INTERNAL AUDITOR
PROFESI YANG MEMBANGGAKAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya penulis dapat menyelesaikan buku referensi terkait bidang ilmu internal
auditing ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran membaca atau “iqra” yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta. Semoga kebiasaan membaca selalu menjadi
fenomena di dalam kehidupan bermasyarakat.
Buku Referensi Internal Auditing Profesi Yang Membanggakan ini berisi
kumpulan riset dalam satu bidang ilmu Internal Auditing yang diharapkan dapat
memberikan gambaran menyeluruh dan terintegrasi bagi para praktisi dan
akademisi yang mempelajari Internal Auditing.
Penulis sangat bersyukur karena pada akhirnya dengan berbagai kesibukan
dan kurangnya waktu dapat menyelesaikan buku referensi ini, semoga buku
referensi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Disamping itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara sukarela selama penulisan berlangsung hingga penerbitan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
buku referensi ini agar kedepannya dapat diperbaiki. Karena kami sadar, buku
referensi ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Bandung, 2018
Penulis
BAB 1 Perbedaan Internal dan Eksternal Auditor
Halaman
BAB 2 Perkembangan Internal Auditing di
Indonesia
4
BAB 3 Common Body of Knowledge Internal
Auditing
11
BAB 4 Peran Internal Auditor dalam Implementasi
Konsep Governance
25
BAB 5 Internal Auditor dan Value Added
Organisasi
37
BAB 6 Dampak Konflik Peran Terhadap Kinerja
Internal Auditor
49
BAB 7 Sertifikasi Profesi Internal Auditor
52
BAB I
Perbedaan Internal dan Eksternal Auditor
Diantara auditor internal dan auditor eksternal memiliki kesamaan, keduanya merupakan
profesi yang mempunyai peranan penting dalam tata kelola organisasi atau perusahaan/lembaga
serta memiliki kepentingan bersama dalam hal efektivitas pengendalian internal laporan
keuangan. Profesi Keduanya memiliki pengetahuan yang luas tentang bisnis, keuangan, industri,
dan risiko strategis yang dihadapi oleh organisasi yang mereka layani. Dari sisi profesionalitas,
keduanya juga memiliki kode etik dan standar profesional yang ditetapkan oleh institusi
profesional masing-masing yang harus dipatuhi, serta sikap mental objektif dan independensi
dari kegiatan yang mereka audit.
Perbedaan organisasional Auditor Internal merupakan bagian integral dari organisasi di
mana klien utama mereka adalah manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris untuk
entitas perusahan atau badan pengurus dan badan pengawas untuk entitas lembaga, termasuk
komite-komite yang ada. Biasanya auditor internal merupakan karyawan organisasi yang
berasngkutan. Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini dimungkinkan untuk dilakukan
outsourcing atau co-sourcing internal auditor, namun sekurang-kurangnya penanggung jawab
aktivitas audit internal tetaplah bagian integral dari organisasi. Sebaliknya, auditor eksternal
merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi. Mereka melakukan penugasan
berdasarkan kontrak yang diatur dengan ketentuan perundang-udangan maupun standar
profesional yang berlaku untuk auditor eksternal. Perbedaan Pemberlakuan Secara umum, fungsi
audit internal tidak wajib bagi organisasi. Namun demikian untuk perusahaan yang bergerak di
industri tertentu, seperti perbankan, dan juga perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek
(BUMN) juga diwajibkan untuk memiliki auditor internal. Begitu halnya dipemerintahan seperti
BPK, BPKP, Bawasda dan Inspektorat.
Pemberlakuan kewajiban untuk dilakukan audit eksternal lebih luas dibandingkan audit
internal. Perusahaan, lembaga, badan-badan sosial, hingga partai politik dalam keadaan-keadaan
tertentu diwajibkan oleh ketentuan perundang-undangan untuk dilakukan audit eksternal,
Perbedaan Fokus dan Orientasi Auditor internal lebih berorientasi ke masa depan, yaitu
kejaidan-kejadian yang diperkirakan akan terjadi, baik yang memiliki dampak positif (peluang)
maupun dampak negatif (risiko), serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala
kemungkinan pencapaian tujuannya. Sedangkan auditor eksternal terutama berfokus pada
akurasi dan bisa dipahaminya kejadian-kejadian historis sebagaimana terefleksikan pada laporan
keuangan organisasi. Perbedaan Kualifikasi Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor
internal tidak harus seorang akuntan, namun juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi,
serta personil yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi
sehingga memenuhi syarat untuk melakukan audit internal.
Auditor Eksternal harus memiliki kualifikasi akuntan yang mampu memahami dan
menilai risiko terjadinya errors dan irregularities, mendesain audit untuk memberikan
keyakinan memadai dalam mendeteksi kesalahan material, serta melaporkan temuan
tersebut. Pada kebanyakan negara, termasuk di Indonesia, auditor perusahaan publik harus
menjadi anggota badan profesional akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Perbedaan mendasar Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas
organisasi secara berkelanjutan, sedangkan auditor eksternal biasanya melakukan secara periodik
biasa satu tahun pajak.
kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
melalui pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance
Sesuai dengan definisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), sebagai suatu profesi
ciri utama auditor internal adalah kesedian menerima tanggungjawab terhadap kepentingan
pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggungjawab ini secaraefektif, auditor
internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi.
Auditor Internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan dalam
melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya. Auditor Internal harus
menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun
demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
menyimpang atau melanggarhukum. Auditor Internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam
tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkanorganisasinya.
Auditor Internal harus menahandiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan organisasinya; atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan
prasangka, yang meragukan kemampuannnya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi
tanggung jawabprofesinya secaraobjektif. Auditor Internal tidak boleh menerima sesuatu dalam
bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitrabisnis organisasinya,
yang dapat, atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.
Auditor Internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya. Auditor Internal harus mengusahakan
pelaksanaantugasnya. Auditor Internal tidak boleh menggunakan informasirahasia; untuk
mendapatkan keuntungan Pribadi, secara melanggar hukum, atau yang dapat menimbulkan
kerugian terhdap organisasinya.
Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkap akan semua
fakta- fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat;
mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau menutupi adanya praktik-praktik yang
melanggar hukum. Auditor Internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektifitas
dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan professional
berkelanjutan.
Disamping itu tugas pokok antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal relatif sama
yaitu temuan pemeriksaan/penyimpangan, kecurangan, kelemahan pengendalian Intern, saran
Perbaikan/Rekomendasi kepada manajemen atau yang klien. Audit internal sebagai perantara
untuk meningkatkan keefektifitasan dan keefesienan suatu organisasi dengan menyediakan
wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan dugaan yang bersumber dari data dan proses
usaha. para auditor internal dikenal sebagai karyawan yang dibentuk untuk melakukan audit
internal.
Pengertian audit intern menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik) adalah : “Suatu aktivitas penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi aktivitas-aktivitas organisasi sebagai pemberi
bantuan bagi manajemen”. (1998 ; 322). Definisi Audit Eksternal adalah review dari laporan keuangan atau laporan dari suatu entitas, biasanya pemerintah atau bisnis, oleh seseorang tidak
berafiliasi dengan perusahaan atau lembaga. Audit eksternal memainkan peran utama dalam
dan karena itu memberikan pendapat tidak memihak. Audit eksternal biasanya dilakukan secara
berkala oleh bisnis, dan biasanya diperlukan tahunan oleh hukum bagi pemerintah.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya
atau tidaknya laporan pertanggung jawaban manajemen. Penilaian yang baik adalah yang
dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli (kompeten) dan cermat (due care) dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit baik secara
pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditee), dan untuk
menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya. Sedangkan kecermatan
dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai
standar dan kodeetik, supervisi yang diselenggarakan secara aktif terhadap tenaga yang
digunakan dalam penugasan, dan sebagainya.
Secara umum audit dapat diartikan sebagai aktivitas pengumpulan dan pengujian data,
yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen, dalam rangka menentukan
kesesuaian informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah ditetapkan, untuk
disampaikan kepada para pihak yang berkepentingan. Kegiatan audit tersebut dapat dilakukan
oleh auditor eksternaldan internal. Audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan
auditor internal organisasi/lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa publik.
Sebenarnya peran auditor internal tidak hanya semata-mata sebagai auditor, untuk meningkatkan
nilai tambah keberadaannya, auditor internal dapat pula berperan sebagai konsultan bagia
uditinya. Namun peran tersebut tidak boleh mengurangi independensinya terhadap auditinya
tersebut. Untuk mendapat hasil audit yang baik maka orang yang menjadi auditor internal harus
independen terhadap auditi, baik dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in
appearance), serta cermat dalam melaksanakan tugasnya.
Hubungan antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Hubungan auditor eksternal dan auditor internal mengatur
persyaratan-persyaratantertentu pada area mana dan sampai sejauh apa, auditor eksternal dapat
menggunakanpekerjaan auditor internal dalam mencapai tujuan penugasannya. Auditor eksternal
harus menentukan apakah pekerjaan auditor internal bisadigunakan, dengan mengevaluasi sejauh
mana status organisasi,kebijakan maupun prosedur yang cukup guna mendukung obyektif
auditor internal, tingkat kompetensi auditor internal, apakah fungsi audit internal menerapkan
pendekatan yang sistematik dan teratur,termasuk menerapkan pengendalian kualitas. Apabila
ketiga hal tersebut tidak dipenuhi, auditor eksternal tidak diperbolehkan menggunakan hasil dari
pekerjaan audit internal.
Sedangkan beberapa hal yang dapat menciptakan terjalinnya kerjasama dari kedua jenis
auditor ini adalah tingkat pemahaman dari masing-masing auditor internal dan auditor eksternal
itu sendiri. Kompetensi dari kedua jenis auditor, pemberian maksud tujuan audit dari auditor
eksternal kepada auditor internal, serta pelaporan langsung kepada auditor internal dan
obyektivitas dari internal auditor
Apabila dari hasil evaluasi eksternal auditor dapat menggunakan pekerjaan auditor
internal, maka mereka diharuskan menentukan bagian mana pekerjaan internal auditor yang bisa
digunakan. Untuk itu, eksternal auditor juga harus mempertimbangkan relevansi audit internal,
tujuan dan kompetensi auditor internal, pengujian efektivitas dari audit internal, strategi dan
auditor eksternal dapat mendukung opini audit.Dalam hal auditor eksternal menggunakan
pekerjaan auditor internal, maka langkahyang akan diambil adalah mendiskusikannya dengan
auditor internal untuk koordinasi lebih lanjut.
Membaca laporan internal audit yang berkaitan dengan pekerjaan audit yang akan
digunakan untuk mendapatkan pemahaman sifat dan luasnya prosedur yang telahdilakukan,
beserta temuan-temuan yang terkait. Auditor eksternal juga akan menilai apakah pekerjaan
auditor internal telah direncanakan, diawasi, review, dan didokumentasikan dengan baik.
Penilaian juga akan dilakukan untuk memastikan bahwa bukti yang memadai telah diperoleh
untuk menjadi dasar bagi auditor eksternal menarik kesimpulan yang wajar, serta
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Laporan Tahunan Periode
Akuntansi. Biasanya bulan Desember atau akhir setiap tahun adalah musimnya audit mengaudit
atau pemeriksaan terhadap suatu entitas, lembaga dan perusahaan dimana satu periode akuntansi
atau satu tahun pajak setiap laporan keuangan harus diaudit untuk berbagai tujuan. Utamanya
adalah untuk tujuan perpajakan. Dimana pada formulir (SPT tahunan) pajak tertera jelas apakah
suatu laporan keuangan diaudit atau tidak, inilah yang mengharuskan setiap satu tahun pajak,
laporan keuangan harus di audit, disamping untuk tujuan lainnya bagi manajemen dan pimpinan
perusahaan, lembaga atau perbankan, atau bisa disebut laporan tahunan.
Laporan tahunan disebut sebagai laporan keuangan eksternal disebabkan oleh secara
umum, perusahaan atau lembaga menerbitkan laporan tahunan untuk memberikan informasi
kepada pengguna luar (pihak ketiga). Oleh karena itu, tidak salah jika laporan keuangan disebut
sebagai alat komunikasi. Laporan keuangan perusahaan atau lembaga yang diterbitkan utamanya
dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna laporan
dengan pihak-pihak luar tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Akan tetapi,
informasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan harus dikomunikasikan dengan cara
dimana para pemegang saham dan para pihak lain pahami. Tata dan jenis bahasa serta cara
interpretasi dari laporan tahunan harus mengikuti standar kode akuntansi untuk menghindari
kesalahpahaman dan salah interpretasi akan laporan tahunan tersebut. Sangat tidak mudah bagi
pihak-pihak luar untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan terutama laporan keuangan.
Alasan yang mendasari hal tersebut adalah di picu oleh ketakutan dari perusahaan bahwa
informasi akan laporan keuangannya untuk pihak luar akan membawa kepada competitive
disadvantage. Maka dari itu, sangat penting untuk mempersiapkan laporan keuangan bagi
pengguna-pengguna luar dengan hanya memperlihatkan informasi yang sepantasnya yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasional dari para pengguna luar atau pihak ketiga.
Laporan tahunan yang juga dikenal sebagai laporan keuangan eksternal perusahaan didesain
untuk memuaskan permintaan informasi secara umum dari berbagai tipe kelompok. Tujuan dan
maksud dari laporan keuangan eksternal adalah untuk menyediakan laporan kepada penyedia
modal dalam rangka menfasilitasi evaluasi mereka terhadap fungsi stewardship dari manajemen
(Whittred, Zimmer and Taylor, 1997). Lebih lanjut, tujuan dari laporan ini dapat disebut
sebagai corporate accountability untuk disposisi invetasi dan aset yang ditanam ke perusahaan
dan corporate communication kepada para pihak luar. Oleh karena itu, manajemen dari entitas
pelaporan harus menampilkan laporan keuangan eksternal dengan maksud mendukung
terlaksananya corporate accountability, seperti halnya Bank Aceh dan Bank Aceh Syariah yang
sering memuat di sebuah harian lokal di Aceh tentang laporan tahunan publikasi.
Dalam mendukung informasi yang relevan untuk kebutuhan para pengguna, laporan keuangan
ditentukan secara eksternal. Laporan eksternal mempunyai tujuan lain dalam menyediakan
informasi yang berguna untuk para investor saat ini dan para potensial investor serta kreditor
yang berhubungan dengan menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas dan total aset
dimasa mendatang.
BAB II
Perkembangan Internal Auditing di Indonesia
A. PENDAHULUAN
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiiring dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1. Pengertian Menurut Sawyer
“ Internal auditing is an independent appraisal function establised within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization”
(Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi).
2. Pengertian Menurut Institute of internal Auditor
“ Internal auditing is an independent , objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control and governance process”. (Internal audit adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
B. PARADIGMA BARU INTERNAL AUDIT
Bertolak dari definisi tersebut diatas, dalam perkembangannya penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai ‘watchdog’ dalam perusahaan, sedangkan pada masa kini dan mendatang proses internal auditing modern telah bergeser menjadi ‘konsultan intern’ (internal consultant) yang memberi masukan berupa pikiran-pikiran untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah
ada serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi internal auditor sebagai ‘watchdog’ membuat perannya “kurang disukai” kehadirannya oleh unit organisasi lain. Hal ini mungkin merupakan konsekuensi logis dari profesi internal auditor yang tugasnya memang tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit (pemeriksaan), bahwa antara pemeriksa (auditor) dan pihak yang diperiksa (auditee) berada pada posisi yang saling berhadapan.
Fungsi konsultan bagi internal auditor merupakan peran yang relatif baru. Peran konsultan membawa internal auditor untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehinga dapat membantu manajemen dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan untuk merekomendasikan pemecahan suatu masalah (problem solver) bagi internal auditor dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi di perusahaan.
Pada saat ini, konsultasi internal merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh manajemen yang perlu dilakukan oleh internal auditor. Selain sebagai konsultan, internal auditor harus mampu berperan sebagai katalisator. Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut reaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional di perusahaan.
Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat ini tidak sekedar audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance audit), tetapi perhatian lebih ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan aspek resiko bisnis / manajemen. Perubahan orientasi audit dari teknik-teknik pengendalian intern ke arah pengendalian bisnis perusahaan yang didasarkan atas risiko bisnis (business risk) atau rmanajemen risiko (risk management) ini akan terus berjalan seiring dengan kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks di masa mendatang. Oleh karena itu saat ini berkembang pendekatan teknik audit dalam internal auditing yang berbasiskan risiko (risk based internal auditing).
Perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru internal auditor sebagai berikut :
TABEL 1
INTERNAL AUDITOR : PARADIGMA LAMA VS PARADIGMA BARU
NO. URAIAN PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
1 Fungsi ‘Watchdog’
Mengungkap temuan Mengganggu obyek Reaktif
‘Watchdog’, konsultan dan katalisator Memecahkan masalah Proaktif 2 Sifat Audit / Rekomendasi Post audit Korektif
Post audit dan Pre audit Korektif, Preventif, Prediktif
3 Sikap Kaku
Pasif Fleksibel dan konstruktif Aktif dan komunikatif 4 Pendekatan Subyek - Obyek
Menang - Kalah
Subyek - Subyek Menang - Menang 5 Type Staf Setengah – setengah Tuntas / Paripurna 6 Organisasi Pelengkap / memenuhi
persyaratan
Tools management Pusat keunggulan
7 Ukuran Sukses Jumlah temuan Jumlah bantuan / manfaat Pencapaian tingkat Good
Corporate Governance (GCG)
C. STANDAR
The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) tahun 2002 yang ditetapkan oleh The institute of Internal Auditors mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2002 merupakan revisi dari Standar Profesi Auditor Internal tahun 1999.
TABEL 2
STANDARDS PROFESSIONAL PRACTICE OF INTERNAL AUDITING ATTRIBUTE STANDARDS
1000 Purpose, Authority & Responsibility 1110 1120 1130 1210 1220 1230 1310 1320 1330 1340 Organizational Independence Individual Objectivity
Impairments to Independence or Objectivity Proficiency
Due Professional Care
Continuing Professional Development Quality Program Assesments
Reporting on the Quality Program
Use of “Conducted in Accordance with the Standards” Disclosure of Non compliance
1100 Independence & Objectivity
1200 Professional Proficiency & Due Professional Care
1300 Quality Assurance & Improvement Program
PERFORMANCE STANDARDS 2000 Managing the Internal
Audit Activity 2010 2020 2030 2040 2050 2060 Planning
Communication & Approval Resource Management Policies & Procedures Coordination
Reporting to the Board & Senior Management
2100 Nature of Works 2110 2120 2130 Risk Management Controls Governance 2200 Engagament Planning 2201 2210 2220 2230 2240 Planning Consideration Engagament Objectives Engagament Scope
Engagament Resources Allocation Engagament Work Program
2300 Performing the Engagament 2310 2320 2330 2340 Identifying Information Analysis & Evaluation Recording Information Engagement Supervision 2400 Communication Results 2410 2420 2430 2440
Criteria for Communication Quality of Communication
Engagement Disclosure of Noncompliance With the Standards
Disseminating Results
2500 Monitoring Progress 2600 Management’s Acceptance
Tujuan dari standar SPPIA adalah :
Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan internal audit diterapkan.
Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit yang lebih luas dengan nilai tambah.
Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit. Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya. Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Kepatuhan terhadap SPPIA adalah sangat penting supaya terdapat kesamaan dalam wewenang, fungsi dan tanggungjawab para internal auditor.
Konsorsium Orgainsasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 mei 2004 telah menetapkan Standar Profesi Audit Internal dan wajib diterapkan semua anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA Indonesia Chapter, FK SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi QIA dan PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir- butir standar ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.
D. KODE ETIK
Selain standar, profesi internal auditing juga memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor. Kode etik memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik auditor internal. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri dari 10 hal sebagai berikut :
1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menibulkan koflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan- kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertibangan profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hokum, (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta- fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
E. RUANG LINGKUP AUDIT.
Ruang lingkup atau cakupan (scope) pekerjaan internal audit adalah seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang finansial dan non finansial.
1. Audit Finansial
Audit finansial merupakan jenis audit yang lebih berorientasi (focus) pada masalah keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada masalah audit keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit operasional di perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan perusahaan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general audit) tahunan. General audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) atau Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Audit Operasional
Istilah lain dari Audit Operasional adalah audit manajemen (management audit) atau audit kinerja (performance auditing).
Sasaran dari audit operasional adalah penilaian masalah efisiensi, efektivitas dan ekonomis (3E). Pada saat ini dan kemudian hari, audit operasional (audit manajemen) semakin penting perannya bagi organisasi usaha. Bagi perusahaan, yang penting dari hasil audit bukan semata-mata masalah kebenaran formal, tetapi manfaatnya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Selain internal auditor, audit operasional juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP).
3. Compliance Audit
Audit ketaatan / kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan / kegiatan telah sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku. Paraturan / ketentuan yang dijadikan kriteria dalam compliance audit antara lain :
Peraturan / Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau Badan / Lembaga lain yang terkait.
Kebijakan / Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan (Direksi).
Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP). Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya, compliance audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan sertifikat ISO yang telah diraih perusahaan tersebut.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (Fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merugikan perusahaan / negara dan menguntungkan pribadi maupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga. Istilah lain dari fraud audit adalah audit khusus atau audit investigasi (investigative audit). Dalam fraud audit, internal auditor perlu membuat bagan arus (flow chart) serta modus operandi berupa uraian tentang cara- cara melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan Fraud audit pada saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap adanya fraud dibidang keuangan diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik (forensic accounting) dalam kejahatan keuangan di perusahaan, seperti halnya dalam ilmu kedokteran terdapat bedah forensik untuk mengungkap penyebab terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah berkembang juga forensic audit, hal ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit yang akan dipakai untuk kepentingan sidang di Pengadilan sehingga bukti audit tersebut dapat berkekuatan hukum.
F. INTERNAL AUDIT VS EKSTERNAL AUDIT
Secara jujur harus diakui bahwa profesi auditor internal jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan profesi eksternal auditor, seperti akuntan publik ataupun auditor pemerintah.
1. Jenis-jenis Auditor Eksternal a. Akuntan Publik
Akuntan publik telah memiliki organisasi profesi yang dikenal sebagai IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sejak tahun 1957. Akuntan Publik dalam melaksanakan tugas profesinya berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) serta Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh IAI. Akuntan Publik biasanya berpraktek melalui Kantor Akuntan Publik (KAP) yang secara organisatoris berada dibawah koordinasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Publik serta pengawasan dari Direktorat Akuntan & Jasa Penilai Departemen Keuangan.
b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK merupakan eksternal auditor bagi Pemerintah yang dibentuk berdasarkan UUD 45. Berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23E pada Sidang Umum MPR tahun 2002, dinyatakan :
1). Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu BPK yang bebas dan mandiri. 2). Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sesuai dengan kewenangannya.
3). Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan / atau badan sesuai dengan undang-undang.
c. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 31 tahun 1983, merupakan internal auditor bagi Pemerintah serta eksternal auditor bagi BUMN/BUMD dan Instansi Pemerintah. Kepres tersebut telah
diperbaharui dengan keluarnya Kepres No. 103 tahun 2001. Berdasarkan ketentuan tersebut tugas BPKP adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi BPKP antara lain :
1). Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
2). Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
3). Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP. 4). Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap
kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan.
5). Penyelenggaraan, pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persediaan, perlengkapan dan rumah tangga.
d. Perbedaan
Terdapat beberapa perbedaan pokok antara audit internal dan audit eksternal. Apabila diperbandingkan antara profesi audit internal dengan audit eksternal dari berbagai aspek pelayanan menurut Barlow (1995) akan nampak sebagai berikut :
TABEL 3
PERBEDAAN ANTARA INTERNAL AUDIT DAN EKSTERNAL AUDIT
NO. ASPEK INTERNAL AUDIT EKSTERNAL AUDIT
1 Konsumen Manajer (manager) / Pemegang saham Komite Audit (Audit committee) (Stock holder)
2 Fokus Risiko usaha (Business Risk) Risiko laporan keuangan (Financial statement risk) 3 Orientasi Saat ini dan yang akan datang Yang lalu sampai saat ini
(current & future oriented) (Historical to current) 4 Pengendalian Langsung (Direct) Tidak langsung (Indirect) 5 Kecurangan Langsung (Direct) Tidak langsung (Indirect) 6 Kebebasan Obyektivitas (Objectivity) Berdasarkan status 7 Kegiatan Proses yang sedang berjalan Tiap periode akuntansi
G. SERTIFIKASI INTERNAL AUDITOR 1. Tingkat Nasional
Sertifikasi internal auditor tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Standar Qualified Internal Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang telah memiliki persyaratan tertentu. Gelar QIA dapat diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani serangkaian pelatihan / ujian sertifikasi yang dilaksanakan oleh Institut Pendidikan Audit Manajemen / Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang terdiri dari 3 (tiga) jenjang, sebagai berikut :
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I & II Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I & II Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial.
Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Khusus pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian komprehensif serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan dihadapan Dewan Penguji dari dewan sertifikasi QIA. Apabila peserta telah berhasil lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka yangbersangkutan berhak memperoleh gelar QIA (Qualified Internal Auditor).
Apabila setelah 3 tahun sejak internal auditor tersebut memperoleh gelar QIA, namun belum memenuhi perolehan / kewajiban PPL minimal 180 jam, maka gelar QIA tersebut dapat dicabut kembali oleh Dewan Sertifikasi QIA.
Ketentuan tentang Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) diatur oleh Dewan sertifikasi QIA sebagai berikut :
Kredit PPL untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat diperoleh nelalui 3 (tiga) jalur kegiatan sebagai berikut :
a. Pendidikan / pengajaran : kuliah pada lembaga pendidikan tinggi, peserta seminar / konferensi / pelatihan / workshop, moderator /
pembicara, pengajar pelatihan bidang auditing, kegiatan pembinaan dan pengembangan auditor di kantor sendiri (inhouse).
b. Publikasi : penulisan artikel, makalah / diktat (modul) / buku , penterjemahan buku, editor / penyunting penulisan buku.
c. Praktisi : praktek sebagai auditor dalam 1 (satu) tahun penuh sesuai jam penugasan (maksimum kredit 30 jam per tahun).
Kredit PPL tersebut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi pada organisasi profesi, partisipasi dalam riset serta kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh YPIA, Perguruan Tinggi ataupun lembaga-lembaga lain yang diakui mutunya oleh Dewan sertifikasi QIA.
Kredit PPL diberikan pada kegiatan yang berkaitan dengan bidang audit, manajemen, bisnis, keuangan dan sejenisnya.
Setiap pemegang QIA diwajibkan melaporkan pengumpulan kredit PPL-nya kepada Dewan Sertifikasi QIA pada setiap akhir tahun. Dewan Sertifikasi QIA secara periodik mengadakan rapat untuk
menilai kredit PPL yang diperoleh masing-masing QIA. 2. Tingkat internasional
Sertifikat yang dapat diperoleh oleh para internal auditor pada tingkat internasional antara lain sebagai berikut :
a. Certified Internal Auditor (CIA)
CIA merupakan gelar profesi internal auditor yang dikeluarkan oleh Institute of Internal Auditors. Seorang internal auditor yang telah lulus ujian sertifikasi CIA berhak memperoleh gelar CIA.
b. Certified Information System Auditor (CISA)
Gelar tersebut diberikan kepada auditor yang mengkhususkan pada bidang audit Sistem Informasi / EDP audit yang telah lulus dalam ujian sertifikasi.
c. Certified Fraud Examiner (CFE)
Gelar CFE diberikan kepada auditor yang telah lulus sertifikasi dibidang fraud audit dan telah lulus ujian sertifikasi.
d. Certified Bank Auditor (CBA)
Gelar CBA diberikan kepada auditor yang mengkhususkan di bidang audit perbankan dan telah lulus ujian sertifikasi.
H. ORGANISASI PROFESI. 1. Tingkat Nasional
a. Forum Komunikasi SPI
Organisasi profesi auditor internal dilingkungan BUMN / BUMD ini baru muncul pada tahun 1985 dengan dibentuknya FKSPI (Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern) BUMN / BUMD . Angota dari FKSPI BUMN/BUMD adalah para internal auditor yang bekerja di Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN maupun BUMD. Saat ini organisasi tersebut berubah menjadi Forum Komunikasi Satuan pengawasan Intern (FK SPI) karena anggotanya bukan hanya internal auditor yang bekerja di BUMN/BUMD, namun termasuk internal auditor yang bekerja di perusahaan swasta dan perusahaan multi nasional / perusahaan asing.
b. Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)
PAII (Perhimpunan Internal Auditor Indonesia) baru dibentuk pada tahun 1999. Pembentukan wadah ini untuk menampung / mengorganisasikan para pemegang gelar QIA yang berasal dari berbagai perusahaan.
2. Tingkat internasional
Organisasi profesi internal auditor tingkat internasional adalah Institute of Internal Auditors (IIA). Anggota IIA tersebar di beberapa negara dan masing-masing negara dibentuk IIA Chapter. Indonesia juga memiliki IIA Chapter yaitu IIA Indonesian Chapter. IIA secara periodik mengadakan pertemuan / kongres / konferensi tingkat dunia yang tempatnya di suatu negara secara bergantian. Pada waktu kongres / konferensi tersebut dapat berkumpul lebih dari 1000 anggota IIA di seluruh dunia dan biasanya sekaligus diadakan seminar ilmiah yang membahas tentang perkembangan profesi internal audit serta current issues seputar internal audit.
I. PERAN INTERNAL AUDITOR DI ERA GLOBAL
Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap kebutuhan manajemen dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di era globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat terutama adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta lingkungan yang turbulensi.
Menurut Hery (2004), berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan terhadap fungsi internal audit. Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan Divisi Internal Audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawas internal). Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan bagi auditee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal tersebut.
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat berperan dalam peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :
1. Value Added Internal Auditing
Pada awal abad 21, perkembangan profesi internal auditing sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peran internal auditor dalam assurance & consulting activity. Salah satu hal yang cukup penting yang terkait dengan peran tersebut adalah adanya control self assesment (CSA). Selain itu saat ini internal auditor telah melakukan pendekatan audit secara sistematis & multi disiplin (systematic & multydiciplined approach) serta melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control & governance processes. Adanya peran tersebut diatas, maka keberadaan internal auditor dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi (perusahaan). Value added auditing adalah suatu audit dalam rangka meningkatkan profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Internal auditor perlu membangun & menjaga hubungan baik (relationship) dengan pihak auditee melalui monitoring tindak lanjut serta menerima umpan balik (feedback) yang dilakukan oleh auditee. Ruang lingkup dari value added internal auditing meliputi :
1. Audit sistem informasi (Information System Audit). 2. Audit kepatuhan (Compliance audit).
3. Audit laporan keuangan & pengendalian (Financial reporting & control audit).
4. Audit program & kinerja (Program & performance audit).
Agar internal auditor dapat berfungsi sebagai auditor yang bernilai tambah, maka para internal auditor hendaknya dapat melakukan assesment atas :
1. Operational & quality efectiveness. 2. Business risk.
3. Business & process control. 4. Process & business efficiencies. 5. Cost reduction opportunities. 6. Waste elimination opportunities. 7. Corporate governance efectiveness.
Tujuan dari value added audit adalah agar internal auditor dapat : a. Memberikan analisis operasional secara obyektif & independen. b. Menguji berbagai fungsi, proses dan aktivitas suatu organisasi serta
external value chain.
c. Membantu organisasi dalam merancang strategi bisnis yang obyektif. d. Melakukan assesment secara sistematis dengan pendekatan
multidisiplin.
e. Melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control & governance processes.
2. Risk Based Internal Auditing
Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit approach) yang dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based
audit plan.Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen / Bagian Internal Audit.
Terdapat tiga aspek dalam Risk Based Auditing, yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk & assesment dan partisipasi dalm inisiatif risk management & processes. Cakupan dari risk based internal audit termasuk dilakukannya identifikasi atas inherent business risks dan control risk yang potensial. Departemen Internal Audit dapat melakukan review secara periodik tiap tahun atas risk based internal audit dikaitkan dengan audit plan. Manajemen puncak (Board of Director) dan Komite Audit dapat melakukan assessment atas kinerja (performance) dari risk based internal audit untuk mengetahui realibilitas, keakuratan dan obyektivitasnya. Profil risiko (Risk profile) atas risk based internal audit didokumentasikan dalam audit plan yang dibuat oleh Departemen Internal Audit. Risk profile tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi apakah metodologi risk assesment telah rasional. Manfaat diterapkannya pendekatan risk based internal audit antara lain dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas internal auditor dalam melakukan audit, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal audit. Penjelasan lebih lanjut tentang Risk Based Internal Auditing, dapat dibaca artikel penulis pada Media Akuntansi, Edisi April 2003.
J. INTERNAL AUDIT DI PERGURUAN TINGGI
Mulai era tahun 1990-an di beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia sudah mulai dimasukkan mata kuliah internal auditing pada kurikulum pendidikan S1 Akuntansi, misalnya Universitas Pajajaran Bandung, Universitas Indonesia Jakarta. Selain itu di beberapa perguruan tinggi lain, misalnya UGM Yogyakarta, Universitas Airlangga Surabaya juga sudah memasukkan mata kuliah internal auditing, meskipun masih berupa mata kuliah pilihan.
Baru pada awal abad 21 sebagian besar perguruan tinggi baik negeri maupun swasta telah memasukkan pemeriksaan intern (internal auditing) sebagai mata kuliah wajib pada program studi S1 Jurusan Akuntansi. Pengajaran materi tentang internal auditing menjadi penting, karena pengetahuan mengenai ilmu internal auditing perlu diketahui oleh para mahasiswa secara dini, sehingga pada saat lulus dan bekerja di perusahaan sudah memahami profesi internal audit). Pada saat ini hampir seluruh perusahaan baik swasta, asing maupun BUMN/BUMD memerlukan tenaga internal auditor dalam rangka membantu kerja Top Management dalam bidang pengendalian / pengawasan perusahaan, sehingga kebutuhan tenaga auditor dapat dipastikan cukup besar. Selain itu instansi Pemerintah juga memerlukan tenaga internal auditor, misalnya di Badan pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen atau Unit Pengawasan Lembaga / Badan Pemerintah serta Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Oleh karena itu diharapkan perguruan tinggi dapat mempersiapkan lulusannya siap pakai atau terdapat link & match antara dunia usaha / Pemerintahan dengan kalangan perguruan tinggi.
K. KESIMPULAN & SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi internal audit abad 21 di Indonesia sudah cukup pesat, antara lain ditunjukkan dengan : 1. Terbentuknya beberapa organisasi profesi yang menghimpun para internal auditor, yaitu Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) serta Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesian Chapter.
2. Para internal auditor pada saat ini sedang berupaya untuk menuju paradigma baru serta bernilai tambah (value added) bagi peningkatan kinerja perusahaan.
3. Respon dari kalangan perguruan tinggi terhadap perkembangan internal audit juga cukup baik, internal auditing saat ini sudah menjadi mata kuliah wajib pada kurikulum Program S1 Akuntansi.
2. Saran
1. Organisasi profesi internal auditor (FK SPI, PAII dan IIA Indonesia Chapter) agar secara rutin melakukan kegiatan Lokakarya / Seminar untuk selalu meningkatkan profesionalisme para anggotanya.
2. Mengingat abad 21 merupakan era globalisasi , maka diharapkan para internal auditor agar selalu meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme melalui pendidikan profesi berkelanjutan (PPL). 3. Kalangan Perguruan Tinggi agar selalu melakukan updating atas
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Internal Auditing disesuaikan dengan perkembangan praktik di perusahaan / pemerintahan.
BAB III
Common Body of Knowledge Internal Auditing
Common Body of Knowledge (CBOK) 2006 merupakan studi yang terbesar dan
terlengkap terhadap profesi internal audit. CBOK ini dibuat oleh IIA research foundation
(IIARF) sebagai database komprehensif mengenai profesi internal audit secara global.
Tujuan dibuatnya IIA CBOK ini adalah:
1. Mengedukasi internal auditor mengenai peran dan tanggung jawab profesinya
2. Menjadi standar untuk mengukur kinerja internal audit
3. Mengembangkan profesi internal auditing
Beberapa fakta tentang IIA CBOK:
1. Dilakukan dengan metode survei oleh 15 peneliti dari Amerika Utara, Eropa, Afrika
dan Australia
2. Responden survei sebanyak 9,366 internal auditor dari 91 negara dan 89 perwakilan
IIA (IIA Chapters) di seluruh dunia
3. Responden survei terdiri dari para CAE (Chief Audit Executives), praktisi internal
audit dengan beragam level pengalaman, dan para IIA Chapters leaders
4. Diterjemahkan secara resmi ke dalam 17 bahasa, termasuk Indonesia!
Menurut IIA, terbitnya CBOK ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profesi
internal audit. Misalnya, menjadi dasar untuk melakukan revisi atas The International
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, sebagai bahan ujian CIA,
menjadi materi edukasi untuk internal auditor, dasar proses Internal Audit Quality
Assessment, bahan materi publikasi IIA dan IIARF, penyusunan rencana strategis IIA, dll.
Apa aja yang ada dalam IIA CBOK?
1. Gambaran global mengenai profesi internal audit
2. Kepatuhan internal auditor terhadap The International Standards for the Professional
3. Status internal audit saat ini dalam organisasi
4. Jenis audit yang dilakukan
5. Tools dan teknik yang digunakan internal auditor
6. Internal audit staffing dan pengembangan profesional
7. Keahlian dan kecakapan internal auditor
8. Peran internal auditor yang semakin berkembang di masa mendatang
Beberapa hasil survey IIA CBOK:
1. Sebanyak 82 persen internal auditor mengikuti standar internal audit
2. 80 persen internal auditor akan lebih banyak bekerja di area manajemen resiko
3. 63 persen internal auditor akan lebih banyak bekerja di area governance
BAB V
Internal Auditor dan Value Added Organisasi
Organisasi beroperasi dalam konteks lingkungan yang saling terkait. Kelangsungan hidup dan kinerja organisasi seringkali sangat bergantung pada hubungan antara organisasi dan lingkungan. Perguruan tinggi swasta sebagai salah satu organisasi yang memberikan jasa pendidikan, menghadapi tantangan atas perubahan lingkungan umum dan lingkungan industri yang merupakan bagian dari lingkungan eksternal organisasi.
Lingkungan internal organisasi merupakan sumber daya organisasi yang akan menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi. Untuk dapat mempertahankan keunggulan bersaing, organisasi harus mampu mengoptimalkan penggunaan sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya organisasi, maupun sumber daya phisik. Audit internal, sebagai suatu fungsi yang independen diharapkan dapat secara optimal menjalankan perannya sebagai watchdog, consultant, dan catalyst dalam organisasi.
pada persaingan dan tekanan dari berbagai pelaku pasar. Tekanan utama akan datang dari para pesaing dalam industri pendidikan. Persaingan tidak hanya datang dari sesama perguruan tinggi swasta di dalam negeri, namun juga dari perguruan tinggi negeri, sebagai implikasi penerapan status Badan Hukum Milik Negara (BHMN), perguruan tinggi swasta yang berafiliasi dengan perguruan tinggi dari luar negeri, dan perguruan tinggi dari luar negeri sendiri.
Sejalan dengan perubahan dan perkembangannya, masyarakat sebagai konsumen dari perguruan tinggi, semakin memahami haknya, sehingga memiliki harapan dan tuntutan terhadap perguruan tinggi untuk dapat memberikan jasa
BAB VI
Dampak Konflik Peran Terhadap Kinerja Internal Auditor
Tema tentang independensi dalam profesi auditor memiliki pemahaman yang sangat
penting dan mendalam demi tercapainya tujuan organisasi. Sorotan masyarakat terhadap
profesi auditor sangatlah besar sebagai dampak beberapa skandal perusahaan besar dunia
seperti Enron dan WorldCom (Verrechia, 2003). Sorotan tajam diarahkan pada perilaku
auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal dalam menjalankan
perannya sebagai auditor independen.
Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian,
evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit perusahaan (Arens et al., 1996).
Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No 04 Alinea 02
disebutkan bahwa auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal
berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada
jika ia kehilangan sikap tidak memihak, maka ia tidak dapat mempertahankan kebebasan
pendapatnya.
Dalam lingkup Pemerintahan Daerah, independensi auditor internal sangat dibutuhkan
kecukupan dan efektivitas kerja sistem pengendalian manajemen yang diselenggarakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Auditor internal bertanggung jawab untuk dapat
mempertahankan independensinya dalam kondisi apapun, sehingga pendapat, kesimpulan,
pertimbangan, serta rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak memihak
dan dipandang tidak memihak terhadap pihak manapun. Sebagaimana hasil penelitian
yang dilakukan Lubis (2004), disebutkan bahwa independensi akuntan sebagai perilaku
profesional berpengaruh terhadap kualitas opini audit yang diberikan oleh akuntan
tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Mautz dan Sharaf (1993, h.246) yang
mengatakan bahwa jika akuntan tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak
akan memberikan tambahan apapun.
Kedudukan dasar dari peran auditor internal tersebut dapat menciptakan
sebuah tantangan bagi mereka untuk menjaga independensi (Ahmad dan Taylor,
2009). Pertama, adanya kondisi yang kompleks dan perubahan dalam lingkungan
operasional auditor internal, termasuk kompleksitas dan perubahan peraturan dan
teknologi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ambiguitas peran (Ahmad
dan Taylor, 2009). Kahn et al. (dalam Beauchamp et al., 2004) mendefinisikan
ambiguitas peran sebagai suatu keadaan di mana informasi yang berkaitan dengan
suatu peran tertentu kurang atau tidak jelas. Sawyer dan Dittenhofer (dalam
Ahmad dan Taylor, 2009) juga menjelaskan penyebab terjadinya ambiguitas peran
dalam lingkungan auditor internal adalah bahwa auditor internal mungkin
melakukan investigasi internal dengan kondisi proses operasional yang belum
pemeriksaan berbicara dalam bahasa dan menggunakan istilah yang asing bagi
pemahaman auditor internal.
Ambiguitas peran mengurangi tingkat kepastian apakah informasi yang
diperoleh dalam pemeriksaan telah objektif dan relevan. Ambiguitas peran dapat
menyebabkan auditor internal mengalami tekanan (Schuller et al. dalam
Koustelios, 2004) dan penurunan kepuasan kerja (Jackson dan Schuller, Perreault,
Beehr et al. dalam Koustelios, 2004). Maka dapat disimpulkan bahwa, ambiguitas
peran juga dapat mengurangi kemampuan auditor internal untuk tetap bersikap
independen (Ahmad dan Taylor, 2009).
Kedua, peran auditor internal mengandung konflik (Ahmad dan Taylor,
2009). Menurut Mohr dan Puck (2003) konflik peran merupakan suatu pikiran,
pengalaman, atau persepsi dari pemegang peran (role incumbent) yang
diakibatkan oleh terjadinya dua atau lebih harapan peran (role expectation) secara
bersamaan, sehingga timbul kesulitan untuk melakukan kedua peran tersebut
dengan baik dalam waktu yang bersamaan.
Konflik peran dalam lingkungan auditor internal dapat berasal dari
pertentangan yang berasal dari peran dalam melakukan audit dan peran dalam
memberikan jasa konsultasi. Dalam peran audit, auditor internal harus menjaga
independensi dengan tidak mendasarkan pertimbangan auditnya pada objek
pemeriksaan. Namun dalam peran konsultasi, auditor internal harus bekerja sama
Konflik peran yang dijumpai oleh auditor internal berhubungan dengan
demikian, konflik peran yang dialami oleh auditor internal mungkin mengakibatkan
auditor rentan terhadap tekanan dari objek pemeriksaan. Hal tersebut mengakibatkan
rusaknya independensi auditor internal (Koo dan Sim, 1999).
Penelitian mengenai pengaruh konflik peran dan ambiguitas peran
terhadap auditor internal pernah dilakukan sebelumnya oleh Ahmad dan Taylor
(2009). Penelitian tersebut menggunakan sampel auditor internal yang diperoleh
dari database Institute of Internal Auditors Malaysia. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk mengembangkan ukuran-ukuran konsep komitmen
independensi, konflik peran, dan ambiguitas peran dalam konteks lingkungan
kerja auditor internal, dengan maksud untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh konflik peran dan ambiguitas peran beserta dimensinya terhadap
komitmen independensi auditor internal. Skala yang digunakan merupakan skala
yang dikembangkan dari ukuran komitmen organisasi yang berasal dari literatur
perilaku organisasi. Instrumen pengukuran komitmen organisasi yang
dikembangkan oleh Porter et al. (1974, dalam Ahmad dan Taylor, 2009)
merupakan basis untuk pengembangan ukuran konsep komitmen independensi.
Sedangkan fokus penelitian sekarang adalah menguji kembali
variabel-variabel tersebut dengan menggunakan instrumen pengukuran komitmen
independensi yang sama, namun dalam lingkup kerja yang berbeda, yaitu auditor
internal Pemerintah Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan ukuran-ukuran konsep komitmen independensi, konflik peran,
dengan maksud untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh konflik
peran dan ambiguitas peran beserta dimensinya terhadap komitmen independensi
auditor internal Pemerintah Daerah.
Banyaknya skandal akuntansi, seperti dalam kasus Enron, WorldCom, dan lain-lain,
disebabkan karena auditor internal hanya bertindak secara pasif dan berorientasi pada audit
kepatuhan sehingga kurang mempertimbangkan sistem pengendalian internal perusahaan.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu peran yang memungkinkan auditor dapat bertindak
sebagai konsultan bisnis yang berfungsi sebagai pemberi deteksi dini dalam
mengidentifikasi risiko usaha dan berorientasi pada kinerja perusahaan secara keseluruhan
(Sardjono, 2007). Peran tersebut dilakukan oleh suatu fungsi auditor internal yang
membantu pihak manajemen untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal
perusahaan telah dikembangkan dengan tepat dan seluruh operasi perusahaan telah
dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis (Haron et al., 2004).
Akan tetapi, kedudukan mendasar dari peran auditor internal cenderung menimbulkan
suatu tantangan bagi mereka dalam menjaga komitmen untuk bersikap independen
(Ahmad dan Taylor, 2009). Pertama, peran auditor internal mengandung konflik. Konflik
peran dapat berasal dari pertentangan yang berasal dari peran mereka ketika melakukan
jasa audit dan jasa konsultasi manajemen yang keduanya mengandung perbedaan antara
peraturan yang berasal dari profesi auditor internal dan harapan dari manajemen
dapat disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara nilai-nilai personal yang diyakini
oleh auditor internal dan harapan yang berasal dari manajemen dan organisasi profesi.
Konflik peran dapat menimbulkan tekanan pada auditor, sehingga auditor cenderung
rentan terhadap tekanan dari klien.
Kedua, lingkungan perusahaan yang semakin kompleks dan meningkatnya perubahan
dalam lingkungan operasional auditor internal, termasuk kompleksitas dan perubahan
peraturan dan teknologi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ambiguitas peran
(Ahmad dan Taylor, 2009). Kompleksitas dan perubahan seperti itu dapat mengakibatkan
auditor internal kesulitan dalam melaksanakan tugas atau menerapkan standar profesi
dengan benar. Ambiguitas peran dapat menimbulkan ketegangan kerja yang dapat
mengurangi kemampuan auditor internal untuk tetap bersikap independen (Ahmad dan
Taylor, 2009). Dengan demikian, adanya konflik peran dan ambiguitas peran dapat
memperlemah komitmen auditor internal dalam menjaga independensi mereka.
Penelitian yang menghubungkan komitmen independensi auditor internal pemerintahan
dengan koflik peran dan ambiguitas peran belum banyak dilakukan, terutama di level
Pemerintah Daerah. Banyaknya tuduhan kasus kecurangan yang menimpa aparat
pemerintahan di Indonesia secara tidak langsung mengindikasikan rendahnya komitmen
independensi auditor internal pemerintahan dalam menjalankan perannya sebagai mitra
kerja Pemerintah Daerah yang memberikan pandangan atau rekomendasi secara obyektif
dan independen, serta memberikan jasa konsultasi untuk meningkatkan nilai dan kinerja
1
menemukan bukti empiris tentang pengaruh dari konflik peran dan ambiguitas peran
terhadap komitmen independensi auditor internal Pemerintah Daerah dengan melakukan
studi empiris pada Inspektorat Kota Bandung. Inspektorat Kota Bandung oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dijadikan sebagai percontohan di antara Inspektorat
Pemerintah Daerah lainnya terkait pengawasan dan peningkatan kualitas pelayanan
publik pemerintahan, hal ini dibuktikan dengan berbagai undangan yang diterima
Inspektorat Kota Bandung untuk memberikan paparan pada Rapat Evaluasi Supervisi
Peningkatan Pelayanan Publik dan Seminar Anti Korupsi yang diselenggarakan di
Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Timur (Cahyo Bintarum
2011, komunikasi personal, 8 September). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sebagai beikut: (1)Apakah konflik peran
berpengaruh terhadap komitmen independensi aparat Inspekt, (2) Apakah ambiguitas
1
pelayanan pendidikan tinggi terbaik dengan biaya yang terjangkau. Pendidikan tinggi sebagai suatu industri, juga menarik minat dari para investor untuk ikut mendirikan perguruan tinggi baru dengan menggandeng mitra dari perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.
Berkembangnya trend pendidikan jarak jauh, semakin mempersempit pasar dari pendidikan tinggi dan ikut memperbesar tingkat persaingan dalam industri. Hanya perguruan tinggi yang mampu untuk memberikan jasa pendidikan dengan kualitas premium saja yang dapat berkembang dan bertahan di pasar.
Wright et.al (1996:52) mengemukakan bahwa lingkungan internal perusahaan
merupakan sumber daya perusahaan (the firm's resources) yang akan menentukan
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumber daya perusahaan ini meliputi : sumber
daya manusia (human resources) ; sumber daya organisasi (organizational
resources) ; dan sumber daya phisik (physical resources). Jika perusahaan dapat
mengoptimalkan penggunaan sumber daya tersebut maka, perusahaan akan dapat
mempertahankan keunggulan bersaing (sustained competitive advantage).
Audit internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance (SPAI, 2004: 9 )
Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan pentingnya peran audit internal bagi institusi pendidikan tinggi swasta pada bidang keuangan dan pembelajaran, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, keunggulan bersaing, serta kepuasan konsumen sebagai upaya menjamin keberlangsungan hidup insitusi pendidikan tinggi swasta.
2
BAB VIII
Dampak Konflik Peran Terhadap Kepuasan Kerja Internal Auditor
A. Pendahuluan
Setiap institusi didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, apakah institusi itu berupa perusahaan yang profit motive maupun organisasi yang tujuan utamanya bukan untuk mencari laba (not for profit organization). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka organisasi harus memiliki suatu sistem pengendalian yang dapat bekerja dengan baik. Pengendalian ini dapat membantu manajemen untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dapat dicapai dengan kriteria “triple E”, Ekonomis, Efisien, dan Efektif. Agar konsep triple E dapat berjalan dengan baik di dalam seluruh aktifitas organisasi maka diperlukan sekelompok profesional yang mempunyai independensi dan objectivity tinggi untuk melakukan pemeriksaan internal organisasi, yang kemudian dikenal dengan internal auditor. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi maka setiap organisasi
membentuk suatu fungsi audit internal dalam satu departement tersendiri yang biasa dikenal dengan istilah satuan pengawas internal atau internal
auditing departement. Departemen ini akan melaksanakan proses
pemeriksaan internal sesuai dengan standards for the professional practice
of internal auditor
B. Landasan Teori
Peran secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan
tertentu. Misalnya seorang direktur harus memimpin perusahaan, seorang guru harus mendidik, peran ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain (Chan, 2011). Peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang