onggari. Distrik Malind belum mempunyai unit usaha penginapan dan terdapat warung/kedai makan sebanyak 3 buah yang terdapat di Distrik Kumbe.Namun, di Distrik tersebut tersebut tidak terdapat koperasi/ jasa perbankan.

(15)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 14

3. Kampung Iwol

3.1 Gambaran Umum Kampung

Kampung Iwol memiliki luas wilayah sekitar 156,42 Km2.Kampung Iwol masuk dalam

wilayah Distrik Okaba yang berbatasan langsung dengan laut dimana pantainya tergolong cukup landai sehingga pada saat surut terendah.

Gambar 3.1 Wilayah Administrasi Kampung Iwol

Wilayah kampung Iwol memiliki batas-batas wilayah berikut : - Sebelah Utara berbatasan Kampung Yawimu, Distrik Ngguti - Sebelah Selatan berbatasan Laut Arafura

- Sebelah Barat berbatasan Kampung Dufmira

- Sebelah Timur berbatasan Kampung Kampung Makaling

3.5.2 Sarana dan Prasarana

a. Prasarana Jalan

Jalan yang terdapat didalam Kampung Iwoli yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya antar RT dan RW maupun antar kampung Wambi dan Kampung Makaling. Jalan yang ada di Kampung Iwol telah manggunakan aspal, namun belum dilakukan perawatan. Kondisi kerusakan bertambah parah dengan

BAB III

DATA POTENSI SUMBERDAYA

(16)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 15 aktifitas mobil pengangkut pasir perusahaan Vitas. Kondisi jalan dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Kondisi Jalan di Kampung Iwol

b. Prasarana Pendidikan

Sarana Pendidikan yang di fasilitasi oleh pemerintah daerah Kabupaten Merauke berupa satu sekolah dasar (SD) YPK Iwol yang diharapkan bisa melayani pendidikan anak-anak usia dini. Permasalahan yang dihadapi di sekolah Kampung Iwol adalah, minimnya jumlah guru yang berstatus guru tetap (PNS) di sekolah tersebut, bangunan SD YPK dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah.

Gambar 3.3 Sekolah Dasar (SD) YPK Iwol c. Prasarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kampung Iwol sangat terbatas, karena hanya memiliki satu unit sarana kesehatan PUSTU (pukesmas pembantu), menurut masyarakat petugasnya jarang ada ditempat ketika dibutuhkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu kampung tersebut sangat membutuhkan sarana kesehatan yang memadai seperti puskesmas untuk mengoptimalkan pelayanan kesahatan pada masyarakat. Proses pemberian pelayanan pengobatan terhadap masyarakat setiap hari layanan

(17)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 16 masih terasa minim. Di Pustu ini, hanya dikelola oleh beberapa orang perawat kesehatan dan seorang perawat bidan yang bertugas secara bergantian jika salah satu diantaranya memiliki keperluan bepergian.

Gambar 3.4 Puskesmas Pembantu (Pustu). e.Prasarana Sosial dan Keagamaan

Prasarana sosial dan keagamaan yang tersedia di Kampung Iwol ini adalah, berupa satu Gereja Protestan. Salah satu dari gereja yang ada di Kampung Iwol belum rampung pengerjaannya, sehingga kondisinya sudah memprihantinkan. Mayoritas masyarakat di Kampung Iwol bergama Kristen Protestan yang setiap saat melaksanakan ibadah dan juga kegiatan perayaan hari-hari besar. Pondok Infomasi diperuntukan sebagai tempat pertemuan, sosialisiasi terkait kebijakan pemerintah daerah. Minimanya prasarana di Kampung Iwol mengahambat kemajuan daerah tersebut, misalnya tidak adanya akses komunikasi didaerah tersebut, membuat sulitnya informasi yang diterima masyarakat setempat. Disamping itu juga penerangan keseharian dikampung masih menggunakan mesin Diesel untuk penerangan malam hari, penerangannya dimulai dari jam 18.00 sampai jam 20.00 WIT. Kondisi yang terjadi di Kampung Iwol masih sangat perlu mendapatkan perhatian dalam hal prasarana sosial.

(18)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 17 Gambar 3.5 Saranah Ibadah (Gereja)

Gambar 3.6 Pondok Informasi dan Balai Kampung

3.5. 3 Sosial EKonomi Penduduk

Hasil pendataan jumlah penduduk tahun 2016 (BPS Kab Merauke,2016), tercatat sekitar 104 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 104 Jiwa dan Permepuan 104 Jiwa. Masyarakat Kampung Iwol sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dan berkebun. Peta sebaran penduduk disajikan pada Gambar 3.53

(19)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 18 Gambar 3.7 Peta Demografi Kampung Iwol

3.5.4 Aksesibilitas

Kampung Iwol dapat ditempuh dengan menggunakan motor dari pusat ibu kota Merauke dengan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan sedangkan jika menggunakan Pesawat ± 20 menit ke kota okaba dan melakukan perjalan motor ± 30 menit ke Kampung Iwol.

3.5.5 Kondisi Fisik Daratan dan Perairan

Secara administrasi luas area daratan Kampung Iwol adalah sekitar 156.42 Km2. Berdasarkan hasil analisis interpretasi data satelit, penggunahan lahan di

kampung Iwol masih di dominasi oleh hutan dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan sebagai lahan permukiman, dimana didalamnya tersebar fasilitas-fasilitas kampung seperti balai kampung, rumah ibadah (gereja), SD YPK, PLTS, PUSTU, Kebun Kelapa, Kebun Campuran, pondok informasi, dan lain-lain. Selain itu penggunaan lahan berupa fasiltas kampung tersebut, juga ada penggunaan lahan yang lain seperti perkebunan, kebun kelapa, semak belukar, kebun campuran dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta penggunaan lahan yang disajikan pada Gambar 3.8.

(20)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 19 Gambar 3.8 Peta Penggunaan Lahan Kampung Iwol

Kampung Iwol, disamping potensi daratannya yang cukup besar juga potensi perairannya lautnya. Hal ini didukung oleh panjang garis pantainya sekitar 4,43 Km. Hampir semua masyarakat yang bermukim disekitar pantai memiliki mata pencaharian berkebun dan sebahagian kegiatan sehari-hari merupakan nelayan tradisional. Potensi sumberdaya wilayah pesisirnya cukup besar, sehingga menjadi penting untuk dipertahankan maupun dikembangkan. Untuk wilayah penangkapan, masyarakat memanfaatkan pantai untuk menangkap ikan di pesisir kampung. Daerah penangkapan yang tersedia untuk nelayan tradisional memiliki luas sekitar 172, 48 km2. Selain itu, pantainya juga berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata yang

menarik, yaitu wisata pantai dengan luas sekitar 17,38 Ha.

(21)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 20 Gambar 3.10 Potensi Kegiatan Wisata Pantai

(22)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 21

4. Kampung Iwol

4.1 Analisis Potensi Sumberdaya a. Potensi sumberdaya Alam

Kampung Iwol memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup besar, hal ini ditandai dengan panjang garis pantainya 4.43 km yang terpendek di antara kampung yang ada dan luas daratan sekitar 156.42 km2. Di sepanjang pantai berjejer

pohon kelapa dan didaratan atas tersebar kebun-kebun campuran yang diusahakan masyarakat kampung. Kebun-kebun ditanami dengan pisang, ubi, ketela, kacang-kacangan maupun buah-buahan seperti mangga, nangka, papaya, dan lain-lain.

Gambar 4.1 Potensi Wilayah Pesisir Kampung Iwol

Diperairan lautnya mengandung potensi sumberdaya perikanan cukup besar, terutama berbagai jenis udang, ikan, dan kepiting. Jenis udang putih merupakan merupakan andalan masyarakat nelayan sesudah ikan kakap cina. Karena komoditi ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga udang per kilogram mencapai Rp.15,000 sampai Rp.25,000,- sedangkan ikan kakap cina satu ikat kurang lebih sama dengan udang, yaitu dengan harga sekitar Rp. 20.000,- dengan daeah pemasaran di Ibukota Distrik Okaba.

BAB IV

ANALISIS POTENSI

SUMBERDAYA DAN ISU

PEMASALAHAN

(23)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 22 Disamping itu, masyarakat pesisir tidak hanya memanfaatkan secara langsung dari alam dalam bentuk bahan mentah, akan tetapi juga sudah kegiatan pengolahan seperti pembuatan ikan kering dan ikan asap dan berbagai produk lainnya. Ini berkat adanya proyek CCDP-IPAD yang dapat memfasilitasi mereka untuk mendapatkan keterampilan berupa kegiatan pengolahan khususnya terhadap sumberdaya perikanan.

b. Kajian Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian masyarakat Kampung Iwol pada umumnya 98 % menggatungkan diri dari aktifitas nelayan/petani dan sebagiannya bekerja pada sektor jasa seperti pertukangan dan buruh bangunan

Pendapatan nelayan di Kampung Iwol berbeda-beda tergantung bagian yang mereka kerjakan, misalnya nelayan gill net memiliki penghasilan sekitar Rp 20.000–50.000/hari,Disamping itu, masyarakat nelayan juga mendapat tambahan pendapatan dari kegiatan pengolahan seperti kopra,ikan kering dan lain-lain.

Berikut adalah tabel jenis hasil tangkapan nelayan secara umum di Kampung Iwol

Tabel 4.1. Jenis Hasil Tangkapan Masyarakat di Kampung I w o l

No. Hasil

Tangkapan Jenis Alat Tangkap

Bulan Tangkap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Udang Jaring (Gill Net) - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Ikan Kakap Jaring (Gill Net) - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Ikan Kakap

Pasir

Jaring (Gill Net)

- - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4. Ikan Gastor Jaring (Gill Net) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5. Ikan Betik Jaring (Gill Net) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6. Ikan Mujair Jaring (Gill Net) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa umumnya ikan-ikan yang bisa ditangkap sepanjang tahun adalah ikan-ikan dasar, misalnya ikan gastor, ikan betik, mujair, kakap pasir.Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan jaring. Sedangkan ikan yang ditangkap di air tawar ada yang menggunakan jarring, jala maupun sero. Ikan hasil tangkapan nelayan dijual dengan harga yang berbeda-beda tergantung jenis tangkapannya.

c. Kalender Musim Penangkapan Ikan

Sama seperti halnya di wilayah lain yang ada di Indonesia, Kampung Iwol memiliki 2 musim yang bergantian sepanjang tahun, yaitu musim Barat dan musim

(24)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 23 Timur. Pada bulan-bulan pergantian musim (musim pancaroba) biasanya kondisi perairan cukup teduh sehingga memungkinkan nelayan untuk mencari ikan lebih banyak, terutama nelayan-nelayan yang menggunakan jaring, Kegiatan atau musim yang umumnya terjadi di Kampung Iwol dapat dilihat pada kalender musim berikut:

Tabel 4.2 Kalender Musim Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kampung Iwol

No. Hasil Tangkapan Bulan Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penghujan √ √ √ √ √ √

2 Kemarau Panas (puncak) √ √ √ √ √

3 Silih berganti (Hujan / panas)

√ √ √ √

4 Pancaroba √ √

5 Nelayan Melaut √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Pasang / Air besar √ √ √

7 Penghasilan bagus √ √ √ √ √ √ √

8 Masa Paceklik √ √ √

9 Nelayan tidak melaut √ √ √

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nelayan hampir setiap saat melaut dalam setahun kecuali bulan Januari – Maret. Hal ini berhubungan dengan musim penghujan dan pasang tinggi serta masa paceklik dalam penangkapan ikan. Sedangkan hasil tangkapan bagus berada pada bulan April – Oktober.

Aktifitas harian masyarakat di Kampung Iwol nampak bahwa sebagian besar waktunya digunakan untuk melaut, yaitu sekitar 5 –10 jam dalam sehari. Selebihnya digunakan untuk istirahat, nonton, olah raga dan mengurusi peralatan melaut.

4.2 Isu Permasalahan

a. Isu Pemanfaatan Sumberdaya

Mata pencaharian utama masyarakat pesisir di Kampung Iwol adalah nelayan. Banyak hal yang menjadi kendala dan permasalahan bagi nelayan dalam melakukan penangkapan ikan, misalnya: alat tangkap yang digunakan masih sederhana sehingga hasil tangkapan ikan kurang, cuaca yang tidak menentu (ombak besar), dan kurangnya pelatihan dan pendampingan mengenai bantuan alat yang diberikan oleh pemerintah.

(25)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 24

Gambar 4.2 Pohon Masalah Perikanan Tangkap di Kampung Iwol

Masyarakat Nelayan di Kampung Iwol tergolong rendah. Hal ini disebabakan oleh beberapa faktor yaitu hasil tangkapan ikan yang sangat kurang akibat terbatasnya wilayah penangkapan ikan.Nelayan tidak mampu menjangkau

daerah penangkapan yang lebih jauh karena tidak memiliki

kapal/perahu.Rendahnya pendapatan nelayan Kampung Iwol ini juga di sebabkan oleh lemahnya harga jual hasil perikanan karena tidak layaknya akses,sarana dan prasarana dalam pemanfaatan hasil perikanan.

b. Isu Sosial

Kampung Iwol merupakan bagian dari distrik Okaba, yang masyarakatnya masih sangat bergantung pada alam khususnya sumberdaya laut karena kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut untuk bidang industri dan jasa masih rendah dan masih terbatasnya infrastruktur pelayanan publik sehingga partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan belum optimal.

Kelembagaan pemerintah dan masyarakat di Kampung Iwol belum berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan kurangnya koordinasi antara pemerintah dengan masyarakat setempat mengenai kelompok dan bantuan yang telah diberikan di Kampung Iwol.

Masalah sosial lainnya yang ada di Kampung Iwol, yaitu sama dengan masalah umum di tempat yang lain mengenai lemahnya penegakan hukum dan kurangnya jaminan keamanan dalam berbagai kehidupan masyarakat.

Pendapatan Rendah

Lemahnya Daya Jual

Harga Jual Rendah

Banyak Pesaing

Hasil Tangkapan Sedikit

Fishing Ground Terbatas

Alat Tangkap Tradisional

(26)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 25

c. Isu Lingkungan

Isu lingkungan wilayah pesisir Kampung Iwol yang paling mendasar yaitu masalah sedimentasi yang berasal dari sungai terdekat yang ada di Kampung Okaba yang dapat menghambat fotosintesis pada fitoplankton yang akan memberikan dampak menurunnya kualitas air, seperti rendahnya oksigen terlarut dan rendahnya salinitas.

d. Isu Kelembagaan

• Tidak ada koperasi, padahal masyarakat sangat membutuhkan koperasi untuk simpan pinjam hasil penjualan ikan tangkapan.

• Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal pembayaran iuran pengisian bahan bakar mesin diesel untuk peneranga

• Kurangnya keterwakilan masyarakat Kampung Iwol di lembaga pemerintahan, sehingga kepentingan masyarakat Kampung Iwol cenderung terabaikan.

e. Isu Penegakan Hukum

• Pelayanan aparat keamanan di Kampung Iwol perlu ditingkatkan karena selama ini penegak hukum yang bertugas di wilayah tersebut jarang berkunjung, bahkan jika terjadi pelanggaran di tempat tersebut aparat yang bertugas tidak ada ditempat.

• Penegakan hukum kampong Iwol masih minim, karena akses dan barang bukti yang sulit.

• Keputusasaan masyarakat tentang penegakan hukum hingga hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah

Berdasarkan hasil survei diidentifikasi isu dan permasalan yang dihadapi penduduk di Kampung Iwol dalam upaya pengembangan dan pengelolaan Sarana dan prasarana yaitu :

1. Terjadi Degradasi sumberdaya wilayah pesisir (abrasi)

2. Kondisi sosial ekonomi masyakat tergolong rendah akibat terisolasi wilayahnya

3. Sulitnya aksesibilitas 4. Kurangnya permodalan.

(27)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 26 6. Minimnya fasilitas penunjang (alat tansportasi laut, sarana transfortasi darat

seperti jalan tani, pendidikan, kesehatan, air bersih dan penerangan).

7. Terbatasnya sarana dan prasaran yang dimiliki untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat khususnya nelayan/petani ikan

Peluang Pengembangan

Berdasarkan keragaan dan potensi yang dimiliki oleh Kampug Domande, maka peluang pengembangan ekonomi masyarakat yang potensial adalah:

1. Usaha penangkapan (gill net).

2. Usaha pengolahan hasil perikanan (ikan asin, ikan asap dan terasi). 3. Perkebunan kelapa (kopra dan minyak goreng) dan pisang

4. Peternakan kambing,sapi dan babi 5. Kerajinan menjahit, dan anyaman. 6. Wisata pantai pasir putih, dll.

(28)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 27

Kesimpulan

• Potensi sumberdaya pesisir dan laut di 6 Kampung di Distrik Malind dan Okaba cukup besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal

• Permasalahan yang berkembang saat ini adalah sarana dan perasarana penangkapan ikan masih sangat terbatas, termasuk pemasaran hasil tangkapan dan penanganan hasil tangkapan

• Kemampuan Sumberdaya Manusia masih sangat rendah

• Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir rendah sebagai akibat sulitnya usaha di wilayah yang mayoritas penduduk ekonomi lemah

• Kerusakan lingkungan (abrasi pantai) semakin parah

• Penentuan harga hasil tagkapan nelayan tidak ditentukan berdasarkan mekanisme pasar, masih ditentukan langsung oleh pedagang pengumpul yang menyediakan alat tangkap pada nelayan.

5.2 Saran

• Sarana dan Prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut agar masyarakat nelayan bisa mengoptimalkan usaha penangkapannya.

• Penyuluhan. Penyuluhan tentang manajemen keuangan dan pengelolaan usaha diharapkan agar kedepannya masyarakat lokal mampu hidup mandiri dan memiliki perekonomian yang baik. Penyuluhan tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan, agar masyarakat sekitar semakin sadar akan manfaat dari pengelolaan usaha dan keuangan yang baik, sehingga membuat masyarakat menjadi sejahtera.

• Pelatihan dan Pendampingan. Pelatihan penggunaan alat tangkap, pembuatan jaring, pelatihan penyimpanan (penanganan hasil tangkapan) ikan dan manajemen pemasaran. Hal ini bertujuan agar para masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terhadap kegiatan perikanan tangkap. Oleh sebab itu, pembangunan yang dilakukan tidak sia-sia. Disamping itu, ada pendamping yang konsisten dan berkelanjutan dari Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Merauke

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

(29)

Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat 28 • Pemberdayaan. Memberdayakan istri-istri nelayan dalam hal pengolahan hasil tangkapan untuk berbagai produk, misalnya ikan asin, terasi, ikan asap, bakso ikan, abon, keripik udang/ikan dan lain-lain.

• Pelestarian lingkungan pantai, dengan melarang

Gambar

Tabel 2.2.  Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Distrik di Kabupaten Merauke, 2014
Tabel 2.3.  Jumlah Penduduk Menurut Distrik dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke, 2014
Gambar 2.1. Data Distribusi frekuensi dan gambar wind rose  2.7 Geologi Dan Geomorfologi
Gambar 3.1 Wilayah Administrasi Kampung Iwol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metoda pengukuran waktu (Methods Time Measurement) atau MTM adalah merupakan pendekatan untuk menilai lama waktu atau durasi waktu kerja

Berdasarkan hasil analisis terhadap penyajian laporan keuangan Unit Akun- tansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W) Kementrian Pertanian Provinsi Nusa Tenggara

Selain masalah rendahnya produktivitas, menurut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan masalah lain yang ada di industri kelapa sawit adalah: (i) belum

melakukan beragam aplikasi tersebut. Seseorang juga bisa menemukan teman di Facebook dengan berbagai cara, antara lain dengan mengakses dan bergabung.. dalam sebuah jaringan

Analisa berdasarkan hasil morfometrik dan meristik menunjukkan bahwa tiga jenis ikan sapu-sapu asal sungai Ciliwung yang telah diidentifikasi merupakan satu

Pemecahan masalah kasus penyakit dalam pencegahan dan pengobatan kanker (Prevention- Treatment and Recovery) Bentuk nontes: - Tulisan makalah - Persentasi - Tanya

Langkah-langkah yang digunakan dalam brainstorming yaitu membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan, menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming, pemimpin kelompok