• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TERBIT TIGA KALI SETAHUN. Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TERBIT TIGA KALI SETAHUN. Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

AKAR MANIS (Glycyrrhiza glabra) TANAMAN OBAT

EKSPEKTORAN BERNILAI EKONOMI

Akar manis atau Licoric (Ameki-ka) atau Liquorice (Inggris) ada-lah simplisia yang dihasilkan dari akar Glycyrrhiza glabra dan

Glycyrrhiza inflata, dalam

peng-obatan tradisional digunakan

untuk ekspektoran dan peng-obatan tukak lambung, hepatitis C, penyakit paru-paru, serta kulit. Hasil penelitian menunjukkan Asam Glycyrrhizic (GA) dapat menghambat aktivitas virus HIV1,

virus hepatitis, avian infectious

bronchitis virus (IBV) dan efektif

menghambat replikasi dari dua isolat virus korona terkait SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam sel Vero. Nilai perdagangan dunia ekstrak tanaman ini pada tahun 2019 mencapai US $ 170.137 juta, dengan negara eksportir utama Turkmenistan, Iran, Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina. Industri farmasi di Indonesia mengimpor ekstrak akar manis dari beberapa negara produsen dengan nilai mencapai US$ 2,74 juta. Akar ma-nis merupakan bahan obat yang sebagian besar ditambang dari alam, pasokan dalam perdagang-an global berfluktuasi dperdagang-an cen-derung berkurang. Sebagai salah satu negara importir, Indonesia perlu mengantisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri karena selain untuk memenuhi industri, tanaman ini prospek- tif untuk pengobatan penyakit pernafasan yang saat ini sedang menjadi pandemi.

kar manis atau Licoric

(Amerika) atau Liquorice

(Inggris) adalah simplisia +

A

Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020

W

A R T A

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

TERBIT TIGA KALI SETAHUN

ISSN 0853 - 8204

PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

TANAMAN INDUSTRI

Sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2015/01/10/tanaman-akar-manis-ternyata-bisa-sembuhkan-diabetes

Gambar 1. a) Tanaman akar manis b) daun, batang, c) bunga, d) irisan batang akar manis (disebut akar manis), e) akar manis dihaluskan dan seduhan akar manis.

a

b

c d

(2)

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

2

yang dihasilkan dari akar

Gly-cyrrhiza glabra dan GlyGly-cyrrhiza inflata, merupakan tanaman sejenis

polong-polongan berasal dari Eropa Selatan dan beberapa bagian wilayah Asia. G. glabra ditemukan di Spanyol, Italia, Turki, Irak, Iran, Asia Tengah dan bagian barat laut Cina. Nama liquorice berasal dari bahasa Yunani kuno "Glykos rhiza," yang artinya “akar manis”. Akar manis merupakan tanaman tahunan dari famili Fabaceae, karena per-kembangan akarnya yang dapat me-ngurangi produksi tanaman utama,

maka akar manis digolongkan

sebagai gulma pada pertanaman gandum, kapas, kentang, bit dan pakan ternak. Berdasarkan daerah penyebarannya terdapat beberapa varietas akar manis yaitu G. glabra var. Typica (Licorice Spanyol) dan

G. glabra var. Glandulifera

(Li-corice Rusia), G. uralensis di-temukan di Asia Tengah, Mongolia dan Cina, sedangkan G. inflata

ditemukan di daerah Otonomi

Xinjiang Uygur Cina. Menariknya, semua 3 spesies Glycyrrhiza, yaitu

G. glabra, G. uralensis dan G. inflata, ditemukan di Xinjiang, Cina

(Yamamoto dan Tani 2006).

Akar Glycyrrhiza berwarna co-kelat, panjang dan silindris dan harus berumur 3 sampai 4 tahun sebelum dapat dipanen dan di-keringkan untuk ekstraksi. Ekstrak akar manis diperdagangkan sebagai pasta, blok atau bubuk kering semprot. Asam Glycyrrhizic (GA) atau Glycyrrhizin sebagai kompo-nen utama akar manis, merupakan saponin triterpenoid yang diklaim 30 - 50 kali lebih manis dari sukrosa dan digunakan dalam industri far-masi, makanan dan tembakau. In-dustri tembakau merupakan peng-guna utama ekstrak akar manis. Industri kembang gula diperkirakan menjadi pengguna terbesar kedua, disusul industri farmasi.

Akar manis memiliki sifat far-makologis yang bermanfaat seperti antiinflamasi, antivirus, antimikroba,

antioksidan, antikanker dan imuno-modulator. Akar manis yang dikenal sebagai kayu legi juga digunakan sebagai obat tradisional terutama untuk pengobatan tukak lambung, hepatitis C dan penyakit paru-paru dan kulit. Rimpang dan akar ke- ring akar manis telah digunakan se- bagai ekspektoran dan karminatif oleh orang Mesir, Cina, Yunani, India dan peradaban Romawi, juga digunakan sebagai opthalmia, anti sifilis dan antidisentri, gangguan pencernaan, tenggorokan kering, abses bengkak dan bertindak sebagai diuretik (Usmanghani, 1997). Di Jepang, GA telah digunakan se- lama lebih dari 40 tahun untuk pengobatan penyakit hati, khususnya untuk mengobati hepatitis kronis (Li, 2014).

Tahun 2019, nilai perdagangan dunia ekstrak tanaman ini mencapai US$ 170.137 juta, dengan negara eksportir utama Turkmenistan, Iran, Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina. Industri farmasi di Indonesia me-ngimport ekstrak akar manis dari beberapa negara produsen dengan nilai mencapai US$ 2,74 juta. Pada tahun 2017 Indonesia pernah meng-ekspor simplisia akar manis ke Iran, Turki, Belanda dan Jerman.

Deskripsi Tanaman

Akar manis (G. glabra) termasuk famili Fabaceae, berupa tanaman tahunan berbentuk terna dan dapat tumbuh tinggi sampai satu meter dengan daun yang tumbuh seperti sayap (pinnate) yang panjangnya 7 sampai 15 cm, dengan jumlah daun 9-17 helai dalam satu cabang. Bunga akar manis tersusun secara

in-florescens (berkelompok dalam satu

cabang), warnanya berkisar dari keunguan sampai putih kebiru-biruan serta berukuran panjang 0,8 - 1,2 cm. Buah akar manis berpolong dan berbentuk panjang 2 - 3 cm, dan

mengandung biji. Akar manis

tumbuh dengan baik di tanah yang dalam, subur, cukup air dan dalam

Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan serta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.

PELINDUNG : Kapuslitbang Perkebunan SYAFARUDDIN PENANGGUNG JAWAB : TEDY DIRHAMSYAH A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota ENDANG HADIPOENTYANTI Anggota : DONO WAHYUNO DYAH MANOHARA E. RINI PRIBADI OCTIVIA TRISILAWATI

IWA MARA TRISAWA HERNANI B. REDAKSI PELAKSANA

SUDARSONO ELFIANSYAH DAMANIK

YANASURYANA Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan.

Jln. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194 Sumber Dana :

DIPA 2O20 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

DAFTAR ISI

Informasi Komoditas

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektoran bernilai ekonomi ... 1 Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani sawit ... 5 Analisis curah hujan dan hari hujan dan dam- paknya terhadap perubahan pola iklim di IP2TP Sukamulya ... 9 Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum burmanii) asal Jambi ... 16 Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi air pada kawasan kemiri sunan (Reutealis trisperma) ... 20 Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet ... 24 Mengenal pala hutan Aceh Selatan ... 27 Budidaya kopi Liberika ”üsahatani berkelanjut- an dan ramah lingkungan” di tanah lahan gambut ... 30

Berita

Menteri Pertanian launching gerakan di- versifikasi pangan secara nasional ... 32 Pedoman bagi penulis ... 32

(3)

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

iklim yang penuh cahaya mata- hari. Biasanya dipanen pada musim gugur 2 atau 3 tahun setelah pe-nanaman. Zat yang terkandung di dalamnya adalah glycyrrhizin, Spe-sies G. uralensis adalah jenis akar manis yang paling banyak mengan-dung zat ini. Spesies lainnya yang berasal dari Amerika Utara ada-lah G. lepidopta dan G. uralensis tumbuh di daerah Cina biasa di-gunakan sebagai bahan baku obat-obatan.

Kandungan Kimia

Akar manis mengandung ber-bagai komponen kimia yaitu gula, flavonoid, sterol, asam amino, resin, pati, minyak atsiri dan saponin. Saponin utama mengandung asam glycyrrhizic atau glycyrrhizin (C42 H62 O16), terbanyak terdapat pada akar mencapai 6% - 20% berat kering. Asam amino yang terdapat pada akar manis adalah asam-2-beta-glycyrrhizic, asam glukuronat, asam glycyrrhetinic (enoxolone), tannic asam, asparagin, resin, minyak atsiri. Flavonoid seperti liquiritigenin, liquiritin, isoliquiritigenin, isoli-quiritin dan senyawa kumarin, se-perti herniarin dan umbelliferone. Flavonoid paling terkenal yang di-temukan oleh Organisasi Standar-disasi Internasional di akar manis adalah senyawa glabridin, gliserin flavon, glabren, glabryl, formono-netin, isoliquiritigenin. Daun akar

manis mengandung rotine dan

isoquercetin dan juga dihydro-stilbenes sebagai antioksidan. Kandungan senyawa organik pada akar manis berupa asam gli-siretinat yang berkhasiat sebagai ekspektoran dengan cara mengu-rangi kekentalan mukus untuk me-mudahkan pengeluaran dahak (Biz-zet, 1994), serta merupakan peng-hambat enzim 11β-hydroxysteroid dehydrogenase (11β-OHSD) type 2 yang berfungsi mengubah hor-mon kortisol menjadi horhor-mon korti-son. Konsumsi berlebihan dapat

menimbulkan simtoma diuresis dan lebih lanjut menyebabkan tekanan darah tinggi. Senyawa bioaktif dari tanaman akar manis yang berperan sebagai senyawa

antibakteri adalah adalah

n-Hexadecanoic acid yang merupakan golongan asam lemak dan 4H-Pyran 4-one 2,3 dihydro-3,5-dihydroxy-6 methyl dari golongan flavonoid.

Pemanfaatan Akar Manis Sebagai Ekspektoran dan Aktivitas Ga sebagai Antivirus Serta Gang-guan Pernafasan

Akar manis atau bahasa dae-rahnya kayu legi bukan merupakan tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan tradisonal di-gunakan sebagai ekspektoran (pe-luruh dahak). Dalam industri obat, akar manis merupakan komponen utama obat batuk hitam (OBH) dan permen pelega tenggorokan (Fornas, 1978). Sebagai obat batuk dire-komendasikan dengan dosis 1 x 10 gram akar/hari (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No-mor HK.01.07/MENKES/187/2017). Hasil penelitian menunjukkan GA dapat menghambat aktivitas virus

HIV1, virus hepatitis dan avian

infectious bronchitis virus (IBV)

pada manusia (Li et al. 2009). Pada tahun 2003, dilaporkan bahwa GA secara efektif menghambat replikasi dari dua isolat virus korona terkait SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam sel Vero. Modifikasi struktur GA, khususnya dengan memodifikasi turunan amida dan konjugat asam amino dapat meningkat aktivitas melawan SARS-CoV dan mengu-rangi peningkatan sitotoksisitas (Hoever et al. 2005). GA juga ber-guna untuk mengobati infeksi napasan dan sindrom gangguan per-nafasan akut (Jia et al. 2015; Li et

al. 2018; Yao et al. 2019). GA juga

dapat mengurangi cedera paru akut (Kong et al. 2019).

Nilai Ekonomi Akar Manis Akar manis diperdagangkan

da-lam bentuk terna, simplisia dan ekstrak. Dengan berkembangnya in-dustri obat dan penggunaannya, beberapa sumber melaporkan bahwa permintaan akar manis selalu me-ningkat akan tetapi data spesifik perdagangan dari masing-masing jenis produk akar manis sulit untuk diperoleh. Delapan puluh persen

Tabel 1. Ekspor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019

Negara eksportir

Ekspor tahun 2019 Tahun 2015 - 2019

Laju nilai ekspor 2018-2019 (%) Pangsa pasar (%) Nilai (US$ juta) Volume (ton) Harga satuan (US$/ ton) Laju nilai ekspor (%) Laju volume ekspor (%) Dunia 170.137 0 -5 2 -18 100 Perancis 27.559 3.333 8.269 15 14 -2 16,2 Uzbekistan 25.906 5.828 4.445 37 15,2 Iran 18.018 3.562 5.058 -3 4 -19 10,6 Jerman 17.507 2.613 6.700 -6 -5 0 10,3 Cina 16.534 2.591 6.381 -8 -4 -21 9,7 Turkmenistan 13.614 2.882 4.724 3 17 5 8 Amerika 13.078 986 13.264 -21 -22 -31 7,7 Uni Emirat Arab 10.693 1.750 6.110 2 20 -46 6,3 Belanda 9.578 1.170 8.186 14 8 13 5,6 Israel 5.232 0 -24 -51 3,1 Jepang 3.765 31 121.452 -6 -8 -20 2,2 Tajikistan 1.243 114 10.904 -10 -2 1 0,7 Azerbaijan 1.156 163 7.092 -17 1 9 0,7 Itali 1.132 153 7.399 33 60 19 0,7 Denmark 880 54 16.296 8 4 -23 0,5 Korea Selatan 608 6 101.333 3 15 3 0,4 Inggris 586 67 8.746 12 17 129 0,3 Rusia 549 77 7.130 192 109 85 0,3 Kazakhstan 525 89 5.899 100 112 -28 0,3 Negara Lainnya 1.974 257

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics.

(4)

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

4

akar manis yang diperdagangkan diperoleh dari penambangan ta-naman liar. Karena peningkatan permintaan, beberapa negara di Eropa seperti Perancis, Itali dan Spanyol mencoba untuk membudi-dayakannya, akan tetapi harga jual yang mereka peroleh tidak dapat bersaing dengan akar manis yang ditambang dari alam.

Pada tahun 2019 nilai per- dagangan akar manis mencapai US$ 170.137 juta. Diperkirakan se-pertiga perdagangan akar manis dunia dalam bentuk esktrak dan dua-pertiga dalam bentuk terna dan simplisia. Eksportir utama ekstrak akar manis adalah Perancis, Uzbe-kistan, Iran, Jerman dan Cina. Antara tahun 2015 sampai 2019 laju volume ekspor akar manis di pasar

dunia meningkat dengan laju

2%/tahun, akan tetapi laju nilai ekspornya turun sebesar 5%/tahun. Negara-negara eksportir dengan laju peningkatan nilai ekspor positif seperti Perancis dan Turmekistan, maka laju volume ekspornya juga meningkat. Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang dan Korea Selatan memperoleh harga jual esktrak yang lebih mahal dari negara lain, mungkin karena produk yang mereka hasilkan lebih tinggi mutunya (Tabel 1.)

Transparency Market Research memperkirakan antara tahun 2017 sampai 2025 laju pertumbuhan permintaan akar manis pasar global sebesar 4% per tahun. Uni Eropa menyumbang sekitar seperempat dari kebutuhan pasar global. Pro-duksi pemanis MAG (Mono

Ammo-nium Glycyrrhizinate) dari akar

manis adalah pendorong utama di balik pertumbuhan pasar (https:// www. cbi.eu/market-information/na-tural-food-additives/liquorice). Saat ini meskipun produksi MAG kecil, penggunaan MAG sebagai peng-ganti pada produk pemanis stevia

memiliki banyak potensi untuk berkembang.

Di Eropa permintaan akar manis terus meningkat dan diperkirakan akan terjadi kelangkaan pasokan ke pasar Eropa karena Cina, yang dulunya adalah pengekspor akar dan ekstrak, menjadi pengimpor. Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh peningkatan permintaan, tetapi juga oleh berkurangnya pasokan di Cina. Kebanyakan akar akar manis di-panen secara liar (ditambang) dan karena permintaan yang besar maka sumber daya yang ada menjadi langka. Sebagai perbandingan, pada

tahun 1990-an Cina mengekspor 8.000 - 10.000 ton akar manis (baik akar maupun ekstrak), sedangkan ekspor turun menjadi sekitar 3.500 ton pada tahun 2006 dengan impor meningkat menjadi lebih dari 4.000 ton. Perkembangan ini memenga-ruhi ketersediaan ekstrak akar manis untuk digunakan di Eropa.

Indonesia adalah salah satu ne-gara importir ekstrak akar manis, dengan volume 2% dari total im- por ekstrak akar manis dunia. Pada tahun 2019, impor akar manis In-donesia senilai US$ 2,74 juta de-ngan volume sebanyak 227 ton. Tabel 2. Impor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019

Negara Importir Impor tahun 2019 Laju impor 2015 - 2019 (%) Laju nilai impor 2018-2019 (%) Pangsa terhadap impor dunia (%) Perkir aan tarif masu k (%) Nilai (US$ 1.000) Volume (ton) Harga/ satuan (US$/ ton) Nilai Volume Dunia 138.010 20.464 6.744 -3 1 -16 100 Jerman 27.016 4.296 6.289 -5 -3 -6 19,6 0,8 Cina 24.518 4.943 4.960 3 9 34 17,8 5,8 Belanda 15.084 2.024 7.453 14 18 -3 10,9 0,8 Amerika 13.442 1.679 8.006 -6 -1 -50 9,7 1,5 Perancis 11.899 1.935 6.149 5 9 -39 8,6 0,8 Jepang 5.338 408 13.083 -2 9 18 3,9 0 Inggris 2.987 415 7.198 3 3 15 2,2 0,8 Finlandia 2.861 435 6.577 -2 -3 -16 2,1 0,8 Indonesia 2.735 227 12.048 -2 -4 -8 2 4,7 Itali 2.734 704 3.884 -3 10 1 2 0,8

Uni Emirat Arab 2.680 509 5.265 79 332 1,9 4,5

Rusia 2.574 166 15.506 -8 -12 -15 1,9 3,2 Polandia 1.949 213 9.150 -20 -11 -32 1,4 0,8 Turki 1.935 182 10.632 -3 -2 -48 1,4 1,7 Austria 1.687 216 7.810 66 63 39 1,2 0,8 Kanada 1.409 229 6.153 6 7 -3 1 0 Slovakia 1.235 208 5.938 -4 -6 -9 0,9 0,8 Thailand 1.161 82 14.159 -5 -11 -28 0,8 3,7 Singapura 1.125 126 8.929 4 10 -43 0,8 0 Negara Lainnya 13.637 1.467

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics

Tabel 3. Impor ekstrak akar manis Indonesia tahun 2015 sampai 2019

Negara Eksportir Impor tahun 2019 Laju impor 2015 - 2019 (%) Laju nilai impor 2018-2019 (%) Rata-rata tarif yang ditetapkan oleh Indonesia (%) Nilai (US$ 1.000) Pangsa terhadap impor Indonesia (%) Volume (ton) Harga/s atuan (US$/ ton) Nilai Volume Dunia 2.735 100,00 227 12.048 -2 -4 -8 Cina 1.641 60,00 169 9.710 10 7 -19 0 Jepang 478 17,50 1 478.000 65 17 0 Jerman 298 10,90 45 6.622 -10 -8 -22 5 Amerika 271 9,90 9 30.111 -35 -39 125 5 Iran 21 0,80 2 10.500 16 15 -1 5 Perancis 11 0,40 0 30 618 5 Malaysia 7 0,30 0 321 0 Belanda 5 0,20 0 24 5 Swiss 3 0,10 0 -2 1 5

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics Penulisan Cina Cina

(5)

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Harga beli satuan akar manis yang diimpor ke Indonesia cukup mahal dibandingkan dengan negara Im-portir lainnya (Tabel 2).

Antara tahun 2015 sampai 2019, Indonesia mengimpor ekstrak akar manis antara lain dari Cina, Jepang, Jerman, Amerika dan Iran. Cina dan Iran adalah wilayah yang meng-hasilkan akar manis, sedangkan Jepang, Jerman dan Amerika bukan penghasil herba akar manis, mereka adalah negara importir akar manis dan mengolahnya menjadi ekstrak yang bernilai jual tinggi.

Glycyrrhizin adalah obat resep yang digunakan dalam pengobatan penyakit hati dan alergi di Jepang, diproduksi sebagai sediaan injeksi dan dalam bentuk tablet dan telah tersedia di pasar Jepang selama lebih dari 60 tahun tahun. Obat tersebut juga diekspor ke Cina, Korea, Tai-wan, Indonesia, India dan Mongolia dimana prevalensi virus hepatitis B dan C relatif tinggi ( http://www.mi-nophagen. co .jp/en/index.html), mungkin karena diperdagangkan dalam bentuk siap pakai maka pro-duk akar amanis yang dimpor In-donesia dari Jepang harga satuannya paling mahal dibandingkan harga jual ekstrak akar manis dari negara lainnya (Tabel 3).

Ekstrak akar manis Cina paling dihargai oleh industri farmasi,

karena mengandung persentase

Asam Glycyrrhizic tertinggi. Cina terutama menanam G. inflata dan G.

uralensis. Ekstrak akar manis

memiliki profil rasa yang unik dan sulit untuk diganti. Oleh karena itu, produsen makanan terus membeli ekstrak akar manis bahkan ketika harga sedang tinggi. Dilain pihak akar manis bisa menjadi langka dan mahal jika dipanen secara berlebihan, selain itu ekstraksi akar manis membutuhkan investasi yang signifikan. Kelangkaan di pasar ekstrak akar manis memberikan peluang bagi pemasok baru

Kelangkaan pasokan akar manis dari beberapa negara importir ke Indonesia perlu diantisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri. Indonesia pernah melakukan ekspor simplisia akar manis ke Iran, Turki, Belanda dan Jerman dengan volume ekspor 1.116 kg sampai 26.170 kg simplisia (BPS, 2017 dan 2019), akan tetapi wilayah produksinya tidak diketahui pasti. Dengan demikian, peluang pengembangan akar manis di Indonesia sangat memungkinkan untuk dilakukan. Selain untuk memasok Industri yang

selama ini telah menggunakan, dengan adanya Pandemi Covid-19

akar manis diharapkan dapat

dikembangan lebih lanjut membantu

mengatasi pengobatan masalah

pernafasan karena akar manis telah teruji sebagai ekspektorant dan antivirus.

Penutup

Akar manis merupakan tanaman obat sudah digunakan dalam sistem kesehatan formal dan Kemenkes telah merekomendasikan sebagai obat batuk. Kelangkaan pasokan akar manis dari beberapa negara importir ke Indonesia perlu di-antisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri. Selain untuk mema-sok industri yang selama ini telah menggunakannya, dengan adanya Pandemi Covid-19 akar manis di-harapkan dapat dikembangan lebih lanjut untuk membantu pengobatan pernafasan karena akar manis telah teruji sebagai ekspektoran dan anti virus.

KEPEMILIKAN SERTIFIKAT ISPO SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI SAWIT

Kelapa sawit di Indonesia paling banyak diusahakan oleh pekebun rakyat dan diprediksi tahun 2030 presentase kepemilikannya bisa mencapai 60%. Pembangunan ke-lapa sawit ke depan diharapkan berkelanjutan, khususnya dalam dimensi ekonomi, sosial dan ling-kungan. Pembangunan kelapa sawit berkelanjutan ditingkat

pengusaha direpresentasikan dari kepemilikan ISPO. Sementara da-lam pelaksanannya masih ada pengusaha yang belum mendapat-kannya, terutama di tingkat pe-kebun rakyat. Untuk mengatasi-nya Pemerintah memfasilitasi dengan mengeluarkan PP No 44 tahun 2020.

erkebunan sawit awalnya dimiliki oleh pemerintah dan swasta pada tahun 1970 dengan luasan masing-masing se-besar 86.640 ha dan 46.658 ha. Sementara kebun sawit rakyat mulai terdata tahun 1979 dengan luasan 3.125 ha. Pada tahun 2019 kebun

P

(6)

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

6

sawit milik rakyat berkembang menjadi 5.958.502 ha (40,60%) dan swasta bertambah menjadi 8.085.134 ha (55,09%). Sementara perkebun- an sawit milik negara pada tahun yang sama luasannya hanya se- besar 633.924 ha (4,32%) (Statis- tik Perkebunan. 2019). Dengan per-kembangan yang sangat cepat ini, tidaklah heran jika industri kelapa sawit Indonesia menjadi topik yang menarik perhatian masyarakat dunia (Purba, 2017).

Perkebunan sawit akan semakin berkembang, terutama pada per-kebunan kelapa sawit milik rakyat. Perkiraan PASPI (2017) tahun 2030 pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat diproyeksikan meningkat menjadi 60 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional. Oleh karena itu masa depan per-kebunan kelapa sawit Indonesia terletak pada perkebunan sawit

rakyat. Namun demikian,

per-kebunan kelapa sawit kecil masih menghadapi dua tantangan utama, yaitu (a) bagaimana meningkatkan produktivitas dan (b) pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development Goals)

terdapat dalam platform

pem-bangunan global 2015-2030 yang ditetapkan oleh masyarakat dunia melalui United Nations pada tahun 2015. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga dimensi yakni ke-berlanjutan secara ekonomi

(eco-nomic sustainability), sosial (social sustainability) dan lingkungan (en-vironment sustainability). Ketiga

dimensi tersebut memiliki proporsi yang seimbang dalam menyumbang kualitas sustainability. World Bank

(2013) mengungkapkan bahwa ke-berlanjutan tidak cukup hanya ber-tumbuh "hijau" (green growth) tetapi juga haruslah bersifat menyeluruh

Tim Riset PASPI (2017) menge-mukakan inklusifitas ekonomi dari kebun sawit selain kontribusinya dalam devisa juga tercermin dari peranan/kontribusinya dalam: pem-bangunan kawasan pedesaan, men-ciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan pedesaan dan dampak multiplier ekonomi perkebunan sawit. Demikian juga inklusifitas sosial kebun sawit tercermin dari: penyerapan tenaga kerja pedesaan, mengurangi ke-miskinan. Sedangkan inklusifitas ekologi kebun sawit antara lain ditunjukan oleh peranannya sebagai “paru-parunya” ekosistem yang me-nyerap dan mengurangi karbon-dioksida serta menghasilkan oksi-gen ke atmosfer bumi. Dengan in-klusifitas ekonomi, sosial dan eko-logis perkebunan sawit maka man-faat ekonomi, sosial dan ekologi

kebun sawit tidak hanya dinikmati oleh mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan kebun sawit tetapi juga dinikmati oleh masyarakat umum yang tidak terlibat secara langsung dengan kebun sawit.

Keragaan Kelapa Sawit Indonesia

Perkebunan kelapa sawit ter-masuk industri padat karya dan

produknya banyak memberikan

manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu keberlangsungan perke-bunan sawit akan memengaruhi: (i) kesejahteraan masyarakat yang ter-libat langsung dalam industri sawit, dan (ii) masyarakat sebagai kon-sumen yang menikmati produk berbahan baku kelapa sawit. Per-kembangan masyarakat yang terlibat langsung dalam industri sawit baik sebagai petani maupun sebagai tenaga kerja dalam tiga tahun ter-akhir (2017-2019) mengalami pe-ningkatan. Petani yang mengusaha-kan tanaman sawit meningkat dari

Tabel 1. Perkembangan jumlah petani dan jumlah tenaga kerja 2017-2019

Pulau Tahun 2017 2018 2019 Petani (KK) Tenaga kerja (org) Petani (KK) Tenaga kerja (org) Petani (KK) Tenaga kerja (org) Sumatera 1.987.271 2.104.738 2.025.036 2.149.119 2.068.676 2.210.613 Jawa 7.199 14.421 7.602 14.413 7.870 14.568

Bali + Nusa Tenggara 0 0 0 0 0 0

Kalimantan 459.870 2.006.458 470.558 2.039.721 486.514 2.072.695

Sulawesi 98.309 144.936 99.465 149.046 101.631 154.751

Maluku + Papua 65.478 70.304 71.149 69.927 76.506 74.122

Indonesia 2.618.127 4.340.848 2.673.810 4.422.226 2.740.747 4.526.713

Sumber: Statistik Perkebunan

Tabel 2. Keragaan kelapa sawit Indonesia

Tahun Luas areal (juta ha) Produksi CPO (ton) Produktivitas CPO (ton/ha)

Vol ekspor CPO dan produk turunannya (000 Ton) 2015 11.260 31.069 3.15 32.543 2016 11.201 31.731 3.23 28.493 2017 14.049 37.965 3.17 33.519 2018 14.326 42.884 3.37 34.597 2019 14.724 45.861 3.44 35.593 Trend 7,41 10,42 2,27 2,82

(7)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

2.618 127 KK pada tahun 2017 menjadi 2.740.747 KK pada tahun 2019. Jumlah tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan budidaya sawit meningkat dari 4.340.848 orang pada tahun 2017 menjadi 4.526.713 orang pada tahun 2019 (Tabel 1).

Tanaman sawit tidak diusahakan di Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Sebaliknya pulau Sumatera me-rupakan pulau yang paling banyak petani dan tenaga kerja yang terlibat dalam perkebunan sawit. Hal ini bisa terjadi karena 56% tanaman sawit berada di Pulau Sumatera. Kali-mantan termasuk pulau kedua ter-besar luas lahan sawitnya (38%), tetapi dari perbandingan jumlah petani lebih sedikit sedangkan tenaga kerjanya lebih besar di-bandingkan pulau Sumatera. Hal ini bisa diartikan kepemilikan kebun sawit di Pulau Kalimantan lebih banyak diusahakan oleh pengusaha atau non petani.

Perkembangan kelapa sawit

dalam lima tahun terakhir cukup mengembirakan. Hal ini direpresen-tasikan dari perkembangan luas areal, produksi dan volume ekspor mengalami peningkatan. Dalam ku-run waktu 2015 sampai 2019 pro-duksi CPO mengalami kenaikan rata-rata 10,42% pertahun (Tabel 2). Kenaikan produksi CPO disebabkan bertambahnya luas areal tanaman sawit rata-rata 7,41% pertahun dan meningkatnya produktivitas kelapa sawit rakyat sebesar 2,27% pertahun. Meningkatnya produksi CPO ber-dampak pada meningkatnya volume ekspor CPO dan produk turunannya sebesar 2,82% pertahun.

Meskipun produktivitas CPO

mengalami kenaikan, tetapi masih jauh dari segi potensi produksi yang bisa menghasilkan 5 sampai 6 ton

CPO/ha. Selain masalah rendahnya produktivitas, menurut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan masalah lain yang ada di industri kelapa sawit adalah: (i) belum ada satu data dan satu peta yang menjadi acuan bersama, (ii) terindikasi 3 juta ha lahan sawit berada dalam kawasan hutan, (iii) masih ada kebun sawit yang belum mempunyai legalitas, (iv) perlu di-tingkatkan lagi harmonisasi antara perkebunan besar, swasta dan rakyat, (v) belum sesuai pembangunan per-kebunan dengan prinsip berkelanjut-an (sustainable), (vi) tuntutberkelanjut-an dari negara konsumen khususnya dari Uni Eropah dan (vii) potensi sum-berdaya untuk energi terbarukan belum maksimal.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan menjadi issue penting untuk dilaksanakan, pe-merintah telah mengeluarkan Ins-truksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang Ren-cana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan tahun 2019-2024. Dalam pelaksanaan In-pres tersebut melibatkan beberapa institusi, khusus untuk rencana aksi di Kementerian Pertanian adalah:

1. Melakukan penguatan data

dasar perkebunan kelapa sawit berkoordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Ke-hutanan, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan In-formasi dan Geospasial seseuai dengan kewenangan.

2. Meningkatkan sosialisasi ten-tang regulasi dan kebijakan terkait usaha perkebunan kelapa

sawit berkelanjutan bagi pe-kebun dan pemangku kepen-tingan lainnya.

3. Meningkatkan kepatuhan hu-kum pelaku usaha dalam usaha perkebunan kelapa sawit secara koordinatif.

4. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pekebun dalam menggunakan benih bersertifi-kat dan menerapkan praktik budidaya yang baik (Good

Agricultural Practices).

5. Meningkatkan akses pendana-an peremajapendana-an tpendana-anampendana-an bagi pekebun.

6. Mendorong percepatan pem-bentukan dan penguatan ke-lembagaan pekebun.

7. Meningkatkan penyuluhan per-tanian di kawasan sentra pro-duksi kelapa sawit.

8. Melaksanakan pencegahan ke-bakaran kebun dan lahan yang berkoordinasi dengan kemen-terian/lembaga daerah serta instansi lain terkait.

9. Melaksanakan penurunan emisi gas rumah kaca di kebun dan lahan.

10. Mendorong pemanfaatan lim-bah kelapa sawit untuk me-ningkatkan rantai nilai ekonomi 11. Mendorong percepatan realisasi kewajiban perusahaan dalam memfasilitasi pembangunan ke-bun kelapa sawit berkelanjutan bagi masyarakat

12. Melakukan sosialisasi Serti-fikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

(Indo-nesia Sustainable Palm Oil/

ISPO) untuk pemangku ke-pentingan nasional dan me-lakukan percepatan pelaksanaan Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

(8)

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

8

(Indonesia Sustainable Palm

Oil/ISPO) untuk perusahaan

dan pekebun.

Inpres Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Ber-kelanjutan kemudian diteruskan pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Ber-kelanjutan. Perpres ini bertuju-an untuk meningkatkbertuju-an pbertuju-angsa pasar dan daya saing produk kelapa sawit Indonesia, serta mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga menjadi-kannya bagian dari kebijakan iklim Indonesia. Sertifikasi ISPO adalah rangkaian kegiatan penilaian ke-sesuaian terhadap Usaha Perkebunan Kelapa Sawit yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa produk dan/atau tata kelola Per-kebunan Kelapa Sawit telah me-menuhi prinsip dan kriteria ISPO.

Dalam Perpres tersebut sertifikat ISPO dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi sehingga proses serti-fikasi ISPO kini dapat menjadi lebih independen. Pengajuan Sertifikasi ISPO wajib dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan mulai dari pelaku budidaya, pengolahan hasil atau gabungan antara budidaya dan pengolahan hasil kelapa sawit. Pengajuan sertifikasi oleh petani bisa dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Dalam pengajuan ter-sebut petani harus melampirkan dokumen tanda daftar usaha per-kebunan dan hak atas tanah.

Kewajiban, Persyaratan dan Penilaian Sertifikat ISPO

Dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2020 tentang Sistem Ser-tifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan disebutkan bahwa usaha perkebunan sawit wajib me-miliki sertifikat ISPO. Usaha per-kebunan sawit yang sudah memiliki sertifikat ISPO menandakan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit tersebut sudah memiliki produk dan tata kelola perkebunan kelapa sawit yang telah memenuhi prinsip dan kriteria ISPO yang layak secara ekonomi, sosial budaya dan ramah lingkungan.

Pengajuan sertifikat ISPO dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Persyaratan atau do-kumen yang diperlukan bagi yang mengajukan secara perorangan ada-lah: (i) tanda daftar usaha perke-bunan dan (ii) hak atas tanah. Doku-men yang diperlukan untuk peng-ajuan secara berkelompok adalah: (i) izin usaha perkebunan, (ii) hak atas tanah, (iii) iizn lingkungan dan (iv) penetapan penilaian usaha per-kebunan dari pemberi izin usaha perkebunan.

Permohonan Sertifikasi ISPO di-sampaikan oleh pelaku usaha kepada Lembaga Sertifikasi ISPO. Lembaga Sertifikasi ISPO melakukan Serti-fikasi ISPO dengan menilai peme-nuhan prinsip yang meliputi: i. kepatuhan terhadap peraturan perun-dang-undangan; ii. penerapan prak-tik perkebunan yang baik; iii. Pe-ngelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; iv. tanggung jawab ketenaga kerjaan; v. tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi ma-syarakat; vi. penerapan transparansi; dan vii. peningkatan usaha secara berkelanjutan.

Dampak Kepemilikan Sertifikat Ispo Terhadap Kesejahteraan Petani Sawit

Petani kelapa sawit yang me-miliki sertifikat ISPO, tentunya sudah menerapkan 7 prinsip yang ada dalam sertifikat ISPO. Pene-rapan prinsip tersebut bisa ber-dampak pada peningkatan kesejah-teraan,yang direpresentasikan dari: (i) meningkatnya produksi dan pro-duktivitas TBS karena petani mem-buka lahan, menggunakan benih unggul bersertifikat, mengendalikan hama terpadu, menggunakan pesti-sida, aplikasi pupuk dan manajemen panen serta pasca panen dilakukan berdasarkan rekomendasi budidaya, (ii) jaminan rantai pasok TBS dari petani yang sudah ISPO ke PKS yang sudah ISPO, sebagai salah satu persyaratan ekspor serta mening-katkan daya saing kelapa sawit Indonesia di pasar internasional, (iii) memudahkan petani sawit memin-jam modal usaha ke pihak per-bankan, karena lahan sawitnya sudah bersertifikat.

Penutup

Masalah lingkungan menjadi

salah satu persyaratan yang di-perlukan dalam mengekspor CPO ke luar negeri. Untuk mengatasinya

pemerintah sudah menerbitkan

Inpres no 6 tahun 2019 dan Perpres no 44 tahun 2020. Kedua peraturan tersebut berisikan tentang

Indone-sian Sustainable Palm Oil (ISPO)

yang layak ekonomi, layak sosial budaya dan ramah lingkungan. Sertifikat ISPO diwajibkan bagi pelaku usaha baik secara perorang-an maupun perusahaperorang-an atas tperorang-anah.

(9)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Sementara ditingkat petani hak atas tanah ini masih menjadi persoalan. Oleh karena itu perlu dukungan dari pemerintah untuk membantu petani dalam memperoleh hak atas tanah

tersebut. Selain meningkatkan pro-duktivitas yang mengacu pada budidaya sawit berdasarkan panduan GAP, Sertifikasi lahan dalam mendapatkan sertifikat ISPO juga

menjadi sebuah keniscayaan dalam mensejahterakan petani sawit.

ANALISIS CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

DI IP2TP SUKAMULYA

Instalasi Penelitian dan Pengem-bangan Teknologi Pertanian (IP2-TP) Sukamulya mempunyai tipe iklim A menurut Schmidt-Fergu-son dan B2 menurut Odeman. Analisis data selama 20 tahun dari tahun 2000 sampai 2019 ini di-dapat rata-rata curah hujan 2.733 mm/tahun dan hari hujan 131 hh/tahun, jumlah bulan basah 6 bulan dan jumlah bulan kering 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terjadi perubahan tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson yang semula A berubah menjadi B dan menurut Oldeman dari B2 ber-ubah menjadi C2. Perber-ubahan tipe iklim ini tentunya mempunyai dampak tersendiri bagi mandat kebun untuk melaksanakan pe-nelitian, konservasi plasma nutfah dan produksi khususnya tanaman rempah, obat dan atsiri dataran rendah. Beberapa tanaman man-dat seperti tanaman lada (Piper

nigrum L.) dan tanaman vanili

(Vanilla planifolia Andrews) ma-suk dalam kategori Sesuai sedang-kan tanaman Pala (Myristica

fra-grans Houtt) masuk dalam

kate-gori Amat Sesuai untuk dibudi-dayakan di IP2TP Sukamulya.

ecara geografis Instalasi Pe-nelitian dan Pengkajian

Tek-nologi Pertanian (IP2TP)

Sukamulya terletak di kampung Kebon Jeruk Desa Sukamulya, Ke-camatan Cikembar Kabupaten Suka-bumi, Provinsi Jawa Barat. Luas la-han 48,56 ha, berada pada ketinggi-an 350 meter dari permukaketinggi-an laut (m dpl), jenis tanah Latosol Merah Kecokelatan dan topografi datar hingga berlereng, dengan tipe iklim A menurut Schmidt-Ferguson dan B2 menurut Oldeman (Pasril Wahid, 1987). Pada awal didirikan kebun ini merupakan kebun karet milik PT. Eisai Indonesia, pada tahun 1982 ditukar dengan tanah milik Kemen-terian Pertanian seluas 3 ha yang berada di daerah Cibinong Bogor yang selanjutnya dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri (Puslibangtri) dan dijadikan kebun tempat pelaksanaan penelitian tanaman rempah dan obat di bawah pengelolaan Balai Pene-litian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor. Pada tahun 2006 kebun ini mengalami perubahan dimana pada saat itu pengelolaannya dibawah Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman In-dustri (Balittri) Pakuwon Sukabumi. Namun seiiring berjalannya waktu dan berbagai kebijakan dari Badan Penelitian dan Pengembangan

Per-tanian, pada tahun 2012 kebun ini kembali dikelola di bawah naungan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor. Sejak dibukanya kebun tahun 1982 yang kemudian mendapat sertifikat hak guna pakai No. 1 dan 2/UP/BPN/1988 dari Ke-pala Badan Pertanahan Nasional tanggal 6 Desember 1988. Kebera-daan IP2TP Sukamulya milik pe-merintah ini cukup membantu ba-nyak pihak dalam memberikan infor-masi inovasi baru dibidang per-tanian, khususnya tanaman rempah, obat dan atsiri dataran rendah.

Analisis data curah hujan dan hari hujan diperlukan oleh IP2TP Sukamulya untuk menunjang dan meningkatkan fungsinya sebagai tempat penelitian, konservasi plas-ma nutfah dan produksi khususnya tanaman rempah, obat dan atisiri da-taran rendah serta untuk mendu-kung perencanaan dan pengem-bangan fisik di bidang pertanian. Analisis data curah hujan dan hari hujan diperlukan untuk mengetahui jeluknya (rainfall), jujuh hujan (rainfall duration) dan kelebatan hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat hujan tersebut penting diketahui karena berperan atas terjadinya limpasan air (run off), erosi dan

S

(10)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

10

dapat menentukan dan berpengaruh pada kejadian alam dan lain-lainnya. Pendataan hujan dan unsur iklim lainnya sering diperlukan untuk menunjang penelitian yang ber-kenaan dengan alam.

Klasifikasi Zona Iklim

Unsur iklim yang memengaruhi pertumbuhan tanaman adalah hujan, suhu, angin, kelembapan dan sinar matahari. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan in-filtrasi. Hujan merupakan komponen utama daur air dan sumber air utama suatu wilayah. Curah hujan yang kecil akan mengakibatkan kese-imbangan air di suatu wilayah me-ngalami defisit yang cukup besar, terutama di wilayah tropis yang laju evaporasinya cukup besar. Variabel hujan (presipitasi) yaitu: curahan (tebal), lama (durasi) dan intensitas hujan merupakan variabel atau faktor penting dalam pengendalian air limpasan permukaan dan rekayasa konservasi tanah dan air (Mawardi, 2012).

Untuk daerah tropis seperti In-donesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertum-buhan dan produksi tanaman per-tanian. Selain hujan, unsur iklim yang memengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, ke-lembapan dan sinar matahari. Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Namun demikian karena

Indonesia meliputi kawasan yang sangat luas, maka pola hujan yang jatuh di wilayah Indonesia sangat beragam, dipengaruhi oleh kondisi topografi dan geografi wilayah masing-masing (Munawara, 2015). Menurut Lukman dan Cipta (2015) perubahan iklim berdasarkan sistem klasifikasi agroklimat bisa terjadi pada satu dekade (10 tahun), contoh pada IP2TP Cicurug yang tadinya menurut Oldeman masuk kategori tipe iklimnya A berubah menjadi B2. Perubahan kondisi iklim di muka bumi disebabkan rotasi dan revolusi bumi serta adanya perbedaan garis lintang dari setiap region di dunia (Hartono, 2007). Ada beberapa macam tipe iklim, yang akan dibahas

di sini adalah dua tipe iklim yang

berhubungan dengan perubahan

iklim di IP2TP Sukamulya yaitu :

1. Iklim Schmidt-Ferguson

Khusus untuk keperluan di

bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt-Ferguson membuat peng-golongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklafisian iklim ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap

setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan basah, lembap dan kering (Utoyo, 2009). Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 60 mm. Bulan lembap adalah bulan-bulan yang memiliki curah hujan antara 60 - 100 mm. Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki curah hujan lebih dari 100 mm (Utoyo, 2007).

Klasifikasi Schmidt-Ferguson se-ring disebut Q model, didasarkan atas indeks nilai Q (Pakpahan, et al., 2009) dimana :

Rata-Rata Bulan Kering

Q = --- x 100% Rata-Rata Bulan Basah

Bulan basah jika curah hujan > 100 mm Bulan kering jika curah hujan < 60 mm Bulan lembap jika curah hujan 60-100 mm

Schmidt-Ferguson membagi

Iklim Indonesia menjadi 8 tipe, sebagaimana tertera pada Tabel berikut ini:

Nama Iklim

Kategori Iklim Nilai Q (%)

A Sangat basah 0-≤14,3 B Basah ≥14,3 - ≤33,3 C Agak basah ≥33,3 - ≤60 D Sedang ≥60 - ≤100 E Agak kering ≥100 - ≤167 F Kering ≥167 - ≤300 G Sangat kering ≥300 - ≤700 H Luar biasa kering ≥700

Zona A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan

Zona B1 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering Zona B2 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering Zona C1 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering Zona C2 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering Zona C3 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering Zona D1 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering Zona D2 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering Zona D3 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering Zona D4 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan Kering Zona E1 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering Zona E2 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering Zona E3 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering Zona E4 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering

(11)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

2. Iklim Oldeman

Tipe iklim yang dikembangkan oleh Oldeman ditunjukkan untuk keperluan budidaya tanaman atau pertanian. Dasar klasifikasi iklim yang digunakan Oldeman sama

dengan yang digunakan oleh

Schmidt-Ferguson yaitu hanya yang didasarkan pada curah hujan. Berdasarkan data curah hujan, Oldeman membagi wilayah iklim menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut :

Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berturut- turut

Iklim B : Jika terdapat 7 - 9 bulan basah berurutan

Iklim C : Jika terdapat 5 - 6 bulan basah berurutan

Iklim D : Jika terdapat 3 - 4 bulan basah berurutan

Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan Batasan bulan basah yang di-gunakan Oldeman berbeda dengan Schmidt-Ferguson, yaitu suatu bulan yang memiliki curah hujan sekurang kurangnya 200 mm, jumlah tersebut cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan palawija diper-lukan jumlah curah hujan minimal perbulannya 100 mm. Selain di-dasarkan pada bulan basah, Oldeman juga memperhitungkan bulan kering yang ditempatkan sebagai sub region dari kelima tipe tersebut, simbol yang digunakan tidak lagi berupa hurup tetapi berupa angka. Suatu bulan dikatakan bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm per bulan.

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukan jenis-jenis tanaman

yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya, oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Perubahan iklim merupakan tantangan dan ancam- an nyata sektor pertanian dalam menjaga keberlangsungan produksi pangan (Munawara, 2015). Hasil pertanian selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim. Kompleksnya karak-teristik dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas. Hal ini bisa terjadi karena iklim merupakan kondisi alam dalam

wilayah yang luas sehingga manusia tidak dapat mengendalikan iklim maupun cuaca yang akan terjadi. Namun manusia dapat mensiasati hal itu dengan menanam jenis tanaman yang sesuai misalnya bawang merah dan bawang putih ditanam pada musim kemarau, padi ditanam pada musim hujan dan lain sebagainya.

Pendekatan yang paling efektif untuk memanfaatkan sumberdaya iklim adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket teknologi- nya dengan kondisi iklim setem- pat. Penyesuaian tersebut harus berdasarkan pada pemahaman ter-hadap karakteristik dan sifat iklim Tabel 1. Data curah hujan (mm) bulanan dari tahun 2000 s/d 2019 (20 tahun) di

IP2TP Sukamulya

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total CH 2000 550 410 351 303 225 15 40 75 75 205 165 280 2.694 2001 325 282 240 295 70 115 185 128 128 222 473 65 2.528 2002 228 250 200 210 40 80 150 0 0 29 126 325 1.638 2003 110 241 291 244 98 35 0 35 35 60 210 265 1.624 2004 253 172 320 279 142 208 86 168 169 66 365 476 2.704 2005 154 415 318 179 213 395 68 318 318 184 465 309 3.335 2006 321 205 326 511 71 19 36 0 0 17 262 617 2.384 2007 192 664 181 445 164 214 43 14 0 120 310 733 3.079 2008 194 308 401 276 90 108 0 123 42 256 476 572 2.845 2009 331 267 247 262 197 149 0 0 97 275 436 328 2.589 2010 300 329 363 57 486 516 476 170 480 579 501 577 4.834 2011 189 91 158 52 248 76 155 9 35 97 565 180 1.855 2012 533 665 334 517 102 44 12 0 17 242 382 387 3.235 2013 449 178 171 278 230 211 179 83 33 166 334 527 2.839 2014 164 188 280 378 345 111 31 205 0 31 651 431 2.815 2015 79 156 241 180 142 64 9 0 0 91 590 554 2.106 2016 550 257 581 624 215 239 218 126 212 653 651 393 4.719 2017 288 429 256 418 256 315 112 44 35 255 410 153 2.971 2018 228 194 118 1 152 77 0 0 87 13 664 105 1.639 2019 400 173 170 304 122 0 0 0 32 101 181 752 2.234 Jumlah 5837 5.874 5.545 5.813 3.608 2.991 1.800 1.498 1.794 3.662 8.217 8.029 54.667 Rata-ata 292 294 277 291 180 150 90 75 90 183 411 401 2.733 Min 79 91 118 1 40 0 0 0 0 13 126 65 1.624 Max 550 665 581 624 486 516 476 318 480 653 664 752 4.834

Gambar 1. Jumlah curah hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Suka- mulya

(12)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

12

secara baik melalui analisis dan interpretasi data iklim. Data yang benar dan lengkap melalui peng-amatan akan membuka kejelasan gejala dan perilaku cuaca atau keadaan iklim setempat dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pertanian karena dunia pertanian berkaitan erat dengan cuaca dan iklim sehingga data yang benar akan sangat membantu kegiatan pertanian (Nurlaili, 2015).

Perubahan Zona Iklim IP2TP Sukamulya

IP2TP Sukamulya terletak di kampung Kebon Jeruk Desa Suka-mulya Kecamatan Cikembar Kabu-paten Sukabumi Propinsi Jawa Barat, kurang lebih 50 km dari kota Bogor atau 40 km dari Pelabuhan Ratu. Adapun letak geografinya berada pada 6050 - 6075 LS dan

0005 - 0010 BT dengan luas lahan

48,56 ha, berada pada ketinggian 350 meter dari permukaan laut (m dpl), jenis tanah Latosol Merah Kecokelatan dan topografi datar hingga berlereng.

Untuk mendukung dan mening-katkan fungsi IP2TP Sukamulya sebagai tempat penelitian, khususnya tanaman rempah, obat dan tanaman atsiri dataran rendah serta peren-canaan pengembangan fisik di bi-dang pertanian, analisis data curah hujan dan hari hujan sangat di-perlukan. Analisis data curah hujan dan hari hujan diperlukan untuk mengetahui jeluknya (rainfall), jujuh hujan (rainfall duration) dan ke-lebatan hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat hujan tersebut penting diketahui karena berperan atas ter-jadinya limpasan air (run off), erosi, dan dapat menentukan dan ber-pengaruh pada peristiwa dan ke-jadian alam dan lain-lainnya. Pen- dataan hujan dan unsur iklim lainnya sering diperlukan untuk menunjang penelitian yang ber-kenaan dengan alam (Hasan Basri Jumin, 2002).

Pendataan curah hujan dan hari hujan yang tepat merupakan ke-harusan, karena bila data tersebut tidak benar, maka kemungkinan akan terjadi kesalahan atau ke-gagalan suatu kegiatan penelitian yang bergantung kepada kondisi

iklim setempat. Pemetaan ulang zona iklim di IP2TTP Sukamulya ber-dasarkan tipe iklim Schmidt-Fergu-son dan Oldeman dilakukan dengan menganalisis data curah hujan dan hari hujan selama 20 tahun dari ta-hun 2000-2019. Data curah hujan dan hari hujan tahunan diperoleh dari pencatatan data harian setiap bu-lan yang dijumlahkan sesuai dengan periode waktu yang diperlukan. Analisa data curah hujan dan hari hujan selama dua dekade (2000 - 2019) di IP2TP Sukamulya

di-lakukan untuk mengetahui

ke-sesuaian iklim saat ini serta perubahan pola iklimnya. Dalam kurun waktu 2000 sampai 2019 curah hujan tertinggi jatuh pada

bulan Desember 2019 yaitu

sebanyak 752 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September 2002, Juli 2003, Agustus dan September 2006, September 2007, Juli 2008, Juli dan

Agustus 2009, Agustus 2012,

September 2014, Agustus dan

September 2015, Juli dan Agustus 2018, serta Juni sampai Agustus 2019, yaitu 0 mm. Artinya bahwa ada kecenderungan setiap bulan Juni Tabel 2. Data hari hujan (hh) bulanan dari tahun 2000 sampai 2019 (20 tahun) di IP2TP Sukamulya

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total HH

2000 19 12 14 13 9 1 2 3 4 9 9 14 109 2001 18 17 20 18 6 7 9 4 7 15 17 2 140 2002 13 16 14 15 3 4 7 1 0 2 11 19 105 2003 6 11 18 13 4 2 0 1 1 5 6 9 76 2004 12 7 16 14 8 5 5 0 14 11 21 23 136 2005 10 14 14 11 10 18 5 5 7 10 19 18 141 2006 21 15 20 20 8 3 1 0 0 3 11 27 129 2007 11 17 15 20 9 12 4 2 0 8 15 30 143 2008 14 25 24 15 5 6 0 3 3 9 15 15 134 2009 11 14 10 11 10 8 0 0 5 13 21 16 119 2010 16 16 16 7 20 13 15 10 19 13 17 24 186 2011 9 8 10 3 13 3 7 1 1 6 17 9 87 2012 22 17 12 15 5 5 1 0 1 13 19 27 137 2013 27 14 9 23 13 12 11 4 4 7 14 19 157 2014 9 12 11 14 17 7 3 5 0 6 23 17 124 2015 12 11 13 9 11 6 1 0 0 3 21 20 107 2016 16 14 18 24 16 9 14 7 11 23 25 22 199 2017 15 22 15 22 9 19 5 2 2 12 19 7 149 2018 14 17 14 1 11 22 0 0 7 5 20 7 118 2019 24 15 20 16 13 0 0 0 1 7 6 22 124 Jumlah 299 294 303 284 200 162 90 48 87 180 326 347 2620 Rata rata 14.95 14.70 15.15 14.20 10.00 8.10 4.50 2.40 4.35 9.00 16.30 17.35 131 Min 6 7 9 1 3 0 0 0 0 2 6 2 76 Mak 27 25 24 24 20 22 15 10 19 23 25 30 199

(13)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

sampai September setiap tahunnya curah hujan di IP2TP sangat rendah yaitu sekitar 75 mm/bulan sampai 150 mm/bulan atau tidak ada hujan sama sekali sehingga dapat di-kategorikan sebagai bulan kering sampai bulan sedang.

Schmidt-Ferguson dan Oldeman menentukan bahwa hari hujan di-nyatakan sebagai suatu tempat yang mengalami hujan dengan angka cu-rah hujan 0,55 mm atau lebih. Hari hujan bulanan adalah curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24 jam) yang dikumpulkan selama satu bulan dengan periode minimal 10 tahun. Distribusi hujan dapat dilihat data jumlah hari hujan atau bulan basah dan kering. Hasil pengumpulan data rata-rata hari hujan masing-masing bulan selama dua dekade dari tahun 2000 sampai 2019 disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2.

Dalam kurun waktu 2000 sampai 2019 hari hujan tertinggi ada pada bulan Desember 2007 yaitu se-banyak 30 hari/bulan sedangkan pada bulan September 2002, Juli 2003, Agustus 2004, Agustus dan September 2006, September 2007, Juli 2008, Juli dan Agustus 2009,

September 2014, Agustus dan

September 2015, Juli dan Agustus 2018, Juni sampai Agustus 2019 tidak ada hujan sama sekali. Artinya bahwa ada kecenderungan setiap bulan Juni sampai September setiap tahunnya di IP2TP Sukamulya tidak ada hujan sama sekali ataupun ada hujan rata-rata 2,4 sampai 8,1 hari setiap bulannya itupun dengan intensitas curah hujan yang sangat rendah yang dikategorikan sebagai bulan kemarau (Tabel 3).

Untuk mengetahui perubahan tipe iklim di IP2P Sukamulya

berdasarkan tipe iklim Schmidt-Ferguson dan Oldeman, data curah hujan dan hari hujan selama peri- ode 2000 sampai 2019 diolah dan dianalisis untuk mendapatkan data bulan basah dan bulan kering (Tabel 4 dan 5).

Rata-rata bulan kering 48

Q = --- x 100% = --- x 100% = 28,1%, Rata-rata bulan basah 171

Hasil analisis data curah hujan berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson pada dekade 2000 sampai 2019 (20 tahun) IP2TP Sukamulya termasuk zona iklim B dilihat dari

hasil indeks Q yang mempunyai nilai rata-rata 28,1 sedangkan berdasarkan Oldeman termasuk zona iklim C2 yang mempunyai rata-rata 6,05 bulan basah dan 3,45 bulan kering.

Kesesuaian Komoditas Utama di IP2TP

Perubahan iklim yang sangat drastis ini tidak hanya ditentu- kan oleh total curah hujan, tetapi juga oleh distribusi hujan. Jumlah hujan yang sama akan berbeda pengaruhnya jika tercurah pada Tabel 3. Curah hujan dan hari hujan tahun 2000 sampai 2019 di IP2TP

Sukamulya

Bulan

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)

Akumulatif cura hujan selama 20 tahun Rata-rata curah hujan per bulan

Min Mak Akumulatif

Hari hujan selama 20 tahun Rata-rata hari hujan per bulan Min Mak Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 5.837 5.874 5.545 5.813 3.608 2.991 1.800 1.498 1.794 3.662 8.217 8.029 292 294 277 291 180 150 90 75 90 183 411 401 79 91 118 1 40 0 0 0 0 13 126 65 550 665 581 624 486 516 476 318 480 653 664 752 299 294 303 284 200 162 90 48 87 180 326 347 14,95 14,7 15,15 14,2 10 8,1 4,5 2,4 4,35 9 16,3 17,35 6 7 9 1 3 0 0 0 0 2 6 2 27 25 24 24 20 22 15 10 19 23 25 30 Jumlah 54.667 2.773 1.624 4.834 2.620 131 76 199 Rata-rata 4.555,6 231,1 135,3 402,8 218,3 10,9 6,3 16,6

(14)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

14

waktu yang berlainan. Beberapa pakar geografi tumbuhan bahkan menyebutkan bahwa distribusi hujan tahunan jauh lebih penting dan besar pengaruhnya dibandingkan dengan total curah hujan tahunan (Arsyad S., 2000). Demikian juga keberhasilan tanaman yang sedang dibudidayakan tidak terlepas dari perubahan iklim ini. IP2TP Sukamulya terdapat ta-naman mandat yang dibudidayakan diantaranya lada (Piper nigrum L.), vanili (Vanilla planifolia Andrews) dan pala (Myristica fragrans Houtt). Masing-masing tanaman memiliki syarat tumbuh yang berbeda, dari hasil analisis curah hujan dan hari hujan selama 20 tahun (2000-2019)

yang didapat akan diketahui apakah ketiga tanaman mandat ini cocok ditanam di IP2TP Sukamulya.

Tanaman mandat utama adalah lada (Piper nigrum L.). Menurut

Syakir (2002) unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap per-tumbuhan dan produksi lada antara lain curah hujan, hari hujan, bulan kering dan elevasi. Berikut ini Tabel 4. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan

kering tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Schmidt-Ferguson.

Kategori Jumlah Curah Hujan (mm/bln) Tahun 2000 - 2019 (20 tahun) Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembap > 100 < 100 100 – 200 171 48 21

Tabel 5. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan ke-ring tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Oldeman.

Kategori Jumlah curah c hujan (mm/bln) Tahun 2000-2019 (20 tahun) Rata-rata Bulan basah > 200 121 6,05 Bulan sedang >100 - < 200 50 2,5 Bulan kering < 100 69 3,45

Gambar 3. Pola curah hujan dan hari hujan setiap bulannya tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya.

292 294 322 291 180 150 90 75 90 183 411 401 550 665 1072 624 486 516 476 318 480 653 664 752 79 91 118 1 40 0 0 0 0 13 126 65 0 200 400 600 800 1000 1200

Jan Peb Mart Aprl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

C u r a h H u ja n Rata-rata Mak Min

(15)

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

adalah kesesuaian lingkungan ta-naman lada di Indonesia (Tabel 6).

Dilihat dari data yang telah dianalisis, rata-rata curah hujan selama dua dekade adalah 2.733 mm/tahun, rata-rata hari hujan 131 hh/tahun, jumlah bulan kering 3 bulan dan elevasi 350 m dpl, tanaman lada (P. nigrum L.) masuk dalam kategori sesuai.

Selanjutnya adalah syarat tum-buh Vanili (V. planifolia), me- nurut Ruhnayat (2003) iklim ada- nlah salah satu faktor yang me-mengaruhi pertumbuhan dan per-kembangan tanaman, berikut ada- lah tingkat kesesuaian iklimnya (Tabel 7).

Dilihat dari data yang telah dianalisis, rata-rata curah hujan

selama dua dekade adalah 2.733 mm/tahun, rata-rata hari hujan 131 hh/tahun, jumlah bulan ba- sah 6 dan jumlah bulan kering 3 bulan, tanaman vanili masuk dalam kategori Sesuai.

Pada tahun 1989 Rosman et al., melakukan studi kesesuaian

ling-kungan mengungkapkan bawa

pengusahaan tanaman pala (M.

ristica fragrans) terutama di dae-

rah baru perlu sekali diperhati- kan tentang kesesuaian iklim, jenis tanah, suhu, pH tanah, drai-nase dan sebagainya agar tanaman dapat tumbuh dan menghasil- kan dengan baik. Faktor-faktor ter-sebut sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan pro-duktivitas pala (Tabel 8).

Dilihat dari data yang telah dianalisis, rata-rata curah hujan selama dua dekade adalah 2.733 mm/tahun, rata-rata hari hujan 131 hh/tahun, jumlah bulan ba- sah 6 bulan, jumlah bulan ke- ring 3 bulan dan elevasi 350 m dpl, tanaman Pala (M. fragrans)

masuk dalam kategori Amat

Sesuai.

Penutup

Terdapat perubahan tipe iklim di IP2TP Sukamulya, pada awal didirikan IP2TP Sukamulya ter-masuk tipe iklim A menurut Schmidt-Ferguson. Hasil analisis data selama 20 tahun (2000-2019) berubah menjadi B berdasarkan hasil indeks Q. Sedangkan menurut tipe iklim Oldeman dari B2 berubah menjadi C2 dengan curah hujan tinggi rata-rata 2.733 mm/tahun. Dengan 6 bulan basah (Januari-April sampai Nopember-Desember) dan 3 bulan sedang (Mei-Juni dan Oktober) dan 3 bulan kering (Juli-September) serta hari hujan rata-rata 131 hh/tahun. Siklus iklim lima tahunan di IP2TP Sukamul- ya perlu diwaspadai karena da- lam kurun waktu 20 tahun ini terdapat 4 bulan kering yang sama sekali tidak ada hujan, yaitu bulan Juni sampai September. Tanaman lada dan tanaman vanili masuk dalam kategori Sesuai sedangkan tanaman pala masuk dalam kate- gori amat sesuai untuk dibudi-dayakan di kebun percobaan ini.

Wawan Lukman, Yayat Hidayat dan Sarjono Sukamulya- Balittro

Tabel 6. Kesesuaian lingkungan tanaman lada di Indonesia

Curah Hujan (mm/tahun)

Bulan Kering Elevasi (m dpl) Hari Hujan

(hh/tahun)

Kendala Kesesuaian

2.000 - 2.500 < 2 < 500 110 - 150 Tidak ada Amat sangat sesuai

2.500 - 3.000 < 2 < 500 115 - 160 Tidak ada Sangat sesuai

2.000 - 3.000 3 < 500 110 - 160 Tidak ada Sesuai

3.000 - 4.000 < 2 < 500 145 - 190 Curah hujan

tinggi

Agak sesuai

1.500 - 2.000 < 3 < 500 90 - 135 Kekeringan Agak sesuai

1.500 - 4.000 4-5 < 500 90 - 175 Kekeringan

periodik

Kurang sesuai

- - > 500 - Suhu rendah Tidak dianjurkan

< 1.500 - - - Kurang air Tidak dianjurkan

> 4.000 - 1 - - Terlalu

basah

Tidak dianjurkan

- > 5 - - Kekeringan Tidak dianjurkan

Tabel 7. Kesesuaian iklim tanaman vanili

Faktor Iklim Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai

Curah Hujan (mm/tahun) 1.500 - 2.000 2.000 -3.000 > 3000 > 3000

Jumlah Hari (hh/tahun) 80 - 178 178 - 210 < 80 atau > 178 < 80 atau > 178

Bulan Basah 7 - 9 5 - 6 atau 10 - 11 3 - 4 atau > 11 < 3

Bulan Kering 2 - 3 3 - 4 < 2 atau >4 - 6 < 2 atau > 6

Temperatur 24 - 26 23 - 24 20 - 22 atau 27 - 28 < 20 atau > 28

Kelembapan 60 - 75 50 - 60 < 50 > 80

Radiasi Matahari 30 - 50 51 - 55 > 55 < 20

Tabel 8. Kesesuaian lingkungan tanaman pala

Faktor Iklim Kriteria Lokasi

Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai

Ketinggian (m dpl) 0 - 700 700 - 900 900

Curah Hujan (mm/th) 2.000 - 3.500 1500 - 2000 <4500

Hari hujan (hh/th) 100 - 160 80 - 100 atau 160 - 180 80 atau 180

Temperatur (˚C) 25 - 28 20 - 25 25 atau 31

Kelembapan nisbi (%) 60 - 80 55 - 60 55 atau 85

Drainase Baik agak baik s/d baik agak baik

Tekstur tanah berpasir liat berpasir/lempung berpasir liat atau berpasir

Gambar

Gambar 1. a) Tanaman akar manis b) daun, batang, c) bunga, d) irisan batang  akar  manis  (disebut  akar  manis),  e)  akar  manis  dihaluskan  dan  seduhan akar manis
Gambar 1. Jumlah  curah   hujan   bulanan   tahun  2000-2019  di IP2TP Suka-         mulya
Gambar 2.  Jumlah hari hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya
Tabel 5. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan ke- ke-ring tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Oldeman
+6

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan proses pencatatan yang dilakukan oleh aplikasi untuk menyimpan data dari dokter dan pasien yang kemudian di proses menjadi data rekam medis pasien.. Pencatatan

Bagi pengelola struktur oraganisasi , perancangan struktur baru adalah sebuah masalah tersendiri. Disaat organisasi makin kompleks dan tidak dapat lagi ditangani

Dalam usaha untuk menemukan marka molekuler atau segmen DNA yang berkaitan dengan fenotipe tertentu, penelitian untuk mengkaji asosiasi polimorfisme lokus

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat peningkatan penggunaan bahan bakar oleh BRT hingga tahun 2030. Peningkatan penggunaan bahan bakar BRT terjadi sampai tahun

Apabila hyperparameters dalam conjugate prior distribution tidak diketahui, hyperparameters tersebut dapat dianggap sebagai parameter yang tidak diketahui dan dengan

Hal ini sesuai dengan teori bahwa AV terjadi pada pria dengan kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011) karena pada laki-laki umur 16-19 tahun adalah waktu

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang

Kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru